II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang diklasifikasikan sebagai berikut (Napier dan Napier, 1986).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Siamang (Hylobathes syndactilus) Hylobatidae. Yang memiliki nama ilmiah Hylobathes syndactilus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. frugivora lebih dominan memakan buah dan folivora lebih dominan memakan

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Napier dan Napier (1967), klasifikasi ilmiah simpai sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Morfologi Umum Primata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beruang madu (H. malayanus) merupakan jenis beruang terkecil yang tersebar di

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kukang adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus yang

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

KAJIAN PERILAKU DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI PAKAN DROP IN SIAMANG (Hylobates syndactylus) DI TAMAN AGRO SATWA DAN WISATA BUMI KEDATON

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumatera. Klasifikasi orangutan sumatera menurut Singleton dan Griffiths

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

HASIL DAN PEMBAHASAN

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

OWA JAWA SEBAGAI SATWA PRIMATA YANG DILINDUNGI

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

I. PENDAHULUAN. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu kekayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. tailed macaque) (Lekagul dan Mcneely, 1977). Macaca fascicularis dapat ditemui di

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KELOR, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK SUMBERBATU, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KALITOPO, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

Analisis Populasi Kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK BEKOL, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

STUDI KELOMPOK SIAMANG (Hylobates syndactylus) DI REPONG DAMAR PAHMUNGAN PESISIR BARAT

Badak Jawa Badak jawa

Burung Kakaktua. Kakatua

PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) DI HUTAN LINDUNG REGISTER 25 PEMATANG TANGGANG KABUPATEN TANGGAMUS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OWA KELAWAT (Hylobates muelleri) SEBAGAI OBYEK WISATA PRIMATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

A. Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bio-ekologi 1. Taksonomi Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and Napier, 1986). Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mamalia : Primata : Hylobatidae : Hylobates : Hylobates syndactylus Raffles. Siamang (Hylobates syndactylus) hidup di pulau Sumatera Indonesia, Semenanjung Malaysia, dan Thailand. Primata bertangan panjang ini mendiami habitat berupa hutan tropis. Spesies primata ini sering ditemukan di daerah pada ketinggian di atas 300 meter dpl, meskipun sering dijumpai pula di daerah dataran rendah. (Napier and Napier, 1986).

7 2. Morfologi Siamang merupakan anggota keluarga Hylobatidae yang paling besar. Panjang rentang tangan mencapai 1,5 m dengan panjang badan berkisar 800 900 mm. Berat tubuh rata-rata siamang dewasa sekitar 11,2 kg. Rambut siamang, baik jantan maupun betina berwarna hitam pekat, kecuali rambut di muka yang berwarna kecokelatan (Supriatna dan Wahyono, 2002). Famili Hylobatidae memiliki rentang tangan hampir dua kali panjang tubuhnya. Lengan famili Hylobatidae juga langsing dengan jemari yang panjang dan agak melengkung seperti kait, ibu jari pendek dan sangat jenjang dari telapak tangan jika dibandingkan dengan yang ada pada kera lain ataupun pada manusia. Sendi di antara ibu jari dan pergelangan tangan berupa sendi peluru sehingga membuat mobilitasnya meningkat (Chivers, 1974). Menurut Dixon (1981), Siamang merupakan jenis kera tidak berekor yang paling besar dibanding dengan jenis Hylobates lainnya, mempunyai kantung suara dan lengan yang lebih panjang dan kuat yang memiliki kantung suara di bawah dagu yang dapat dipergunakan untuk resonansi suara ketika bersuara atau berteriak (Napier dan Napier, 1967). Siamang jantan dan betina memiliki perbedaan, jantan memiliki rambut scrotal yang menjuntai diantara kedua paha, sedangkan betina tidak memiliki scrotal. Ukuran tubuh siamang betina relatif lebih kecil dibandingkan dengan siamang jantan, berat tubuh betina kurang lebih 92% dari berat jantan (Fedigan, 1992).

8 B. Habitat dan Penyebaran Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiaknya satwa-satwa liar (Alikodra, 1990). Guna mendukung keberlangsungan kehidupan siamang, diperlukan satu kesatuan kawasan yang menjamin keberlangsungan hidupnya yaitu kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan yang dipergunakan untuk tempat hidup dan berkembangbiak. Siamang menempati hutan tropis primer atau sekunder mulai dataran rendah hingga perbukitan dengan ketinggian 3.800 m (Harianto, 1988). Siamang banyak mendiami hutan di Pulau Sumatera. Siamang hidup monogami dengan pasangan jantan dan betina yang tetap dan diikuti oleh beberapa anak. Siamang adalah kelompok primata sejati hutan yang membutuhkan pohon untuk mempertahankan hidupnya. Siamang membutuhkan hutan sebagai tempat mencari makan, bermain, beristirahat, dan melakukan aktivitas sosial lainnya (Larasati, 2009). Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata di Pulau Sumatera. Di luar wilayah Indonesia, populasi asli siamang hanya ditemukan di Semenanjung Malaysia dan sedikit areal di Thailand (Nijman & Geissman, 2008). Siamang termasuk dalam kategori terancam punah (endangered) berdasarkan IUCN Red List 2009 (Nijman & Geissman, 2008). Berdasarkan tingkat kerentanan terhadap perdagangan satwaliar, siamang tergolong Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild

9 Fauna and Flora), yang jumlahnya sudah sangat sedikit di alam sehingga perdagangannya diawasi dengan sangat ketat oleh pemerintah. C. Perilaku Menurut Tanudimadja dan Kusumamihardja (1985), tingkah laku hewan adalah tindak tanduk hewan yang terlihat dan yang saling berkaitan baik secara individual maupun secara bersama-sama. Tingkah laku merupakan pula cara hewan tersebut berinteraksi secara dinamik dengan lingkungannya, baik dengan makhluk hidup maupun benda-benda lainnya. Kehidupan setiap satwa mempunyai bentuk atau corak tingkah laku dan kehidupan sosial tertentu yang tidak terpengaruh langsung oleh lingkungan fisik habitatnya. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku dapat bermodifikasi akibat pengaruh lingkungan seperti dalam penyediaan jumlah dan jenis makanannya (Chivers,1974). Aktivitas siamang dalam kehidupannya sehari-hari dapat dibedakan berdasarkan perilaku berikut. 1. Perilaku Istirahat Pada saat istirahat siamang menghindari teriknya sinar matahari dengan cara turun ke bagian tajuk yang paling rendah. Pada periode istirahat terjadi interaksi sosial antara anggota kelompoknya melalui kegiatan berkutu-kutuan dan duduk bersama dimana jantan dewasa merupakan kegiatan pusatnya. Kegiatan istirahat akan meningkat sejalan dengan penurunan intensitas makan selama aktivitas berlangsung (Chivers, 1972).

10 2. Perilaku Makan Makan adalah aktivitas yang menghabiskan waktu paling besar setiap jam dan setiap hari bila dibandingkan dengan bergerak dan hampir berimbang dengan waktu istirahatnya. Pada saat memilih pakan, seekor hewan dengan nalurinya akan memilih bahan pakan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, tidak membahayakan kesehatan, dan mempunyai bau serta cita rasa yang sesuai dengan seleranya (Sutardi, 2008). Siamang sangat selektif dalam memilih pakannya, hal tersebut berkaitan dengan strategi makan dan ketersediaan pakan. Matsuzawa (1950) menyatakan bahwa primata pada umumnya menyukai pakan dengan rasa manis. Siamang akan banyak memakan buah ketika musim buah tiba, tapi ketika tidak ada akan lebih banyak mengkonsumsi pucuk daun (Harianto, 1988). Kelompok siamang dapat melakukan kegiatan makan pada pohon yang sama untuk 2 sampai 3 hari berturut-turut dengan sesekali melakukan penjelajahan dan biasanya tidur pada pohon yang berdekatan dengan pohon sumber makanan tersebut. Lamanya kegiatan makan di suatu pohon sangat bervariasi terutama ditentukan oleh jenis dan kelimpahan makanan (Rinaldi, 1992). Penyebaran pakan sangat penting bagi individu dengan status sosial yang rendah karena dapat mempermudah akses ke sumber pakan dan mengurangi risiko adanya gangguan dari individu dominan (Heulin dan Cruz, 2005). Kelompok siamang ini memiliki insting yang cukup tinggi terhadap cuaca. Apabila cuaca mulai mendung biasanya kelompok siamang ini akan mempercepat

