BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU

dokumen-dokumen yang mirip
INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KABUPATEN KAIMANA

ANALISIS INDEKS HARGA KOMODITAS KONSTRUKSI KOTA PEKANBARU

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2010

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI (IKK) KoTA JAYAPURA

WEJANGAN STATISTIK. Copyright BPS Kabupaten Pakpak Bharat


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU


DRAFT INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2012

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2014

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN PIDIE JAYA 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

DRAFT AKHIR INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI. KERJASAMA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUASIN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Katalog BPS :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN KAUR 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB V PENGUJIAN MODEL HST BGN. V.1. Harga Satuan Tertinggi yang dikeluarkan Pemda Tingkat II

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08 / PRT / M / 2011 TENTANG PEMBAGIAN SUBKLASIFIKASI DAN SUBKUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

III. METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Blora 2015 KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

VIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 2000, Banten merupakan wilayah pemekaran dari Jawa

Transkripsi:

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU

INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Penyunting Gambar Kulit Diterbitkan Oleh : 21 cm x 15 cm : x + 88 Halaman : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Luwu Dicetak Oleh : Catatan: Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.

SAMBUTAN BUPATI LUWU Perkembangan pembangunan yang semakin pesat, kompleks dan penuh dengan dinamika, adalah merupakan kosekuensi tuntutan ketersediaan data yang lengkap, faktual, terpercaya, dan tepat waktu. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab, adalah merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus dijawab dan dijabarkan. Optimalisasi pemberdayaan potensi daerah, efisiensi, dan efektifitas serta penganekaragaman pemanfaatan produksi, memerlukan perencanaan yang baik dan cermat. Sejalan dengan itu, mutlak diperlukan adanya informasi aktual dan akurat sebagai bahan kajian dalam merumuskan berbagai kebijakan pembangunan dan pengambilan keputusan. Dengan terbitnya publikasi INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 yang mencakup berbagai aspek informasi pembangunan Kabupaten Luwu, diharapkan dapat membantu dalam memenuhi keperluan tersebut di atas. Saya anjurkan kepada semua pihak agar menjadikan publikasi ini sebagai sumber data yang resmi. Upaya BPS Kabupaten Luwu dan BAPPEDA Kabupaten Luwu dalam menyusun buku ini serta dukungan instansi, dinas, perusahaan baik pemerintah maupun swasta, dan semua pihak yang telah membantu adalah partisipasi positif dalam mewujudkan pembangunan di Kabupaten Luwu. Untuk itu diucapkan terima kasih dan diharapkan dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Belopa, Juli 2014 BUPATI LUWU, Ir. H. ANDI MUDZAKKAR, M. H. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 iii

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LUWU Publikasi INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Luwu bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Luwu. Data yang disajikan dalam publikasi ini adalah angka Indeks Kemahalan Konstruksi keadaan tahun 2013. Penghitungan angka indeks ini berasal dari hasil survei serentak harga bahan bangunan dan diagram timbang di Kabupaten Luwu serta data realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Luwu. Angka indeks ini digunakan sebagai salah satu variable penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU). Disadari sepenuhnya bahwa publikasi ini masih memerlukan penyempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan pada penerbitan selanjutnya. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan publikasi ini. Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Belopa, Juli 2014 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LUWU, Drs. ANDI MUSAKKIR, M. M. NIP. 19581231 198303 1 204 iv INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

PENGANTAR KEPALA BPS KABUPATEN LUWU Publikasi INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 merupakan publikasi yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Luwu bekerja sama dengan BAPPEDA Kabupaten Luwu. Data yang disajikan dalam publikasi ini adalah angka indeks kemahalan konstruksi tahun 2013, dengan menggunakan Kota Samarinda sebagai kota acuan seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Penghitungan angka indeks ini berasal dari hasil survei serentak harga bahan bangunan/konstruksi dan diagram timbang di Kabupaten Luwu serta data perkiraan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Luwu tahun 2013. Angka indeks ini dibutuhkan untuk melihat perkembangan IKK khususnya harga bahan bangunan/konstruksi menurut jenis bangunan/konstruksi. Kami sadari bahwa publikasi ini masih kurang sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Selanjutnya, tak lupa disampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya sumber data yang telah banyak membantu hingga terwujudnya publikasi ini. Belopa, Juli 2014 KEPALA BPS KABUPATEN LUWU, HASIMI, S. Sos. NIP. 19610224 198203 1 001 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 v

