BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS TERHADAP ANAK ANGKAT DI DESA KLAREYAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mengalami tiga peristiwa penting dan sangat berpengaruh

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang diharapkan akan mampu menjalin sebuah ikatan lahir-batin antara

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Tentang Pengadilan Agama Malang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F )

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PENETAPAN. Nomor : 0003/Pdt.P/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0891/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

Nomor : 03/Pdt.P/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK PERKARA No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. TENTANG PENGANGKATAN ANAK

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB IV ANALISIS HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA DAN FIKIH MUNAKAHAT TERHADAP STATUS HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV. Agama Surabaya Tentang Pembatalan Putusan Pengadilan Agama Tuban. itu juga termasuk di dalamnya surat-surat berharga dan intelektual.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB IV ANALISA TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRRI

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta berkembang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dan dengan meninggalnya seseorang tersebut, maka terjadi proses

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Perkawinan dengan Perjanjian Kawin di Kabupaten

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pemahaman Masyarakat Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Mengenai Mahar

PUTUSAN Nomor: 467/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS TERHADAP ANAK ANGKAT DI DESA KLAREYAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG A. Analisis Hukum Islam Mengenai Pembagian Harta Waris Terhadap Anak Angkat di Desa Klareyan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang Dalam ajaran Islam harta mempunyai nilai yang tinggi dan mempunyai kedudukan yang terhormat. Tidak perlu diragukan lagi bahwa kehidupan keagamaan ini tidak akan mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan melainkan dengan harta. Berhadapan dengan masalah harta ini manusia sering tidak hanya ingin memperoleh sekedar yang diperlukan sewaktu-waktu, tetapi akan lebih nikmat baginya apabila dapat memperoleh harta guna memenuhi kebutuhan hidupnya untuk masa-masa yang akan datang. Bahkan lebih dari itu untuk memenuhi kebutuhannya sewaktu-waktu manusia menginginkan secara maksimal yang dirasakan sebagai kebutuhan itu dapat dipenuhi. Untuk itu Islam memerintahkan pencarian dan pengumpulan harta benda melalui jalan yang dibenarkan oleh syara dan tidak melakukan pencarian harta melalui cara yang merugikan atau kejahatan dan kerusakan. Pelaksanaan hibah orang tua kepada anaknya yang diperhitungkan sebagai waris pada umumnya di Desa Klareyan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang ini sejalan dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 211 sampai dengan pasal 212. Adapun pasal 211, berbunyi : Hibah dari orang tua 66

67 kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai warisan. Hibah ini juga bisa ditarik kembali dengan sukarela dan tanpa paksaan dengan suatu alasan. Sebagaimana pasal 212 yang menyatakan : Hibah tidak dapat ditarik kembali kecualai hibah orang tua kepada anaknya. 1 Kemudian mengenai kepemilikan harta peninggalan untuk anak angkat dalam hukum Islam tidak mengatur aturan akan tetapi Kompilasi Hukum Islam sebagai perombak untuk kemaslahatan telah menguraikan secara rinci menurut ketentuaan bagian-bagiannya, baik sebagai ahli waris maupun bukan ahli waris. Pembagian harta waris yang tidak terselesaikan dalam keharmonisan keluarga kadangkala memacu permasalahan yang mengarah ke perselisihan dan sebagai penyelesaiannya biasanya menggunakan badan kelembagaan seperti pengadilan. Perselisihan yang berujung permusuhan bukan jalan yang diajarkan oleh syari at Islam, akan tetapi bagaimana permasalahan tersebut mampu terpecahkan dengan jalan musyawarah mufakat tanpa melibatkan pihak luar. Permasalahan yang dihadapai mengenai kewarisan anak angkat yang terjadi di Desa Klareyan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang yang menimbang lebih cenderung membagi bagian lebih banyak ini mempunyai alasan sebagaimana anak angkat telah menjadi bagian keluarga utuh tanpa adanya pemisah. Hal ini dilakukan atas dasar kerelaan dari keluarga yang mengangkat/ mengadopsi anak yang memang seharusnya tidak perlu adanya permasalahan yang mengambang setelah keduanya meninggal dunia. 1 UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dilengkapi dengan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Arkola, hlm. 251.

