PROGRAM PERATURAN DALAM PENGAWASAN PLTN UNTUK MENYONGSONG PEMBANGUNAN PLTN 1)

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

KEBIJAKAN PENGAWASAN PLTN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAKIP TAHUN 2012 Laporan Akuntabilita s Kinerja Pemerintah DEPUTI PKN - BAPETEN

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PENGEMBANGAN PERATURAN TERKAIT PERIZINAN INSTALASI NUKLIR

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS. Revisi - 1 Nopember 2005 Halaman 1 dari 31 KATA PENGANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)

PERANAN KONVENSI KESELAMATAN NUKLIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PLTN SECARA GLOBAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri, medis, penelitian dan lain-lain

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERIZINAN REAKTOR DAYA NON KOMERSIAL

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 07/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG JAMINAN KUALITAS INSTALASI NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

Kebijakan Pengawasan Ketenaganukliran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Jl. Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat 10120, Telp. (+62-21) , , Fax. (+62-21) Po.Box Jkt Perijinan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

- 1 - RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BAB 1. PENDAHULUAN

PERIZINAN REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL (RDE) DI INDONESIA

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

BERITA NEGARA. BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

Pengembangan Peraturan Perundang-undangan berkaitan dengan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

Transkripsi:

PROGRAM PERATURAN DALAM PENGAWASAN PLTN UNTUK MENYONGSONG PEMBANGUNAN PLTN 1) Amil Mardha, Khoirul Huda dan Anri Amaldi Ridwan Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi Dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Jl. Gajah Mada No.8, Jakarta Pusat 10120 ABSTRAK PROGRAM PERATURAN DALAM PENGAWASAN PLTN UNTUK MENYONGSONG PEMBANGUNAN PLTN. Pada Pasal 13 ayat (4) UU Nomor 10 Tahun 1997 mengamanatkan bahwa reaktor nuklir komersial berupa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat dibangun dan dioperasikan di Indonesia yang sebelumnya ditetapkan oleh pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk itu peraturan dalam pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning untuk PLTN harus disusun oleh BAPETEN berdasarkan tahapan tahapan yaitu tahapan tapak, konstruksi, komisioning, operasi dan dekomisioning. Peraturan sebagai pelaksanaan dari Undang Undang adalah dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP). PP ini berisi tata cara proses perizinan dan persyaratan keselamatan yang dianggap penting untuk menjamin keselamatan dan kesehatan personil, masyarakat dan lingkungan hidup, baik sejak tapak, konstruksi, operasi, maupun dekomisiong. Sedangkan untuk pengaturan yang lebih terperinci biasanya disusun pada pedoman atau ketentuan dalam bentuk Peraturan Kepala Bapeten. ABSTRACT REGULATION PROGRAM OF NUCLEAR POWER PLANT CONTROL FOR CONSTRUCTION OF NUCLEAR POWER PLANT (NPP). Article 13 paragraph 4, Act Number.10 of 1997 stipulated that the development of nuclear power plant in Indonesia is established by the Government after consultation with the house of representative of the Republic of Indonesia. Consequently, BAPETEN must establish NPP regulatory for construction, operation and decommissioning based on siting, construction or design, commissioning, operation and decommissioning stages. Government Regulation, as implementation of the Act, initiated and drawn up by BAPETEN, prepared by the relevant minister, department, or non department, and signed by the President. The Government regulations contain the licensing process and safety requirements essential to assure the safety and health of personnel, and the public and the protection of the environment during the siting, construction or design, commissioning, operation and decommissioning of NPP. The requirements in details are generally provided in guides and chairman of BAPETEN decree. 613

