BAB I PENDAHULUAN. adiktif). Guna menanggulangi hal tersebut maka para pelaku pelanggaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. menggolongkan perbedaan antara jenis obat psikotropika dan obat narkotika, serta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan berbagai media di Indonesia, baik cetak maupun elektronik banyak mengulas

PELAKSANAAN SANKSI PIDANA DENDA PADA TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

KATA PENGANTAR. Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

I.PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan sebagai mana mestinya, pada dasarnya narkoba hanya boleh di

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BABI. Pada masa sekarang, diketahui bahwa banyak sekali larangan dan. himbauan yang berupa tulisan maupun lisan, baik di media cetak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang dari tahun ke

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK TERHADAP NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah bagi sebagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

17. Keputusan Menteri...

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

Kementerian Sosial RI

KEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus pelanggaran hukum yang terjadi di Indonesia banyak jenisnya, salah satunya penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif). Guna menanggulangi hal tersebut maka para pelaku pelanggaran tersebut harus mendapatkan hukuman yang sesuai dengan peraturan pemerintah, yaitu hukum pidana berdasarkan undang-undang yang berlaku. Warga binaan adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. (UU nomor 21 tahun 2013 ayat 6). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini. (UU nomor 35 tahun 2009 pasal 1 ayat 1) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan sintesis, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (UU nomor 5 tahun 1997 pasal 1 ayat 1) Berdasarkan data yang diperoleh dari lembaga pemasyarakatan X Bandung, warga binaan yang ada didalam lembaga pemasyarakatan tersebut berjumlah 1065 orang (2010), 1406 orang (2011), 1473 orang (2012), dan 1 Universitas Kristen Maranatha

1333 orang (2013). Berdasarkan data yang ada, menunjukkan jumlah yang signifikan terhadap peningkatan jumlah warga binaan yang ada pada lembaga pemasyarakatan X Bandung. Warga binaan kasus pelanggaran NAPZA adalah warga binaan yang tertangkap baik sebagai pecandu, pembuat (bandar), ataupun pengedar. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis. (UU no 35 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Pembuat (bandar) adalah individu yang melakukan kegiatan atau proses penyediaan, mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas, dan / atau mengubah bentuk narkotika termasuk mengekstrasi, mengkonversi, atau merakit narkotika untuk memproduksi obat (UU no 22 tahun 1997 pasal 1 ayat 5). Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan psikotropika, baik dalm rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan (UU no 5 tahun 1997 pasai 1 ayat 6). Setelah tertangkap, warga binaan akan mendapatkan hukuman pidana sesuai dengan pasal Undang-Undang yang berlaku. Lama masa hukuman pidana yang didapatkan warga binaan bervariasi sesuai dengan berapa banyak warga binaan tersebut terjerat pasal dalam Undang-Undang. Hukuman pidana dapat dilihat sebagai dampak negatif dari perilaku penyalahgunaan NAPZA yang telah dilakukan warga binaan. Hukuman pidana dapat dilihat sebagai bentuk punishment yang diberikan pada warga binaan. Warga binaan dapat melihat hukuman dari sudut pandang yang Universitas Kristen Maranatha 2

positif dan negatif. Ketika warga binaan melihat hukuman dari sudut pandang yang positif, warga binaan akan menyadari kesalahannya, lalu kemudian akan muncul gratitude dalam diri warga binaan dan akan membuat warga binaan melakukan hal yang positif dan berhenti melakukan penyalahgunaan NAPZA. Ketika warga binaan melihat hukuman pidana tersebut dari sudut pandang yang negatif, individu tersebut akan sulit untuk menyadari kesalahannya, dan untuk memunculkan gratitude, juga akan sulit dan cenderung untuk mengulang perilaku negatif-nya, yaitu melakukan penyalahgunaan NAPZA. Berdasarkan undang-undang nomor 18 tahun 1981 pasal 22, jenis penahanan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu penahanan rumah, penahanan kota, dan penahanan rumah tahanan negara. Penahanan rumah tahanan negara biasa dikenal dengan lembaga pemasyarakatan. Lembaga pemasyarakatan memiliki banyak jenisnya, ada lembaga pemasyarakatan untuk berbagai macam kasus, dimana semua kasus yang melanggar hukum di jadikan satu dan ada juga yang hanya untuk satu kasus pidana. Salah satu lembaga pemasyarakatan yang menangani satu kasus pidana adalah lembaga pemasyarakatan yang khusus menangani kasus pelanggaran NAPZA. Dalam lembaga pemasyarakatan ini, semua orang yang melakukan pelanggaran NAPZA, baik bandar, pengedar, pecandu atau pemakai NAPZA ditahan dalam lembaga pemasyarakatan jenis ini. Selama 3 tahun, warga binaan tidak akan langsung masuk dalam lembaga pemayarakatan. Warga binaan ketika pertama kali tertangkap, akan Universitas Kristen Maranatha 3

