II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lemba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.66/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

BAB II LANDASAN TEORI

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEMOTONGAN TAMBAHAN PENGHASILAN ATAU TUNJANGAN LAINNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2 Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhe

, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang K

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen

BAB II TINJAUAN TEORI. 1. Angga Putra Samudra dengan judul Pengaruh Kompensasi Finansial

2 Tahun 1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2797); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi/instansi. Tercapainya

TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIT KERJA : UNIVERSITAS SEBELAS MARET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2014, No diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PERTANIAN. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji pada suatu intansi

2 Di Lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara R

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bukunya Heidjrachman (2002) kompensasi adalah suatu

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PERPRES NOMOR 88 TAHUN 2013 PERMENDIKBUD NOMOR 107 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR: 1 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PEGAWAI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. memberikan pengaruh dan dorongan yang besar terhadap bidang pendidikan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Penilaian Disiplin dan Penilaian Kinerja Pegawai dilakukan berdasarkan prinsip: a. Obyektif b. Terukur c. Akuntabel d. Partisipatif e.

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan diharapkan mampu

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

BERITA NEGARA. No.1567, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Tunjangan Kinerja. PNS. Pelaksanaan. MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 86/PMK.01/2010 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Akbal Lizar (2011) dengan judul Pengaruh

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG KEPUTUSAN REKTOR UIN WALISONGO SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. telah di tentukan bersama. Setiap organisasi pastilah memiliki tujuan yang

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan menentukan. Disamping peranannya sebagai pengelola,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGHITUNGAN TUNJANGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kinerja Pegawai 1. Pengertian Kinerja Pegawai Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi, sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Pasolong (2010 : 175) menjelaskan bahwa pada dasarnya seorang pegawai dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya diharapkan untuk menunjukan suatu kinerja atau performance yang terbaik yang bisa ditunjukkan oleh pegawai tersebut. Selain itu performance yang ditunjukkan oleh seorang pegawai tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang penting artinya bagi peningkatan hasil kerja yang menjadi tujuan dari organisasi atau intansi dimana pegawai tersebut bekerja. Kinerja ini perlu senantiasa diukur oleh pimpinan agar dapat diketahui sampai sejauh mana perkembangan kinerja dari seorang pegawai pada khususnya dan pada organisasi pada umumnya.

10 Menurut Maier kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankannya. Sedangkan menurut Gilbert mendefinisikan kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang pegawai. Kinerja seseorang dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu (Notoadmodjo, 2009:124). Robbins menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja menurut Prawirosentono adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Pasolong, 2010:176). Kinerja menurut LA.N (Sedarmayanti, 2009:50) mengatakan bahwa, performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja atau untuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitif Bernardin & Russell (Sulistiyani, 2009:276) menjelaskan kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Pengertian kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2000:67) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

11 seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah keseluruhan hasil dari pekerjaan pegawai dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang pegawai harus sesuai dengan wewenang, tanggung jawab, moral dan etika yang telah ditetapkan suatu organisasi. Oleh karena itu, maka keseluruhan hasil kerja pegawai dapat dilihat dari kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan serta dilihat dari ketaatannya terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan organisasi. 2. Indikator Kinerja Pegawai Kinerja adalah hasil pekerjaan yang dicapai sesorang berdasarkan persyaratanpersyaratan pekerjaan. Suatu pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut sebagai standar pekerjaan. Untuk menentukan kinerja pegawai baik atau tidak, tergantung pada hasil; perbandingannya dengan standar pekerjaan. Seseorang dapat dikatakan berhasil melaksakan pekerjaannya atau memiliki kinerja yang baik, apabila hasil kerja yang diperoleh lebih tinggi dari standar kerja. Demikian sebaliknya, seseorang yang hasil pekerjaannya tidak mencapai standar pekerjaan termasuk pada kinerja yang tidak baik atau berkinerja rendah. Bangun (2012:233) menjelaskan untuk memudahkan penilaian kinerja pegawai, standar pekerjaan harus dapat diukur dan dipahami secara jelas. Suatu pekerjaan dapat diukur melalui :