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN KATALOG PUBLIKASI... SAMBUTAN BUPATI LUWU... SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LUWU... PENGANTAR KEPALA BPS KABUPATEN LUWU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi viii x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan dan Manfaat... 5 1.3 Ruang Lingkup... 6 1.4 Sistematika Penulisan... 7 BAB II METODOLOGI... 9 2.1 Konsep dan Defenisi... 11 2.2 Sumber Data dan Pengumpulan Data... 20 2.3 Metode Pengolahan Data... 22 2.4 Metode Penghitungan... 23 2.5 Metode Analisis... 29 BAB III TINJAUAN UMUM... 31 3.1 Gambaran Umum Wilayah... 33 3.2 Gambaran Umum Kependudukan... 39 3.3 Gambaran Umum Perekonomian... 42 vi INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB IV ANALISIS IKK... 49 4.1 Diagram Timbang Umum Kabupaten Luwu... 51 4.2 IKK Kabupaten Luwu Secara Umum... 54 4.3 Perbandingan IKK Kabupaten/Kota di Daerah Sekitar Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Nasional... 56 BAB V PENUTUP... 65 5.1 Kesimpulan... 67 LAMPIRAN... 69 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 vii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Jarak Dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten Luwu, 2013... 37 Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Luwu, 2009 2013... 42 Tabel 3. Struktur Ekonomi (Persentase Kontribusi PDRB ADH Berlaku per Sektor Ekonomi) Kabupaten Luwu, 2009 2013 (Persen). 46 Tabel 4. PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu, 2009 2013... 47 Tabel 5. Diagram Timbang Umum Berdasarkan Kelompok Jenis Bangunan di Kabupaten Luwu, 2010 2013... 51 Tabel 6. Tabel 7. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Luwu dan Kota Samarinda, 2010 2013... 54 IKK Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan dan Peringkatnya, 2012 2013... 58 viii INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Administratif Kabupaten Luwu... 34 Gambar 2. Persentase Ketinggian Daerah di Kabupaten Luwu, 2013... 38 Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Junlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Luwu, 2009 2013... 40 Diagram Struktur Ekonomi Kabupaten Luwu, 2013 (Persen)... 44 Peta IKK Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan, 2013... 59 Perbandingan IKK Kabupaten/Kota di Daerah Sekitar Luwu, 2013... 60 Gambar 7. Peta IKK Provinsi di Indonesia, 2013... 63 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 ix

x INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB I PENDAHULUAN

Dalam formulasi DAU, salah satu variabel yang dibutuhkan adalah indeks kemahalan harga bangunan/konstruksi (IKK) kabupaten/kota yang merupakan pendekatan terhadap keadaan geografis suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001 berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 dan direvisi melalui UU No. 32 tahun 2004 adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Daerah otonom diberikan wewenang untuk melakukan urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah tersebut, kepada daerah diberikan kewenangan untuk mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri dan perimbangan keuangan pusat dan daerah dan antar daerah yang berupa Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dalam formulasi DAU, salah satu variabel yang dibutuhkan adalah indeks kemahalan harga bangunan/konstruksi (IKK) kabupaten/kota yang merupakan pendekatan terhadap keadaan geografis suatu wilayah. IKK kabupaten/kota pertama kali dihitung oleh BPS pada tahun 2002 untuk keperluan penghitungan DAU tahun 2003. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 3

PENDAHULUAN BAB I Sesuai UU Nomor 25 tahun 1999 yang direvisi melalui UU Nomor 33 tahun 2004 dan PP 55 tahun 2005, untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi tersebut, pemerintah akan mengalokasikan DAU dan dinyatakan dalan UU tersebut bahwa formula DAU secara efektif dilaksanakan pada tahun anggaran 2008. Dengan demikian alokasi DAU murni telah diterapkan mulai tahun anggaran 2008. Dengan diterapkannya formula DAU murni, ada kemungkinan suatu daerah mendapat DAU lebih rendah atau tidak mendapatkan DAU. Dalam UU No. 25 tahun 1999 juga dinyatakan bahwa sekurang-kurangnya jumlah DAU adalah 25 persen dari total penerimaan dalam negeri netto pada APBN, untuk periode transisi dinyatakan 25,5 persen dan untuk tahun 2008 dinyatakan sekurangkurangnya 26 persen dari pendapatan dalam negeri netto. DAU merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemeratan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang merupakan instrumen transfer yang bertujuan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah, sekaligus memeratakan kemampuan antar daerah (equalization grant). Prinsip alokasi DAU meliputi: - Pemerataan keuangan antar daerah; - Untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah; - Penerapan formula; dan - Mempertimbangkan kebutuhan potensi daerah. 4 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.2 TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan utama penghitungan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) tahun 2013 adalah menyediakan data dasar dalam rangka kebijakan dana perimbangan tahun 2014 dan utamanya digunakan sebagai salah satu variable kebutuhan fiskal dalam penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk pengalokasian tahun 2014. Sedangkan tujuan dari penyusunan publikasi Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Luwu 2014 ini adalah: i. Memberikan gambaran komponen-komponen penyusun IKK Kabupaten Luwu tahun 2013; ii. Mengetahui berapa nilai IKK Kabupaten Luwu tahun 2013; iii. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan daerah dan pembangunan daerah, sehingga perencanaan pembangunan Kabupaten Luwu kedepannya dapat lebih terarah dan tepat sasaran; iv. Merupakan salah satu ukuran yang dapat menjadi starting point bagi Pemerintah Kabupaten Luwu dalam perencanaan pembangunan sumber daya manusia Kabupaten Luwu pada tahun-tahun yang akan datang; dan v. Untuk membantu pengambil kebijakan, peneliti atau konsumen data lainnya dalam memahami keadaan masyarakat Kabupaten Luwu secara lebih spesifik. IKK Kabupaten Luwu tahun 2013 diharapkan dapat menjadi indikator keterbandingan tingkat kemahalan konstruksi antar daerah. Dalam jangka panjang, IKK dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam penyusunan INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 5