di tahan di pihak kepolisian sambil menunggu berkas lengkap. Setelah berkas lengkap, akan dikirim ke kantor kejaksaan lalu warga binaan akan dipindahkan ke kantor kejaksaan dan menjadi tahanan kejaksaan untuk menunggu proses sidang. Setelah proses sidang, akan diputuskan berapa lama hukuman yang harus dijalani. Kemudian, warga binaan akan ditempatkan di lembaga pemanyarakatan yang umum (dimana semua kasus pelanggaran hukum ada). Setelah itu warga binaan harus menunggu surat keputusan apakah akan dipindahkan atau harus menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan tersebut. Biasanya, warga binaan dengan kasus pelanggaran NAPZA, akan di pindahkan dalam lembaga pemasyarakatan yang khusus menangani kasus pelanggaran NAPZA, seperti lembaga pemasyarakatan X ini. Warga binaan sebelum tertangkap, mereka menggunakan NAPZA secara diam-diam. Hal tersebut dilakukan selain karena agar orang di sekitarnya tidak mengetahui, hal itu dilakukan karena mereka memiliki prinsip bahwa mereka tidak boleh percaya orang lain, karena jika salah percaya orang, mereka bisa tertangkap oleh pihak berwajib. Hal itu yang membuat mereka terlatih untuk tidak percaya pada orang lain. Ketidakpercayaannya terhadap orang lain tersebut membuat warga binaan akan merasa semakin sendiri. Warga binaan akan menjadi sulit untuk menerima apa yang orang lain berikan untuk dirinya, yang kemudian akan membuat warga binaan sulit untuk menghargai apa yang orang lain berikan. Universitas Kristen Maranatha 4

Warga binaan akan merasa apa yang mereka miliki selalu kurang dan membuat mereka mencari yang lebih. Ketika hal yang dicari tidak ada, akan memunculkan stress dan membuat mereka memakai narkotika lagi. Pemakaian narkotika ini dimaksuskan untuk menghilangkan stress dalam diri mereka. Pemakaian nakotika dilakukan secara terus menerus yang menyebabkan mereka akan semakin ketergantungan pada narkotika. Ketergantungan ini biasa dikenal dengan sebutan adiksi. Kegiatan mengonsumsi narkotika merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum. Warga binaan yang tertangkap, saat pertama kali akan memunculkan perasaan tidak terima dan merasa segalanya akan berakhir. Warga binaan juga merasa bahwa hidup mereka sia-sia dan merasa tidak bisa melakukan apapun juga. Perasaan bersalah yang muncul, akan membuat mereka mengetahui dan menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Warga binaan akan mulai untuk menerima hukuman yang diberikan. Saat mulai menerima apa yang mereka punya selama ada didalam penjara, seperti kegiatan yang diadakan oleh lembaga pemasyarakatan, memanfaatkan waktu ibadah dan lainnya, akan memunculkan perasaan gratitude. Perasaan tersebut akan membuat warga binaan mulai untuk keluar dari dunia itu, dan mulai untuk mengembangkan diri menjadi lebih positif dan mulai untuk berhenti menggunakan NAPZA. Ketika berada kondisi psikologi yang negatif, seperti marah, kecewa, takut, cemas, dan putus asa, akan membuat warga binaan cenderung terus Universitas Kristen Maranatha 5

