WARTA RIMBA ISSN: Volume 2, Nomor 1 Hal: Juni 2014

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

BAB IV METODE PENELITIAN

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Hutan Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Klasifikasi Sumber Daya Alam

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

2015 KESESUAIAN LAHAN D I TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI KIARA PAYUNG UNTUK TANAMAN END EMIK JAWA BARAT

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

ABSTRACT PENDAHULUAN METODE PENELITIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI POHON PADA BERBAGAI TINGKAT GANGGUAN HUTAN 01 GUNUNG SALAK, JAWA BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS VEGETASI HUTAN PRODUKSI TERBATAS BOLIYOHUTO PROVINSI GORONTALO

DISTRIBUSI DAN KERAPATAN EDELWEIS (Anaphalis javanica) DIGUNUNG BATOK TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DIDIK WAHYUDI

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

Transkripsi:

ANALISIS PENYEBARAN POHON MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KELOMPOK HUTAN PRODUKSI DUSUN V KEBUN KOPI DESA NUPABOMBA KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA I Made Suke Aryawan 1, Akhbar Zain 2, Ida Arianingsih 3 1 Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako 2 Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118 Abstract The aim of this research was to know distribution of the trees in production forest group, Nupabomba village, Tanantovea district, Donggala regency. Using Geography Information System (GIS), we determine tree distribution in three slope class (0-8%, 8-15% and 15-25%).The period of study was from June to August 2013.Studywasdone bysome steps, i.e; mapping of research location, plotting, tree distribution data collection and analysis, and tree distribution mapping.the result showed that in the east part of the slope, the total number of plant species recorded in the slope class 0-8% was 39 individual trees comprising 10 species and 23 families, in the slope class 8-15% was 24 individual trees comprising 8 species and 7 families, and in the slope class 15-25% was 20 individual trees comprising 8 species and 7 families. In the west part, the total number of plant species recorded in the slope class 0-8% was 31individual trees comprising 9 species and 9 families, in the slope class 8-15% was 25 individual trees comprising 10 species and 9 families, and in the slope class 15-25% was 19 individual trees comprising 8 species and 8 families. It was concluded that there were 78 and 75 individual trees in east and west part of slope, respectively. Hence, the total number of the tree in the slope class 0-8% was higher than two other slope class. Keywords: Tree distribution, Geography System Information, Production Forest. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Prajitno S. (2011), hutan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber kekayaan alam yang memberikan manfaat serbaguna yang mutlak dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang masa. Hutan di Indonesia sebagai sumber kekayaan alam dan salah satu unsur basis pertahanan nasional harus dilindungi dan dimanfaatkan guna kesejahteraan rakyat secara lestari. Agus C. (2003) mengatakan bahwa hutan di daerah tropis seperti di Indonesia mempunyai fungsi produksi (kayu dan nonkayu dsb), proteksi/perlindungan (air, iklim, angin, erosi tanah dan sebagainya), dan regulasi/pengaturan (temperatur, tata air, peredaran O 2, CO 2 ) yang sangat penting dalam ekosistem Dunia. Oleh karena itu, keberadaan hutan sangat dibutuhkan. Menurut Sulistya (2010), hutan merupakan kekayaan sumber daya alam yang perlu dilestarikan dengan pengelolaan sebaik-baiknya demi kepentingan generasi saat ini dan yang akan datang. Sedangkan menurut Arief (2001) dalam Stevenson (2013), mengatakan bahwa hutan merupakan sumberdaya alam hayati yang terdiri dari sumberdaya alam nabati dan sumberdaya alam hewani yang bersama-sama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk sumberdaya alam hutan yang mempunyai kedudukan serta peran yang penting bagi kehidupan manusia. Hutan akan lestari apabila proses regenerasi tegakan berjalan sempurna, baik melalui pemudaan alam atau buatan. Pemudaan 62

