II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut Sardiman (1994), aktivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kita sendiri (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155) Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 1 di

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Menurut Nuraeni (2010),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains (KPS) Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains (Gagne, dalam Dahar, 1985). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan keterampilan proses sains. Menurut Hariwibowo, dkk. (2009): Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuankemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lamakelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas. Keterampilan proses sains terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasarat, hal tersebut penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan dalam menyampaikan pengetahuan atau informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki siswa. Keterampilan proses sains ini dapat diaplikasikan pada kegiatan praktikum. Keterampilan proses sains pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan

9 hasilnya. Keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Ada berbagai Keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (intregated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Funk, 1985 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) bahwa keenam aspek keterampilan proses sains dasar tersebut adalah: (1) mengamati, (2) mengklasifikasikan, (3) mengkomunikasikan, (4) mengukur, (5) memprediksi, (6) menyimpulkan. 1. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan menggunakan pancaindera. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain. 2. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari peristiwa yang dimaksud. 3. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. 4. Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan. 5. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

10 6. Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa brdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang dikehendaki. (Funk, 1985 dalam Dimyati dan Mudjiono,2002) memuat ulasan pendekatan keterampilan proses sebagai berikut: (1) pendekatan keterampilan proses sains dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) pembelajaran melalui keterampilan proses sains akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3) keterampilan proses sains dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan keterampilan proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses sains, menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah.

11 Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar seperti pada Tabel 1 dan keterampilan proses sains terpadu pada Tabel 2, sebagai berikut: Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar Keterampilan dasar Observasi (observing) Klasifikasi (Classifying) Pengukuran (measuring) Pengkomunikasian (communicating) Menarik Kesimpulan (inferring) Memprediksi Indikator Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan. Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek. Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain. Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

12 Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains terpadu Keterampilan Terpadu Merumuskan hipotesis (formulating Hypotheses) Menamai variabel (Naming Variables) Mengontrol variabel (Controling Variables) Membuat definisi operasional (making operational definition) Melakukan Eksperimen (experimenting) Interpretasi (Interpreting) Indikator Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan Mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi hasil percobaan, menjaga kekonstanannya selagi memanipulasi variabel bebas Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor/variabel dalam suatu eksperimen Mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional variabelvariabel, mendesain sebuah eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil eksperimen Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan, menemukan pola atau keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam Merancang penyelidikan (Investigating) Aplikasi konsep (Appling Concepts) Mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan, menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian kebenaran ilmiah Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

13 B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins, serta merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang yang bersifat heterogen. Kelompok heterogen adalah masing-masing kelompok terdiri dari kemampuan akademis, jenis kelamin dan suku yang berbeda-beda (Kunandar, 2007). Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu: 1. Pendahuluan a. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut. b. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan atau ingatan. 2. Kegiatan Inti a. Guru menyajikan materi melalui demonstrasi atau lewat bahan bacaan. b. Guru membagi kelompok heterogen berdasarkan perbedaan akademik atau bisa juga dengan perbedaan ras c. Guru membagi LKS d. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka dalam LKS

14 e. Salah satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. f. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang telah didapat dari diskusi 3. Penutup Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pelajaran yang telah diberikan. 4. Kuis/tes Kuis/tes diberikan setelah melaksanakan 1 atau 2 kali pertemuan (1 atau 2 kali kegiatan kelompok). Pada saat kuis/tes siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal secara individu. Hasil kuis/tes yang didapatkan setiap individu mempengaruhi keberhasilan kelompoknya. 5. Poin peningkatan individu Poin peningkatan adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja lebih giat dan memperhatikan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang dicapai sebelumnya. Setiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari tes sebelumnya. Hasil tes setiap siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (skor tes awal dan skor tes akhir). Selisih skor siswa tersebut kemudian diberi poin berdasarkan tabel skor perkembangan di bawah ini sehingga diperoleh skor individu. Skor individu setiap anggota kelompok memberi sumbangan kepada skor kelompok.

15 Kriteria pemberian poin peningkatan dapat dilihat pada tabel cara perhitungan skor perkembangan individu berikut: Tabel 3. Cara perhitungan skor perkembangan individu Skor Penilaian Skor Perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal 10 Skor kuis 0 sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin dari skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30 Skor awal adalah skor yang diperoleh sebelum kuis/tes, jadi skor awal disini menggunakan nilai tes sebelumnya. 6. Penghargaan kelompok Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatan penghargaan berdasarkan tabel berikut (Slavin, 2003:160) Tabel 4. Kriteria penghargaan kelompok Kriteria Predikat kelompok 5 Nk < 15 Tim cukup bagus 15 Nk < 25 Tim Bagus 25 Nk 30 Tim sangat bagus

16 Penghargaan pada kelompok terdiri atas tiga tingkat sesuai dengan nilai perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu (Menurut salvin dalam Trianto; 2007) 1. Tim sangat bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok 25 Nk 30. 2. Tim bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok 15 Nk < 25 3. Tim cukup bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok 5 Nk < 15 C. Aktivitas Siswa Aktivitas merupakan prinsip yang penting, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Oleh karena itu aktivitas dalam belajar selalu berkaitan antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental. Seperti yang dikemukakan Sardiman (2008) bahwa Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan manusia karena memiliki jiwa sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses membuat anak didik harus aktif. Aktivitas anak tidak hanya terbatas pada mencatat atau mendengarkan saja seperti lazimnya dalam pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak sepenuhnya pendapat tersebut namun lebih menitik beratkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