11 aktivitasnya dan bergerak ke bagian hutan yang lebih aman. Aktivitas makan juga tetap dilakukan oleh kelompok siamang ini ketika sedang hujan dengan memanfaatkan sumber makanan yang ada di pohon tempat siamang berteduh, akan tetapi aktivitas makan ini lebih sedikit dibandingkan saat cerah. Pergerakan siamang setiap hari lebih banyak tujuannya untuk mencari makan (Sipayung, 2011). 3. Perilaku Berpindah Bismark (1986) mengatakan bahwa marga Hylobatidae melakukan aktivitas bergerak atau berpindah dalam kaitannya dengan pengontrolan wilayah dan aktivitas pencarian serta pemilihan pohon pakan yang kesemuanya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta merupakan upaya kelompok untuk menghindari predator atau bahaya. Siamang adalah satwa arboreal, oleh karena itu satwa ini sangat membutuhkan tumbuhtumbuhan terutama pohon sebagai tempat melakukan aktivitas hariannya. Nurcahyo dalam penelitiannya mengenai pola jelajah harian siamang yang dilakukan pada bulan Juni hingga Oktober 1998, menyebutkan bahwa day range siamang sejauh 672 meter. Berdasarkan penelitian pada bulan Februari 2001 hingga Januari 2002 di lokasi yang sama terjadi peningkatan day range menjadi 898 meter (Nurcahyo, 2001). Betina lebih sering memimpin pada saat melakukan penjelajahan dalam wilayahnya dari pada jantan. Seringkali betina jalan duluan dan kadang menunggu untuk beberapa saat kemudian kembali ke belakang jika anggota yang lain tidak mengikuti (Chivers, 1974).

12 Aktivitas berpindah siamang adalah suatu pergerakan siamang untuk berpindah tempat untuk mencari sumber pakan dan tempat bermain maupun untuk mencari pohon yang digunakan untuk istirahat atau tidur, Aktivitas bergerak siamang menggunakan pohon-pohon di strata menengah dengan tinggi pohon 15 30 m seperti damar (Shorea javanica) dan bayur (Pterospermum javanicum) (Yuliana, 2012). 4. perilaku bersuara Menurut Arifin (1991) dalam bugiono (2001), bersuara adalah salah satu karakteristik yang dimiliki satwa arboreal pemakan daun yang merupakan sistem isyarat yang efektif antara satu kelompok dengan kelompok lain. Kegiatan bersuara didalam kelompok primate diduga merupakan salah satu mekanisme dalam rangka pemanfaatan ruang (space mechanism). D. Sistem Sosial Komposisi serta struktur sosial famili Hylobatidea mempunyai keunikan yaitu membentuk kelompok inti berupa keluarga kecil sehingga berbeda dengan kerabat kera-kera lain. Marga Hylobates menganut sistem monogami yaitu hanya terdapat satu pasang jantan dan betina dewasa ditambah satu sampai tiga individu muda dalam keluarga (Tenaza, 1975). Individu pada jenis yang sama akan memiliki kebutuhan yang sama dan cara untuk mendapatkan relatif sama, sehingga dalam memenuhi kebutuhan tersebut satu individu memerlukan interaksi dengan individu lainnya sehingga terjadilah hubungan dan berlanjut antar beberapa individu yang lebih banyak. Hubungan tersebut

