KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH ANGLE MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

PENGARUH VARIASI PANJANG CONSTANT AREA SECTION STEAM EJECTOR TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI EJECTOR. Abstrak

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER TERHADAP ENTRAINMENT RATIO DAN DISTRIBUSI TEKANAN PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN GEOMETRI EJECTOR PADA PERFORMA SISTEM REFRIGERASI STEAM EJECTOR

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

PENGARUH TEKANAN BOILER DAN VARIASI PANJANG THROAT TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BENTUK GEOMETRI SUDUT CONVERGING DUCT DAN PANJANG CONSTANT-AREA SECTION PADA PERFORMA SISTEM REFRIGERASI STEAM EJECTOR

ANALISA VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR REFRIGERASI DENGAN MENGGUNAKAN CFD

BAB II DASAR TEORI. Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu (Ambarita, Himsar, 2010)

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

Simulasi Numerik Aliran Melewati Nozzle Pada Ejector Converging Diverging dengan Variasi Diameter Exit Nozzle

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN AC

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pengaruh Area Ratio dan Throat Ratio Terhadap Kinerja Liquid Jet Gas Pump

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENGARUH JARAK NOSEL DENGAN CONSTANT AREA SECTION PADA PERFORMANSI STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

INVESTIGASI EKSPERIMENTAL EFEK NOZZLE EXIT POSITION STEAM EJECTOR TERHADAP PARAMETER ENTRAINMENT RATIO DAN EXPANSION RATIO SKRIPSI

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN PERBANDINGAN UNJUK KERJA ANTARA SISTEM AIR-COOLED CHILLER

PENGARUH ALAT EKSPANSI TERHADAP TEMPERATUR DAN TEKANAN PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

BAB II LANDASAN TEORI

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PENGARUH PENAMBAHAN SOLUTION PREHEATER TERHADAP LAJU PRODUKSI UAP REFRIGERAN PADA GENERATOR MESIN REFRIGERASI SIKLUS ABSORPSI

SIMULASI VARIASI TEKANAN INLET DAN POSISI NOZZLE EJECTOR TERHADAP TINGKAT KE-VACUUM-AN PADA STEAM EJECTOR DI PLTP KAMOJANG

SIMULASI VARIASI TEKANAN INLET DAN POSISI NOZZLE EJECTOR TERHADAP TINGKAT KE-VACUUM-AN PADA STEAM EJECTOR DI PLTP KAMOJANG

ANALISIS TERMODINAMIKA PENGGUNAAN EJECTOR SEBAGAI ALAT EKSPANSI PADA PENGKONDISI UDARA MOBIL

E V A P O R A S I PENGUAPAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Refrigerant. Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam ruangan tersebut.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2

SIMULASI CFD PADA VARIASI TEKANAN INLET NOZZLE EJECTOR TERHADAP TINGKAT KE-VACUUM-AN STEAM EJECTOR DI UNIT PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

PENGARUH CONVERGENT DAN CONVERGENT- DIVERGENT NOZZLE TERHADAP ENTRAINMENT RATIO DAN EXPANSION RATIO PADA STEAM EJECTOR SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Politeknik Negeri Bandung

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

ANALISA PENGARUH SUDUT CONVERGING DUCT PADA PERFORMANSI CONSTANT PRESSURE THERMO VAPOR COMPRESSOR MENGGUNAKAN CFD

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN 1-PK DENGAN PENAMBAHAN SUBCOOL MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

IV. METODE PENELITIAN

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC)

