Kapasitas 50.000 ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia terus mengalami peningkatan. Meskipun sempat dilanda krisis ekonomi sampai saat ini, namun dengan usaha-usaha tertentu yang dilakukan pemerintah, sektor ini mulai bangkit lagi. Dengan bangkitnya sektor ini, maka peningkatan unsur-unsur penunjang industri juga makin meningkat, termasuk bahan-bahan pembantu dan penunjang. Kebutuhan berbagai bahan baku dan bahan penunjang di Indonesia masih banyak didatangkan dari luar negeri. Jika bahan baku dan bahan penunjang ini bisa dihasilkan di dalam negeri, hal ini tentunya akan menghemat pengeluaran devisa, meningkatkan ekspor, mengembangkan penguasaan teknologi dan membuka lapangan pekerjaan. Glikol atau disebut juga diol adalah senyawa yang memiliki dua gugus hidroksil yang terikat dan memisahkan atom karbon dalam rantai alifatis. Salah satu contoh senyawa glikol adalah etilen glikol yang merupakan senyawa glikol yang paling luas pemanfaatanya dalam industri kimia selain propilen glikol. Etilen glikol merupakan cairan bening berminyak dengan titik didih 197,60 o C pada 1 atm. Etilen glikol adalah salah satu bahan kimia yang jumlahnya belum mencukupi industri di Indonesia. Etilen glikol itu sendiri sebagian besar digunakan sebagai bahan baku industri poliester. Poliester yang merupakan senyawa polimer jenis termoplastik ini digunakan sebagai bahan baku industri tekstil dan plastik. Di samping dapat dibuat serat yang kemudian dipintal menjadi benang, juga bisa dibuat langsung menjadi benang filament untuk produk tekstil. Selain itu, poliester ini dapat juga dibentuk (dicetak) sebagai bahan molding seperti pada pembuatan botol plastik. Kegunaan lain dari etilen glikol ini adalah sebagai bahan baku tambahan pada pembuatan cat, cairan rem, solven, alkil resin, (08/65633/TK/33763) (08/69100/TK/365) 1
Kapasitas 50.000 ton/tahun tinta cetak, tinta bolpoin, foam stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku (McKetta and Cunningham, 198). Etilen glikol dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan di berbagai bidang. Sebagian besar penggunaan etilen glikol adalah sebagai non-volatile antifreeze pada cairan pendingin mesin kendaraan. Penggunaan terbesar kedua adalah untuk bahan pembuatan polyester fiber. Dan sebagian kecil lainnya digunakan sebagai bahan tambahan pada cat, heat-transfer fluid dalam pesawat terbang, dehydrating agent untuk gas alam, dan sebagai aditif pada tinta dan pestisida. Untuk etilen glikol dengan kemurnian tinggi dapat digunakan sebagai solven dan medium suspensi pada amonium perborat. Kebutuhan etilen glikol dalam pembuatan produk-produk diatas dari tahun ke tahun terus meningkat dan sebagian besar kebutuhan tersebut dipenuhi dari impor. Tabel I.1. Data Impor Etilen Glikol pada tahun 007-010 Tahun Kapasitas (ton) 001 300.386 00 3.871 003 350.750 00 37.160 005 30.1 006 367.103 (Badan Pusat Statistik, 008) Kapasitas (ton) 00000 350000 300000 50000 00000 150000 100000 50000 0 Kapasitas (Ton) vs Tahun y = 1016x - E+07 000 001 00 003 00 005 006 007 Tahun Gambar I.1. Grafik Impor Etilen Glikol di Indonesia (08/65633/TK/33763) (08/69100/TK/365)
Kapasitas 50.000 ton/tahun Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa impor etilen glikol di Indonesia dari tahun 001 sampai 006 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 3,577%. Dengan kenaikan rata-rata sebesar 3,577%, maka kebutuhan impor etilen glikol di Indonesia pada tahun 015 dapat diprediksikan sebesar 80.60 ton. Berdasarkan uraian diatas, dengan melihat kebutuhan, peluang pasar, dan kesempatan yang ada, maka perlu dipikirkan pendirian pabrik etilen glikol dalam rangka substitusi impor (penghematan devisa) dan membuka peluang kerja bagi putra-putri dalam negeri. B. TINJAUAN PUSTAKA Etilen glikol pertama kali dikembangkan oleh Wurtz pada tahun 1859 dengan menghidrolisis etilen glikol diasetat. Namun proses tersebut tidak dikembangkan secara komersial sampai perang dunia I, ketika etilen glikol digunakan di Jerman sebagai bahan peledak pengganti gliserol ( Kirk-Othmer, 1980). Dalam perkembangannya etilen glikol dapat dibuat dengan 3 cara : 1. Proses Du Pont Formaldehid Pada proses DuPont, formaldehid bereaksi dengan karbon monoksida dan air, yang dijalankan pada suhu sekitar 00 C dan tekanan 70 atm untuk memproduksi glycolic acid (90-95%). Glycolic acid diesterifikasi dengan methanol (atau n-propanol), dan alkyl glycolate dihidrogenasi pada fase uap pada suhu 00 C dan tekanan 30 atm menggunakan katalis kromat untuk menghasilkan etilen glikol dan alkohol. Alkohol kemudian dikembalikan ke langkah esterifikasi. Reaksi hidrogenasi dapat juga dijalankan pada fase pada tekanan sampai dengan 0 atm menggunakan katalis magnesia-copper oxide. Produk yang diperoleh minimal sebanyak 75%. Langkah-langkah dalam DuPont Formaldehyde Process adalah (McKetta and Cunningham,198) : CH O + CO + H O HOCH COOH ( 1 ) HOCH COOH + CH 3 OH HOCH COOCH 3 + H O ( ) HOCH COOCH 3 + H HOCH CH OH + CH 3 OH ( 3 ) (08/65633/TK/33763) (08/69100/TK/365) 3