12 a. Jumlah pekerjaan; dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. b. Kualitas pekerjaan; setiap pekerjaan mempunyai standar kualitas tertentu yang harus disesuaikan oleh pegawai untuk dapat mengerjakannya sesuai ketentuan. c. Ketepatan waktu; setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda untuk jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya. d. Kehadiran; semua jenis pekerjaaan tertentu menuntut kehadiran pegawai dalam mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan. Kinerja pegawai ditentukan oleh tingkat kehadiran pegawai dalam mengerjakannya. e. Kemampuan kerja sama; tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang saja. Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang atau lebih, sehingga membutuhkan kerja sama. Adanya ukuran pencapaian kinerja yang sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya dalam mengukur kinerja pegawai adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan hal tersebut dari seseorang selam periode tertentu. Dengan membandingkan hasil ini dengan standar yang dibuat oleh periode waktu yang bersangkutan, maka dapat diketahui kinerja dari seorang pegawai. Pengukuran tentang kinerja pegawai tergantung kepada jenis pekerjaannya dan tujuan dari organisasi yang bersangkutan.

13 3. Pengertian Penilaian Kinerja Pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusikontribusi dari individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi individu atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Chung dan Meggison (Sulistiyani, 2009:275) penilaian kinerja adalah cara untuk mengukur kontribusi pegawai kepada orgaisasi. Dengan mengetahui kontribusi pegawai, maka selanjutnya dapat digunakan sebagai upaya menyusun program penghargaan dan kompensasi. Menurut Simamora (2004:338) menjelaskan penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu pegawai. Sedangkan menurut Hasibuan (2001:87), penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas dan kuantitas yang dihasilkan setiap pegawai. Penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kinerja pegawainya. Dari hasil penilaian dapat dilihat kinerja organisasi yang dicerminkan oleh kinerja pegawai karena kinerja merupakan perilaku nyata yang sesuai dengan perannya dalam organisasi. Dengan demikian, penilaian kinerja merupakan hasil kerja pegawai dalam lingkup tanggung jawabnya dan kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya organisasi untuk mencapai tujuannya. Adanya penilaian kinerja dapat digunakan sebagai upaya dalam menyusun program-program untuk mengembangkan kinerja pegawai misalnya untuk penentuan kompensasi.

14 4. Tujuan Penilaian Kinerja Tujuan penilaian kinerja menurut Rivai (2010:551) antara lain meliputi : a. Untuk mengetahui tingkat prestasi pegawai; b. Pemberian imbalan yang sarasi, sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan gaji, upah, insentif, kompensasi dan berbagai imbalan lainnya; c. Pengembangan SDM dalam penugasan kembali seperti diadakannya mutasi atau transfer, promosi atau kenaikan jabatan, pendidikan dan pelatihan d. Meningkatkan motivasi; e. Alat untuk menjaga tingkat kinerja; f. Alat untuk membantu dan mendorong pegawai untuk mengambil inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja. Sedangkan tujuan penilaian kinerja menurut Sulistiyani (2009:277) antara lain meliputi : a. Mengetahui tujuan dan sasaran manajemen dan pegawai; b. Memotivasi pegawai untuk memperbaiki kinerjanya; c. Mendistribusikan reward dari organisasi yang dapat berupa pertambahan gaji dan promosi yang adil; d. Mengadakan penelitian manajemen personalia. Berdasarkan tujuan-tujuan penilaian kinerja di atas, salah satu dari tujuan penilaian kinerja yaitu sebagai acuan dalam pemberian imbalan yang sarasi, sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan gaji, upah, insentif, kompensasi dan berbagai imbalan lainnya. Dengan adanya