68 Harta peninggalan seorang pewaris dalam Hukum Waris Islam harus dibedakan antara harta pribadi dan harta gono-gini. Akan tetapi masyarakat Desa Klareyan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang justru tidak ada pembedaan antara harta pribdai dan harta gono-gini semuanya dianggap sebagai satu kesatuan harta peninggalan dari pewaris yang nantinya harus dibagi secara adil. 2 Mengenai obyek harta waris yang berupa tanah sawah, tanah pekarangan dan tanah perumahan ini adakalanya disatukan dan dipertahankan sebagaimana sebelumnya kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan ahli waris yng bersangkutan sebagaimana KHI mengatur dalam pasal 189, yaitu : Bila harta warisan yang dibagi berupa harta pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar, supaya dipertahankan kesatuannya sebagaimana semula, dan dimanfaatkan untuk kepentingan berama para ahli waris yang bersangkutan. 3 Setiap ahli waris telah ditetapkan bagian-bagiannya, akan tetapi jika pembagiannya tidak sesuai hukum kewarisan menimbulkan persoalan. Menurut penulis tindakan ahli waris lain menarik kembali harta waris maupun manahan harta waris terhadap anak angkat tidak sepantasnya dilakukan. Meskipun hal ini tidak sejalan dengan KHI bahwa selain furudlul muqaddarah tidak berhak memperoleh harta peninggalan. Karena hal ini bisa menjadikan kekecewaan di lingkungan keluarga anak angkat, setidaknya 2 Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia Eksistensi dan Adaptabilitas, Yogyakarta : Ekonisia, 2002, Cet. I, Edisi I, hlm. 22. 3 UUI Perkawinan No. 1 tahun 1974, Op. Cit., hlm. 244.

69 penarikan itu dilakukan dengan jalan damai melalui musyawarah ulang sehingga tercipta pembagian yang adil menurut KHI. Kemudian mengenai problema yang terjadi di keluarga anak angkat mempersoalkan bagian untuk anaknya yang diizinkan diadopsi itupun tidak sepantasnya mereka lakukan. Karena di keluarga sudah sepantasnya berhak atas bagiannya sesuai Hadits Nabi : #$#%&'()!*!"! +,#-.#)/01 $2342)-5)67$)8 #&29:;<*!?5=>2 Artinya : Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW bersabda : saya adalah orang yang paling utama terhadap orang-orang mukmin dibanding diri mereka sendiri, barang siapa yang meninggal dunia ia mempunyai tanggungan hutang dan ia tidak meninggalkan bayaran hutangnya maka kami yang membayarnya, dan barang siapa yang meninggalkan harta, maka untuk para pewarisnya. Memberi bagian yang melebihi dari sepertiga kepada anak angkat menurut keluarga pengadopsi merupakan hal yang biasa dilakukan, sehingga kebiasaan ini bisa dijadikan aturan bagi keluarga mereka. Mereka beralasan tidak menginginkan aturan mereka kelak saat ditinggalkan terlantar. 4 Padahal kebiasaan yang mereka lakukan sangat bertentangan dengan KHI dan aturan-aturan hukum Islam. Karena syari at bersifat universal dan abadi, maka umat Islam masih harus banyak dituntut untuk melakukan kerja 4 Hasil wawancara dengan salah seorang tokoh agama atau ulama K. Moh. Mufid pada tanggal 13 Oktober 2003.

70 keras untuk menghasilkan sistem hukum kewarisan yang meng-indonesia dengan syari at sebagai acuan utamanya. Kasus-kasus Pembagian Harta Waris Terhadap Anak Angkat a. Kasus harta waris yang ditarik kembali oleh ahli waris lain. 1. H. Alamsyah menikah dengan Hj. Annisa (alm). Santi Arini dan Endang Kasasi sebagai anak angkat sekaligus ditetapkan sebagai ahli waris. Dalam hal ini Hj. Nikmah bukan sebagai ahli waris yang sah menurut hukum Islam dengan alasan Hj. Nikmah mempunyai hubungan nasab dengan Hj. Annisa bukan dengan H. Alamsyah sehingga tidak mendapatkan sama sekali harta waris yang ditinggalkan. Sesuai aturan KHI anak angkat memperoleh bagian 1/3 dari harta warisan setelah dikurangi dengan hutang-hutang dan pengurusan jenazah. Harta waris yang ditinggalkan 1 rumah (Rp. 20.000.000,-), 2 unit truk (Rp. 60.000.000,-), 1 unit mobil (Rp. 80.000.000,-) dan 2 Ha sawah (Rp. 20.000.000,-) sehingga jumlah total Rp. 180.000.000,-. Dalam Hukum Kewarisan Islam bagiannya sebagai berikut : Anak angkat 2/3 x Rp. 180.000.000,- = Rp. 120.000.000,- jadi bagian untuk anak angkat sejumlah @ Rp. 60.000.000,- tidak lebih dan kelebihannya diberiukan kepada baitul mal. Akan tetapi karena pembagiannya sudah dilaksanakan dan masing-masing telah memperoleh bagiannya. Maka tidak perlu lagi adanya penarikan karena keduanya telah melaksanakan dengan sukarela.

