BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena rumah sakit memberikan pelayanan medik dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Setelah teridentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran pelaksanaan..., Devi Wirasanti, FKM UI, 2009

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Coverage (UHC) adalah suatu ketentuan penting bagi negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator keberhasilan pembangunan, ditopang oleh tiga sektor penting,

mengenang perjuangan dan jasa-jasa Prof. Dr. Sardjito.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (Alashek et al, 2013). Data dari Indonesian Renal Registry (2014)

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

2016 ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT RUJUKAN BPJS KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

KONSEP DEMAND DALAM SEKTOR KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan sebagai bagian dari hak asasi manusia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku usaha diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut serta

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Global Artha Futures

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktiftas pelayanan kesehatan baru dimulai pada akhir abad ke -19,

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Diskusi Kebijakan Publik untuk RS swasta di Indonesia: Kontroversi UU RS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perkonomian yang dewasa ini berkembang sangat pesat, terlebih

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi, hak, dan kewajiban setiap manusia. Kutipan tersebut juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan beberapa tahun terakhir masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

PENGARUH PERSEPSI KUALITAS JASA PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN DI RSU SARAS HUSADA PURWOREJO. Skripsi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT LAPORAN KEUANGAN RSUD PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT PER 31 DESEMBER 2013 VERSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2003 TENTANG PENJUALAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT BANK RAKYAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang ditemukan seperti berbagai peralatan canggih dibidang

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

ILUSTRASI PELAYANAN HEMODIALISIS DENGAN FASILITAS JKN AFIATIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Agus Sartono, (2001:122)

PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G POLA TARIF BLUD RSUD PROF.DR.M.A HANAFIAH SM BATUSANGKAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia. Dengan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan kemajuan pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, klinik-klinik swasta, dan. rumah sakit di seluruh Indonesia (Depkes; 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b / Men. Kes / PER / II / 1988

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Sandang Indah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

SOSIALISASI ALFAKES (Asosiasi Perusahaan Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi Fasilitas Kesehatan Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih berat dibandingkan dengan pohon yang berdiri dan tumbuh di lingkungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kep. Menkes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan salah. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaaannya

ANALISIS BIAYA RS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

CA REVIEW PKP Pertemuan 2 Kasus Aplikasi Penerapan KPD2LK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di bidang keuangan negara meliputi Undang-undang No. 17

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial tanpa terlalu mempertimbangkan segi ekonominya. Pada masa itu kebanyakan rumah sakit mendapat subsidi dari pemerintah maupun dari badan misi sosial keagamaan baik dari dalam negeri maupun bantuan dari luar negeri. Fungsi sosial berarti bahwa sebuah rumah sakit harus melayani pasien atas dasar kebutuhan mediknya dan tidak berdasarkan kemampuan pasien untuk membayar. Sedangkan fungsi ekonomi berarti rumah sakit harus memikirkan keuntungan dengan melaksanakan manajemennya, termasuk manajemen keuangan dan pembiayaannya mengikuti kaidah-kaidah ekonomi dengan memperhitungkan biaya yang realistik dan rasional. Rumah sakit sebagai institusi kesehatan terikat PERMENKES No. 378 Tahun 1993 yang mengatur tentang pelayanan fungsi sosial rumah sakit swasta. Di dalam peraturan tersebut telah tertuang beberapa ketentuan yang harus dijalankan oleh rumah sakit sebagai sarana kesehatan umum dalam menjalankan usahanya. Bahwa rumah sakit wajib menjalankan fungsi sosialnya, seperti pengaturan tarif pelayanan dengan memberikan keringanan atau pembebasan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu dan pelayanan gawat darurat 24 jam tanpa mensyaratkan uang muka, tetapi mengutamakan kesehatan (Depkes RI, 1997).