PENDAHULUAN Salah satu aspek pengawasan ketenaganukliran adalah peraturan. Hal ini diamanatkan dalam Pasal 14 ayat 2 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. Kegiatan pembuatan peraturan bukan saja hanya membuat peraturan yang baru, juga dilakukan revisi peraturan yang ada agar sesuai dengan aturan yang terkini baik nasional maupun internasional. Pada Pasal 13 UU No. 10/1997 disebutkan bahwa pembangunan reaktor nuklir komersial yang berupa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu maksud dan tujuan tersebut didukung dengan himbauan oleh Presiden Republik Indonesia pada pidato pembukaan konvensi nasional keselamatan nuklir tanggal 8 Mei 2002 di Istana Presiden, yang menyatakan :.. tenaga nuklir akan kita manfaatkan sebesar dan sejauh mungkin bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat kita. Sejalan dengan itu pula adalah sesuatu yang sudah semestinya bila kita terus membangun dan mengembangkan kemampuan dalam pengusaan pengetahuan dan teknologi nuklir serta aplikasinya. Kita tidak boleh menutup diri atau bahkan berhenti dalam upaya ini hanya karena kekhawatiran akan ancaman yang ditimbulkan.. Kemudian dipertegas pada pertengahan tahun 2005, pemerintah telah menyusun suatu bentuk blue print Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 2005 2025, Kebijakan Energi Nasional tahun 2006 dan Rencana Umum Kelistrikan Nasional (RUKN) 2005 2025, dimana program energi nuklir masuk dalam dokumen tersebut yaitu PLTN pertama diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2016, guna memenuhi kebutuhan energi listrik nasional. Untuk mengantisipasi program energi nuklir, BATAN pada tahun 2002, telah membentuk program Landmark nasional/milestone PLTN dengan mengintrodusir program PLTN dan menetapkan pengoperasian PLTN pada tahun 2016. Disamping itu BAPETEN menyiapkan infrastruktur peraturan yang mencakup tata cara perizinan dan inspeksi dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN serta komponen sumber daya pengawasan lainnya yang perlu ditumbuh kembangkan. Peraturan ketenaganukliran perlu disusun dalam pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir berdasarkan tahapan tahapan yaitu tahapan tapak, konstruksi, komisioning, operasi dan dekomisioning. Pada langkah pertama sebagai peraturan tingkat tinggi setelah Undang Undang Ketenaganukliran, disusun Peraturan Pemerintah tentang Perizinan Reaktor Nuklir, kemudian peraturan pelaksananya yang lebih terperinci dalam bentuk Peraturan Kepala Bapeten dan pedoman. Perumusan peraturan pelaksana dari Peraturan Pemerintah difokuskan pada perumusan ketentuan dan pedoman keselamatan nuklir yang mendukung perizinan untuk tahap tapak pada 614

tahun 2004. Pada tahun 2005 dan 2006 dilakukan perumusan/penyusunan (legal drafting) untuk tahap desain/konstruksi. Sedangkan peraturan yang mengandung pengoperasian reaktor nuklir (tahap operasi) akan disusun pada tahun 2007, 2008 dan 2009. PROGRAM STRATEGIS PENGATURAN PLTN Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang melaksanakan pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi. Untuk itu diharapkan dalam pelaksanaan tugasnya BAPETEN dapat memberikan rasa aman dan tentram bagi masyarakat dan lingkungan hidup, baik pada tingkat nasional maupun internasional dengan memperhatikan aspek keselamatan (safety), keamanan (security), dan safeguards. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya disusunlah kebijakan strategis pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir yang tertuang dalam Rencana Strategis BAPETEN Tahun 2005 2009. Renstra ini memuat arah kebijakan dan program strategis lima tahun kedepan, dan sebagai acuan unit kerja dilingkungan BAPETEN. Oleh karena itu renstra ini harus diuraikan/dijabarkan oleh unit kerja dalam bentuk Rencana Kinerja Jangka Menengah (RKJM) program lima tahunan dan rincian rencana kerja tahunan dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada. Dalam kurun waktu lima tahun, terdapat 3 tantangan yang harus dihadapi yaitu : introduksi PLTN, keselamatan dan keamanan radiologi, dan keselamatan dan keamanan nuklir. Dalam menghadapi tantangan introduksi PLTN, BAPETEN telah menyusun peraturan keselamatan nuklir untuk pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning PLTN pada tahun 2004 sampai 2009, sebagai berikut: A. Kegiatan penyusunan dan pembahasan Peraturan PLTN pada tahap Tapak, Tahun 2004 1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perizinan Reaktor Nuklir 2. Peraturan Kepala tentang Keselamatan Evaluasi Tapak PLTN 3. tentang Evaluasi Bahaya Seismik terhadap PLTN 4. tentang Aspek Vulkanologi dalam Evaluasi Tapak PLTN 5. tentang Penentuan Kejadian Meteorologi dalam Evaluasi Tapak PLTN 6. tentang Aspek Geoteknik Pada Evaluasi Tapak Dan Pondasi PLTN 7. tentang Penentuan Dispersi Zat Radioaktif Di Udara Dan Air, Serta Pertimbangan Distribusi Penduduk Dalam Tapak PLTN 615