15 penilaian kinerja, organisasi dapat mengetahui dan menghitung besaran jumlah kompensasi yang harus diterima pegawai atas kinerja yang telah dicapai. B. Tinjauan Kompensasi 1. Pengertian Kompensasi Suatu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja pada pegawai adalah melalui kompensasi. Kompensasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima pegawai sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Umar, 2010:29). Menurut Flippo, kompensasi didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak yang diberikan kepada pegawai atas jasa-jasanya dalam rangka membantu pencapaian tujuan organisasi (Sofyandi, 2013:160). Siagian (2008:253) mengemukakan bahwa kompensasi atau sistem imbalan yang baik adalah sistem imbalan yang mampu menjamin kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara, dan mempekerjakan orang dengan berbagai sikap atau perilaku positif bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi. Kompensasi merupakan salah satu faktor penting dan menjadi perhatian pada banyak organisasi dalam mempertahankan dan menarik sumber daya manusia yang berkualitas (Bangun, 2012:254). Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa untuk kerja atau pengabdian mereka. Kompensasi sangat penting bagi pegawai itu sendiri sebagai individu karena besarnya kompensasi merupakan pencerminan atau ukuran nilai pekerjaan pegawai itu sendiri. Sebaliknya besar kecil kompensasi dapat mempengaruhi prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja.

16 Apabila kompensasi diberikan secara tepat dan benar, para pegawai akan memperoleh kepuasan kerja dan termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Akan tetapi bila kompensasi itu diberikan tidak memadai atau kurang tepat maka prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja pegawai justru akan menurun (Notoadmodjo, 2009:142). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah semua bentuk imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan organisasi sebagai penghargaan pada pegawai yang telah memberikan tenaga dan pikiran sebagai kontribusi dalam mewujudkan tujuan perusahaan sebagai imbalan balik dari pekerjaan yang telah dilakukan. 2. Tujuan Kompensasi Tujuan utama setiap organisasi merancang sistem kompensasi adalah untuk memotivasi pegawai dalam meningkatkan kinerjanya serta mempertahankan pegawai yang berkompeten (Sutrisno, 2014:195). Pemberian kompensasi yang cukup baik dan tinggi mengandung implikasi terhadap organisasi berupa kehatihatian dalam penggunaan tenaga kerja supaya dapat sefisien dan seefektif mungkin. Cara demikian membuat organisasi memperoleh manfaat atau keuntungan maksimal. Selain itu, bahwa pemberian kompensasi yang efektif dan efisien secara langsung dapat membantu stabilitas organisasi, dan secara tidak langsung ikut andil dalam mendorong stabilitas serta pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan. Disisi lain kompensasi mengandung tujuan-tujuan yaitu (Sulistiyani, 2009:261) :

17 a. Pemenuhan kebutuhan ekonomi; b. Mendorong peningkatan produktivitas kerja; c. Pengkaitan kompensasi dengan kesuksesan organisasi; d. Memikat pegawai dan menahan pegawai yang kompeten. 3. Asas-Asas Kompensasi Kompensasi merupakan pemberian balas jasa langsung berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerja, sedangkan layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primer (Sutrisno, 2014:10) Menurut Tohardi mengemukakan bahwa kompensasi dihitung berdasarkan evaluasi pekerjaan, perhitungan kompensasi berdasarkan evaluasi pekerjaan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan pemberian kompensasi yang mendekati kelayakan (worth) dan keadilan (equity) (Sutrisno, 2014:182). Program kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak. Asas adil berati bahwa besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap pegawai harus disesuaikan dengan kinerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerja dan memenuhi persyaratan internal. Sedangkan asas layak berati bahwa kompensasi yang diterima dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal (Hasibuan, 2011:122). Agar efektif, kompensasi seharusnya dapat memenuhi kebutuhan dasar, mempertimbangkan adanya keadilan internal dan eksternal, pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan individu. Hal senada juga dikemukakan oleh