Dalam perkembangannya rumah sakit di samping menjalankan fungsi sosial juga menjalankan fungsi ekonomis sekaligus. Dengan demikian untuk mempertahankan operasional rumah sakit, maka rumah sakit harus mencari keseimbangan antara fungsi sosial dan fungsi ekonomi (Gani, 2002). Bahkan sejak tahun 2000 sudah 13 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) menjadi Rumah Sakit Perusahaan Jawatan (RS Perjan) dan tiga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) di Jakarta yang mengarah pada business oriented sebagai Badan Usaha Milik Negara atau Daerah (BUMN/BUMD). Ini sebenarnya bertentangan dengan dengan Pasal 34 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas persediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak (Kusnadi, 2006). Rumah sakit di Kota Medan milik pemerintah seperti Rumah Sakit Pirngadi, milik Pemerintah Daerah Kota Medan dan Rumah Sakit Adam Malik, milik Pemerintah Pusat juga telah berubah status menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Badan Layanan Umum Pusat (BLUP), diharapkan bisa swakelola dan swadana dalam menjalankan fungsinya. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum dituntut untuk dapat menghadapi tantangan persaingan bebas rumah sakit dengan memberikan pelayanan yang baik, efisien, efektif dan tarif yang sesuai (rasional). Masalah pembiayaan yang penting dan harus diatur oleh manajemen rumah sakit adalah keseimbangan antara pendapatan dan biaya, sehingga diketahui apakah rumah sakit itu dalam keadaan untung, kembali modal atau rugi. Hal lain yang berkaitan dengan pembiayaan rumah sakit adalah dilema subsidi dan survival. Di satu

sisi rumah sakit ingin menyediakan pelayanan yang murah bagi pasien, tetapi disisi lain rumah sakit perlu survive. Dalam hal ini penentuan tarif yang optimal menjadi sangat penting. Di mana tarif optimal adalah tarif yang masih sanggup dibayar oleh masyarakat, akan tetapi masih dapat ditoleransi bagi kemampuan rumah sakit. Dalam menghadapi era globalisasi yang juga merambah ke sektor kesehatan, manajemen rumah sakit harus menyadari adanya persaingan dalam memberikan pelayanan yang baik, efisien, efektif dan tarif yang rasional. Manajemen rumah sakit mengalami proses perubahan yang sangat dipengaruhi oleh pemerintah, investor baik lokal maupun asing, masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dan industri perasuransian sebagai faktor pembiayaan. Jadi pembiayaan rumah sakit berasal dari berbagai sumber seperti dibiayai sendiri oleh pasien, asuransi kesehatan, bantuan pemerintah, bantuan asing serta dana-dana masyarakat. Rumah sakit yang merupakan industri jasa, bila ingin tetap bertahan dan berkembang haruslah dapat mengupayakan agar biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan dapat dilampaui oleh pendapatan dari pelayanan yang diberikan. Dengan perkataan lain sedapat mungkin diusahakan semua unit kegiatan rumah sakit yang merupakan pusat pendapatan, termasuk Unit Hemodialisis, dapat ditingkatkan dan yang merupakan pusat biaya harus mengalami efisiensi agar tidak menjadi beban subsidi rumah sakit. RSU Methodist Medan sejak tahun 2003 sudah mulai merintis pelayanan Unit Hemodialisis dengan 2 (dua) unit mesin hemodialisis. Dari tahun ke tahun pelayanan hemodialisis di RSU Methodist Medan menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1. Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2003 2006 No Bulan Tahun 2003 2004 2005 2006 1 Januari - 7 30 67 2 Februari - 10 25 62 3 Maret - 28 49 75 4 April - 30 57 78 5 Mei - 30 61 100 6 Juni - 25 71 100 7 Juli - 40 79 125 8 Agustus - 12 81 144 9 September - 18 91 123 10 Oktober - 30 84 160 11 November - 24 82 146 12 Desember 1 30 67 131 Jumlah 1 284 777 1.311 Dari jumlah pelayanan hemodialisis tahun 2006 di RSU Methodist Medan yang berjumlah 1.311 kali pelayanan hemodialisis sebanyak 18 kali merupakan single use sedangkan sisanya sebesar 1.293 kali merupakan reused. Pada tahun 2006 Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan sudah memiliki 4 (empat) unit mesin hemodialisis. Jumlah ini sudah bertambah dibandingkan tahun 2003 yang hanya memiliki 2 unit mesin hemodialisis. Unit Pelayanan Hemodialisis (cuci darah) merupakan salah satu pelayanan yang cukup mahal, karena sangat dipengaruhi harga medical supply, obat dan bahan habis pakai, yang sangat dipengaruhi oleh krisis moneter yang terjadi saat ini. Tarif hemodialisis merupakan suatu elemen yang amat esensial bagi rumah sakit yang tidak dibiayai penuh oleh pemerintah atau pihak ketiga. Rumah sakit swasta, baik yang bersifat mencari laba maupun yang nirlaba harus mampu