menyalahkan dirinya sendiri dan sulit untuk memunculkan perasaan gratitude, sehingga, sulit untuk mengembangkan diri menjadi lebih positif. Hal itu menyebabkan warga binaan memiliki kecenderungan yang besar untuk terus melakukan pelanggaran NAPZA. Sehingga sering kali banyak yang sudah keluar, masuk lagi dalam lembaga pemasyarakatan dengan kasus yang sama, yaitu melakukan pelanggaran NAPZA. Panjangnya proses hukum yang harus dijalani, membuat warga binaan akan menimbulkan rasa bersalah. Hal tersebut setelah beberapa lama, akan membuat invidu tersebut mulai menerima hukuman dan merasa hukuman tersebut harus tetap dijalani, yang kemudian individu dapat beradaptasi dengan siatuasi dan kondisi yang ada. Ketika individu tersebut melihat kondisi tersebut dari sisi yang positif, akan membuat individu sadar atas kesalahan yang dia perbuat dan akan memunculkan perasaan bersyukur dan berusaha untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, salah satunya dengan berhenti melakukan penyalahgunaan NAPZA. Warga binaan yang belum memunculkan perasaan gratitude, akan sulit untuk mengembangkan diri ke arah yang lebih positif. Sikap warga binaan terhadap kegiatan yang diadakan oleh lembaga pemasyarakatan, akan cenderung negatif dan menolak serta merasa bahwa kegiatan yang diadakan disana tidak memberikan manfaat bagi dirinya. Sehingga membuat warga binaan menolak untuk ikut kegiatan dengan menggunakan berbagai alasan seperti sakit. Universitas Kristen Maranatha 6

Banyak hal yang pihak lembaga pemasyarakatan lakukan sebagai upaya yang bertujuan untuk rehabilitasi warga binaan di sana. Pihak lembaga pemasyarakatan mengadakan berbagai kegiatan, seperti kegiatan pramuka, membuat komunitas yang di beri nama TC (Therapy Community), sharing bersama panti rehabilitasi narkotika (seperti Rumah Cemara), rampak gendang, angklung, pengajian, renungan pagi, kebaktian rutin, teater, memberikan keterampilan seperti membuat lemari, kursi, sangkar burung, menjahit baju anak. Mereka juga diajarkan untuk berkebun dan merawat binatang peliharaan yang ada disana seperti burung dan iguana. Banyaknya hal positif yang diberikan oleh pihak lembaga pemasyarakatan, dapat membantu untuk memunculkan gratitude dalam diri individu. Gratitude merupakan dasar bagi individu untuk mengembangkan diri lebih positif. Menurut Emmons (2007), gratitude merupakan kesadaran bahwa individu adalah penerima kebaikan. Gratitude merupakan keadaan dimana individu mengingat kontribusi yang diberikan orang lain untuk kesejahteraan individu. Dari sisi penerima, individu mengakui telah menerima keuntungan, dan individu menyadari bahwa pemberi dengan sengaja menawarkan keuntungan pada individu. Dari sisi pemberi, individu mengakui bahwa penerima sedang membutuhkan hal tersebut atau sebagai orang yang layak sebagai penerima keuntungan, dan mengakui bahwa individu mampu sebagai penyedia keuntungan tersebut. Individu tidak dapat bersyukur tanpa menjadi bijaksana. Individu tidak dapat mengubah Universitas Kristen Maranatha 7

kehidupan mental yang ada didalam dirinya menjadi netral. Itu sebabnya gratitude memerlukan permenungan dan pemikiran. Individu yang sudah memunculkan perasaan gratitude dalam dirinya, akan terlibat dari satu atau lebih kegiatan yang ada disana. Meskipun kegiatan tersebut bukan sebuah kegiatan yang besar, tetapi ketika mereka menghargai kesempatan yang diberikan pihak lembaga pemasyarakatan dan mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat mengembangkan diri mereka lebih positif. Hal tersebut merupakan salah satu cara individu menunjukkan perasaan gratitude yang dimiliki oleh warga binaan. Hal lain yang timbul karena belum timbulnya perasaan gratitude dalam diri warga binaan adalah mereka belum menerima hukuman pidana yang ada, karena mereka merasa diri mereka tetap benar dan mereka hanyalah korban, merasa bahwa hukuman yang diterima karena mereka kurang beruntung, mereka cenderung menyalahkan keadaan, ataupun merasa bahwa mereka menerima hukuman karena mereka dijebak. Dengan adanya berbagai kondisi negatif yang ada dalam diri mereka tersebut, akan sulit untuk memunculkan perasaan gratitude, sehingga mereka akan sulit untuk mengembangkan diri kearah yang lebih positif. hal tersebut dapat tercermin dari banyaknya warga binaan yang tetap memakai narkotika didalam lembaga pemasyarakatan, banyaknya warga binaan yang bingung harus melakukan apa, dan banyak warga binaan yang setelah keluar masuk lagi dengan kasus yang sama. Universitas Kristen Maranatha 8