18 Robbins yang mengemukakan bahwa penghargaan dapat meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan kerja apabila (Sutrisno, 2013:186) : a. Mereka merasakan adanya keadilan dalam kompensasi; b. Penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka; c. Berkaitan dengan kebutuhan individu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka asas adil diartikan bahwa kompensasi harus diberikan sesuai dengan keseluruhan hasil kerja yang dicapai pegawai, sedangkan asas layak diartikan bahwa kompensasi yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan primer pegawai. Pemberian kompensasi kepada pegawai, asas adil dan layak harus mendapatkan perhatian dengan sebaik-baiknya agar kompensasi yang diberikan dapat memotivasi pegawai sehingga dapat mendorong pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. 4. Bentuk-Bentuk Kompensasi Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut Singodimedjo (Sutrisno, 2014:183), kompensasi dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk, seperti dalam bentuk pemberian uang, pemberian material dan fasilitas dan dalam bentuk pemberian kesempatan berkarier. Pemberian uang secara langsung dapat berupa gaji, tunjangan dan insentif. Gaji adalah kompensasi yang diberikan kepada seseorang pegawai secara periodik (biasanya sebulan sekali). Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan organisasi kepada para pegawainya, karena pegawai tersebut dianggap telah ikut berpartisipasi dengan baik dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan insentif

19 adalah kompensasi yang diberikan kepada pegawai tertentu karena keberhasilan prestasi atas prestasinya. Kompensasi dalam hal ini dapat dikategorikan ke dalam dua golongan besar, yaitu (Sofyandi, 2013:159): a. Kompensasi Langsung (direct compensation) Kompensasi langsung adalah suatu balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai karena telah memberikan prestasinya demi kepentingan organisasi. Kompensasi ini diberikan karena berkaitan secara langsung dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai tersebut. Sebagai contoh : upah/gaji, insentif/bonus, tunjangan. b. Kompensasi Tidak Langsung (indirect compensation) Kompensasi tidak langsung adalah pemberian kompensasi kepada pegawai sebagai tambahan yang didasarkan kepada kebijakan pimpinan dalam rangka upaya meningkatkan kesejahteraan pegawai. Contoh dari kompensasi tidak langsung antara lain tunjangan hari raya, tunjangan pensiun, tunjangan kesehatan dan lainnya, termasuk fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang diberikan organisasi. Menurut Schuler dan Jackson (Bangun, 2012:255), kompensasi langsung adalah berupa perlindungan umum (jaminan sosial), perlindungan prib adi (berupa pensiun, tabungan, pesangon tambahan dan asuransi), bayaran tidak masuk kantor (berupa pelatihan, cuti kerja, sakit) dan tunjangan siklus hidup (berupa program kesehatan, perawatan anak). Kompensasi langsung dapat berupa gaji pokok dan pembayaran berdasarkan kinerja (berupa bonus, pembayaran tunjangan dan pembayaran insentif).

20 Berdasarkan penjelasan di atas, maka tunjangan kinerja pegawai termasuk ke dalam kompensasi langsung karena tunjangan kinerja merupakan suatu balas jasa yang diberikan kepada pegawai karena telah memberikan prestasinya demi kepentingan instansi, selain itu tunjangan kinerja berkaitan secara langsung dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai. Pembayaran tunjangan kinerja merupakan pembayaran yang berdasarkan kinerja pegawai. Oleh karena itu, tunjangan kinerja individu pegawai dapat meningkat atau menurun sejalan dengan peningkatan atau penurunan kinerja yang diberikannya kepada organisasi. 5. Tunjangan Kinerja Pengertian Tunjangan Kinerja PermenPAN-RB No. 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri, menjelaskan bahwa tunjangan kinerja adalah fungsi dari keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi atas dasar kinerja yang telah dicapai oleh seorang individu pegawai. Kinerja individu pegawai harus sejalan dengan kinerja yang dicapai oleh instansinya. Peraturan Kepala BPS No 76 Tahun 2012, menjelaskan bahwa tunjangan kinerja adalah tunjangan yang diberikan kepada pegawai sebagai kompensasi melaksanakan agenda reformasi birokrasi atas dasar kinerja yang telah dicapai oleh seorang pegawai. Tunjangan kinerja dalam pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip : a. Efisiensi/optimalisasi pagu anggaran belanja K/L b. Equal pay for equal work yaitu pemberian tunjangan kinerja sesuai dengan harga jabatan dan pencapaian kinerja