mendapatkan biaya atau keuntungan untuk membiayai segala aktivitasnya dan untuk dapat terus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Rumah sakit pemerintah yang tidak mendapatkan dana yang memadai untuk memberikan pelayanan secara cumacuma kepada masyarakat, juga harus menentukan tarif pelayanan yang rasionil supaya bisa bertahan. Di Indonesia, praktis seluruh rumah sakit, baik itu rumah sakit pemerintah, rumah sakit perusahaan ataupun rumah sakit swasta harus mencari dana yang memadai untuk membiayai pelayanannya. Setiap rumah sakit akan menetapkan tarif unit pelayanan sesuai dengan misinya masing-masing. Akan tetapi ada pertimbangan yang relatif sama di dalam penetapan tarif tersebut yaitu mendapatkan pendapatan yang mencukupi untuk menjalankan fungsi rumah sakit, baik dari sumber pengguna jasa maupun dari sumber lain. Ada rumah sakit yang membutuhkan pendapatan untuk membeli bahan-bahan habis pakai saja, dan ada rumah sakit yang membutuhkan pendapatan untuk segala macam pengeluaran, termasuk keuntungan pemegang saham. Pada era modernisasi ini biaya operasional dan investasi rumah sakit senantiasa terus bertambah mahal. Rumah sakit dituntut untuk menyediakan fasilitas, peralatan dan keahlian yang sesuai dengan pola penyakit yang makin canggih. Dalam kenyataan memang ada segmen masyarakat yang mempunyai kebutuhan yang lebih tinggi terhadap pelayanan dengan kualitas tinggi, terlepas dari kemungkinan bahwa kebutuhan tersebut sebetulnya adalah induced demand atau tidak. Kenyataan ini menyebabkan rumah sakit perlu memperhitungkan depresiasi investasi yang telah

dilakukan serta kemungkinan perlunya melakukan pengembangan dan peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Penyesuaian tarif adalah salah satu alternatif menghadapi fenomena tersebut. Pasar pelayanan kesehatan ternyata memiliki karakteristik tersendiri, yang sering kali tidak dapat mengikuti kaedah pasar bebas. Misalnya, pemakai jasa sektor kesehatan (pasien) selalu berada dalam posisi yang lemah untuk menentukan harga pelayanan yang diberikan. Pasien pada umumnya tidak mengetahui apakah harga pelayanan yang dibayarkan sesuai dengan nilai manfaat yang diterimanya. Selain itu, pasien biasanya tidak pernah tahu dengan tepat jenis pelayanan kesehatan yang diperlukannya. Walaupun pasien berada dalam posisi yang lemah, pihak manajemen rumah sakit tidak boleh semena-mena menentukan tarif yang akan dikenakan kepada pasien. Rumah sakit harus mempunyai fungsi sosial terutama untuk golongan pasien yang miskin tetapi membutuhkan pelayanan di rumah sakit. Tarif yang terlampau tinggi akan membuat pasien merasa dirugikan dan mencari alternatif lain atau pindah ke rumah sakit yang lain, sedangkan tarif yang terlalu murah akan mengakibatkan rumah sakit mengalami kerugian atau bahkan membuat pasien berfikir bahwa pelayanan yang diberikan di bawah standar, sehingga mereka tidak mau memanfaatkan pelayanan tersebut. Semua ini menjadi dilema bagi pihak manajemen rumah sakit karena akan mengurangi jumlah pasien yang memakai jasa pelayanan rumah sakit, yang pada akhirnya akan memyebabkan pendapatan rumah sakit tidak mencukupi untuk dapat mempertahankan pelayanan dengan standar mutu tertentu.