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH ANGLE MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION Bachtiar Setya Nugraha Dosen Program Studi S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus E-mail: muria@umk.ac.id Abstrak Sistem steam ejector refrigeration merupakan siklus refrigerasi dengan memanfaatkan energi yang terbuang. Siklus steam ejector refrigeration menggunakan fluida air sebagai refrigeran sehingga lebih ramah lingkungan, selain itu sistem steam ejector dinilai lebih efektif di banding sistem-sistem yang lain karena tidak banyak memerlukan sumber energi yang besar. Sistem steam ejector refrigeration memiliki beberapa bagian utama, antara lain : boiler, ejector, condensor, dan evaporator. Sedangkan bagian-bagian ejector terdiri dari primary nozzle, mixing chamber, throat, dan subsonic diffuser. Ejector adalah bagian yang paling berpengaruh terhadap performansi siklus ini, kinerja ejector dapat dilihat dari besarnya nilai entrainment ratio yaitu perbandingan laju aliran massa dari boiler dengan laju aliran massa dari evaporator. Peningkatan nilai entrainment ratio dapat meningkatkan nilai COP sistem refrigerasi, oleh karena itu dilakukan penelitian desain dan variasi dari bagian ejector untuk mengetahui bentuk geometri maximum yang berpengaruh terhadap entrainment ratio serta COP dari siklus tersebut. Penelitian dilakukan dengan memodifikasi sudut mixing chamber sebesar 3,5, 5, 7, 13 dan memvariasikan kondisi operasi tekanan dari boiler yaitu pada tekanan tekanan boiler 5 kg/cm 2, 4 kg/cm 2 dan 3 kg/cm 2. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa sudut 7 menghasilkan nilai entrainment ratio sebesar 0,71 pada tekanan boiler 5 kg/cm 2. Kunci kata : COP, entrainment ratio, steam ejector refrigeration, sudut mixing chamber Abstract Steam ejector refrigerator is refrigeration system uses dumped energy to generate useful refrigeration. Cycle steam is refrigeration's ejector utilizing water fluid as refrigerant so more environmentally friendly. Use steam ejector evaluated effective at other systems equal because not many need for example big energy. Steam jet ejector refrigeration system have part consist of : boiler, ejector, condensor and evaporator. Meanwhile, part steam ejector consist of : primary nozzle, mixing chamber, throat and subsonic diffuser. Ejector is the most important part to the performance of this cycle, the ejector performance can be seen from the large value of the entrainment ratio. Entrainment ratio is the ratio between the mass flow rate from the boiler with the mass flow rate from the evaporator. Increasing the value of entrainment ratio can increasing the value of COP from a refrigeration system. therefore done by design and variation research of part ejector. In this research, experiment was done by modification the corner of mixing chamber for 3,5, 5, 7, 13. ejector and also by varying the operation pressure of the boiler at pressure 5 kg/cm 2, 4 kg/cm 2 dan 3 kg/cm 2. The results of the experiment show that the entrainment ratio optimum 0,71 in angle for 7 at boiler pressure 5 kg/ cm 2. Keywords :angle mixing chamber, COP, entrainment ratio, steam ejector refrigeratio 1. PENDAHULUAN Ejector refrigeration adalah salah satu sistem refrigerasi yang banyak dikembangkan akhir-akhir ini. Sistem ini merupakan salah satu aplikasi dari pemanfaatan energi yang ramah lingkungan. Karena ejector refrigeration dapat memanfaatkan panas buang dari power plants, ruang pembakaran dan pada proses-proses industri lainya dan digunakan untuk menghaslikan proses refrigerasi atau pendinginan. Selain itu siklus steam ejector refrigeration memiliki konstruksi yang sederhana serta sedikit bagian bergerak sehingga secara ekonomis lebih rendah biaya perawatan dan operasionalnya dibanding siklus kompresi uap [2]. Selain itu pada sistem ini juga dapat digunakan air sebagai fluida refrigerant sehingga sangat ramah lingkungan [1]. Meskipun mempunyai banyak kelebihan tetapi siklus ejector refrigeration ini mempunyai kelemahan yaitu memiliki koefisien kinerja (COP) dan kapasitas pendinginan yang rendah. Sehingga diperlukan studi lebih lanjut guna mengetahui karakteristik dan fenomena yang terjadi dari siklus ejector refrigeration ini. Performansi 88

refrigerasi dari siklus ini tergantung pada kemampuan ejector meningkatkan flow rate refrigerasi yang melalui evaporator atau parameter ini biasa disebut entrainment ratio. Sehingga nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk menaikkan koefisien kinerja (COP) dan kapasitas pendinginan dari siklus ini. Bentuk geometri dan kondisi operasi ejector refrigeration berpengaruh terhadap performansi yang dihasilkan. Dengan memodifikasi sudut mixing chamber dengan berbagai variasi, sehingga akan diperoleh sudut mixing chamber maksimum yang dapat meningkatkan nilai entrainment ratio kemudian berpengaruh pada meningkatnya COP dari siklus ejector refrigeration. 2. METODOLOGI PENELITIAN a. Deskripsi Mesin Uji Dalam penelitian ini menggunakan mesin uji steam ejector refrigeration siklus terbuka. Seperti yang pernah digunakan oleh Meyer [2], tetapi dengan sedikit penambahan dan pengurangan bagian. Pada mesin uji ini digunakan orifice plate flowmeter untuk mengukur laju aliran massa dari primary maupun secondary flow, serta mesin uji ini tidak menggunakan tabung kondenser karena pada penelitian ini hanya akan mengukur entrainment ratio yang dihasilkan. Sehingga uap yang keluar dari ejector langsung ke atmosfer. Mesin uji ini memiliki beberapa komponen utama yaitu boiler, ejector dan evaporator. Digunakan pula beberapa alat ukur yang diperlukan serta refrigerant berupa air. Gambar keseluruhan dari mesin uji tampak pada Gambar 1. Gambar 1. Gambar mesin uji b. Deskripsi Pengujian Dalam penelitian ini ada dua proses pengujian, proses pengujian yang I digunakan untuk validasi alat ukur, dan proses pengujian yang II yang nantinya akan diteliti pengaruh sudut mixing chamber terhadap entrainment ratio yang dihasilkan. Proses Pengujian I Pengujian ini berfungsi sebagai validasi alat ukur. Alat ukur yang akan divalidasi adalah orifice flow meter yang digunakan untuk mengukur laju aliran massa dari uap, kemudian hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil perhitungan teori. Karena keterbatasan teori yang ada, maka yang akan divalidasi adalah laju aliran massa dari primary flow.gambar 2 merupakan alat pengukuran primery flow 89

Kemudian teori yang digunakan untuk validasi adalah teori analisis yang dikembangkan oleh B.J. Huang [4], dan pengujianya meliputi variasi kondisi operasi boiler steam ejector refrigeration yaitu pada tekanan 3, 4, 5 kg/ terhadap primary flow yang keluar dari nozzle. Gambar 2. Alat pengukuran primary flow Proses Pengujian II Pada pengujian ini akan diteliti pengaruh sudut mixing chamber terhadap entraintment ratio yang dihasilkan. Pada pengujian ini kodisi operasi boiler juga divariasikan pada tekanan 3, 4, 5 kg/ kemudian pada setiap tekanan kita lakukan pengujian dengan variasi sudut mixing chamber kemudian kita amati entrainment ratio yang dihasilkan oleh steam ejector refrigeration. Gambar 3 merupakan alat pengukuran secondary flow. Pada pengujian ini juga dilakukan pengambilan data untuk distribusi tekanan sepanjang ejector. Gambar 3. Alat pengukuran secondary flow dan distribusi tekanan 90