71 2. H. Castro dan Hj. Amaliyah (alm) telah mengadopsi Dewi Rahatini dan meninggalkan harta peninggalan berupa 1¼ Ha sawah (Rp. 12.000.000,-), satu buah rumah (Rp. 15.000.000,-), satu unit sepeda motor (Rp. 9.000.000,-) dan tanah pekarangan (Rp. 150.000.000,-) jumlah total Rp. 186.000.000,-. Dalam hal hubungan keluarga Hj. Amaliyah mempunyai keponakan laki-laki, yaitu P. Danuri. Dan H. Castro juga mempunyai keponakan, yaitu P. Siswono. Dalam Hukum Kewarisan Islam P. Siswono sebenarnya yang lebih berhak memperoleh bagian waris dibandingkan P. Danuri. Karena P. Siswono berasal dari nasab H. Castro. Kemudian Hukum Kewarisan Islam mengatur bagian untuk anak angkat sebanyak 1/3 dari harta warisan. Sehinggga 1/3 x Rp. 186.000.000,- = Rp. 62.000.000,-. Jadi untuk anak angkat mendapatkan bagian sebesar Rp. 62.000.000,- dan ini tidak berhak diminta kembali oleh ahli waris lain selama H. Castro tidak mempersoalkannya. Karena pemberian yang diminta kembali ibarat orang yang menjilat mutahannya sendiri. Sebagaimana Hadits Nabi :?@$27>A 'B'CD&E5F 'GFH'CD#IJK2 Artinya : Perumpamaan orang yang menarik kembali pemberiannya seperti anjing yang memakan muntahannya. 5 5 H.A. Razak, Loc. Cit.

72 b. Kasus harta waris yang ditahan oleh ahli waris lain. 1. Hj. Jamilah yang mempunyai suami H. Mustaqim (alm) meninggalkan harta berupa satu rumah (Rp. 25.000.000,-), 2 Ha sawah (Rp. 40.000.000,-) dan 2 buah sepeda motor (Rp. 25.000.000,-) total jumlah harta Rp. 90.000.000,-. Dewi Sulistin sebagai anak angkat mereka, telah memperoleh bagiannya, yaitu 1 Ha sawah plus rumah dan isinya. Jadi, Hj. Jamilah tidak berhak menahan warisan yang sebelumnya telah diwasiatkan oleh H. Mustaqim. 2. Hj. Muslikhah dan H. Taryat, mengadopsi Supriyatin. Harta waris yang ditinggalkan 2 unit sepeda motor (Rp. 40.000.000,-), 1 buah rumah dan peralatan rumah tangga (Rp. 20.000.000,-), 2 Ha sawah (Rp. 40.000.00,-) dan 1 unit truk (Rp. 20.000.000,-) sehingga seluruhnya berjumlah Rp. 120.000.000,-. Dalam Hukum Kewarisan Islam anak angkat memperoleh 1/3 dari harta peninggalan tersebut, yaitu sebesar Rp. 40.000.000,-. Menurut penulis setiap bagian sudah ditetapkan bagiannya dan telah diperoleh bagian itu maka hendaklah dibagikan sebagaimana pesan sebelumnya. 3. H. Nuri menikahi Hj. Sokhi (alm), meninggalkan harta waris berupa 1,5 Ha sawah (Rp. 35.000.000,-), 2 unit sepeda motor (Rp. 25.000.000,-), 1 buah rumah (Rp. 35.000.000,-) dan uang sebesar Rp. 75.000.000,- sehingga total seluruhnya Rp. 170.000.000,-. M. Rodhi adalah keponakan H. Nuri sekaligus sebagai pengantar wasiat untuk Heriawan (anak angkat) yang memperoleh bagian 1 unit sepeda motor dan 1 buah