merupakan proses regenerasi tegakan hutan, baik mengandalkan proses alam maupun penanganan manusia. Setiap tahap proses perkembangannya, mudah tidaknya pemudaan di suatu kawasan hutan bergantung pada sifatsifat jenis tegakan, tempat tumbuh, prosesproses daur air dan unsur hara (Indriyanto, 2010). Sejalan dengan waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian mengenai penyebaran pohon dapat diperbaharui dengan satu teknologi yaitu Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan teknologi tersebut dapat menghemat waktu, biaya dan dapat memudahkan dalam pengambilan dan pengolahan data penelitian. Menurut Winarso S. dan Hartati S. (2011). SIG didefinisikan sebagai sebuah sistem informasi yang mampu mengolah, menyimpan, dan menampilkan kembali data data yang memiliki informasi geografis/spasial. Sementara Menurut Budi G. (2011), SIG merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat fungsional dan jaringan, komponen SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data dan Informasi Goegrafis serta Menajemen. Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. SIG adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang dalam pengintegrasiannya SIG merangkul dan merepresentasikan sistem informasi lainnya. (Sugiyono, Agani, N., 2012). Menurut Akhbar dan B.E, Somba (2003), SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk data yang mengacu pada posisinya terhadap bumi (geo) yang dinyatakan dengan koordinat geografis. Seperti halnya peta, dimana bisa dirancang sesuai dengan keperluan spesifik atau kebutuhan pengguna. Menurut Ahmad Y. (2010), aplikasi SIG dalam kehidupan sehari-hari telah dimanfaatkan untuk penentuan letak ibu kota atau pusat pertumbuhan wilayah, perecanaan tata ruang, evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan, penentuan tingkat bahaya erosi suatu kawasan, penentuan arahan pemanfaatan lahan, rehabilitasi dan konservasi lahan dan lain-lain. SIG telah mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga teknologi dan informasinya dapat diaplikasikan pada berbagai bidang kehidupan. Contoh aplikasi SIG pada berbagai bidang diantaranya bidang sumberdaya alam, perencanaan, kependudukan, lingkungan, pariwisata, ekonomi, bisnis dan marketing, biologi, telekomunikasi, kesehatan dan militer Adolof A. D. (2013). Rumusan Masalah Desa Nupabomba adalah salah satu desa yang saat ini belum diketahui secara pasti potensi pohon yang terkandung di dalam kawasan hutannya, khususnya di sekitar Dusun V kebun kopi. Berdasarkan masalah di atas penulis ingin mengetahui penyebaran pohon pada kondisi kelas lereng yang berbeda. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memahami kondisi tersebut adalah dengan melakukan analisis penyebaran pohon di kelompok hutan produksi Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba dalam pengelolaan kawasan hutan dimasa yang akan datang dengan menggunakan SIG. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran pohon di wilayah kelompok hutan produksi terbatas Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba untuk selanjutnya dapat memetakannyan dengan menggunakan SIG. Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pengenalan dalam penyebaran pohon yang selanjutnya dapat dimanfaatkan. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2013 bertempat di kelompok hutan produksi Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala. 63

Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta penunjukan kawasn lokasi penelitian Skala 1:10.000 tahun 1999, tally sheet, alkohol 75% untuk pengawetan spesimen, kantong plastik dan kertas koran untuk pembuatan koleksi vegetasi bagi keperluan analisis laboratorium, dan label gantung untuk menandai bahan spesimen. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu GPS (Global Positioning System), kompas Geologi, hagameter, roll meter, pita ukur, tali raffia, alat tulis menulis, kamera digital, komputer, printer, dan software ArcGis 9.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian analisis penyebaran pohon di kelompok hutan produksi Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba yaitu: 1. Pembuatan Peta Lokasi Penelitian. Memasukkan beberapa database yang diperlukan dalam pembuatan peta lokasi penelitian seperti peta kawasan hutan dan perairan Provinsi Sulawesi Tengah, Jalan, serta Pemukiman. 2. Pembuatan Plot di Lapangan. Pembuatan Plot di lapangan menggunakan metode jalur transek, dengan luas plot 50 m x 50 m. Plot dibuat sebanyak 6 plot, dengan masing-masing tipe daerah lokasi pengambilan sampel distribusi pohon, yaitu daerah sekitar sungai (5 m dari tepi sungai) dengan kelas lereng 0-<8 % (datar), daerah landai 8-15 %, dan daerah agak curam 15-25 %, pengambilan plot dilakukan pada bagian timur gunung sebanyak 3 plot dan bagian barat gunung 3 plot. 3. Pengambilan data analisis penyebaran pohon. Pengambilan data dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: a. Melihat dan mengamati pohon yang ada dalam plot yang telah dibuat. b. Mengukur diameter pohon yang berdiameter 20 cm. Diameter (D) = K π Keterangan : D = Diameter (m) K = Keliling (m) Π = Tetapan ( 22 atau 3,14 ) 7 c. Pengukuran tinggi pohon. T = J Tgα Keterangan: T = Tinggi bagian pohon yang berada di sebelah atas atau di sebelah dari ketinggian mata pengukur (dalam meter). J = Jarak antara pohon dengan pengukur (dalam meter). = Sudut yang terbuat antara garis horizontal (setinggi mata pengukur) dengan arah bidikan ke puncak pohon atau pangkal pohon (dalam derajat). d. Pengukuran Volume Pohon V = 1 4 πd2 ( t x fk ) Keterangan : V = Volume Pohon D = Diameter (m). t = Tinggi Total Pohon (m). fk = Faktor Koreksi (Untuk hutan Alam 0,7 dan untuk hutan tanaman 0,8). e. Pengambilan titik koordinat pohon menggunakan GPS (global Posisition Sistem). f. Pengambilan spesimen pohon untuk mengetahui jenis pohon yang terdapat dalam plot. 4. Pembuatan Peta Penyebaran Pohon. Hasil pengamatan dan pengambilan titik koordinat pohon kemudian dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program ArcGis 9.3 sehingga dapat menghasilkan peta analisis penyebaran pohon di Kelompok Hutan Produksi Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba. 64

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Pohon Pada Kelas Lereng 0-< 8% (datar) Bagian Timur Hasil penelitian di lapangan ditemukan jumlah pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada bagian timur gunung adalah 34 pohon yang terdiri dari 10 jenis dan 9 famili. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada bagian Timur gunung. 1 Phoebe sp. Lauraceae 8 2 Palaquium obovatum (Griff.) Engl. Sapotaceae 5 3 Ficus sp. Moraceae 4 4 Dysoxylum sp. Meliaceae 3 5 Goniothalamus sp. Annonaceae 3 6 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae 3 7 Celtis phillippensis Blanco Cannabaceae 3 8 Syzygium sp. Myrtaceae 2 9 Chisocheton sp. Meliaceae 2 10 Pterospermum celebicum Miq. Malvaceae 1 Jumlah 34 Pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa lereng 0-<8% (datar) adalah sebanyak 34 pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis Phoebe sp. (Lauraceae) sebanyak 8 pohon atau sekitar 23,52% dengan nama lokal bagi masyarakat Desa Nupabomba yaitu Mada. Irwanto (2007), mengatakan bahwa tumbuhan yang termasuk dalam famili Lauraceae, umumnya tumbuh berkelompok dan tersebar pada daerah dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian umumnya 10-2000 mdpl. Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang berdrainase baik dan berbagai tipe iklim. Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S (2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas cahaya terhadap pembesaran sel dan differensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur dari daun serta batang. Sementara Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan Nursyahra (2010) menambahkan bahwa persaingan akan menyebabkan terbentuknya susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk, jumlah spesies dan jumlah individu penyusunnya sesuai keadaan habitat. Jenis Pterospermum celebicum Miq. (Malvaceae) dengan nama lokal yaitu Bayur merupakan jenis pohon yang paling sedikit dengan jumlah pohon sebanyak 1 jenis atau sekitar 2,94%. Indriyanto (2010), mengatakan bahwa pohon yang tajuknya menempati posisi lebih rendah dibandingkan dengan pohon yang dominan masih mendapatkan cahaya matahari dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari dari arah samping. Dengan demikian, pohon tersebut mengalami persaingan yang keras dengan pohon lainnya sehingga menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan lemah. lereng 0-<8% (datar) pada bagian Timur gunung dan pengolahan data dengan bantuan program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta gambar 1 berikut : Gambar 1. Peta Penyebaran Pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada bagian Timur gunung. Pada gambar 1, terlihat bahwa penyebaran pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada bagian Timur gunung tergolong penyebaran secara acak dan memiliki jarak antara pohon yang bervariasi. Bagian Barat Hasil penelitian di lapangan ditemukan jumlah pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) 65

