BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan akan memenuhi kegagalan (Sanaky, 2010: 1).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar mereka. Berbagai upaya

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2004

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, bertanggung jawab serta produktif. Pendidikan pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

ASRI MAYASARI A

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Study Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun informal. Fakta seperti pada Tabel 1.1. Apabila ingin terlepas. manusia melalui meningkatkan mutu pendidikan.

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia Indonesia. diri dan berhasil dalam kehidupan di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam masa transformasi. Era reformasi telah lahir, masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupan khususnya yang berkaitan dengan bentuk masyarakat dan bangsa Indonesia yang dicita-citakan di masa depan. Upaya untuk membangun suatu masyarakat, bukan perkerjaan yang mudah, karena sangat berkaiatan dengan persoalan budaya dan sikap hidup masyarakat. Diperlukan berbagai terobosan dalam penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan, dengan kata lain diperlukan suatu paradigma-paradigma baru di dalam menghadapi tuntutantuntutan yang baru, dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan (Sanaky, 2010: 1). Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk aspek sosial, ekonomi, budaya, politik dan lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Dalam perjalanannya proses pembangunan membutuhkan sumber daya pendidikan yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu diputuskan untuk mengadakan pembaruan secara menyeluruh terhadap peranan pendidikan. Tetapi sejauh ini, usaha yang mengarah kesana masih belum mencapai target yang tinggi. Untuk mencapai hal tersebut perlu adanya reformasi pendidikan (Ahira, 2010: 1). 1

2 Reformasi pendidikan diibaratkan sebagai pohon yang terdiri dari empat bagian yaitu akar, batang, cabang, dan daunnya. Akar reformasi yang merupakan landasan filosofis yang tak lain bersumber dari cara hidup (way of life) masyarakatnya. Sebagai akarnya reformasi pendidikan adalah masalah sentralisasi-desentralisasi, masalah pemerataan mutu dan siklus politik pemerintahan setempat. Sebagai batangnya adalah berupa mandat dari pemerintah dan standar-standarnya tentang struktur dan tujuannya. Cabang-cabang reformasi pendidikan adalah manajemen lokal (on-site management), pemberdayaan guru, perhatian pada daerah setempat. Sedangkan daun-daun reformasi pendidikan adalah keterlibatan orang tua peserta didik dan keterlibatan masyarakat untuk menentukan misi sekolah. Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Nurkolis, 2009: 2). Tujuan reformasi pendidikan adalah untuk menciptakan pendidikan berkualitas, merata, dan terjangkau. Reformasi pendidikan, meliputi empat bidang, yaitu reformasi birokrasi, pemuliaan pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan, serta reformasi sistem pembelajaran. Reformasi birokrasi mencakup penataan organisasi dan tata laksana, penguatan sumber daya manusia (SDM) dan budaya kerja, serta pemanfaatan teknologi. Pemuliaan PTK meliputi peningkatan profesionalisme guru dalam kualifikasi dan sertifikasi guru hingga minimal S1, serta peningkatan kesejaheraan guru. Sementara, reformasi sistem pembelajaran dilakukan dalam bidang isi, metodologi, dan evaluasi hasil pembelajaran (Nurfuadah, 2010: 1).

3 Dalam pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan (Dantes, 2009: 1). Penerapkan prinsip-prinsip pendidikan nasional telah diatur dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, dengan harapan dapat mendukung segala upaya untuk memecahkan masalah pendidikan serta memberikan sumbangan secara signifikan terhadap masalah-masalah makro bangsa Indonesia. Semua lapisan masyarakat yang terkait dengan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung, hendaknya memiliki pemahaman yang sama terhadap Undangundang Sisdiknas, sehingga upaya pendidikan nasional akan mendapatkan dukungan dari segala penjuru dan akan menjamin keberhasilan pendidikan di masa mendatang. Dalam pasal 3 Undang Undang Sisdiknas bahwa Depdiknas berkewajiban untuk mencapai Visi Pendidikan Nasional sebagai berikut: Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Susiani, 2010, 2).