8. Peraturan Kepala tentang Jaminan Mutu Keselamatan PLTN Dan Instalasi Nuklir Pendukungnya 9. tentang Jaminan Mutu Keselamatan PLTN Pada Tahap Penentuan Tapak B. Kegiatan penyusunan dan pembahasan Peraturan PLTN pada tahap Konstruksi/desain, Tahun 2005 1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perizinan Reaktor Nuklir 2. Peraturan Kepala tentang Keselamatan Desain Reaktor Daya 3. Peraturan Kepala tentang Keselamatan Operasi Reator Daya 4. tentang Desain untuk Keselamatan Teras Reaktor pada Reaktor Daya 5. tentang Desain pengungkung reaktor pada Reaktor Daya 6. tentang desain seismik dan kualifikasi pada Reaktor Daya Untuk Tahun 2006 1. tentang Evaluasi bahaya external akibat ulah manusia dalam evaluasi tapak PLTN 2. tentang aspek kejadian eksternal selain gempa dalam desain PLTN 3. tentang Analisis Bahaya Banjir pada lokasi tepi sungai dan pantai dalam evaluasi tapak PLTN 4. tentang Verifikasi dan Penilaian Keselamatan PLTN 5. tentang Jaminan Mutu Desain/Konstruksi PLTN C. Kegiatan penyusunan dan pembahasan Peraturan PLTN pada tahap Operasi, Tahun 2007 1. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pertanggungjawaban Kerugian Nuklir 2. Peraturan Kepala tentang Keselamatan Komisioning PLTN 3. Peraturan Kepala tentang Ketentuan Penyusunan LAK PLTN 4. tentang Aspek Proteksi Radiasi pada desain PLTN 5. tentang sistem pendingin reaktor dan sistem penunjang pada PLTN 616

Untuk Tahun 2008 1. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pertanggungjawaban Kerugian Nuklir 2. tentang sistem instrumentasi dan kendali yang utama untuk keselamatan PLTN 3. tentang Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Kecelakaan Nuklir dan Radiasi 4. tentang Review dan Penilaian Keselamatan PLTN oleh Badan Pengawas 5. tentang Manajemen Teras Reaktor dan Penanganan Bahan Bakar pada PLTN 6. Peraturan Kepala tentang Batasan dan Kondisi Operasi serta Prosedur Pengoperasian PLTN Untuk Tahun 2009 1. tentang Review Keselamatan PLTN secara Berkala 2. tentang Perawatan, Surveilan dan Inspeksi pada PLTN 3. tentang Sistem Penanganan dan Penyimpanan sementara Bahan Bakar Nuklir 4. tentang proteksi radiasi dan pengelolaan limbah radioaktif dalam pengoperasian PLTN 5. tentang Keselamatan terhadap bahaya kebakaran selama pengoperasian PLTN 6. tentang rekruitmen, kualifikasi dan training personil untuk PLTN Jadi peraturan keselamatan nuklir pada pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning PLTN yang akan disusun dari tahun 2004 2009: 1. Rancangan Peraturan Pemerintah sebanyak 1 judul 2. Rancangan Peraturan Presiden sebanyak 1 judul 3. Peraturan Kepala Bapeten sebanyak 7 judul 4. Bapeten sebanyak 26 judul Bentuk pohon peraturan keselamatan nuklir pada pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning PLTN disajikan pada lampiran 1. PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN 617

1. Undang Undang Ketenaganukliran Undang Undang merupakan peraturan perundang undangan yang tertinggi di Negara Republik Indonesia, yang secara langsung berlaku dan mengikat umum. Landasan yuridis pemanfaatan tenaga nuklir pertama kali di Indonesia adalah Undang Undang Nomor 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan ketentuan Pokok Tenaga Atom. Namun pada tanggal 10 April 1997 pemberlakuan undang undang tersebut dicabut dan digantikan dengan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. Pengertian ketenaganukliran adalah hal yang berkaitan dengan pemanfaatan, pengembangan, dan pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir serta pengawasan kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir. Penggantian itu dilakukan atas pertimbangan untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi nuklir yang makin maju dan meluas. Meskipun Indonesia belum menggunakan nuklir untuk alternatif pembangkit energi, tetapi tetap harus dipikirkan dan dipersiapkan perangkat hukumnya (regulation framework) agar tidak terjadi kekosongan hukum kelak. Selain itu, penggantian undang undang tersebut sesuai saran dunia internasional dalam bidang ketenaganukliran yang mensyaratkan pemisahan antara kegiatan pengawasan dengan pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir, sehingga dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan. Sebagaimana diamanatkan pada Pasal 17 ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, menyatakan setiap pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir dan instalasi nuklir lainnya serta dekomisioning reaktor nuklir wajib memiliki izin. Selanjutnya dalam Pasal 17 ayat (3) berbunyi syarat syarat dan tata cara perizinan dalam pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Perizinan itu juga berlaku untuk petugas yang mengoperasikan reaktor nuklir dan petugas tertentu yang bekerja di instalasi nuklir lainnya serta di instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion, hal ini dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (1). Berdasarkan acuan dalam Pasal 17 Undang Undang tentang ketenaganukliran tersebut, maka pengaturan pelaksananya berupa Peraturan Pemerintah harus dibentuk. 2. Peraturan Pemerintah Pengaturan pelaksanaan dari undang undang adalah dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP). PP yang disusun berdasarkan amanat dari Pasal 17 ayat (2) UU ketenaganukliran yaitu berisi persyaratan dan tata cara proses perizinan baik sejak tapak, konstruksi, operasi, maupun sampai dekomisiong, artinya perizinan dilaksanakan selama kegiatan pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning PLTN. Pengertian pembangunan adalah kegiatan yang dimulai dari penyiapan tapak terpilih sampai dengan 618