pada bagian barat gunung adalah 31 pohon yang terdiri dari 9 jenis dan 9 famili. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada bagian Barat gunung. 1 Phoebe sp. Lauraceae 7 2 3 Myristica fatua subsp. Affinis (Warb) W.J. de Wilde. Palaquium obovatum (Griff.) Engl. Myristicaceae 6 Sapotaceae 5 4 Syzygium sp. Myrtaceae 3 5 Pangium edule Reinw. Flacourtiacea e 3 6 Dysoxylum sp. Meliaceae 3 7 Bischofia javanica Blume. Phyllanthacea e 2 8 Pterospermum celebicum Miq. Malvaceae 1 9 Celtis phillippensis Blanco. Cannabaceae 1 Jumlah 31 Pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa lereng 0-<8% (datar) adalah sebanyak 31 pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis Phoebe sp. (Lauraceae) sebanyak 7 pohon atau sekitar 22,58%, dengan nama lokal bagi masyarakat Desa Nupabomba yaitu Mada. Irwanto (2007), mengatakan bahwa tumbuhan yang termasuk dalam famili Lauraceae, umumnya tumbuh berkelompok dan tersebar pada daerah dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian umumnya 10-2000 mdpl. Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang berdrainase baik dan berbagai tipe iklim. Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S (2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas cahaya terhadap pembesaran sel dan differensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur dari daun serta batang. Sementara Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan Nursyahra (2010) menambahkan bahwa persaingan akan menyebabkan terbentuknya susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk, jumlah spesies dan jumlah individu penyusunnya sesuai keadaan habitat. Jenis Pterospermum celebicum Miq. (Malvaceae) dengan nama lokal yaitu Bayur dan Celtis phillippensis Blanco (Cannabaceae) dengan mana lokal Ganjeng-Ganjeng merupakan jenis pohon yang paling sedikit dengan jumlah masing-masing sebanyak 1 jenis atau sekitar 3,22%. Indriyanto (2010), mengatakan bahwa pohon yang tajuknya menempati posisi lebih rendah di bandingkan dengan pohon yang dominan masih mendapatkan cahaya matahari dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari dari arah samping. Dengan demikian, pohon tersebut mengalami persaingan yang keras dengan pohon lainnya sehingga menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan lemah. lereng 0-<8% (datar) pada bagian barat gunung dan pengolahan data dengan bantuan program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta Gambar 2 berikut: Gambar 2. Peta Penyebaran Pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada bagian Barat gunung. Pada gambar 2, terlihat bahwa penyebaran pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada bagian Barat gunung tergolong penyebaran secara acak dengan dan memiliki jarak antara pohon yang bervariasi. 66