Kapasitas 50.000 ton/tahun. Hidrolisis etilen oksida menjadi etilen glikol. Dalam proses ini terlebih dahulu harus diproduksi etilen oksida. Etilen oksida dapat dibuat dengan cara : Proses chlorohydrin Proses ini adalah yang pertama kali dikembangkan selama periode perang dunia I di Jerman oleh Badische Anilin-und Soda Fabrik (BASF). Proses ini melibatkan reaksi antara etilen dengan asam hypochlorus diikuti dengan dehidroklorinasi chlorohydrin dengan kapur untuk menghasilkan etilen oksida dan kalsium klorida. Persamaan reaksinya adalah : CH CH HClO ClCH CH OH () ClCH CH OH CaOH CH CH O CaCl H O (5) (Perry, 198) Proses ini mulai ditinggalkan karena hasil samping dari klorinasi hidrokarbon tidak dapat dijual (Kirk-Othmer, 1980). Oksidasi etilen Oksidasi etilen dapat dilakukan dengan menggunakan udara ataupun oksigen teknis. Perbandingan dari keduanya disajikan dalam tabel I. dibawah ini. Tabel I.1 Perbandingan Produksi Etilen Oksid Udara Oksigen Teknis Langsung diambil dari alam Harga lebih mahal Banyak kandungan gas inert Kemurnian tinggi Memerlukan filter udara Dapat langsung digunakan untuk memisahkan padatan tanpa filter udara yang terikut Reaksi ini terjadi dengan bantuan katalis perak (Mc. Ketta,198). Reaksi yang terjadi yaitu : - O Ag (adjacent) Oads Ag (6) (08/65633/TK/33763) (08/69100/TK/365)
Kapasitas 50.000 ton/tahun Atau - O Ag (nonadjace nt) Oads Ag (7) Atau - O Ag O ads Ag (8) - C H O C H O O ads - ads - C H 6 O CO H O ads Reaksi stoikiometri secara komplit adalah sebagai berikut : C H 6 O 6 C H O CO H O (9) (10) (11) (Kirk-Othmer, 1980) Reaksi katalitik ini dijalankan dalam reaktor fixed-bed multitube. Suhu operasi berkisar antara 00-300 o C dengan tekanan operasi 10-30 atm. Setelah produksi etilen oksid selanjutnya diikuti dengan proses hidrolisis. Hidrolisis ini dilakukan dalam reaktor alir tangki berpengaduk dengan bantuan katalis (asam/basa) maupun tanpa katalis (Kirk-Othmer, 1980). Reaksi yang terjadi yaitu : ncho HOexcess CHOHCH OH HO(CH CH O) H HO(CH CHO) 3H (1) Distribusi hasil (yield) yang diperoleh tergantung pada perbandingan mol etilen oksida dan air yang masuk ke dalam reaktor. Reaksi ini dijalankan pada temperatur berkisar antara 90-100 0 C dan tekanan berkisar antara 1- atm (Hydrocarbon Processing Catalog, 198). Proses dengan bahan baku udara dan etilen inilah yang akan dipakai dalam tugas prarancangan dengan pertimbangan ketersediaan bahan baku. 3. Reaksi antara etilen, oksigen dan asam asetat. Reaksi ini sebenarnya juga reaksi oksidasi etilen secara langsung untuk menghasilkan etilen glikol, hanya saja diikuti dengan proses hidrolisis asetatnya. Reaksi yang terjadi yaitu : CH 1 CH O CH 3COOH CH 3COOCH CH OCOCH3 (13) (08/65633/TK/33763) (08/69100/TK/365) 5
Kapasitas 50.000 ton/tahun CH 3COOCH CH OCOCH 3 H O HOCH CH OH CH 3COOH (1) Reaksi ini hanya menghasilkan etilen glikol dan diacetat sehingga untuk kapasitas yang kecil (< 50.000 ton/tahun) proses ini lebih menguntungkan. Reaksi dijalankan dengan bantuan katalis telurium oksid-bromid (Kirk- Othmer, 1980). Dari ketiga proses diatas, proses yang paling efektif dan efisien adalah proses oksidasi etilen yang dilanjutkan dengan proses hidrolisis etilen oksida menjadi etilen glikol dengan katalis. Pada Proses Du Pont, membutuhkan biaya yang cukup tinggi dalam hal penyediaan bahan baku seperti, formaldehid, karbon monoksida, dan methanol (McKetta and Cunningham, 198). Pada proses chlorohidirn, penggunaan asam hypochlorus yang banyak akan sangat menyulitkan dalam hal pemisahan dengan produk, harga alat yang mahal, dan limbah yang berbahaya bagi lingkungan (McKetta and Cunningham, 198). Pada proses oksidasi etilen dengan hidrolisis etilen oksida menjadi etilen glikol, penggunaan katalis digunakan untuk menekan penggunaan air berlebih yang dilakukan untuk meminimalkan pembentukan senyawa glikol yang tinggi seperti dietilen glikol, dan trietilen glikol (McKetta and Cunningham, 198). (08/65633/TK/33763) (08/69100/TK/365) 6