13 akan menghasilkan suatu aturan sosial dan membentuk struktur sosial dengan kebiasaan yang diterapkan dalam kelompok tersebut (McFarland, 1999). Siamang merupakan primata yang bersifat monogamous.memiliki kelompok yang kecil yang hanya terdiri dari satu jantan dewasa, satu betina dewasa, dan beberapa individu muda. Menurut Kawabe (1970), komposisi tiap kelompok siamang dapat berjumlah antara 3 6 ekor. Individu siamang akan siap untuk melakukan perkawinan pada umur 8 9 tahun. Masa kehamilan antara 7 8 bulan dengan jarak kelahiran antara 2 2,5 tahun. Masa hidup dapat mencapai 25 tahun (Supriatna dan Wahyono, 2002). Suku Hylobatidae hidup secara berkelompok dan mempertahankan teritorinya dengan suara atau tanda-tanda khusus lainnya (Alikodra, 2002). Betina berperan menentukan arah pergerakan dan bertanggungjawab terhadap pertemuan dengan kelompok lain. Akan tetapi apabila ada konflik di antara kelompok, betina tidak terlibat karena betina tidak mempunyai hirarki dominan (Van, Assink, dan Salafsky, 1992). Gittin dan Raemaekers (1980), membagi kelas umur pada siamang ke dalam lima kelas umur berbeda berdasarkan ukuran badan dan tingkat perkembangan perilaku sebagai berikut. 1. Bayi (infant) Individu siamang yang termasuk ke dalam kelas umur ini adalah individu yang baru dilahirkan hingga umur 2 tahun dengan ukuran tubuh yang sangat kecil. Bayi siamang belum bisa beraktivitas dan selalu dalam gendongan induk betinanya pada tahun pertama. Induk jantan selanjutnya akan mengambil alih pengasuhan bayi pada tahun kedua (parental care).

14 2. Anak-anak (Juvenile I) Juvenile adalah individu yang berumur lebih dari 2 tahun hingga 4 tahun. Badannya kecil namun relatif lebih besar dari bayi serta mampu beraktivitas sendiri, namun cenderung lebih dekat dengan induknya. 3. Remaja Besar (Juvenil II) Individu yang termasuk ke dalam kelas umur ini adalah individu-individu yang berumur lebih dari 4 tahun sampai 6 tahun. Ukuran tubuhnya sedang dan sering melakukan aktivitas sendiri namun tidak dalam jarak yang sangat jauh dari kelompoknya. 4. Pra-dewasa (Sub-adult) Umur lebih dari 6 tahun dan mulai memisahkan diri jauh dari kelompoknya, namun masih dalam satu kesatuan kelompoknya. Belum matang secara seksual dan tubuhnya hampir sama dengan ukuran tubuh individu dewasa. 5. Dewasa (Adult) Secara seksual sudah matang dan telah memisahkan diri dari kelompoknya dan ukuran tubuh telah maksimal. Primata pada umumnya adalah tipikal omnivora (Cowlishaw dan Dunbar, 2000). Siamang dikenal sebagai pemakan daun. Jenis makanannya terdiri dari buah, daun, bunga, dan biji-bijian. Menurut Nurcahyo (1999) pada penelitiannya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, siamang lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dengan prosentase sekitar 52,07% dibandingkan dengan dedaunan (42,63%) dan bunga (5,3%). Siamang memakan

15 hampir semua bagian tumbuhan seperti daun, buah, biji, dan bunga. Selain itu, satwa ini juga mengkonsumsi beberapa jenis serangga. E. Status Konservasi Siamang merupakan salah satu jenis mamalia langka dan telah dilindungi di wilayah Indonesia sejak jaman kolonial Belanda melalui Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang-Binatang Liar 1931 No. 348 dan No. 266 (Dirjen PHPA, 1995 dalam Bashari, 1999). Keberadaan siamang di Indonesia merupakan jenis primata yang dilindungi, Status dilindungi tersebut berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 tentang penetapan siamang sebagai satwa yang dilindungi.