Penyebaran Pohon Pada Kelas Lereng 8-15% (landai) Bagian Timur Hasil penelitian di lapangan ditemukan jumlah pohon pada kelas lereng 8-15% (landai) pada bagian timur gunung adalah 24 pohon yang terdiri dari 8 jenis dan 7 famili. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon pada kelas lereng 8-15% (landai) pada bagian Timur gunung. 1 Phoebe sp. Lauraceae 8 2 Goniothalamus sp. Annonaceae 4 3 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae 3 4 Palaquium obovatum (Griff.) Sapotaceae 3 Engl. 5 Ficus sp. Moraceae 2 6 Dysoxylum sp. Meliaceae 2 7 Chisocheton sp. Meliaceae 1 8 Celtis phillippensis Blanco Cannabaceae 1 Jenis Chisocheton sp. (Meliaceae) dengan nama lokal yaitu Kayu Kapur dan Celtis phillippensis Blanco (Cannabaceae) dengan nama lokal yaitu Ganjeng-Ganjeng dengan jumlah pohon masing-masing sebanyak 1 jenis atau sekitar 4,16%. Indriyanto (2010), mengatakan bahwa pohon yang tajuknya menempati posisi lebih rendah di bandingkan dengan pohon yang dominan masih mendapatkan cahaya matahari dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari dari arah samping. Dengan demikian, pohon tersebut mengalami persaingan yang keras dengan pohon lainnya sehingga menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan lemah. lereng 8-15% (landai) pada bagian Timur gunung dan pengolahan data dengan bantuan program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta Gambar 3 berikut : Jumlah 24 Pada tabel 3 di atas menunjukkan bahwa lereng 8 15% (landai) adalah sebanyak 24 pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis Phoebe sp. (Lauraceae) sebanyak 8 pohon atau sekitar 38,09%, dengan nama lokal bagi masyarakat Desa Nupabomba yaitu Mada. Irwanto (2007), mengatakan bahwa tumbuhan yang termasuk dalam famili Lauraceae, umumnya tumbuh berkelompok dan tersebar pada daerah dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian umumnya 10-2000 mdpl. Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang berdrainase baik dan berbagai tipe iklim. Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S (2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas cahaya terhadap pembesaran sel dan differensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur dari daun serta batang. Sementara Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan Nursyahra (2010) menambahkan bahwa persaingan akan menyebabkan terbentuknya susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk, jumlah spesies dan jumlah individu penyusunnya sesuai keadaan habitat. Gambar 3. Peta Penyebaran Pohon pada kelas lereng 8-15% (landai) pada bagian Timur gunung. Pada gambar 3, terlihat bahwa penyebaran pohon pada kelas lereng 8-15% (landai) pada bagian Timur gunung tergolong penyebaran secara acak dan memiliki jarak antara pohon yang bervariasi. 67

Bagian Barat Hasil penelitian di lapangan ditemukan jumlah pohon pada lereng 8-15% (landai) pada bagian barat gunung adalah 25 pohon yang terdiri dari 10 jenis dan 9 famili. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 4. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon pada kelas lereng 8-15% (landai) pada bagian Barat gunung. 1 Palaquium obovatum (Griff.) Engl. Sapotaceae 5 2 Goniothalamus sp. Annonaceae 5 3 Phoebe sp. Lauraceae 4 4 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae 4 5 Ficus sp. Moraceae 2 6 Pterospermum celebicum Miq. Malvaceae 1 7 Bischofia javanica Blume. Phyllanthaceae 1 8 Chisocheton sp. Meliaceae 1 9 Syzygium sp. Myrtaceae 1 10 Dysoxylum sp. Meliaceae 1 Jumlah 25 Pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa lereng 8 15% (landai) adalah sebanyak 25 pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis Palaquimu obovatum (Griff.) Engl. (Sapotaceae) dengan nama lokal bagi masyarakat Desa Nupabomba yaitu Kume dan Goniothalamus sp. (Annonaceae) dengan mana lokal bagi masyarakat Desa Nupabomba yaitu Kenanga dengan jumlah pohon masing-masing sebanyak 5 pohon atau sekitar 20%. Pitopang R. dkk (2008), mengatakan bahwa tumbuhan yang termasuk dalam famili Sapotaceae umumnya tumbuh pada hutan primer dan hutan dataran rendah tepi sungai atau danau dan tumbuhan yang termasuk dalam famili Annonaceae, umumnya tumbuh pada hutan dataran rendah. Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S. (2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas cahaya terhadap pembesaran sel dan differensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur dari daun serta batang. Sementara Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan Nursyahra (2010) menambahkan bahwa persaingan akan menyebabkan terbentuknya susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk, jumlah spesies dan jumlah individu penyusunnya sesuai keadaan habitat. Jenis Pterospermum celebicum Miq. (Malvaceae) dengan nama lokal yaitu Bayur, Bischofia javanica Blume. (Phyllanthaceae) dengan nama lokal yaitu Balintuma, Chisocheton sp. (Meliaceae) dengan nama lokal yaitu Kayu Kapur, Syzygium sp. (Myrtaceae) dengan nama lokal yaitu Copeng, dan Dysoxylum sp. (Meliaceae) dengan nama lokal yaitu Alupang dengan jumlah pohon masingmasing sebanyak 1 jenis atau sekitar 4%. Indriyanto (2010), mengatakan bahwa pohon yang tajuknya menempati posisi lebih rendah di bandingkan dengan pohon yang dominan masih mendapatkan cahaya matahari dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari dari arah samping. Dengan demikian, pohon tersebut mengalami persaingan yang keras dengan pohon lainnya sehingga menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan lemah. lereng 8-15% (landai) pada bagian barat gunung dan pengolahan data dengan bantuan program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta Gambar 4 berikut: Gambar 4. Peta Penyebaran Pohon pada kelas lereng 8-15% (landai) pada bagian Barat gunung. Pada gambar 4, terlihat bahwa penyebaran pohon pada kelas lereng 8 15% (landai) pada bagian Barat gunung tergolong penyebaran 68