penyelesaian konstruksi, sedangkan pengoperasian adalah kegiatan yang mencakup komisioning nuklir, operasi, dan dekomisioning. Peraturan Pemerintah yang disusun berjudul Perizinan Reaktor Nuklir. Selain RPP tentang perizinan reaktor nuklir yang sedang disusun, juga RPP tentang Sistem Keamanan dan Kesiapsiagaan Nuklir yang tahun 2006 dalam bentuk naskah akademik. Sebelum izin tapak reaktor nuklir diberikan, pemohon izin terlebih dahulu harus menyelesaikan dan memiliki izin lain yang terkait dengan Instansi Yang Bertanggung jawab lainnya seperti :Hak Pengelolaan atas tanah dan lain lain. Selain itu pemohon juga harus melaksanakan kegiatan evaluasi tapak sebelum melakukan kegiatan pembangunan dan selama pengoperasian PLTN. Setelah persyaratan terpenuhi maka BAPETEN dapat melanjutkan proses pemberian izin dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN dengan melakukan penilaian pada tiap tahap perizinan. Proses perizinan hendaknya dipandang sebagai proses yang berkelanjutan (berkesinambungan), dimulai dari tahap kegiatan evaluasi tapak dan seterusnya sampai dengan pada tahap dekomisioning reaktor nuklir. Penilaian dalam proses pemberian izin oleh BAPETEN mencakup evaluasi tapak, desain dan konstruksi, komisioning, operasi, dan dekomisioning. Jenis izin dalam pembangunan, pengoperasian, dan dekomisioning reaktor nuklir yang rencana diatur oleh BAPETEN pada RPP yaitu terdiri atas: Izin Tapak, Izin Konstruksi, Izin Komisioning, Izin Operasi dan Izin Dekomisioning. Pemohon Izin dapat mengajukan permohonan izin dan kemudian dapat menerima izin apabila hasil review dan penilaian terhadap kriteria persyaratan telah terpenuhi dan ditambah dengan dipunyainya sertifikat desain dari Badan Pengawas negara pemasokk untuk pemohon izin operasi gabungan. Izin Operasi Gabungan merupakan gabungan dari izin konstruksi, izin komisioning dan izin operasi. Dalam Peraturan Pemerintah ini pembangunan, pengoperasian, dan dekomisioning reaktor nuklir berupa reaktor daya dan non daya yang pengoperasiannya bertujuan untuk komersial dan non komersial. Reaktor daya/pltn bertujuan komersial yang dibangun di Indonesia hanya reaktor nuklir yang didesain berdasarkan teknologi teruji (proven technology). Dalam proses pembuatan peraturan pemerintah, BAPETEN tidak melaksanakan sendiri, namun dilakukan proses pembahasan bersama antar institusi, departemen dan LPND atau institusi lainnya yang terkait. Untuk menghasilkan suatu rancangan peraturan pemerintah, disajikan terlebih dahulu naskah akademik yang merupakan konsep naskah ilmiah, sebagai acuan atau bimbingan dalam pembuatan batang tubuh peraturan. Naskah 619