PENDAHULUAN BAB I perencanaan dan perumusan kebijaksanaan pembangunan yang berkesinambungan di Kabupaten Luwu. Salah satu contoh kegunaan IKK adalah sebagai rujukan dalam memperkirakan besaran nilai proyek pembangunan terutama yang berkaitan dengan pembangunan fisik, seperti tempat tinggal, sekolah, jalan, jembatan, dan lain sebagainya, agar penentuan besaran nilai proyek pembangunan fisik tersebut menjadi efisien dan tepat sasaran. 1.3 RUANG LINGKUP Secara nasional, IKK tahun 2013 dihitung mencakup 491 kabupaten/kota dan 33 provinsi. Data dasar yang digunakan dalam penghitungan IKK adalah data harga perdangangan besar bahan bangunan/konstruksi, data harga sewa alat berat yang diperoleh melalui survei yang dilakukan di seluruh kabupaten/kota, dan Diagram Timbang (DT) yang terdiri dari DT kelompok jenis bangunan (5 kelompok bangunan) dan DT umum masing-masing kabupaten/kota. Publikasi Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Luwu 2014 ini mencakup wilayah Kabupaten Luwu dengan cakupan tingkat keragaman yang bervariasi. Selain itu, untuk melihat keterbandingan dengan daerah lain, juga dilakukan analisis keterbandingan untuk melihat posisi Kabupaten Luwu di antara kabupaten/kota lainnya, baik dalam satu regional lokal daerah Luwu Raya, Provinsi Sulawesi Selatan, maupun skala nasional. 6 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Publikasi Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Luwu 2014 terdiri dari beberapa bagian. Bagian pertama dijelaskan tentang latar belakang penyusunan, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. Pada bagian kedua diulas tentang metodologi yang mencakup konsep dan definisi, sumber data dan pengumpulan data, metode pengolahan data, metode penghitungan, dan metode analisis. Bagian tiga disajikan tinjauan umum Kabupaten Luwu berupa gambaran umum wilayah dan gambaran umum kependudukan. Pada bagian empat disajikan analisis data IKK Kabupaten Luwu berupa diagram timbang umum Kabupaten Luwu, IKK Kabupaten Luwu secara umum, dan perbandingan IKK kabupaten/kota di daerah Luwu Raya, Provinsi Sulawesi Selatan, dan nasional. Pada bagian lima disajikan kesimpulan dari ulasan-ulasan yang telah dibahas pada bagianbagian sebelumnya. Selanjutnya, bagian 6 yang merupakan bagian terakhir dilampirkan tabel-tabel pokok yang menyajikan data dasar, data pendukung, dan data hasil penghitungan IKK kabupaten/kota dan provinsi seluruh Indonesia, khususnya Kabupaten Luwu. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 7

PENDAHULUAN BAB I 8 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI

Tingkat Kemahalan Kontruksi (TKK) merupakan cerminan dari suatu nilai bagunan/kontruksi, biaya yang dibutuhkan untuk membagun 1 (satu) unit bagunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau provinsi. Sedangkan IKK adalah angka indeks yang mengambarkan perbandingan TKK suatu kabupaten/kota atau provinsi lain.

BAB II METODOLOGI BAB II METODOLOGI 2.1 KONSEP DAN DEFINISI Tingkat Kemahalan Kontruksi (TKK) merupakan cerminan dari suatu nilai bagunan/kontruksi, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk membagun 1 (satu) unit bagunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau provinsi. TKK diperoleh melalui pendekatan terhadap sejumlah bahan bangunan/kontruksi dan harga sewa alat berat yang mempunyai nilai atau andil cukup besar dalam bangunan tersebut. Indeks Kemahalan Kontruksi (IKK) adalah angka indeks yang mengambarkan perbandingan TKK suatu kabupaten/kota atau provinsi lain. IKK juga dapat menunjukkan perbandingan tingkat kemahalan harga dan bangunan suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap tingkat kemahalan harga bangunan rata-rata nasional. IKK dihitung menurut kelompok jenis bangunan (3 kelompok), mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Sesuai dengan pergertiannya, IKK dapat dikategorikan sebagai indeks spasial, yaitu indeks yang mengambarkan perbandingan harga untuk wilayah yang berbeda pada periode waktu tertentu. Berbeda dengan pengertian indeks periodikal atau temporal yang selama ini sudah kita kenal, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) atau Indeks Harga Konsumen (IHK), kedua indeks harga tersebut menggambarkan INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 11

METODOLOGI BAB II perkembangan harga di suatu wilayah pada periode waktu tertentu terhadap harga periode tahun dasar. IKK terdiri dari IKK kabupaten/kota dan IKK propinsi. IKK kabupaten/kota adalah angka yang menunjukan perbandingan tingkat kemahalan harga bangunan suatu kabupaten/kota terhadap tingkat kemahalan harga bangunan rata-rata nasional. Tingkat kemahalan harga bangunan kabupaten/kota merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan persatuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota. Nilai bangunan/biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 unit bangunan persatuan ukuran luas tersebut di atas diperoleh melalui pendekatan terhadap sejumlah jenis bahan bangunan, termasuk sewa alat berat dan upah jasa, dengan kualitas/ volumenya. Pengertian IKK propinsi hampir sama dengan pengertian IKK kabupaten/kota yaitu angka yang menunjukan perbandingan tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi suatu propinsi terhadap tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi rata-rata nasional. Harga jenis bahan bangunan yang dipakai untuk menghitung tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi propinsi adalah harga rata-rata seluruh kabupaten/kota propinsi masing-masing. IKK dihitung sejak tahun 2003 dengan rata-rata nasional sebagai acuan (sama dengan 100). Tahun 2005 sampai dengan 2009, IKK disajikan dengan memperhitungkan pula perkembangan harga periode tertentu terhadap harga periode dasar (Februari 2004, periode harga yang digunakan 12 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI dalam perhitungan IKK tahun 2004). IKK tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 menggunakan Kota Samarinda dan Provinsi Kalimantan Timur sebagai acuan. Berikut adalah istilah-istilah beserta pengertiannya yang sering digunakan dalam penghitungan IKK dan dalam penyusunan publikasi ini, yaitu: a. Harga Perdagangan Besar (HPB) adalah harga transaksi yang terjadi antara pedagang besar pertama sebagai penjual dengan pedagang besar berikutnya sebagai pembeli secara party/grosir di pasar pertama atas suatu barang. b. HPB bahan bangunan/konstruksi adalah harga berbagai jenis bahan bangunan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi dalam jumlah besar (party) yang merupakan hasil transaksi antara pedagang besar/distributor/supplier bahan bangunan/konstruksi dengan pengguna bahan bangunan tersebut. c. Pedagang Besar (PB) adalah pedagang/distibutor yang menjual bahan bangunan/konstruksi secara party/grosir atau dalam jumlah besar. d. Pedagang campuran adalah pedagang yang dapat menjual barang dagangannya dalam jumlah besar maupun eceran. e. Party/grosir atau jumlah besar yang dimaksud adalah bukan eceran. Batasan ini relatif mengingat sulit menentukan besarannya, baik kuantitas maupun nilai dari suatu komoditas. Hal ini sangat tergantung dari karakteristik komoditasnya sendiri. f. Kegiatan Konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan antara lain seperti gedung, jalan jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 13

METODOLOGI BAB II sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran, dan perbaikan bangunan. Berdasarkan KBLI 2005 yang disusun Badan Pusat Statistik yang merupakan revisi KBLI 2000, secara umum jenis bangunan konstruksi dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu: i. Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal, mencakup rumah dan gedung yang digunakan untuk tempat tinggal oleh rumah tangga. Bangunan bukan tempat tinggal meliputi hotel, sekolah, rumah sakit, pusat pertokoan, perkantoran dan pusat perdagangan, industri atau pabrik, bangunan perdagangan, bangunan tempat pemeliharaan hewan, ternak dan unggas, banguan tempat ibadat, bangunan gedung kesenian dan olahraga serta bangunan bukan tempat tinggal lainnya. ii. Prasarana Pertanian meliputi pembuatan kolam pemeliharaan ikan, pintu pengendali air, bagan, percetakan tanah sawah, pembukaan hutan, irigasi, dan sejenisnya. iii. Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan, mencakup pembuatan sarana jalan dan jembatan untuk angkutan jalan raya maupun kereta api, pelabuhan laut dan udara, dermaga, landasan pesawat terbang, tempat parkir, trotoar dan sejenisnya. iv. Bangunan & Instalasi Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi Mencakup Bangunan Pengolahan Penyaluran dan Penampungan Air Bersih/Air Limbah/Drainase, Bangunan Pengolahan/Penyaluran dan Penampungan Barang Migas, Bangunan Elektrikal, Konstruksi Telekomunikasi Sarana Bantu Navigasi Laut dan Rambu Sungai, Konstruksi Telekomunikasi Navigasi Udara, Konstruksi Sinyal dan Telekomunikasi Kereta Api, Konstruksi Sentral Telekomunikasi, 14 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI Konstruksi Elektrikal dan Telekomunikasi Lainnya, Pembuatan/Pengeboran Sumur Air tanah, Instalasi Listrik Bangunan Sipil, Instalasi Navigasi Laut dan Sungai, Instalasi Meteorologi dan Geofisika, Instalasi Navigasi Udara, Instalasi Sinyal dan Telekomunikasi Kereta Api, Instalasi Sinyal dan Rambu-Rambu Jalan Raya, Instalasi Telekomunikasi. v. Bangunan Lainnya Mencakup Bangunan Terowongan, Bangunan Sipil Lainnya, Pemasangan Perancah, Pemasangan Bangunan Kostruksi Prefab dan Pemasangan Kerangka Baja, Pengerukan, Konstruksi Khusus Lainnya, Instalasi Jaringan Pipa, Instalasi Bangunan Sipil Lainnya, Dekorasi Eksterior, serta bangunan sipil lainnya termasuk peningkatan mutu tanah melalui pengeringan dan pengerukan. Berdasarkan asas keterbandingan penghitungan IKK, bahwa untuk setiap daerah harus mempunyai bobot nilai di setiap jenis bangunan sedangkan pada kenyataannnya tidak setiap kabupaten/kota memiliki kelima jenis bangunan tersebut, maka dalam penghitungan IKK jenis bangunan dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: i. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, terdiri dari: - Kontruksi gedung tempat tinggal, meliputi rumah yang dibangun sendiri, real estate, rumah susun dan perumahan dinas. - Konstruksi gedung bukan tempat tinggal, meliputi konstruksi gedung perkantoran, industri, kesehatan, pendidikan, tempat hiburan, tempat ibadah, terminal, stasiun dan bangunan monumental. ii. Bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan terdiri dari: INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 15

METODOLOGI BAB II - Bangunan jalan, jembatan dan landasan meliputi pembangunan jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, pagar/tembok, drainase jalan, marka jalan dan rambu-rambu lalu lintas. - Bangunan jalan dan jembatan kereta. - Bangunan dermaga meliputi pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan dermaga/pelabuhan, sarana pelabuhan dan penahan gelombang. iii. Bangunan lainnya terdiri dari: - Bangunan sipil, pembangunan lapangan olah raga, lapangan parkir dan sarana lingkungan pemukiman. - Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian meliputi Bangunan pengairan, diantaranya pembangunan waduk (reservoir), bendung, embung, jaringan irigasi, pintu air, sipon dan drainase irigasi, talang, check dam, tanggul pengendali banjir, tanggul laut, krib dan viaduk. Bangunan tempat proses hasil pertanian, diantaranya bangunan penggilingan dan bangunan pengeringan. - Bangunan elektrikal meliputi pembangkit tenaga listrik, transmisi dan transmisi tegangan tinggi. - Konstruksi telekomunikasi udara meliputi konstruksi bangunan telekomunikasi dan navigasi udara, bangunan pemancar/ penerima radar, dan bangunan antena. - Konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api, pembangunan konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api. - Konstruksi sentral telekomunikasi meliputi bangunan sentral telepon/telegraph, konstruksi bangunan menara pemancar dan bangunan stasiun kecil. - Instalasi air meliputi instalasi air bersih dan air limbah dan saluran drainase pada gedung. 16 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI - Instalasi listrik meliputi pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan lemah dan pemasangan instalasi jaringan listrik tegangan kuat. - Instalasi gas meliputi pemasangan instalasi gas pada gedung tempat tinggal dan pemasangan instalasi gas pada gedung bukan tempat tinggal. - Instalasi listrik jalan. - Instalasi jaringan pipa jaringan pipa gas, jaringan air dan jaringan minyak. g. Harga sewa alat berat konstruksi adalah harga yang terjadi ketika seseorang/organisasi/institusi menyewa alat-alat berat yang digunakan untuk kegiatan konstruksi dalam periode tertentu seperti dalam waktu jam, hari, minggu, atau bulan. Satuan/unit yang digunakan dalam harga sewa ini adalah satu unit/hari. h. Upah adalah uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu. Dalam kegiatan konstruksi, upah jasa konstruksi meliputi upah mandor, kepala tukang, tukang, pembantu tukang. Satuan/unit yang digunakan dalam upah jasa ini adalah satu orang/hari. i. Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi yang akan dibandingkan antar daerah, yaitu besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau provinsi yang diukur melalui sekelompok barang dan jasa yang digunakan. j. Paket komoditas adalah sejumlah barang terpilih yang digunakan sebagai komponen penghitungan IKK. Komoditas/jenis barang tersebut dipilih karena memenuhi asas representativeness dan comparibility yaitu andil yang cukup besar dan data harganya dapat dipantau dan INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 17

METODOLOGI BAB II mempunyai tingkat keterbandingan antar kabupaten/kota. Paket komoditas disebut juga sebagai kualitas nasional. k. Kualitas provinsi adalah kualitas yang dominan disuatu provinsi tetapi tidak dominan bila ditinjau secara nasional. Kualitas provinsi digunakan sebagai dasar konversi kedalam kualitas nasional untuk kualitas nasional yang memang tidak terdapat di provinsi tersebut. l. Diagram Timbang atau bobot yang digunakan dalam penghitungan IKK terdiri dari diagram timbang IKK menurut kelompok jenis bangunan (3 kelompok) dan diagram timbang umum. Diagram timbang kelompok jenis bangunan adalah bobot setiap jenis barang dan jasa dalam memperoleh nilai TKK masin-masing kelompok jenis bangunan. Diagram timbang umum adalah bobot setiap jenis bangunan dalam memperoleh IKK umum setelah diperoleh IKK masing-masing kelompok jenis bangunan. m. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang menggambarkan perbandingan Tingkat Kemahalan Konstruksi suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap Tingkat Kemahalan Konstruksi rata-rata Nasional. n. Inflator merupakan nilai yang digunakan sebagai penyesuaian IKK terhadap kenaikan bahan bangunan/konstruksi. Pada penghitungan IKK tahun 2005 sampai tahun 2009 inflator menggambarkan kenaikan IHPB bahan bangunan/konstruksi pada Februari 2004 sampai dilaksanakan survei serentak periode berjalan. Penghitungan IKK tahun 2010 tidak menggunakan inflator melainkan menggunakan Kota Samarinda sebagai kota acuan. Tahun 2011 kembali digunakan inflator yang mencerminkan kenaikan IHPB konstruksi selama periode 2010-2011, serta Kota Samarinda tetap sebagai kota acuan. o. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Bangunan/Konstruksi merupakan salah satu indikator ekonomi yang 18 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI digunakan untuk keperluan perencanaan pembangunan yang dapat menggambarkan perkembangan statistik harga bahan bangunan/konstruksi di suatu daerah. Manfaat IHPB bahan bangunan/konstruksi semakin diperlukan terutama di dalam penghitungan eskalasi nilai kontrak sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003 dan telah direkomendasikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 105/PMK.06/2005 tanggal 9 Nopember 2005, serta didukung oleh Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 11/SE/M/2005 tanggal 16 Desember 2005. Paket komoditas yang akan digunakan dalam penghitungan IHPB Bahan Bangunan/Konstruksi terdiri dari 25 kelompok barang mencakup 54 jenis barang konstruksi terpilih. Jenis barang tersebut dipilih karena mempunyai nilai pemakaian yang cukup berarti (share yang besar terhadap pembangunan suatu bangunan/konstruksi) dan data harganya dapat dipantau secara berkesinambungan. Pengelompokan barang/komoditas dan jenis bangunan dilakukan berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan atas kebutuhan lainnya. Ada 2 (dua) macam diagram timbang yang digunakan dalam proses penghitungan IHPB Bahan Bangunan/Konstruksi, yaitu: i. Diagram timbang kelompok jenis bangunan. Diagram timbang kelompok jenis bangunan disusun berdasarkan besarnya volume masing-masing jenis bahan bangunan untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas. ii. Diagram timbang umum. Diagram timbang umum disusun berdasarkan perkiraan persentase pengeluaran untuk pembangunan fisik yang dirinci menurut 5 (lima) kelompok jenis bangunan/konstruksi. Untuk melakukan penghitungan IHPB konstruksi diperlukan series data harga yang berkesinambungan. Lima puluh empat jenis barang akan INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 19