73 rumah. Akan tetapi M. Rodhi tidak menyampaikannya. Menurut penulis M. Rodli wajib menyampaikan wasiat itu walaupun ada akibat setelah itu. 4. P. Sumastur Rejo mengadopsi Deni ini beserta istrinya Trimiani (alm) yang meninggalkan 1 buah rumah (Rp. 50.000.000,-), 1 1/8 Ha sawah (Rp. 45.000.000,-) dan uang sebesar Rp. 160.000.000,-. Deni mendapatkan keseluruhan harta peninggalan tersebut. Akan tetapi P. Sumastur Rejo telah menahannya dengan alasan tidak adanya kerelaan atas pernikahan anaknya. Hal ini menurut penulis bukanlah suatu alasan yang tepat yang dijadikan penahanannya wasiat tersebut. c. Harta waris terhadap anak angkat yang ditahan dikarenakan anak angkat kabur. 1. Keluarga Wasmo dan isteri Kunayah (alm) mengadopsi Sujiah, dan Sujiah kabur sehingga penahanan harta waris oleh keluarga Wasmo menjadikan emosi bagi keluarga Kasmudi selaku ayah kandung Sujiah. Akan tetapi menurut penulis, tindakan yang dilakukan keluarga Wasmo yang memberikan kepada keluarga Kasmudi ini telah memenuhi kesepakatan awal dan sebagai keluarga Kasmudi tidak ada hak untuk menolak pemberian terhadap anaknya. Itu sebab status anak angkat tidak bisa menjadi anak kandung. 6 178. 6 H.A.M. Effendy, Pokok--pokok Hukum Adat, Jakarta : Duta Grafika, 1990, Cet. III, hlm.

74 2. Keluarga Kusyandi (alm) dan isterinya Susanti, mengadopsi Iklimah sebagai anak angkat dan Iklimah kabur setelah diketahui orang tuan yang mengasuhnya ternyata bukan orang tua kandungnya. Dalam hal ini Susanti menahan harta warisannya dengan bermaksud memberikannya kepada Iklimah langsung jika Iklimah kembali ke rumah. Menurut penulis penahanan itu dibenarkan adanya dan mengenai pembagian kurang adil menurut keluarga Pak Amin tidak dibenarkan dan tidak ada hak menyalahkan keluarga Kusyandi dalam pengasuhan ini. Pemberian kepada keluarga Pak Amin sebagai wakil dari anak angkatnya juga merupakan pemenuhan dari kesepakatan awal dalam perjanjian pengasuhan. Kesepakatan para ulama yang terbentuk dalam Kompilasi Hukum Islam memberikan penyelesaian bahwa anak angkat tidak memperoleh warisan atau harta peninggalan melainkan wasiat, yaitu wasiat wajibah sebagaimana pasal 209 KHI yangt berbunyi : a. Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan pasal 176 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat dibberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya. b. Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya.

75 B. Analisis terhadap Prosedur Pelaksanaan Pembagian Harta Waris Anak Angkat di Desa Klareyan Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang Balas jasa seseorang biasanya mengutarakan dengan cara memberi sesuatu kepada pihak yang dituju. Pemberian bisa berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Pemberian juga bisa dilakukan untuk orang yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Sebagai amalan shadaqah untuk orang-orang yang tidak mampu, sebagaimana Allah berfirman : T"S>5R???$E:L')4MN;<'O FP&*Q Artinya : Sedekah itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,... (QS. At-Taubah : 60) 7 Pemberian sesuatu ini bukanlah beban jika kita anggap hibah wasiat ini bagian dari sedekah untuk membantu orang-orang yang kurang mampu. Menurut penulis tindakan semacam ini merupakan yang bertujuan memperoleh kebaikan sebagaimana kaidah fiqih :?UPLA V)FW<LX27 Membuang kerusakan dan mengambil kemaslahatan. 8 7 Zaenuddin Hamidy, Fakhruddin H.S, Al-Qur an dan Terjemah, Jakarta : Wijaya, 1987, hlm. 275. 8 Muhtar Yahya, Fatchur Rahman, Op. Cit., hlm. 486.