BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. para pemodal atau investor untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan salah satunya berupa informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sahamadalah memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham. kerja, dengan sendirinya akan mengurangi jumlah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak yang signifikan bagi

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana,

I. PENDAHULUAN. Nilai Emisi (Rp Juta ) Perubahan (%) Jumlah Emiten

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT)

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dividen yang besarnya minimal sama dengan tingkat bunga deposito atau

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam menunjang pertumbuhan perusahaan, karena pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan signifikan pada perekonomian di berbagai Negara. Walau krisis

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan merupakan dampak yang cukup signifikan dalam. perkembangan usaha di era globalisasi dewasa ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, laporan. Pengertian laporan keuangan ada berbagai macam, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil akan. mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba dari operasi perusahaan. Dari laba yang diperoleh maka

BAB I. Pendahuluan. perusahaan Indonesia mulai menunjukkan perbaikan dilihat dari nilai indek

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ROE PERBANKAN SWASTA DI INDONESIA TAHUN 2005, 2006, 2007

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lama dengan dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. serta kepastian dari hasil evaluasi laporan keuangan. terhadap pihak intern dan ekstern perusahaan selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang ada didalam suatu perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. lihat dengan semakin bertambah jumlah saham yang diperdagangkan dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dianggap penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu tempat transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang pesat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. akhir dari proses akuntansi, yang disajikan sebagai bahan informasi bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan termasuk perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman pada dasarnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Kerugian penurunan nilai aset (asset impairment) terjadi ketika nilai tercatat (carrying amount) suatu aset melebihi nilai terpulihkannya (recoverable amount). Nilai terpulihkan diperoleh dari pengukuran nilai mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dibandingkan dengan nilai pakainya. Kerugian penurunan nilai aset menjadi elemen beban yang diakui pada laporan laba rugi perusahaan. Pada tahun 2011, Telkom membukukan beban kerugian penurunan nilai aset dalam laporan laba rugi sebesar Rp563 miliar, Rp247 miliar pada tahun 2012, bahkan meningkat Rp596 miliar pada tahun 2013. Kasus lain terjadi pada salah satu emiten bidang pertambangan yaitu PT. Medco Energi Internasional. Pada 16 Oktober 2013, Medco memutuskan untuk menutup operasi pabrik ethanolnya. Pabrik yang telah beroperasi sejak 2009 ini tutup karena masalah pasokan yang tidak cukup dan berkelanjutan. Penutupan ini berakibat pada total kerugian sebesar US$20 juta untuk penurunan nilai aset. Kerugian penurunan nilai aset juga dialami oleh PT. Garuda Indonesia. Pada tahun 2013, Garuda Indonesia membukukan penurunan nilai aset sebesar Rp135 miliar, naik dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp124 miliar. Terdapat indikasi bahwa tambahan beban akibat terjadinya kerugian penurunan nilai akan menggerus porsi laba yang seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan sehingga akan dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan tersebut. Indikasi berikutnya adalah terpengaruhnya tingkat struktur modal perusahaan ketika aset tetap yang sebagian besar diperoleh perusahaan dengan menggunakan utang jangka panjang mengalami kerugian penurunan nilai aset. Perusahaan akan dihadapkan pada tingkat utang pada jumlah yang relatif tetap dibandingkan dengan aset yang justru mengalami penurunan nilai. Indikasi lain adalah penilaian investor terhadap perusahaan yang mengalami kerugian penurunan nilai akan bervariasi sehingga mempengaruhi nilai pasar perusahaan tersebut. Untuk itu diperlukan pengujian dan analisis terkait pengaruh antara kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai 1