akademik RPP berisi pokok pokok pikiran, lingkup atau obyek yang akan diatur, jangkauan dan arah pengaturan serta sasaran yang ingin diwujudkan. PERATURAN PELAKSANA Setelah terbitnya peraturan pemerintah, pengaturan dibawahnya yaitu yang sifatnya sebagai peraturan pelaksana, harus disiapkan yang berupa peraturan Kepala Bapeten. Peraturan Kepala ini digunakan oleh pelaksana (user) sebagai tuntunan, pedoman, bimbingan dan petunjuk untuk memenuhi persayaratan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning reaktor nuklir. Bentuk peraturan pelaksana yang dikeluarkan Bapeten berupa Peraturan Kepala Bapeten yang sifatnya mengikat secara umum dengan judulnya ketentuan yang memuat persyaratan persyaratan untuk memenuhi kriteria keselamatan dalam pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning reaktor nuklir. Selain itu, yaitu berupa pedoman yang sifatnya sebagai tuntunan atau petunjuk untuk memenuhi persyaratan yang diperintahkan atau yang diamanatkan oleh peraturan kepala Bapeten. Penyusunan pedoman, ketentuan peraturan Kepala Bapeten dilaksanakan melalui penyelenggaran rapat intern di direktorat DP2IBN dan unit terkait, dan untuk rapat koordinasi diselenggarakan rapat bersama dengan unit terkait dan instansi lain seperti BATAN, BMG. Seperti telah disebut di atas bahwa PLTN pertama akan dioperasikan pada tahun 2016, maka BAPETEN harus mempunyai program strategi untuk menyusun regulasi pengawasan PLTN terutama pembentukan peraturan PLTN. Oleh karena itu sejak tahun 2004 DP2IBN telah membuat program kegiatan pembentukan peraturan PLTN. Pembentukan peraturan PLTN berdasarkan tahapan perizinan dalam pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning reaktor nuklir yaitu tahap tapak (2004 2005), konstruksi/desain (2005 2006), komisioning (2006 2007), operasi (2007 2009) dan dekomisioning. Pada tahun 2004, DP2IBN telah menyelesaikan draft peraturan kepala dan pedoman yang tahap tapak mengenai evaluasi tapak sebanyak 8 judul peraturan. Sedangkan pada tahun 2005, draft peraturan kepala dan pedoman sebanyak 5 judul peraturan mengenai desain PLTN. KESIMPULAN 1. Perlu menyiapkan sistem regulasi pengawasan PLTN yang jelas (predictable and timely), efisien, efektif dan stabil, sebagai bentuk komitmen atas KEN Tahun 2006. 620

2. Agar drafting pembentukan peraturan PLTN dapat berjalan dengan baik dan lancar maka diperlukan rencana strategis pengaturan pengawasan PLTN yang integrasi, komprehensif dan berkesinambungan serta bekerja sama dengan para pengguna sesuai bidangnya. 3. Sampai saat ini Bapeten telah selesai menyusun dan membahas pembentukan RPP tentang Perizinan Reaktor Nuklir, dan sedang menunggu disahkan RPP tersebut oleh Presiden Republik Indonesia. 621

DAFTAR PUSTAKA 1. Rencana strategis Badan Pengawas Tenaga Nuklir Tahun 2005 2009. 2. Undang Undang Nomor 10/1997 tentang Ketenaganukliran. 3. Draft RPP tentang Perizinan Reaktor Nuklir. 4. Nuclear Power Plants, IAEA publications. 622