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Entraintment Ratio Pada Setiap Nozzle Exit Position. Setelah didapatkan primary dan secondary flow maka selanjutnya dapat dihitung entraintment ratio, compression ratio dan expansion ratio dari siklus steam ejector refrigeraition tersebut menggunakan Persamaan 1, 5 dan 6. Dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. 3.2 Tekanan Dan Kecepatan Sepanjang Ejector Pada Setiap Nozzle Exit Position Setelah didapatkan entraintment ratio dari system kemudian dapat dihitung tekanan dan kecepatan sepanjang ejector pada tiap tiap tekanan operasi boiler untuk setiap nozzle exit position. Dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 1. Entraintment Ratio, Compression Ratio, dan Expansion Ratio Variasi sudut mixing (Pa) (kg/s) CR EXR chamber 3,5 591657 92182,51 101325 0,00662 0,003346 1,099178 6,418322 0,50545 493591 94961,06 101325 0,005723 0,00284 1,067016 5,197825 0,49623 395524 97380,03 101325 0,004849 0,002201 1,040511 4,061654 0,45391 5 591657 90057,74 101325 0,00662 0,003553 1,125112 6,569752 0,53671 493591 94634,17 101325 0,005723 0,003072 1,070702 5,21578 0,53681 395524 97429,07 101325 0,004849 0,002517 1,039987 4,05961 0,51904 7 591657 90711,51 101325 0,00662 0,004672 1,117003 6,522403 0,70580 493591 95042,78 101325 0,005723 0,00368 1,066099 5,193356 0,64303 395524 97085,84 101325 0,004849 0,002226 1,043664 4,073962 0,45897 13 591657 90711,51 101325 0,00662 0,004392 1,117003 6,522403 0,66817 493591 94879,34 101325 0,005723 0,003571 1,067935 5,202302 0,62401 395524 97085,84 101325 0,004849 0,002201 1,043664 4,073962 0,45398 3.3 Grafik Distribusi Tekanan Sepanjang Ejector. Gambar 4 adalah grafik distribusi dari kecepatan dan tekanan sepanjang ejector, dari grafik ini dapat dilihat tekanan rendah yang dihasilkan pada posisi keluar nozzle akan semakin tinggi pada posisi y, m dan 3. Hal ini menunjukan bahwa aliran yang keluar dari nozzle bertemu aliran dengan tekanan yang lebih tinggi dari evaporator seningga tekanan pada posisi y menjadi semakin tinggi dan mengalami pencampuran pada tekanan konstan sampai posisi m dan akhirnya tekanan akan mulai terpengaruh dengan tekanan condenser sehingga menjadi semakin tinggi pada posisi 3. Dari Gambar 5.1 juga dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan dari boiler akan menghasilkan tekanan keluar nozzle yang semakin rendah. 3.4 Grafik Distribusi Kecepatan Sepanjang Ejector. Gambar 4. adalah grafik yang menunjukan perubahan kecepatan pada posisi 1, y, m dan 3 didalam ejector berdasarkan hasil perhitungan yang telah diperoleh. Dari Gambar 4 dapat dilihat kecepatan tinggi yang keluar dari nozzle berangsur angsur turun pada posisi y, m dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa momentum aliran semakin turun menuju ejector exit, dan juga dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan dari boiler akan semakin tinggi pula kecepatan aliran yang dihasilkan, selain itu dapat dilihat juga bahwa kecepatan campuran aliran Vm tertinggi pada posisi NXP = 100 mm 91

Gambar 4. Grafik distribusi kecepatan dan tekanan sepanjang ejector 3.5 Grafik Pengaruh Nozzle Exit Position terhadap Entraintment Ratio Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan boiler menghasilkan entraintment ratio semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan dengan tekanan boiler yang tinggi akan menghasilkan kecepatan keluar nosel dengan kecepatan aliran yang lebih tinggi pula. Sehingga kecepatan aliran akan tetap tinggi meskipun sudah bertemu dengan secondary flow sampai posisi y dan bercampur dengan secondary flow sampai posisi m, seperti terlihat pada grafik distribusi kecepatan. Sedangkan efek dari sudut mixing chamber, dapat dilihat dari grafik bahwa entraintment ratio cenderung tinggi pada sudut 5 dan paling tinggi pada sudut 7. Gambar 5 menunjukkan bahwa sudut mixing chamber optimal adalah 7 yang menghasilkan nilai entrainment ratio 0,71 pada kondisi operasi tekanan boiler 5 kg/cm 2 Gambar 5. Perbandingan entraintraintment ratio. 92