Sehingga, sangat penting untuk menimbulkan perasaan gratitude dalam diri individu, karena dengan munculnya perasaan gratitude, akan membantu lembaga pemasyarakatan untuk membuat berbagai kegiatan yang dapat membantu warga binaan untuk mengembangkan diri dan merupakan sebagai upaya dalam pengembangan proses rehabilitasi. Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan X di Bandung dengan menggunakan metode wawancara para enam orang warga binaan, diperoleh data bahwa sebanyak 13 (50%) warga binaan memandang bahwa hukuman merupakan suatu hal yang sudah seharusnya diterima karena merupakan konsekuensi dari kesalahan yang pernah dilakukan. Mereka juga merasa dengan berada di lembaga pemasyarakatan ini, mereka dapat berubah menjadi orang yang lebih baik dan menyadari kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya. Juga mereka mengatakan bahwa mereka dapat berpikir ke masa depan dan merencanakan masa depan, karena sebelumnya mereka tidak pernah berpikir mengenai masa depan. Sebanyak tujuh (17%) orang warga binaan merasa bahwa hukuman itu merupakan sebuah takdir yang seharusnya diterima. Sebanyak 12 (33%) warga binaan merasa kecewa dengan hukuman yang mereka terima saat ini tidak seharusnya mereka terima, karena bagi mereka apa yang mereka lakukan tidak merugikan orang lain. Mereka mengatakan bahwa ada orang lain yang lebih pantas untuk menerima Universitas Kristen Maranatha 9

hukuman ini. Mereka merasa bahwa mereka merupakan korban dari ketidakadilan beberapa pihak. Sebanyak 24 (66%) warga binaan menerima dan mengakui bahwa hukuman sebagai suatu hal yang sudah seharusnya ditanggung. Dalam hal ini, mereka mengatakan bahwa hukuman yang diterima merupakan balasan atas kesalahan yang pernah diperbuat. Sebanyak 13 (50%) warga binaan tidak menyadari manfaat dari pemberian hukuman tersebut. Warga binaan merasa bahwa hukuman yang ada tidak membuat banyak orang jera dan berhenti melakukan penyalahgunaan NAPZA karena didalam lembaga pemasyarakatan masih banyak juga orang yang tetap menggunakan NAPZA. Diperoleh juga data bahwa saat pertama kali mereka harus masuk dalam lembaga pemasyarakatan, mereka merasa bahwa dunia mereka seakan akan runtuh, penuh ketakutan, penuh dengan rasa bersalah, dan merasa tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dengan berjalannya waktu, mereka akan mulai untuk beradaptasi dengan keadaan yang ada didalam lembaga pemasyarakatan. Ketika mereka sudah beradaptasi mereka dapat memutuskan untuk terus berada dalam kondisi psikologis yang negatif yang akan cenderung sulit untuk memunculkan perasaan gratitude atau berada dalam kondisi yang positif yang akan memunculkan perasaan gratitude. Berdasarkan uraian diatas, peneliti memilih gratitude sebagai variabel, karena peneliti ingin melihat derajat gratitude yang dimiliki warga binaan Universitas Kristen Maranatha 10

kasus pelanggaran NAPZA yang telah menjalani hukuman pidana dalam lembaga pemasyarakatan X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana derajat gratitude pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA yang ada didalam lembaga pemasyarakatan X di Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian adalah untuk memperoleh gambaran mengenai gratitude berdasarkan area sense of abundance, simple appreciation, dan appreciation for others. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai derajat gratitude pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di lembaga pemasyarakatan X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Memberikan informasi mengenai gratitude pada warga binaan dalam bidang ilmu Psikologi Positif dan Kesehatan Mental. Universitas Kristen Maranatha 11