17 Menurut Sardiman (2008) bahwa Belajar adalah berbuat dan sekaligus proses yang membuat anak didik harus aktif. Aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya penguasaan materi siswa. Menurut Sardiman Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Pada kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait, contohnya seseorang sedang membaca, secara fisik kelihatannya membaca tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibacanya. Aktivitas siswa sangat penting dalam proses belajar supaya prestasi belajar siswa dapat optimal, karena aktivitas siswa sangat menentukan prestasi belajar siswa. Menurut Memes (2001), terdapat indikator terhadap aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran meliputi : 1. Interaksi anak dalam mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. 2. Keberanian anak dalam bertanya/ mengemukakan pendapat. 3. Partisipasi anak dalam PBM (melihat dan ikut aktif dalam diskusi). 4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti PBM (menyelesaikan tugas dan aktif menyelesaikan masalah). 5. Hubungan anak dengan anak selama PBM. 6. Hubungan anak dengan guru selama PBM. Adapun manfaat aktivitas siswa dalam pembelajaran menurut Hamalik (2005) yaitu (1) siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; (2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa; (3) memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan para siswa yang gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok; (4) siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan

18 individual; (5) memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat; (6) membina dan memupuk kerja sama antar sekolah dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa; (7) pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis; dan (8) pembelajaran menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika. Dalam proses pembelajaran siswa merupakan partisipan aktif, siswa sendiri yang merekonstruksi pengalaman dan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang dimilikinya. Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami sesuatu dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, aktivitas siswa harus diperhatikan. Menurut Jerome Bruner dalam Nasution (2005) terdapat dua prinsip dalam proses pembelajaran yaitu : 1. Perolehan pengetahuan adalah proses aktif 2. Individu secara aktif merekonstruksi pengalaman dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan internal modal atau struktur kognitif yang telah dimilikinya. Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar.

19 D. Penguasaan Konsep Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berfikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil hanya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal. Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar (Djamarah dan Zain, 2002). Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari disekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

20 Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret yang timbul dari buah pikiran manusia dan pengalaman manusia serta digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Pemahaman konsep menurut Flavel dalam Sagala (2003) dapat dibedakan menjadi 7 dimensi yaitu: 1. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda. 2. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. 3. Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep konsep itu terdiri dari konsep-konsep yang lain. 4. Keinklusifan, yaitu ditunjukkan oleh jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu. 5. Generalisasi atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda. 6. Ketepatan, yaitu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturanaturan untuk membedakan contoh-contoh atau noncontoh suatu konsep. 7. Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting. Materi pelajaran kimia terdiri atas konsep-konsep yang cukup banyak jumlahnya dan antara konsep yang satu dengan yang lain saling berkaitan, dalam mempelajari ilmu kimia diperlukan penguasaan konsep sebagai dasar untuk mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

21 Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat terlihat dari penguasaan konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan kegiatan pembelajaran bagi siswa, sebab ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang dilakukan oleh guru. E. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar kerja siswa (LKS) merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Menurut Sriyono, dkk (1992), LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan, sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui LKS siswa harus dapat mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Lembar kerja siswa terdiri dari beberapa inti sari materi pertanyaan-pertanyaan berupa soal-soal latihan dan tugas-tugas. Lembar kerja siswa merupakan suatu media pembelajaran yang disusun secara kontruktivisme untuk membangun konsep atau mencari informasi. Lembar kerja siswa digunakan sebagai sarana pembelajaran dalam membantu siswa agar mampu memahami materi pelajaran yang sedang atau telah dipelajari. LKS berfungsi juga sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan pada proses pembelajaran, sehingga siswa

22 dapat belajar lebih aktif. LKS merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan cara belajar siswa. LKS yang digunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS non eksperimen. 1. LKS eksperimen LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan denagn kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan konsep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan. 2. LKS noneksperimen LKS noneksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum. F. Larutan Penyangga Larutan penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia dan bakteriologi, juga dalam fotografi, industri kulit dan zat warna. Dalam tiap bidang tersebut, terutama dalam biokimia dan bakteriologi, diperlukan rentang ph tertentu yang sempit untuk mencapai hasil optimum. Kerja suatu enzim, tumbuhnya kultur bakteri dan proses biokimia lainnya sangat sensitif terhadap perubahan ph. Cairan tubuh, baik cairan intra sel maupun cairan luar sel, merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam cairan intra sel adalah pasangan asam-basa konjugasi H 2 PO - 2 4 dan HPO - 4. Adapun sistem penahan utama dalam cairan luar sel (darah) adalah pasangan asam-basa

23 konjugasi H 2 CO 3 dan HCO 3 -. Sistem penyangga ini membantu menjaga ph darah tetap, yaitu sekitar 7,4. Semua larutan yang dapat mempertahankan ph disebut larutan penyangga. Sifat larutan penyangga antara lain : tidak berubah ph-nya meski diencerkan dan tidak berubah ph-nya meski ditambah sedikit asam atau basa. Larutan penyangga dapat dibuat dari larutan asam lemah dengan garamnya dan larutan basa lemah dengan garamnya. Cara perhitungan larutan penyangga : 1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai ph < 7) digunakan rumus: [H + ] = K a x a/g ph = pk a - log a/g dimana: a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol garamnya K a = tetapan ionisasi asam lemah 2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai ph > 7), digunakan rumus: [OH - ] = K b x b/g poh = pk b - log b/g

24 dimana: b = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol garamnya K b = tetapan ionisasi basa lemah (Sumber : Michael Purba. 2004. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta)