BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah, sehingga pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi di Indonesia setidaknya telah mengeluarkan dua undangundang

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam mengelola keungan dengan sebaik-baiknya guna mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki babak baru pengelolaan negara, pemerintah mulai

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan keuangan daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian intern. Berdasarkan KPMG Fraud Survey 2012 yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

PERAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH DAERAH 1. Dr. H. Harry Azhar Azis, M.A.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah. Daerah telah di atur dalam Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2001 yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

AKTUALISASI PERAN BPK DALAM MEMBANGUN PERGURUAN TINGGI NEGERI (PTN) YANG BERSIH DAN BERWIBAWA 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beralihnya sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi, menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah, sehingga pembangunan yang tadinya dilaksanakan secara terpusat diberikan kepada daerah untuk mengaturnya. Kebijakan pemerintah di bidang otonomi daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menata ulang hubungan antara pusat dan daerah dalam berbagai segi yang menyangkut urusan penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa: Otonomi diberikan pada daerah secara luas untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disisi lain masyarakat mulai mempertanyakan atas nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah. Walaupun anggaran yang dikeluarkan pemerintah meningkat dari tahun ke tahun, nampaknya masyarakat belum puas atas kinerja yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam menjalankan tugas (fungsi) otonomi daerah, pemerintah daerah otonom melaksanakan: (1) pemerintahan daerah secara efektif dan efisien, (2) pembangunan daerah yang merata ke seluruh bagian wilayah, dan (3) memberikan Nisa Gina Hanifah, 2014 PENGARUH PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH: Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten BandungUnipersitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 pelayanan kepada masyarakat (publik) secara tepat, cepat, murah dan bermutu. (Rahardjo Adisasmita, 2011: 35) Melaksanakan sistem pemerintahan yang efektif dan efisien, dimaksudkan melaksanakan kinerja secara baik dan benar sehingga terwujudnya good governance. Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Secara teknis, kinerja yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomi, efisien, dan efektif. Konsep ekonomi, efisien dan efektivitas saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat dimaknai secara terpisah atau sendiri-sendiri. Konsep ekonomi memastikan bahwa biaya input yang digunakan dalam operasionalisasi organisasi dapat diminimalkan. Konsep efisien memastikan bahwa output yang maksimal dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Konsep efektif berarti bahwa jasa yang disediakan/dihasilkan oleh organisasi dapat melayani kebutuhan pengguna jasa dengan tepat. (Mardiasmo, 2009: 180) Adapun kasus ketidakhematan yang terjadi di pemerintahan antara lain meliputi pengadaan barang/jasa melebihi kebutuhan, penetapan kualitas dan kuantitas barang/jasa yang tidak sesuai standar, dan pemborosan keuangan daerah atau kemahalan harga. Kasus ketidakefisienan yang terjadi yaitu penggunaan kuantitas input untuk satuan output lebih besar/tinggi dari yang seharusnya serta

3 kasus ketidakefektifan yaitu penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak sesuai peruntukan. (www.bpk.go.id/ihps) Dari hasil laporan BPK RI semester 1 tahun 2013, terhadap 415 LKPD Tahun 2012, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas 113 entitas (termasuk 41 entitas dengan opini wajar tanpa pengeualian dengan paragraf penjelas (WTP-DPP)), opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas 267 entitas, opini Tidak Wajar (TW) atas 4 entitas dan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atas 31 entitas. Dilihat dari hasil laporan tersebut, masih banyak pemerintah daerah yang diberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Dari hasil laporan BPK tahun 2009-2012, salah satu pemerintah daerah yang dari tahun ke tahun mendapatkan opini WDP adalah pemerintah daerah kabupaten bandung. Adapun jumlah dan nilai temuan serta Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP) pemerintah daerah kabupaten bandung adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Temuan dan TLRHP Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Status Pemantauan Tindak Lanjut (nilai dalam juta rupiah dan ribu valas) Periode Temuan Rekomendasi Sesuai dengan rekomendasi Belum sesuai dan dalam proses tindak lanjut Belum ditindaklanjuti Tidak dapat ditindaklanjuti Rekomendasi yang telah ditidaklanjuti dengan penyetoran/ penyerahan aset ke negara/daerah atau perusahaan negara/daerah JML NILAI JML NILAI JML NILAI JML NILAI JML NILAI JML NILAI 2009 42 5.310,54 88 944,54 77 658,48 9 85,22 2 200,84 - - 902,93 2010 44 3.629,48 92 1.850,87 47 939,72 30 734,13 15 177,02 - - 909,53 2011 16 2.415,56 34 2.157,88 25 1.517,21 9 640,66 - - - - 3.107,31 2012 51 9.455,27 131 8.328,16 46 5.157,50 78 3.170,66 7 - - - 5.201,50 2013 20 1.146.956,33 64 2.205,91 - - - - 64 2.205,91 - - 735,68 Total (Rp) 1.167.767,18 15.487,35 8.272,91 4.630,67 2.583,77-10.856,95

4 Sumber: www.bpk.go.id/ihps Dari daftar tabel diatas, pada tahun 2013 terdapat temuan pada pemerintah daerah Kabupaten Bandung sebanyak 173 senilai 1.167.767,18 juta rupiah dan mendapatkan rekomendasi sebanyak 409 dengan nilai 15.487,35 juta rupiah. Namun hasil dari rekomendasi yang telah ditindaklanjuti dengan penyetoran/penyerahan aset ke negara/daerah atau perusahaan negara/daerah, baru sebesar 10.856,95 juta rupiah. Dalam melaksanakan kinerjanya, pemerintah daerah harus mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Terdapat kelompok temuan atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berdasarkan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten bandung adalah sebagai berikut: Tabel 1.2. Kelompok Temuan Pemeriksaan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung No Kelompok Temuan Jumlah Kasus Nilai (juta Rp) Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang Mengakibatkan: 1 Kerugian Daerah 3 1.743,67 2 Potensi Kerugian Daerah - - 3 Kekurangan Penerimaan 5 342,21 Sub Total 1 8 2.085,88 4 Administrasi 6-5 Ketidakhematan 2 155,15 6 Ketidakefisienan - - 7 Ketidakefektifan - - Sub Total 2 8 155,15 Total 16 2.241,03 Sumber: www.bpk.go.id/ihps

5 Dari hasil pemeriksaan atas LKPD Kabupaten Bandung tahun 2012 mengungkapkan 16 kasus senilai 2.241,03 juta rupiah sebagai akibat adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Dari total temuan pemeriksaan atas LKPD tersebut, sebanyak 8 kasus merupakan temuan yang berdampak finansial yaitu temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundangundangan yang mengakibatkan kerugian daerah dan kekurangan penerimaan senilai 2.085,88 juta rupiah. Adapun sisanya merupakan temuan penyimpangan administrasi, dan ketidakhematan sebanyak 8 kasus senilai 155,15 juta rupiah. Selain itu, adapula kasus penggelapan dana pada pemerintahan kabupaten bandung seperti kegiatan pemuktahiran data kependudukan di tingkat RT dan RW se-kabupaten Bandung sebesar Rp 1 miliar lebih yang dilakukan oknum pegawai Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil (Dinsosdukcasip) Kabupaten Bandung. Lebih lanjut ditegaskan, terjadinya kasus korupsi yang dilakukan PNS itu merupakan pertanda lemahnya pengawasan yang dilakukan pimpinan internal eksekutif. (antarajawabarat.com) Untuk mencegah temuan dan kasus atas kinerja pemerintah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, maka perlu adanya pengawasan secara internal pada entitas tersebut. Dalam Inpres Nomor 4 Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Bandung diinstruksikan untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan negara/daerah, mengefektifkan pengawasan intern, mempercepat penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan mengintensifkan peran APIP/Inspektorat.