Lampiran 1 2004 DS-305 Peraturan Kepala BAPETEN tentang 2004 NS-G-3.3 Evaluasi Bahaya Seismik Terhadap 2004 Provisional SS No.1/Juli-97 2004 NS-G-3.4 Penentuan Kejadian Meteorologi dalam Evaluasi Tapak PLTN 2004 NS-G-3.6 Aspek Geoteknik pada Evaluasi Tapak dan Pondasi PLTN 2004 NS-G-3.2 P edoman Penentuan Penyebaran Zat 2006 NS-G-3.1 Evaluasi Bahaya Eksternal Akibat Ulah Manusia Dalam Evaluasi Tapak 2006 NS-G-3.5 Analisis Bahaya Banjir pd Lokasi tepi sungai & Pantai Dalam Evaluasi 2007 PERPRES Tentang Pertanggungjawaba 2008 PP tentang Sistem Kesiapsiagaan 2004 - RPP tentang Perizinan Reaktor Nuklir 2005 NS-R-1 Peraturan Kepala BAPETEN tentang Ketentuan Keselamatan Desain 2005 NS-G-1.12 Desain untuk Keselamatan Teras Reaktor Pada Reaktor Daya 2005 NS-G-1.10 Desain Pengungkung Reaktor Pada 2005 NS-G-1.6 Desain Seismik dan Kualifikasi Pada 2008 NS-G-1.3 Sistem Instrumentasi dan Kendali yang Utama untuk Keselamatan PLTN 2007 50-SG-D9 Aspek Proteksi Radiasi Pada Desain PLTN 2007 NS-G-1.9 Sistem Pendingin Reaktor dan Sistem Penunjang Pada PLTN 2007 NS-G-1.4 Sistem Penanganan dan Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Nuklir 2006 NS-G-1.5 Aspek Kejadian Eksternal Selain 2006 NS-G-1.2 Verifikasi dan Penilaian Keselamatan 2009 79 Desain Sistem Pengelolaan Limbah Radioaktif Pada PLTN 2005 NS-R-2 Peraturan Kepala BAPETEN tentang Ketentuan Keselamatan Operasi 2007Peraturan Kepala BAPETEN NS-G-2.9 tentang Ketentuan Keselamatan 2008 NS-G-2.5 Manajemen Teras Reaktor dan Penanganan Elemen 2007 NS-G-2.7 Proteksi Radiasi dan Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam 2009 NS-G-2.1 Keselamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Selama Pengoperasian 2009 NS-G-2.8 Rekruitment, Kualifikasi dan Training Personil untuk PLTN 2008 NS-G-2.2 Batasan Kondisi Operasi serta Prosedur Pengoperasian PLTN 2009 NS-G-2.6 Perawatan, Survailan dan Inspeksi Tidak Rutin pada PLTN 2008 GS-R-2 Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Kecelakaan Nuklir 2009/ GS-G-4.1 Pembuatan LAK PLTN 2004 Peraturan Kepala BAPETEN 50-C/SG-Q tentang Ketentuan Jaminan Mutu 2004 50-C/SG-Q9 Jaminan Mutu Pada Tapak PLTN 2006 50-C/SG-Q10 Jaminan Mutu Konstruksi/Desain 50-C/SG-Q11 2007 50-C/SG-Q12 Jaminan Mutu Komisioning PLTN 2007 50-C/SG-Q13 Jaminan Mutu Operasi PLTN Sistem Penanganan dan Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Nuklir 623

624

HASIL DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Djibun Sembiring ( BAPETEN ) Pertanyaan: a.kapan P.P. nya keluar? Jawaban: a.sampai hari ini RPP tentang Perizinan Reaktor Nuklir sudah dikirim Ke Presiden RI untuk dapat ditetapkan atau diundangkan. Penanya: Ato S ( PT. LPPPI Jambi ) Pertanyaan: a. Apakah untuk membangun PLTN cukup hanya mendapatkan izin dari pemerintah Indonesia dan IAEA atau ada campur tangan negara adi kuasa? b. Sejauh mana persiapan yang sudah dilakukan sampai sekarang untuk pembangunan PLTN tersebut? Dan bagaimanakah biayanya? Jawaban: a. IAEA secara langsung tidak mempunyai wewenang untuk mengeluarkan izin tetapi IAEA hanya memberikan rekomendasi berupa ketentuan keselamatan nuklir yang tidak mengikat bagi negara peserta ( member state ). Di Indonesia kewenangan memberi izin adalah Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ). b. BAPETEN sesuai tugasnya membuat peraturan untuk reaktor nuklir ( PLTN ) sudah mempersiapkan diri sejak tahun 2003 atau 2004. Biaya perizinan sudah diatur pada Peraturan Pemerintah yang sudah terbit. Penanya: Hafni LN ( PPGN BATAN ) Pertanyaan: a. Studi tapak calon PLTN gunung muria telah selesai dilakukan sebelum tahun 2004, padahal BAPETEN mengeluarkan peraturan tahun 2004. Terus bagaiman tindak lanjutnya? b. Berapa lama perizinan untuk mengesahkan suatu PLTN layak dibangun? Jawaban: a. BAPETEN sesuai tugasnya mengevaluasi dokumen dokumen sebagi pemenuhan persyaratan izin dari pemohon izin. Untuk permohonan izin tapak terlebih dahulu, hal ini BAPETEN telah mengatur. b. Untuk mendapatkan izin dalam pembangunan, pengoperasian dan dekomising reaktor nuklir, pemohon harus memenuhi oersyaratan administrasi dan tehnis 625

sesuai tahapan jenis izin dalam RPP tentang perizinan reaktor nuklir yang saat ini sudah berada di sekretariat negara untuk disahkan oleh Presiden mengatur semua persyaratan dan periode waktu evaluasi dokumen untuk pengesahan izin. 626