Memberikan informasi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gratitude. 1.4.2 Kegunaan Praktis Untuk memberikan informasi pada bagian pembinaan di lembaga pemasyarakatan X di Bandung guna mengembangkan metode pembinaan dan konseling. Sebagai informasi untuk mengembangkan program konselingx yang akan diberikan pada warga binaan yang ada di lembaga pemasyarakatan X di Bandung. 1.5 Kerangka Pemikiran Gratitude merupakan kesadaran bahwa individu adalah penerima kebaikan. Dalam gratitude individu mengingat kontribusi yang diberikan orang lain untuk kesejahteraan individu. Dari sisi penerima, individu mengakui telah menerima keuntungan, dan individu menyadari bahwa pemberi dengan sengaja menawarkan keuntungan pada individu. Dari sisi pemberi, individu mengakui bahwa penerima sedang membutuhkan hal tersebut atau sebagai orang yang layak sebagai penerima keuntungan, dan mengakui bahwa individu mampu sebagai penyedia keuntungan tersebut (Emmons, 2007). Individu tidak dapat bersyukur tanpa menjadi bijaksana. Universitas Kristen Maranatha 12

Individu tidak dapat mengubah perputaran mental menjadi netral dan mempertahankan gaya hidup bersyukur. Itu sebabnya gratitude memerlukan permenungan dan pemikiran. Penelitian menunjukkan bahwa emosi merupakan bagian dari perasaan, yang secara mendalam merupakan suasana dari mood, atau sebagai affective traits (Rosenberg, 1998). Istilah affective traits dalam hal ini merujuk pada bagaimana kemungkinan individu menunjukkan pengalamann emosinya. Dengan demikian, affective traits dari gratitude menjadi sebuah gagasan dalam sebuah predisposisi terhadap pengalamann gratitude tersebut. Seorang yang bersyukur mungkin tidak akan mengalami perasaan bersyukur pada setiap situasi, tetapi akan memiliki pengalamann bersyukur pada suatu situasi tertentu. Kehidupan emosional individu berpengaruh terhadap moral yang mereka miliki, kehidupan interpersonal, dan penghayatan terhadap kejadian buruk, sehingga pengalaman dan pengekspresian gratitude akan diuji secara penuh. Dalam hal ini, kehidupan emosional warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di pemasyarakatan X Bandung akan memengaruhi moral yang mereka miliki, kehidupan interpersonal, dan penghayatan terhadap kejadian buruk sebelum masuk dalam lembaga pemasyarakatan dan setelah masuk dalam lembaga pemasyarakatan. Pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di pemasyarakatan X Bandung yang telah menjalani masa hukuman pidana yang bersyukur akan terlihat derajat gratitude dari beberapa area gratitude, yaitu sense of Universitas Kristen Maranatha 13

abundance, simple appreciation, dan appreciation for others, importance of expressing gratitude. Sense of abundance merupakan keadaan dimana individu merasa tidak berkekurangan meskipun memiliki sedikit hal, tetapi mereka memiliki keinginan yang besar dalam dirinya untuk tetap merasa bahwa semua hal tersebut cukup bagi dirinya. Dalam lembaga pemasyarakatan X di Bandung, warga binaan merasa bahwa dalam hal materi mereka tidak merasa berkekurangan, karena mereka sesama teman saling membantu dan para petugas sering kali memberi seperti makanan, rokok, ataupun uang. Lalu adapula warga binaan yang merasa tidak berkekurangan dengan keluarganya, karena keluarga sering mengunjungi minimal dua hari sekali. Simple appreciation merujuk pada hal yang langsung dapat dirasakan individu tersebut. Hal tersebut mengacu pada kebahagiaan dalam hidup mereka yang segera tersedia bagi kebanyakan orang. Dalam lembaga pemasyarakatan, kebahagiaan sederhana yang dirasakan oleh warga binaan seperti dukungan, pada saat sedang lebaran ada keluarga yang berkunjung, pada saat ulang tahun ada yang mengucapkan selamat, saat ulang tahun lembaga pemasyarakatan ada banyak hiburan. Dengan ada teman yang mau mendengarkannya untuk bercerita, hal tersebut sudah merupakan suatu hal yang berarti bagi warga binaan. Warga binaan yang memiliki simple appreciation yang tinggi cenderung akan lebih mudah untuk merasakan pengalamann perasaan gratitude, karena mereka akan mengalami manfaat pribadi lebih sering dalam kehidupan sehari-harinya. Sedangkan bagi warga Universitas Kristen Maranatha 14