pasar. Penelitian yang dilakukan Strong dan Mayer (1987), serta Ragothaman dan Bublitz (1996) dalam Yang (2014) tentang pengaruh pengumuman kerugian penurunan nilai aset menunjukkan bahwa harga saham akan turun ketika entitas mengumumkan mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam laporan keuangannya. Semakin besar jumlah kerugian penurunan nilai aset yang diumumkan, semakin besar penurunan harga saham entitas tersebut di hari publikasi laporan keuangannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan Zucca dan Campbell (1992) dalam Yang (2014) justru menyatakan entitas yang mengumumkan penurunan nilai aset tidak mengakibatkan reaksi negatif di pasar karena pasar beranggapan bahwa entitas melaporkan penurunan nilai aset sebagai manajemen laba, dan tidak begitu berpengaruh pada nilai aset perusahaan secara nyata. Penelitian ini menganalisa dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam periode tahun 2011 sampai dengan 2014. Analisis keseluruhan sektor industri dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar. 1.2 Latar Belakang Penelitian Aset didefinisikan dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) 6 paragraf 25 sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti, yang diperoleh, dikuasai, ataupun dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Conceptual Framework of International Accouting Standards Boards (IASB) menekankan terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendifinisikan aset, yaitu terdapatnya kendali atas sumber daya (resources) oleh entitas, berasal dari transaksi masa lalu, terdapat manfaat ekonomi di masa mendatang yang diharapkan mengalir ke entitas pemilik (future benefit). Aset menunjukkan kekuatan operasional perusahaan karena aset memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value), maupun nilai tukar (exchange value). Aset digunakan oleh suatu entitas untuk mendukung kegiatan operasional, pembiayaan, maupun 2

untuk investasi. Aset juga sangat berhubungan erat dengan kewajiban dan ekuitas perusahaan karena cara memperolehnya tidak dapat dipisahkan. Aset, kewajiban, maupun ekuitas berada dalam elemen neraca dalam sebuah entitas Pengelolaan dan manajemen aset yang baik dilakukan oleh entitas agar setiap aset yang dimilikinya mampu memberikan kontribusi pada peningkatan nilai entitas tersebut. Menurut Sugiama (2013:15) berdasarkan pada pengelolaan aset fisik, secara definitif manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien. Tujuan manajemen aset adalah agar biaya yang timbul selama kepemilikan aset dapat diminimalkan, terciptanya laba yang optimal, serta penggunaan dan pemanfaatan aset mencapai titik yang optimum. Siklus kehidupan manajemen aset terdiri dari empat unsur kunci, yaitu pemeliharaan yang bersifat pencegahan, penurunan penundaan pemeliharaan, pembaharuan, dan fungsi peningkatan. Untuk pencapaian tujuan dalam manajemen aset diperlukan penggunaan perencanaan manajemen strategis berupa rencana panjang bagi organisasi dengan mengakomodasikan visi, misi, dan penciptaan nilai organisasi, kebijakan bisnis, persyaratan yang ditetapkan oleh para pemangku kepentingan, tujuan organisasi, serta manajemen risiko. Permasalahan mulai timbul ketika aset yang diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomik di masa mendatang justru mengalami penurunan nilai sehingga menyebabkan kerugian bagi entitas pemilik aset. Kerugian penurunan nilai aset terjadi ketika nilai aset yang entitas catat dalam laporan keuangan lebih tinggi daripada nilai pemulihan aset tersebut. Terdapat berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai sebuah aset, baik disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor-faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai sebuah aset adalah terjadinya perubahan signifikan nilai pasar, perubahan signifikan teknologi, ekonomi, dan lingkup hukum. Sedangkan faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian penurunan nilai adalah terjadinya keusangan atau kerusakan fisik aset, perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat 3