secara acak dan memiliki jarak antara pohon yang bervariasi. Penyebaran Pohon Pada Kelas Lereng 15-25% (agak curam) Bagian Timur Hasil penelitian di lapangan ditemukan jumlah pohon pada kelas lereng 15-25% (agak curam) pada bagian timur gunung adalah 20 pohon yang terdiri dari 8 jenis dan 7 famili. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut : Tabel 5. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon pada kelas lereng 15-25% (agak curam) pada bagian Timur gunung. 1 Phoebe sp. Lauraceae 5 2 Palaquium obovatum (Griff.) Engl. Sapotaceae 3 3 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae 3 4 Goniothalamus sp. Annonaceae 3 5 Ficus sp. Moraceae 2 6 Dysoxylum sp. Meliaceae 2 7 Chisocheton sp. Meliaceae 1 8 Celtis phillippensis Blanco Cannabaceae 1 Jumlah 20 Pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa lereng 15-25% (agak curam) adalah sebanyak 20 pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis Phoebe sp. (Lauraceae) sebanyak 5 pohon atau sekitar 25%, dengan nama lokal bagi masyarakat Desa Nupabomba yaitu Mada. Irwanto (2007), mengatakan bahwa tumbuhan yang termasuk dalam famili Lauraceae, umumnya tumbuh berkelompok dan tersebar pada daerah dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian umumnya 10-2000 mdpl. Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang berdrainase baik dan berbagai tipe iklim. Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S. (2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas cahaya terhadap pembesaran sel dan differensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur dari daun serta batang. Sementara Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan Nursyahra (2010) menambahkan bahwa persaingan akan menyebabkan terbentuknya susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk, jumlah spesies dan jumlah individu penyusunnya sesuai keadaan habitat. Jenis Chisocheton sp. (Meliaceae) dengan nama lokal yaitu Kayu Kapur dan Celtis phillippensis Blanco (Cannabaceae) dengan nama lokal yaitu Ganjeng-Ganjeng dengan jumlah pohon masing-masing sebanyak 1 jenis atau sekitar 5%. Indriyanto (2010), mengatakan bahwa pohon yang tajuknya menempati posisi lebih rendah di bandingkan dengan pohon yang dominan masih mendapatkan cahaya matahari dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari dari arah samping. Dengan demikian, pohon tersebut mengalami persaingan yang keras dengan pohon lainnya sehingga menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan lemah. lereng 15-25% (agak curam) pada bagian Timur gunung dan pengolahan data dengan bantuan program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta Gambar 5 berikut: Gambar 5. Peta Penyebaran Pohon pada kelas lereng 15 25% (agak curam) pada bagian Timur gunung. Pada gambar 5, terlihat bahwa penyebaran pohon pada kelas lereng 15-25% (agak curam) pada bagian Timur gunung tergolong penyebaran secara acak dan memiliki jarak antara pohon yang bervariasi. 69