binaan yang memiliki simple appreciation yang rendah, akan cenderung lebih sulit untuk merasakan pengalaman perasaan gratitude, karena mereka sulit untuk melihat hal yang sederhana sebagai sesuatu yang positif dan berarti. Appreciation for others merupakan faktor analisis yang mendukung struktur dari individu yang bersyukur, karena perasaan bersyukur merupakan suatu hal yang khas dalam ekspresi sosial. Individu yang mampu untuk menghargai apa yang diberikan orang lain memungkinkan untuk menunjukkan gratitude terhadap hal tersebut dan percaya bahwa menunjukkan rasa terimakasih itu merupakan suatu hal yang penting. Berdasarkan pentingnya sumber kebaikan pada orang lain. Warga binaan merasa bahwa kebaikan yang diberikan orang lain sangat penting, karena warga binaan mengatakan bahwa didalam lembaga pemasyarakatan mereka pasti bergantung pada orang lain. Oleh karena itu, bantuan sekecil apapun yang diberikan orang lain sangatlah berharga, terutama ketika sedang membutuhkan bantuan tersebut. Importance of expressing gratitude, merujuk pada pentingnya bagi individu untuk mengekspresikan gratitude-nya dengan berbagai cara. Dalam hal ini, warga binaan dapat mengekspresikan rasa bersyukurnya terhadap apa yang mereka dapatkan dalam lembaga pemasyarakatan X Bandung. Misalnya dengan sharing dengan teman, membuat cerita, ataupun dengan membuat lagu, atau dengan berbagai cara yang sesuai dengan potensi yang mereka miliki dan dengan kegiatan yang mereka sukai. Universitas Kristen Maranatha 15

Berdasarkan kriteria GRAT Scale (Watkins, 2003), importance of expressing gratitude tidak diukur secara khusus, tetapi menjadi bagian dari faktor yang ketiga, yaitu appreciation for other. Sehingga area yang diukur menggunakan GRAT Scale adalah area sense of abundance, simple appreciation, dan appreciation for others. Adapun faktor yang memengaruhi gratitude, yaitu faktor prososial, persepsi individu yang mendasari suatu hal yang diberikan, kesulitan ekonomi. Gratitude memengaruhi timbal balik prososial, dan merupakan salah satu pemikiran mekanisme psikologikal utama untuk mendasari gagasan mengenai reciprocal altruism, dimana jika orang lain berbuat baik pada saya, saya juga akan berbuat baik pada orang tersebut. Selain itu, harapan individu lebih berfokus terhadap keuntungan yang diterima dari orang lain mengarahkan mereka pada perasaan dicintai dan dipedulikan oleh orang lain. Gratitude dapat meningkatkan motivasi prososial individu. Motivasi prososial ini membuat individu memiliki pemikiran untuk melakukan suatu hal yang baik. Dalam hal ini, ketika warga binaan memiliki motivasi prososial, warga binaan akan cenderung melakukan segala suatu hal yang baik. Dengan melakukan suatu yang baik tersebut, dalam diri warga binaan tersebut akan memunculkan gratitude. Gratitude tersebut yang akan meningkatkan motif sosial dan mereka akan menolong orang lain dengan dukungan emosional terhadap masalah pribadi yang dialami. Kondisi gratitude akan ditunjukkan dalam bentuk emosi yang positif, seperti bahagia, senang, dan lainnya. Universitas Kristen Maranatha 16