aset, serta terdapatnya bukti internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang diharapkan. Aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut akan diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi. Martani (2012:2) menyatakan, Penurunan nilai didasarkan pada prinsip konservatisme dan kehati-hatian. Aset tidak boleh dicatat overstated, dari nilai dapat diperoleh kembali. Sesuai definisi aset adalah manfaat ekonomi yang di masa depan yang diharapkan akan mengalir dalam suatu entitas. Aset harus disajikan sebesar nilai yang mencerminkan manfaat ekonomi yang akan diperoleh di masa depan. Saat nilai yang akan diperoleh di masa depan lebih rendah dari nilai tercatat, maka aset tersebut harus diturunkan. Kontrol entitas terhadap penurunan nilai aset akan membuat nilai aset entitas mampu mencerminkan manfaat ekonomi yang sebenarnya di masa mendatang. Entitas perlu memperhatikan konsep konservatif, kehati-hatian, relevansi informasi terkait penurunan nilai aset, serta menganalisa berbagai efek internal maupun eksternal yang ditimbulkan akibat terjadinya penurunan nilai aset tersebut. Penyajian aset secara jujur (representational faithfulness) dalam laporan keuangan menjadi elemen penting dalam pengambilan keputusan oleh para pihak pengguna dalam mendefinisikan laporan keuangan, khususnya ketika terjadi penurunan nilai aset yang material bagi perusahaan. Kesalahan penyajian aset menyebabkan banyak elemen laporan keuangan lain yang ikut terpengaruh karena terjadinya kesalahan tersebut, baik pada elemen neraca maupun laporan laba rugi, sehingga analisis fundamental perusahaan akan menjadi kurang tepat. Beban yang timbul sebagai akibat terjadinya penurunan nilai aset dicatat pada laporan laba rugi entitas sehingga mengurangi tingkat profitabilitas entitas tersebut. Apabila entitas memilih untuk tidak melakukan pencatatan kerugian penurunan nilai aset, maka nilai aset yang tercatat tidak mencerminkan kondisi sebenarnya serta terdapat kemungkinan entitas justru harus mengalami kerugian penurunan nilai yang lebih besar pada periode berikutnya. Perkembangan teknologi dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai aset. Perusahaan yang telah 4

menginvestasikan dananya pada aset tertentu, dapat mengalami kerugian penurunan nilai aset apabila ditemukan teknologi baru yang menyebabkan nilai aset lama tersebut menjadi turun, atau bahkan tidak bernilai lagi. Hal ini banyak dialami oleh perusahaan yang berada di sektor teknologi informasi, di mana aset menjadi infrastruktur utama sebagai penggerak roda bisnisnya dengan dana investasi yang cukup besar. Apabila kemudian ditemukan teknologi yang baru dapat menyebabkan aset lama menjadi tidak bermanfaat lagi, entitas harus mencatat kerugian penurunan nilai aset lama akibat hal tersebut. Konsep penurunan nilai aset telah mulai mendapat perhatian dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan ditetapkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 48 tentang Penurunan Nilai Aset yang disahkan pada tanggal 15 Juli 1998 untuk berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2000. Pada perkembangannya PSAK 48 ini mengalami beberapa kali penyesuaian untuk mengadopsi perlakuan International Accounting Standar (IAS) Nomor 36 tentang Impairment of Assets. PSAK 48 terakhir direvisi pada tanggal 29 April 2014 untuk berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2015. Tujuan utama ditetapkannya PSAK 48 adalah untuk menetapkan prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkan jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan disyaratkan entitas untuk mengakui rugi penurunan nilai. PSAK 48 juga bertujuan menentukan kapan entitas dapat membalik rugi penurunan nilai dan menetapkan pengungkapan terkait rugi penurunan nilai tersebut. Martani (2012:2) menyatakan, Setiap entitas pada akhir periode pelaporan harus melakukan review apakah aset yang dimilikinya mengalami penurunan nilai. Sebelum penurunan nilai dilakukan, entitas menguji ada tidaknya indikasi penurunan nilai. Jika tidak ada indikasi, maka pencatatan kerugian penurunan nilai aset tidak perlu dilakukan. Sebaliknya jika terdapat indikasi, entitas diwajibkan menghitung nilai terpulihkan dengan membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian akan diakui sebesar selisih nilai tercatat 5