3.6 Distribusi Tekanan Sepanjang Ejector Pada gambar 6 sampai gambar 9 menunjukkan distribusi tekanan pada masing-masing sudut mixing chamber. Pada keempat sudut memiliki karakteristik tekanan yang hampir mirip, yang berbeda adalah besarnya tekanan yang terjadi pada masing-masing titik. Pada titik 1 dan 2 tekanan hampir berimbang karena pengaruh tekanan pada bagian tersebut sangat kecil. Menuju titik 3 tekanan sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan menuju titik 4, hingga didapat tekanan maksimal pada titik 9 yang berada pada throat. Pada titik ini memiliki nilai tekanan maksimum sebesar 104922 Pa yang terjadi pada tekanan boiler 5 kg/cm 2 dan sudut mixing chamber 7. Ini terjadi karena pada titik tersebut merupakan titik vakum terendah sehingga tekanan hisapnya semakin besar. Pada trackline berikutnya grafik menunjukkan terjadinya penurunan hingga nilai yang terjadi hampir sama dengan tekanan atmosfer yang terjadi mulai titik 13 hingga titik 14 yang berada pada sisi diffuser. Gambar 6. Grafik distribusi tekanan pada ejector sudut mixing chamber 3,5 Gambar 7. Grafik distribusi tekanan pada ejector sudut mixing chamber 5 93

Gambar 8. Grafik distribusi tekanan pada ejector sudut mixing chamber 7 94 Gambar 9. Grafik distribusi tekanan pada ejector sudut mixing chamber 13 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Sudut mixing chamber mempengaruhi nilai entrainment ratio dari sistem refrigerasi yang terjadi karena pengaruh luasan constant area nozzle. 2. Nilai entrainment ratio (ω) paling tinggi terjadi pada sudut mixing chamber 7 menghasilkan entrainment ratio (ω)= 0,71 pada tekanan boiler 5. 3. Semakin tinggi tekanan boiler, semakin tinggi kecepatan yang terjadi di sepanjang ejector maka semakin besar daerah vakum yang dihasilkan. Hal ini yang menyebabkan laju aliran massa secondary flow yang terhisap semakin banyak sehingga semakin besar nilai entrainment ratio yang dihasilkan. 4. Orifice plate flowmeter dapat digunakan untuk mengukur laju aliran massa sistem dengan error 0,12% - 19,6% terhadap laju aliran massa teoritis. 5. Distribusi tekanan terjadi sepanjang ejector dan pada pengujian didapat nilai maximum pada titik 9 pada throat sebesar 104922 Pa 4.2 Saran 1. Untuk penelitian lebih lanjut diperlukan pula variasi pengaruh tekanan condenser sehingga dapat diketahui tekanan condenser kritis dan tekanan condenser optimum terhadap performansi sistem. 2. Perlu ditambahkan pemanas yang lebih besar pada boiler agar untuk pengukuran pada tekanan 5 kg/cm 2 bisa didapatkan hasil yang lebih valid. 3. Untuk meningkatkan keamanan sebaiknya ditambahkan juga pressure relief valve pada boiler guna menghindari tekanan boiler yang terlampau tinggi.

4. Pada pengukuran distribusi tekanan diperlukan orang banyak agar pengambilan datanya lebih akurat. 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Chunnanond K. Aphornratana S, (2003), Ejectors: applications in refrigeration technology, Thammasat University. [2] Meyer J, (2006), Steam jet ejector cooling powered by low grade waste or solar heat, Stellenbosch University, Belanda. [3] Changel, (2005), Thermodynamics an engineering approach, 5 th 1ed, McGraw-Hill. [4] Huang B.J, Chang J.M, C.P. Wang and V.A, Petrenko, A (1999), 1-D analysis of ejector performance, Int. J. Refrigeration, 22, 354-364. [5] Pridasawas W, (2003), Solar-driven ejector refrigeration system case, study in thailand, Bangkok. [6] White, Frank M, (1988), Mekanika fluida edisi keempat, Erlangga, Jakarta. [7] Nguyen. V.M, (2000), Development of a solar-powered passive ejector cooling system, Nottingham NG7 2RDUK. 95