Bagian Barat Hasil penelitian di lapangan ditemukan jumlah pohon pada kelas lereng 15-25% (agak curam) pada bagian barat gunung adalah 19 pohon yang terdiri dari 8 jenis dan 8 famili. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut : Tabel 6. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon pada kelas lereng 15-25% (agak curam) pada bagian Barat gunung. 1 Goniothalamus sp. Annonaceae 4 2 Palaquium obovatum (Griff.) Sapotaceae 4 Engl. 3 Phoebe sp. Lauraceae 3 4 Pterospermum celebicum Miq. Malvaceae 2 5 Dysoxylum sp. Meliaceae 2 6 Syzygium sp. Myrtaceae 2 7 Phyllanthacea Bischofia javanica Blume. 1 e 8 Ficus sp. Moraceae 1 Jumlah 19 Pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa lereng 15 25% (agak curam) adalah sebanyak 19 pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis Goniothalamus sp. (Annonaceae) dengan nama lokal yaitu Kenanga dan Palaquimu obovatum (Griff.) Engl. (Sapotaceae) dengan nama lokal yaitu Kume masing-masing sebanyak 4 pohon atau sekitar 21,05%. Pitopang R. dkk (2011), mengatakan bahwa tumbuhan yang termasuk dalam family Annonaceae, umumnya tumbuh pada hutan dataran rendah dan tumbuhan yang termasuk dalam family Sapotaceae umumnya tumbuh pada hutan primer dan hutan dataran rendah tepi sungai atau danau. Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S (2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas cahaya terhadap pembesaran sel dan differensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur dari daun serta batang. Sementara Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan Nursyahra (2010) menambahkan bahwa persaingan akan menyebabkan terbentuknya susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk, jumlah spesies dan jumlah individu penyusunnya sesuai keadaan habitat. Jenis Bischofia javanica Blume. (Phyllanthaceae) dengan nama lokal yaitu Balintuma dan Ficus sp. (Moraceae) dengan nama lokal yaitu Gambir dengan jumlah pohon masing-masing sebanyak 1 jenis atau sekitar 5,26%. Indriyanto (2010), mengatakan bahwa pohon yang tajuknya menempati posisi lebih rendah di bandingkan dengan pohon yang dominan masih mendapatkan cahaya matahari dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari dari arah samping. Dengan demikian, pohon tersebut mengalami persaingan yang keras dengan pohon lainnya sehingga menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan lemah. lereng 15-25% (agak curam) pada bagian Barat gunung dan pengolahan data dengan bantuan program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta Gambar 6 berikut: Gambar 6. Peta Penyebaran Pohon pada kelas lereng 15-25% (agak curam) pada bagian Barat gunung. Pada gambar 6, terlihat bahwa penyebaran pohon pada kelas lereng 15 25% (agak curam) pada bagian Barat gunung tergolong penyebaran secara acak dan memiliki jarak antara pohon yang bervariasi. 70