dengan nilai terpulihkan. Dalam praktik, perusahaan cenderung menghindari melakukan penurunan nilai karena dampak penurunan nilai akan mengurangi laba dan memperkecil nilai aset entitas. Entitas juga sulit untuk menentukan nilai terpulihkan. Dalam menentukan nilai pakai banyak menggunakan nilai estimasi dan asumsi yang dipengaruhi oleh subyektivitas manajemen. Dalam menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai, PSAK 48 paragraf 12 menyebutkan bahwa entitas wajib mempertimbangkan informasi dari sumber-sumber eksternal, misalnya apakah terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan selama periode tersebut lebih dari yang diperkirakan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal; perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, atau lingkup hukum tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan entitas; telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat; suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi telah meningkat selama periode tersebut; jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya. Selain faktor eksternal, entitas juga wajib mempertimbangkan informasi dari sumber-sumber internal, misalnya apakah terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset; telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak merugikan; serta terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomik aset lebih buruk, atau akan lebih buruk dari yang diperkirakan. Entitas yang mengalami penurunan nilai aset, akan mengakui penurunan nilai tersebut sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset tersebut kemudian akan disesuaikan atau diturunkan nilainya sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan. Entitas wajib mengungkapkan aset yang mengalami penurunan nilai dalam catatan atas laporan keuangan. Sooriyakumaran (2014:2) menyatakan, The effect of impairment of assets on firms capital structure is being introduced theoretically and tested empirically. Kerugian penurunan nilai aset menyebabkan entitas harus mencatat beban kerugian penurunan nilai aset sehingga mempengaruhi laporan laba rugi dan neraca entitas, menurunkan laba dan nilai aset, dan pada akhirnya 6

berpengaruh pula terhadap kemampuan entitas untuk mendapatkan pinjaman dana. Dari sisi eksternal, para investor juga akan menaruh perhatian besar dalam melakukan analisis investasi terhadap entitas yang mengalami kerugian penurunan nilai aset. Penelitian yang dilakukan Strong dan Mayer (1987) dalam Yang (2014:3) tentang pengaruh pengumuman kerugian penurunan nilai aset menunjukkan bahwa harga saham akan turun ketika entitas mengumumkan mengalami kerugian penurunan nilai aset dalam laporan keuangannya. Bartov (1998) dalam Yang (2014:2) melakukan penelitian dampak jangka panjang dan jangka pendek nilai pasar terhadap perusahaan yang melaporkan kerugian penurunan nilai aset. Penelitian ini menunjukkan pasar nilai pasar lebih negatif pada tahun di mana kerugian penurunan nilai diumumkan ke pasar. Penelitian ini juga menyimpulkan arti penting perusahaan melaporkan penurunan nilai aset karena akan menunjukkan nilai aset yang sebenarnya. Penulis mencoba mengamati beberapa perusahaan di Indonesia terkait fenomena kerugian penurunan nilai menggunakan variabel penelitian yang digunakan oleh Sooriyakumaran (2014), tentang bagaimana pengaruh kerugian penurunan nilai terhadap profitabilitas dan struktur modal. Dari pengamatan terhadap tiga perusahaan yaitu PT. Telkom, Medco Energy, dan Garuda Indonesia menggunakan analisis rasio model penelitian Sooriyakumaran (2014), menunjukkan rasio profitabilitas yang menurun ketika perusahaan mengalami kerugian penurunan nilai, sedangkan rasio long term debt per total equity dan long term debt per total asset cenderung meningkat. 7