4 Memperbaiki kualitas manusia Indonesia menjadi kebutuhan mendesak. Komitmen pemerintah yang kuat perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Selain kalangan swasta juga dukungan masyarakat sangat diharapkan untuk mencapai sukses yang diharapkan. Upaya yang sejalan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia secara global. Untuk itu perlu upaya bersama secara kongkrit dan terarah yang dapat memberikan dampak kepada peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia (Dwidjo, 2010: 1). Kualitas sumber daya Manusia ditinjau dari ditinjau dari Indeks Pengembangan Manusia di Indonesia pada tahun 2009 menduduki peringkat 111 dari 182 negara. Persentase pekerja berdasarkan tingkat pendidikan: 18,42% pekerja Indonesia tidak tamat SD, 35,84% pekerja Indonesia hanya tamat SD, 18,75% pekerja Indonesia hanya tamat SLTP, 20,63% pekerja hanya tamat SLTA, Hanya 6,58% pekerja Indonesia menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2006, Indonesia berada pada: kualitas pembelajaran Indonesia berada pada peringkat 50 dari 57 negara untuk bidang Sains, peringkat 50 dari 57 negara untuk bidang Matematika, Peringkat 49 dari 57 negara untuk bidang kemampuan Membaca. Hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) 2007, Indonesia berada pada: peringkat 36 dari 48 negara untuk bidang Matematika, perangkat 35 dari 48 negara untuk bidang Sains (Anonim, 2010: 1). Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan tugas besar dan berjangka waktu panjang karena masalahnya menyangkut masalah pendidikan bangsa. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan jiwa

5 pemimpin harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah. Pendidikan di Indonesia mendapat perhatian baru pada tahun 1969 sejak Pelita I direncanakan. Ini membuktikan Indonesia terlambat 20 tahun dalam membangun dan mengembangkan kwalitas Sumber Daya Manusia. Sebagai perbandingan pada tahun 1950-an Indonesia di berbagai bidang seperti olah raga dan ekonomi relatif lebih baik dari beberapa negara di Asia kecuali Jepang. Tetapi sekarang ini bangsa Indonesia harus mengakui ketinggalan dengan beberapa negara maju di Asia (Sapoetro, 2008: 3). Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran pendidikan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan manusia, karena pendidikan pada dasarnya merupakan upaya menyiapkan peserta didik dimasa mendatang. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dimana individu diberi pertolongan untuk mengembangkan kemampuan, minat dan bakatnya. Hal ini seperti tertuang dalam UU Sisdiknas yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Mulyadi, 2009: 2). Guna mencapai tujuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu institusi penyelenggaraan pendidikan, tujuannya adalah

6 tercapainya proses dan output (keluaran) yang dihasilkan bertumpu pada nilainilai dan transformasi kependidikan. SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional (Isjoni, 2003: 2). Salah satu program keahlian yang diselenggarakan di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri adalah program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi merupakan program untuk mempersiapkan peserta didik, untuk mampu bekerja di bidang pembukuan, teller, bendahara kantor ataupun yang lainnya. Namun, pada kenyataannya lulusan SMK jurusan akuntansi kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tempatnya bekerja, sehingga perlu perbaikkan akan mutu produk pendidikan yang sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana prasarana, alat bahan, manajemen sekolah, lingkungan kerja dan kerjasama industri (Bowo, 2010: 1). Faktor yang menyebabkan kesulitan dalam belajar akuntansi diantaranya adalah kreativitas siswa dalam membuat dan menyampaikan ide-idenya masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena guru kurang mendorong dan membantu

7 siswa dalam memunculkan kreativitasnya. Permasalahan lain yang sering ditemukan pada saat ini adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pada pembelajaran akuntansi, domonasi guru masih sangat tinggi, pengorganisasian siswa cenderung searah dan klasikal dan guru jarang berkeliling mendekati siswa. Selain itu untuk mempelajari materi akuntansi diperlukan cara dan metode belajar yang berbeda bila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya. Faktor kesulitan belajar yang bersumber dari siswa, misalnya motivasi, kemauan, perhatian, metode belajar yang kurang tepat, waktu belajar yang terbatas, kurangnya sumber belajar yang diperlukan. Disamping itu metode mengajar yang kurang tepat serta kurang mampunya siswa menerima materi pelajaran dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan siswa belajar akuntansi (Maas, 2004: 4). Berdasarkan permasalahan tersebut guru akuntansi berupaya untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran, diantaranya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang bersifat kreatif. Pembelajaran kreatif merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengondisikan suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh (Hajriana, 2010: 2). Komponen kurikulum juga harus berbasis kreativitas, mulai dari desain pembelajaran, proses pembelajaran sampai pada evaluasi. Semua aspek perencanaan pembelajaran harus disusun berdasarkan analisis kebutuhan siswa,