6 Menurut Tahria (Kepala BPKP Jawa Barat), dana yang dikelola pemerintah kabupaten Bandung cukup besar (2 Trilliunan), sehingga diperlukan pengelolaan yang lebih baik lagi agar jangan sampai terjadi anggapan bahwa sistem pengendalian intern masih lemah. Hal ini dapat dilihat juga dari Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung yang masih dalam opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) belum Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). (www.bpkp.go.id) Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah perlu mengadakan suatu Pengawasan Intern atas penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengawasan intern dilakukan sebagai upaya menunjang dan memperrkuat efektivitas pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pengawasan Intern ini dibedakan atas pengawasan yang bersifat akuntansi dan administratif. Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan semua cara dan prosedur yang terutama menyangkut dan berhubungan langsung dengan pengamanan harta benda dan dapat dipercayainya catatan keuangan (pembukuan). Sedangkan Pengawasan administratif meliputi rencana organisasi dan semua cara dan prosedur yang terutama menyangkut efisiensi usaha dan ketaatan terhadap kebijaksanaan pimpinan perusahaan dan pada umumnya tidak langsung berhubungan dengan pembukuan (akuntansi). (Hadibroto, 1984: 03) Guna menanggulangi kemungkinan terjadinya penyimpangan pengelolaan keuangan daerah, maka perlu adanya pengawasan untuk memperkecil timbulnya

7 penyimpangan tersebut. Pengawasan Intern berarti pendayagunaan aparatur Negara dalam memberantas adanya unsur kecurangan atau penyelewengan dengan diadakannya pengawasan intern dalam rangka mengawasi kinerja pengelolaan pemerintah daerah sehingga tercipta good governance. Pengawasan yang dimaksud disini adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas secara intern yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan kebijakan yang berlaku. Pengawasan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk tercapainya efektifitas dan efisiensi dari kegiatan operasional, keandalan Laporan Keuangan di sektor pemerintahan, serta ketaatan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Pengawasan intern di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Bandung yang merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati Kabupaten Bandung. Fungsi dari Inspektorat adalah melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sebagaimana dimaksud pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pasal 47 ayat (1) harus dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pada pasal 48 ayat (2) aparat pengawasan intern pemerintah melakukan

8 pengawasan intern melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Berdasarkan penelitian terdahulu dari Almanda Primadona (2013), bahwa tingkat pengawasan intern terhadap pegawai pada Pemerintah Kota Bandung sudah baik dan berpengaruh terhadap kinerja para pegawainya karena selalu dimonitor dan dikontrol oleh pimpinannya. Selain itu, Rina Tresnawati (2012) menyatakan bahwa pengendalian internal mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain objek penelitian dilakukan pada pemerintah daerah Kabupaten Bandung. Populasi penelitian tidak hanya terpaku pada Dinas, penelitian ditujukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang diawasi kinerjanya oleh inspektorat dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka perlu adanya pengawasan atas pelaksanaan kegiatan pemerintah agar dapat tercapainya pembangunan yang efektif, efisien, dan ekonomi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pengawasan Intern Pemerintah Terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengawasan intern pada pemerintah daerah?

9 b. Bagaimana kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah? c. Bagaimana pengaruh pengawasan intern pemerintah terhadap kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai pengaruh pengawasan intern pemerintah terhadap kinerja pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat serta investor terhadap kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah serta terwujudnya good governance. 1.3.2. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada rumusan masalah, maka maksud dan tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengawasan intern pada pemerintah daerah. b. Untuk mengetahui kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah. c. Untuk mengetahui pengaruh pengawasan intern pemerintah terhadap kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah.

10 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam Ilmu Akuntansi Pemerintahan 1.4.2. Kegunaan Praktis Bagi Pemerintah Daerah penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi supaya dapat meningkatkan keyakinan masyarakat serta investor terhadap pemerintah daerah dengan adanya pengawasan intern pemerintah terhadap kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan guna mewujudkan good governance di Indonesia