Tabel 1.1 Impairment Loss PT. Telkom PT. Telkom 2011 2012 2013 2014 Impairment Rp 563 M Rp 247 Rp 596 Rp 805 OPR 29.27 31.41 32.72 31.38 NPM 21.73 23.84 24.59 23.94 ROE 25.39 27.45 26.35 24.93 ROA 18.93 22.05 21.50 20.04 LTD/TE 32.61 30.28 28.53 26.69 LTE/TA 19.29 18.21 17.26 16.31 Sumber : Pengolahan data laporan keuangan Tabel 1.2 Impairment Loss PT. Medco Energy Medco 2011 2012 2013 2014 Impairment $ 4.712.923 $ 9.128.182 $ 27.175.300 $ 16.428.117 OPR 26.13 21.81 21.67 14.12 NPM 11.75 2.08 1.80 1.18 ROE 11.07 2.24 1.78 1.00 ROA 7.42 1.25 0.93 0.46 LTD/TE 105.87 163.71 136.59 148.00 LTD/TA 35.36 51.98 48.38 49.21 Sumber : Pengolahan data laporan keuangan Tabel 1.3 Impairment Loss PT. Garuda Indonesia Garuda 2011 2012 2013 2014 Impairment $ 13.855.546 $ 10.371.034 $ 10.649.525 $ 68.064.606 OPR 3.1 4.4 0.36-11.6 NPM 2.1 3.2 0.36-9.4 ROE 6.6 9.9 1.21-41.9 ROA 4.7 5.9 0.63-16.0 LTD/TE 53.2 58.2 77.09 115.3 LTD/TA 24.2 25.8 29.00 32.6 Sumber : Pengolahan data laporan keuangan 8

Harahap (2008:126-129) menyatakan, beberapa karakteristik laporan keuangan berdasarkan PSAK adalah : 1. Dapat dipahami 2. Relevan 3. Materialitas 4. Keandalan 5. Penyajian jujur 6. Substansi mengungguli bentuk 7. Netralitas 8. Pertimbangan sehat 9. Kelengkapan Realibility and Relevance adalah dua kunci utama karakteristik kualitatif dari pelaporan keuangan. Untuk itu, pelaporan keuangan harus mampu menyajikan informasi nyata tentang posisi keuangan, laba atau rugi dari kegiatan operasional, perubahan modal, serta arus kas sebuah entitas. Berbagai peristiwa dapat terjadi selama satu periode pelaporan keuangan, misalnya nilai pasar aset yang turun secara signifikan, kerusakan fisik aset sehingga tidak dapat digunakan secara maksimal, terjadinya keusangan aset, atau berbagai hal yang dapat menyebabkan penurunan nilai aset suatu entitas. Beban yang timbul akibat kerugian penurunan nilai aset perlu disajikan dalam laporan keuangan sehingga nilai aset akan tersaji pada nilai yang sebenarnya meskipun akan mempengaruhi tingkat profitabilitas dan struktur modal entitas tersebut. PSAK 48 paragraf 9 menyatakan bahwa pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa setiap elemen dalam laporan keuangan harus disajikan secara wajar, sehingga perlu dilakukan identifikasi pada setiap akhir periode pelaporan apakah terdapat indikasi penurunan nilai atas aset yang dimiliki perusahaan. Situasi yang melatarbelakangi penelitian ini adalah semakin banyaknya entitas yang mengalami kerugian penurunan nilai aset khususnya sebagai dampak terjadinya krisis ekonomi global dan pesatnya perkembangan teknologi 9

baru yang menyebabkan nilai aset menjadi cepat usang. Dampak terjadinya kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan yang mengalami kerugian penurunan nilai aset merupakan hal yang layak untuk dianalisis. 1.3 Perumusan Masalah Kerugian penurunan nilai aset dapat dialami oleh setiap entitas ketika nilai yang tercatat dalam laporan keuangan melebihi nilai yang dapat dipulihkan. PSAK 48 tentang Kerugian Penurunan Nilai Aset menjelaskan bahwa aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut harus diakui sebagai beban kerugian penurunan nilai aset dalam laporan laba rugi. Semua aset yang dimiliki oleh entitas memiliki potensi untuk mengalami penurunan nilai. Untuk itu terkadang entitas membentuk provisi atau penyisihan kerugian penurunan nilai meskipun akan mempengaruhi profitabilitas dan struktur modal entitas tersebut. Investor juga akan menaruh perhatian kepada kondisi entitas yang mengalami kerugian penurunan nilai aset. Menurut Zucca dan Campbell (1992) dalam Yang (2014:2), sebagian investor berpendapat bahwa perusahaan yang mencatat kerugian penurunan nilai asetnya dalam periode tertentu justru akan terhindar dari potensi kerugian penurunan nilai aset yang lebih besar di masa mendatang. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan go public di Indonesia telah mendapat perhatian besar di kalangan akademisi maupun praktisi yang ditunjukkan dengan beberapa studi terdahulu yang membahas hal ini. Dari hasil pencarian literatur di Indonesia, belum ditemukan penelitian terpublikasi di Indonesia mengenai analisis kerugian penurunan nilai aset dan dampaknya terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar. Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas yang diukur dengan rasio Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 10

2. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap struktur modal yang diukur dengan rasio Long Term Debt per Total Equity dan Long Term Debt per Total Asset perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap nilai pasar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kerugian penurunan nilai aset dan dampaknya terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan tentang faktor yang dapat berdampak terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar perusahaan yaitu dalam hal ini kerugian penurunan nilai aset. Analisis dilakukan untuk keseluruhan sektor industri berdasarkan pengelompokan sektor industri perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia oleh Jakarta Stock Exchange Industrial Classification (JASICA) sehingga diharapkan mampu mengindentifikasi secara detail bagaimana dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar untuk setiap sektor industri. Analisis pengamatan menggunakan data emiten seluruh sektor yang mengalami kerugian penurunan nilai aset sepanjang periode 2011 sampai dengan 2014. Dari analisis tersebut diharapkan akan dapat dilihat apakah semua sektor mengalami kerugian penurunan nilai dan berdampak terhadap profitabilitas, struktur modal dan nilai pasar. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Mengetahui dampak kerugian penurunan nilai aset terhadap nilai pasar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 11

1.5 Kegunaan Penelitian Manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan untuk: a) Mengidentifikasi potensi dan pengaruh yang terjadi akibat terjadinya kerugian penurunan nilai aset terhadap profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar yang terjadi. b) Perusahaan kemudian dapat melakukan pemetaan strategi apabila terjadi indikasi penurunan nilai aset sehingga perusahaan menjadi lebih siap dalam menghadapi berbagai issue seputar penurunan nilai aset yang disebabkan baik dari faktor internal maupun eksternal. c) Perusahaan akan dituntut lebih jeli dalam melakukan investasi pada asetnya untuk dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sekaligus melakukan mitigasi, misalnya dengan membentuk provisi penurunan nilai aset sebagai upaya mengurangi resiko terjadinya penurunan nilai aset yang menyebabkan timbulnya beban atas penurunan nilai aset tersebut. 2. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan untuk : a) Mengidentifikasi faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas, struktur modal, dan nilai pasar yang selama ini kurang mendapat perhatian untuk diteliti, dalam hal ini adalah terjadinya penurunan nilai aset. b) Penelitian tentang efek dan pengaruh yang ditimbulkan akibat terjadinya kerugian penurunan nilai aset masih sangat jarang di Indonesia, dengan penelitian ini diharapkan dapat memunculkan berbagai inovasi dan langkah pencegahan atas terjadinya penurunan nilai aset. 12

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penyusunan thesis ini meliputi : Bab I Pendahulan Bagian ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bagian ini menguraikan hasil kajian kepustakaan dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian. Dasar-dasar teori yang menunjang penelitian bersumber dari buku referensi, jurnal penelitian, thesis, dan disertasi yang dapat dipercaya. Bab III Metode Penelitian Bagian ini berisikan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab dan menjelaskan permasalahan penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bagian ini menguraikan proses data dan analisis hasil pengolahan tersebut dengan metoda yang telah ditetapkan sebelumnya. Bab V Kesimpulan dan Saran Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan dan merumuskan rekomendasi sesuai hasil penelitian. 13