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengukuran pada tiaptiap kelas lereng bagian timur diperoleh hasil yaitu kelas lereng 0-<8% (datar) adalah 34 pohon yang terdiri dari 10 jenis dan 9 famili, kemudian kelas lereng 8-15% (landai) adalah 24 pohon yang terdiri dari 8 jenis dan 7 famili, kemudian kelas lereng 15-25% (agak curam) adalah 20 pohon yang terdiri dari 8 jenis dan 7 famili. 2. Berdasarkan hasil pengukuran pada tiaptiap kelas lereng bagian barat diperoleh hasil yaitu kelas lereng 0-<8% (datar) adalah 31 pohon yang terdiri dari 9 jenis dan 9 famili, kemudian kelas lereng 8-15% (landai) adalah 25 pohon yang terdiri dari 10 jenis dan 9 famili, kemudian kelas lereng 15-25% (agak curam) adalah 19 pohon yang terdiri dari 8 jenis dan 8 famili. 3. Hasil pengukuran penyebaran pohon di kelompok hutan produksi Desa Nupabomba, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala dapat disimpulkan bahwa jumlah pohon pada kelas lereng timur lebih banyak dibandingkan jumlah pohon pada kelas lereng barat, dengan jumlah pohon kelas lereng timur sebanyak 78 pohon sedangkan kelas lereng barat sebanyak 75 pohon. 4. Berdasarkan pengukuran penyebaran pohon pada 3 kelas lereng yang berbeda dapat ditarik kesimpulan bahwa kelas lereng 0- <8% (datar) jumlah pohon lebih banyak dibandingkan pada 2 kelas lereng lainnya dan penyebaran pohon pada semua kelas lereng tergolong penyebaran secara acak. DAFTAR PUSTAKA Adolof A. D. 2013, Rektifikasi Peta Penunjukan Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Wera. Skripsi Jurusan kehutanan Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Palu. Agus C. 2003, Peran Hutan Tropika Pada Kompetisi Fungsi Tanah dan Adsorbsi Karbon Dalam Pembangunan Bersih Berkelanjutan. Prosiding Lokakarya, Nasional Fakultas Geografi UGM. P : 136 140. Akhbar dan B.E. Somba., 2003. Sistem Informasi Geografi. Hand Out. Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu (tidak dipublikasikan). Ahmad Y, 2010. Pengembangan Model Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Pengelolaan Pendidikan dalam Era Otonomi Daerah (Studi Pengembangan di Kabupaten Sukabumi). Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.11, No.1, April 2010. Budi G, 2011. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Analisa Potensi Sumber Daya Lahan Pertanian di Kabupaten Kudus. Jurnal Sains dan Teknologi Vol.4, No, Desember 2011. Indriyanto, 2010. Pengantar Budidaya Hutan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Irwanto, 2007. Budidaya Tanaman Kehutanan. Yogyakarta. Melcy S,. 2010. Keanekarangaman Jenis Pohon di Hutan Alam Desa Oo Parese Kecamatan Kulawi Selatan Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Skripsi Jurusan kehutanan Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Palu. Nurhadi, Nursyahra, 2010. Komposisi Vegetasi Dasar di Kawasan Penebangan Batubara di Kecamatan Tawali Sawahlunto. Jurnal Ilmiah Ekotrans 71

. Universitas Ekasakti Padang, Vol.10 No.1 Januari 2010 ISSN 1411-4615. Pitopang R, dkk, 2011. Profil Herbarium Celebense Universitas Tadulako dan Deskripsi 100 Jenis Pohon Khas Sulawesi. UNTAD PERSS. Prajitno,S 2011, Fasilitas Penggunaan Kawasan Hutan. Stevenson, 2013. Analisis Tingkat Ketelitian pengukuran Batas Fungsi Kawasan Hutan menggunakan metode Bowditch dan Metode Transit di Desa Lombok kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong. Skripsi Jurusan kehutanan Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Palu. Sugiyono, Agani, N 2012. Model Peta Digital Rawan Sambaran Petir dengan menggunakan Metode SAW (simple additive weighting) : studi kasus propinsi lampung. Jurnal TELEMATIKA MKOM Vol.4 No.1, Maret 2012. Sulistya, D 2011, Pentingnya Memaksimalkan Peranan SIG Dalam Pembangunan Kehutanan. Winarso S. dan Hartati S. (2011), Penggunaan Sistem Informasi Geografis dan Pemodelan 3 Dimensi Untuk Cakupan Area Frekuensi Radio FM di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal IPTEK KOM. P:1-24. 72