8 sehingga signifikan, feasibel, relevan dengan apa yang diinginkan. Proses pembelajaran pada kurikulum berbasis kreativitas harus mampu memberdayakan siswa untuk mengaktualisasikan semua potensi yang dimiliki. Untuk itu pembelajaran harus mampu mengaktifkan semua indra anak, dengan tetap menjaga nilai etika, estetika, logika, bersifat kontekstual, bermakna, dan yang tak kalah pentingnya adalah tetap menyediakan pengalaman yang beragam (Herpratiwi, 2010: 2). Proses pembelajaran kreatif, melibatkan anak dalam brainstorming dan menghasilkan sebanyak mungkin ide, menyediakan lingkungan yang dapat menstimulasi kreativitas bagi anak-anak, jangan terlalu mengendalikan, mendorong motivasi internal, mendorong pemikiran fleksibel dan suasana bermain, serta menghadirkan dan memperkenalkan anak kepada orang-orang kreatif. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif dengan berdialog interaktif dengan siswa, bukan monolog, guru harus bisa mengajukan pertanyaan yang mendorong anak berpikir kreatif, pertanyaan haruslah berbentuk divergen, dimana untuk menjawabnya siswa harus menggunakan proses berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi (Suwarto, 2009: 2). Evaluasi pembelajaran yang berbasis kreativitas tidak memungkinkan anak untuk njiplak. Dengan demikian soal-soal yang disusun untuk ujian dan latihan harus memungkinkan anak untuk berpikir kreatif. Soal, tugas atau yang sejenisnya harus mampu mewadahi semua aspirasi dan semua yang dipikirkan anak. Soal yang hanya menanyakan tingkat kognitif rendah, yaitu sekadar menanyakan aspek ingatan, pengertian dan aplikasi, tidak mungkin akan

9 menciptakan kreativitas anak. Begitu juga bentuk-bentuk soal yang memungkinkan anak untuk menengok jawaban temannya, misalnya soal-soal yang berbentuk obyektif. Memang, mendesain dan mengevaluasi ranah kreativitas dalam pembelajaran sangat sulit (Herpratiwi, 2010: 4). Diterapkannya pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonigiri tersebut dimungkinkan siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, dan meningkatkan prestasi belajarnya. Untuk itu peneliti akan mengkaji tentang pengelolaan pembelajaran akuntansi yang kreatif pada SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonigiri. B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada bagaimana karakteristik pengelolaan pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri. Fokus penelitian diuraikan menjadi dua sub fokus yaitu: 1. Bagaimana karakteristik layout kelas pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri? 2. Bagaimana karakteristik kegiatan guru dalam pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri? 3. Bagaimana karakteristik interaksi pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri.

10 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan karakteristik layout kelas pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri b. Untuk mendeskripsikan karakteristik kegiatan guru dalam pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri c. Untuk mendeskripsikan karakteristik interaksi pembelajaran akuntansi yang kreatif di SMK Sultan Agung Tirtomoyo Wonogiri. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Pemerintah Memberikan sumbangan kepada pemerintah khususnya dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya bidang kompetensi akuntansi melalui pembelajaran akuntansi yang kreatif. b. Bagi Kepala Sekolah Memberikan masukan dalam pengembilan kebijakan kepala sekolah dalam rangka peningkatan kinerja sekolah, khususnya melalui hasil belajar akuntansi. c. Bagi Guru Akuntansi Sebagai masukan dalam upaya penerapan petode pembelajaran yang kreatif khsususnya pada pembelajaran akuntansi.

11 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur pada program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta khususnya pada program magister manajemen pendidikan. E. Definisi Istilah 1. Pembelajaran kreatif adalah usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru. 2. Perencanaan pembelajaran yang kreatif, adalah perencanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan kebutuhan siswa. 3. Devergen adalah bentuk pertanyaan yang memerlukan jawaban yang kreatif. pertanyaan yang divergen memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan pola pikir dari arah yang sempit menuju ke luas. 4. Interaksi pembelajaran akuntansi adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran akuntansi. 5. Layout kelas, adalah pengaturan ruang kelas dan prasarana di dalamnya guna menunjang proses pembelajaran. 6. Interaksi pembelajaran, adalah hubungan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. 7. Layout kelas, adalah tata letak perabot yang ada dalam ruang kelas guna menjamin kenyaman dalam pembelajaran. 8. Interaksi pembelajaran, adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.