21 Tunjangan kinerja pegawai dapat meningkat atau menurun sejalan dengan peningkatan atau penurunan kinerjanya. Adanya hubungan erat antara tunjangan kinerja dan kinerja pegawai, maka dapat dikatakan juga jika tunjangan kinerja adalah suatu proses pemberian imbalan yang diberikan kepada pegawai sesuai dengan hasil kerja yang dicapai pegawai. Pemberian tunjangan kinerja pegawai dilaksanakan secara adil dan layak yang sesuai dengan bobot pekerjaan dan tanggung jawabnya untuk memacu produktivitas serta menjamin kesejahteraan pegawai. K/L yang telah menerima tunjangan kinerja harus memiliki kinerja yang terukur, melalui penerapan Sasaran Kerja Pegawai (SKP). 6. Pengukuran Tunjangan Kinerja Dalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No.77 Tahun 2012 Tentang Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Pusat Statistik menjelaskan komponen penentu besaran tunjangan kinerja yang berdasarkan tiga komponen yaitu : a. Tingkat pencapaian kinerja pegawai b. Tingkat kehadiran menurut hari dan jam kerja c. Ketaatan pada kode etik dan disiplin pegawai Adanya kaitan erat antara tunjangan kinerja dan kinerja, maka pengukuran tunjangan kinerja disesuaikan dengan indikator kinerja. Capaian kinerja pegawai dilihat dari kualitas kerja, kuantitas kerja dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan kerja (target waktu). Menurut Bernardin dan Russel (Kaswan, 2012:187) menjelaskan kriteria utama yang digunakan untuk mengukur kinerja diantaranya yaitu kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu. Kualitas diartikan

22 sebagai seberapa jauh atau baik proses atau hasil menjalankan aktivitas mendekati kesempurnaan, ditinjau dari kesesuaian dengan cara ideal menjalankan suatu kegiatan atau memenuhi tujuan yang dikendaki oleh suatu aktivitas. Kuantitas diartikan sebagai jumlah yang dihasilkan, atau jumlah siklus kegiatan yang telah diselesaikan. Sedangkan ketepatan waktu diartikan sebagai seberapa jauh/baik sebuah aktivitas diselesaikan. Setelah diterapkannya tunjangan kinerja, ada perubahan pada jadwal kerja pegawai BPS. Hari dan jam kerja pegawai diatur menjadi sebagai berikut a. Hari Senin sampai Kamis : pukul 07.30-16.00 Istirahat : pukul 12.00-13.00 b. Hari Jumat : pukul 07.30-16.30 Istirahat : pukul 11.30-13.00 Nantinya, pegawai yang tidak masuk kerja dikenakan pemotongan tunjangan kinerja dengan ketentuan yaitu pertama, tidak masuk kerja tanpa izin sampai dengan 15 hari kerja dipotong sebesar 3% untuk tiap satu hari. Kedua, tidak masuk kerja tanpa izin selama 16 hari kerja atau lebih dipotong sebesar 100% dan ketiga, tidak masuk kerja dengan izin dipotong 2,5% untuk tiap 1 hari. Pegawai yang terlambat masuk kerja dan/atau pulang sebelum waktunya akan dikenakan pemotongan tunjangan kinerja sebagai berikut :

23 Tabel 2. Persentase Pemotongan Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai yang Terlambat Masuk Kerja Keterlambatan (TL) Lama Keterlambatan Persentase Potongan TL. 1 30 menit 0,5% TL. 2 > 30 menit s.d 60 menit 1% TL.3 > 60 menit s.d 90 menit 1,25% TL.4 > 90 menit atau tidak melakukan absensi 1,5% Sumber : Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No.77 Tahun 2012 Sedangkan, pegawai yang pulang sebelum waktunya akan dikenakan pemotongan tunjangan sebagai berikut : Tabel 3. Persentase Pemotongan Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai yang Pulang Sebelum Waktunya Pulang Sebelum Lama Keterlambatan Persentase Potongan Waktunya (PSW) PSW. 1 30 menit 0,5% PSW. 2 > 30 menit s.d 60 menit 1% PSW.3 > 60 menit s.d 90 menit 1,25% PSW.4 > 90 menit atau tidak melakukan absensi 1,5% Sumber : Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No.77 Tahun 2012 Berdasarkan tabel 2 dan 3, pegawai yang terlambat masuk kerja dan pulang sebelum waktu kerja yang telah ditentukan akan dikenakan potongan tunjangan kinerja bergantung dengan lama keterlambatannya dengan persentase 0,5% s/d 1,5%. Tetapi, pemotongan tunjangan kinerja ini tidak berlaku bagi pegawai yang sedang melaksanakan tugas kedinasan. Pegawai yang diberikan cuti besar, cuti bersalin, cuti alasan penting dan cuti sakit, maka dikenakan pemotongan tunjangan kinerja sebesar 2,5% untuk setiap 1 hari. Pada indikator ketaatan pada kode etik dan disiplin pegawai, persentase pemotongan tunjangan kinerja pada pegawai yang melakukan pelanggaran yaitu :