Faktor kedua yaitu, persepsi individu yang mendasari suatu hal yang diberikan. Ketika suatu hal yang menyenangkan diberikan, cenderung akan memunculkan perasaan gratitude. Sedangkan bila sesuatu hal yang buruk yang diberikan kepada individu, dan kemungkinan dimotivasi oleh dorongan terhadap adanya sesuatu yang menghukum atau merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut merupakan suatu penghalang yang signifikan bagi individu untuk merasakan dan menunjukkan perasaan gratitude. Dalam hal ini, ketika warga binaan memersepsi hal yang diberikan didalam lembaga pemasyarakatan secara positif akan memuncul perasaan gratitude dalam diri mereka. Tetapi ketika warga binaan mempersepsi apa yang diberikan sebagai sesuatu yang menghukum atau sebagai sesuatu yang merugikan bagi dirinya sendiri dan orang orang lain, akan sulit untuk menghasilkan gratitude pada diri warga binaan. Faktor ketiga yaitu, faktor ekonomi dapat menyangkut mengenai masalah keterbatasan pekerjaan atau depresi kerja, tingkat ekonomi yang rendah, dan usaha yang bangkrut, yang menyebabkan berada dalam taraf ekonomi yang menengah kebawah. Perilaku yang positif adalah perilaku yang benar dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Sehingga warga binaan akan memilih pekerjaan yang tidak melanggar hukum atau melakukan suatu hal yang melanggar hukum yang berlaku. Berdasarkan survei yang ada, warga binaan mengatakan bahwa mereka bukan hanya menjadi pemakai, tetapi juga sebagai penjual atau pengedar. Hal tersebut didasari karena masalah ekonomi yang mereka hadapi dan ketidak puasan terhadap taraf Universitas Kristen Maranatha 17

ekonomi yang mereka miliki, seperti sulitnya mencari pekerjaan, penghasilan yang tidak sesuai, usaha yang bangkrut, dan lainnya. Masalah yang ada membuat mereka memilih pekerjaan yang sederhana tetapi dapat meningkatkan ekonomi mereka dengan cepat. Sebagai pengedar atau penjual narkoba, mereka akan dapat meningkatkan taraf ekonominya dengan cepat karena harga narkoba yang dijual mahal dan banyak orang yang sudah kecanduan akan membeli barangnya. Hal itu yang menyebabkan warga binaan banyak yang memilih untuk menjadi penjual atau pengedar, selain untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk dapat membeli narkotika, juga untuk meningkatkan taraf ekonomi yang selama ini menyebabkan stress dalam diri warga binaan.warga binaan yang memiliki gratitude akan memiliki emosi yang positif yang akan mengarahkan pada perilaku yang positif. Warga binaan dengan derajat gratitude yang tinggi, akan memiliki emosi yang positif. Emosi yang positif akan terlihat dari bagaimana warga binaan menyikapi setiap siatuasi yang mereka alami didalam lembaga pemasyarakatan X di Bandung. Warga binaan akan merasa berkelimpahan,menghargai setiap hal sederhana yang mereka dapatkan, menghargai setiap pemberian dari orang lain, dan warga binaan akan merasakan pentingnya mengekspresikan perasaan gratitude yang mereka miliki. Warga binaan yang memiliki derajat gratitude yang rendah, akan memiliki emosi yang lebih negatif. Emosi yang negatif akan terlihat dari bagaimana warga binaan menyikapi setiap situasi yang mereka alami Universitas Kristen Maranatha 18

didalam lembaga pemasyarakatan X di Bandung. Warga binaan tidak akan merasa berkelimpahan dan tidak merasa puas atas apa yang mereka miliki, warga binaan juga sulit untuk menghargai apa yang orang lain berikan pada mereka, dan warga binaan tidak merasa bahwa mengekspresikan perasaan gratitude yang mereka miliki itu penting. Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Faktor yang memengaruhi gratitude: 1. Faktor sosial 2. Persepsi individu yang mendasari suatu hal yang diberikan 3. Faktor ekonomi. Warga binaan kasus pelanggaran NAPZA yang sedang menjalani hukuman pidana di lembaga pemasyarakaan X Bandung Gratitude Tinggi Rendah Area Gratitude: 1. Sense of abundance 2. Simple appreciation 3. Appreciation for others Universitas Kristen Maranatha 19

1.6 Asumsi Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan kerangka pikir dari penelitian ini dapat diasumsikan bahwa: Subjek penelitian ini adalah warga binaan kasus pelanggaran NAPZA yang telah menjalani hukuman pidana minimal 3 tahun di lembaga pemasyarakatan X di Bandung. Area gratitude yang diukur meliputi 3 area, yaitu sense of abundance, simple appreciation, dan appreciation for other. Faktor-faktor yang memengaruhi gratitude meliputi faktor sosial, persepsi individu yang mendasari suatu hal yang diberikan, dan faktor ekonomi. Universitas Kristen Maranatha 20