Dalam menetapkan tarif, umumnya rumah sakit menggunakan cara yang praktis dan sederhana, serta dapat dilakukan dengan waktu yang singkat. Cara tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor pesaing, sebagai contoh pemeriksaan foto rontgen hampir seluruh rumah sakit swasta di Kota Medan menetapkan tarif yang relatif sama padahal biaya investasi, utilitas dan biaya lain-lain berbeda-beda atau dengan perkataan lain fixed cost dan variable cost-nya berbeda-beda. Dalam hal ini tarif yang ditetapkan tidak dihitung berdasarkan biaya satuan pelayanan yang ada pada rumah sakit tersebut. Demikian juga hal yang sama dalam menentukan tarif hemodialisis di RSU Methodist Medan sebesar Rp. 600.000.- (enam ratus ribu rupiah) per kali pelayanan hemodialisis untuk single use dan Rp. 520.000 (lima ratus dua puluh ribu rupiah) per kali pelayanan hemodialisis untuk reused ditentukan hanya dengan memperbandingkan dengan tarif hemodialisis rumah sakit lain yang setaraf di Kota Medan. Adapun perbandingan tarif hemodialisis di beberapa rumah sakit di Kota Medan pada tahun 2006 adalah seperti pada Tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2. Perbandingan Tarif Hemodialisis di RSU Methodist Medan dengan Rumah Sakit Lain di Kota Medan Tahun 2006 Tarif Hemodialisis Per Kali Pelayanan No Rumah Sakit Single Use (Rp) Reused (Rp) 1 A -- 420.000,- 2 B 750.000,- 650.000,- 3 C 935.000,- 687.500,- 4 RSU Methodist Medan 600.000,- 520.000,-

Keterangan: a. Rumah Sakit A adalah Rumah Sakit Pemerintah. Tarif tersebut untuk Pasien Non ASKES dan Non GAKIN. b. Rumah Sakit B adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Yayasan Keagamaan. c. Rumah Sakit C adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Perseroan Terbatas. d. Rumah Sakit Methodist Medan adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Yayasan Keagamaan. Pelayanan Hemodialisis dapat berbentuk single use di mana dialyzer atau ginjal buatan hanya dipakai sekali tetapi jika dalam bentuk reused, dialyzer bisa dipakai berulang kali. Pada umumnya untuk reused, dialyzer dapat digunakan sebanyak 5 kali. Salah satu kesulitan dalam menetapkan tarif yang rasional adalah langkanya informasi tentang biaya satuan pelayanan (unit cost). 1.2. Permasalahan Permasalahan penelitian adalah apakah tarif pelayanan hemodialisis yang berlaku sekarang di RSU Methodist Medan sudah mampu mendanai atau menutupi biaya yang dikeluarkan di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tarif pelayanan hemodialisis yang berlaku sekarang di RSU Methodist Medan sudah sesuai dengan biaya satuan (unit cost) pelayanan yang dikeluarkan. 1.4. Hipotesis Tarif hemodialisis yang berlaku cukup untuk membiayai total financial requirements Unit Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Methodist Medan Tahun 2006. 1.5. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen RSU Methodist Medan dalam penetapan tarif pelayanan hemodialisis yang rasional dan optimal yang berbasis biaya. b. Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam hal memberikan cara dalam penetapan tarif pelayanan di rumah sakit berbasis biaya khususnya tarif pelayanan hemodialisis dan tarif pelayanan kesehatan lainnya sehingga dapat dikembangkan dan didapatkan formulasi yang lebih rasional dan optimal yang dapat diterapkan di rumah sakit lainnya. c. Menambah wawasan peneliti dan aplikasi di bidang manajemen rumah sakit, khususnya mengenai penentuan biaya satuan unit hemodialisis di rumah sakit.