24 Tabel 4. Persentase Pemotongan Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Yang Melakukan Pelanggaran Jenis pelanggaran Pelanggaran kode etik pegawai Pelanggaran kode etik profesi Pelanggaran disiplin (berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Disiplin PNS) Sanksi/hukuman a. Dijatuhi sanksi moral berupa pernyataan secara tetutup b. Dijatuhi sanksi moral berupa pernyataan secara terbuka a. Dijatuhi sanksi moral berupa pernyataan secara terbuka b. Dijatuhi sanksi moral berupa pernyataan secara tetutup a. Hukuman disiplin ringan 1. Teguran lisan 2. Teguran tertulis 3. Pernyataan tidak puas secara tertulis b. Hukuman disiplin sedang 1. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun 2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun 3. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun c. Hukuman disiplin berat 1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah 2. Pemindahan untuk penurunan jabatan setingkat lebih rendah 3. Pembebasan dari jabatan Persentase Pemotongan a. 25% selama 1 bulan b. 50% selama 1 bulan a. 50% selama 1 bulan b. 75% selama 1 bulan 1. 25% selama 2 bulan 2. 25% selama 3 bulan 3. 25% selama 6 bulan 1. 50% selama 6 bulan 2. 50% selama 9 bulan 3. 50% selama 12 bulan 1. 75% selama 12 bulan 2. 85% selama 12 bulan 3. 95% selama 12 bulan Sumber : Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No.77 Tahun 2012 Berdasarkan tabel 4, pelanggaran yang dilakukan pegawai dibagi menjadi 3 jenis yaitu pelanggaran terhadap kode etik, pelanggaran terhadap kode profesi dan pelanggaran disiplin pegawai (berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Disiplin PNS). Sanksi atau hukuman yang diberikan dimulai dari yang tertutup dan terbuka serta dari sanksi yang ringan hingga berat memiliki persentase pemotongan mulai dari 25% sampai 95%.

25 C. Kerangka Pemikiran Tunjangan kinerja adalah suatu proses pemberian imbalan yang diberikan kepada pegawai sesuai dengan hasil kerja yang dicapai pegawai. Adanya hubungan erat antara tunjangan kinerja dan kinerja pegawai, maka pengukuran tunjangan kinerja disesuaikan dengan indikator kinerja. Pemberian tunjangan kinerja di BPS Kota Bandar Lampung telah dilaksanakan mulai Januari tahun 2012 lalu. Pengukuran tunjangan kinerja pegawai di BPS Kota Bandar Lampung telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No.77 Tahun 2012 Tentang Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Pusat Statistik. Komponen penentu besaran tunjangan kinerja yang berdasarkan tiga komponen yaitu : tingkat pencapaian kinerja pegawai, tingkat kehadiran menurut hari dan jam kerja, ketaatan pada kode etik dan disiplin pegawai. Pencapaian kinerja pegawai dapat dilihat dari kualitas kerja, kuantitas kerja dan target waktu atau ketepatan waktu. Untuk itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengukuran tunjangan kinerja pegawai di BPS Kota Bandar Lampung.

26 D. Hipotesis Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Berdasarkan definisi di atas, peneliti merumuskan hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut: Ho : pengukuran tunjangan kinerja pegawai berada pada kategori rendah