METODOLOGI BAB II dikumpulkan melalui survei di seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia yang dilakukan setiap bulannya melalui Survei Harga Perdagangan Besar (SHPB). Dalam penghitungan IHPB Bahan Bangunan/Konstruksi digunakan formula Indeks Laspeyres yang dimodifikasi. IHPB konstruksi menurut kelompok bangunan dibagi dalam 5 jenis bangunan/konstruksi, yaitu: i. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; ii. Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian; iii. Bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan; iv. Bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi; dan v. Bangunan lainnya. IHPB konstruksi yang digunakan dalam penyesuaian IKK secara nasional adalah IHPB konstruksi Umum yang merupakan indeks tertimbang dari seluruh indeks kelompok bangunan di atas. 2.2 SUMBER DATA DAN PENGUMPULAN DATA Dalam menghitung IKK nasional, digunakan data harga rata-rata seluruh kabupaten/kota. Untuk penghitungan IKK provinsi, menggunakan data harga rata-rata seluruh kabupaten/kota di masing-masing provinsi. Harga bahan bangunan/konstruksi yang dikumpulkan meliputi barang-barang natural/hasil galian, barang-barang hasil industri pengolahan, jasa sewa alat berat, dan upah tenaga kerja. Selain data harga, data lain yang digunakan dalam penghitungan IKK adalah Diagram Timbang (DT) yang terdiri dari DT kelompok jenis bangunan (3 kelompok bangunan) dan DT umum masingmasing kabupaten/kota. 20 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI Secara nasional, pengumpulan data harga dilakukan secara bulanan menggunakan daftar HPB-K2 di 105 kabupaten/kota yang terkena sampel. Kabupaten Luwu tidak termasuk dalam kabupaten/kota yang terkena sampel survei HPB-K2. Data harga yang dikumpulkan terdiri 60 jenis barang yang mencakup sekitar 145 kualitas barang. Untuk keperluan penghitungan IKK tahun 2013, selain survei HPB-K2, dilakukan pula survei serentak khusus untuk barang-barang konstruksi yang menjadi paket komoditas IKK di seluruh kabupaten/kota. Pengumpulan data kuantitas atau volume barang-barang konstruksi dan sewa alat berat tersebut diperoleh melalui kegiatan yang disebut studi tingkat kemahalan konstruksi. Kegiatan studi ini dilakukan di 20 (dua puluh) kabupaten/kota terpilih yang menyebar di 10 (sepuluh) provinsi yang dilaksanakan pada bulan April 2003 dan April 2004. Kabupaten/Kota tersebut dipilih berdasarkan letak dan kondisi geografis serta struktur tanah yang berbeda sehingga data yang diperoleh dapat mewakili keseluruhan kondisi kabupaten/kota di Indonesia. Dalam menyusun diagram timbang kelompok jenis bangunan, selain data hasil studi, ditunjang pula dengan data tabel Input-Output dan data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum. Dengan asumsi bahwa pengunaan (kuantitas/volume) barang untuk menbangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas di masing-masing kabupaten/kota adalah sama, maka diagram timbang kelompok jenis bangunan yang digunakan sama untuk seluruh kabupaten/kota. Data lain yang dikumpulkan adalah perkiraan persentase pengeluaran kegiatan pembangunan fisik gedung/konstruksi setiap kelompok INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 21

METODOLOGI BAB II jenis bangunan terhadap total nilai pengeluaran kegiatan pembangunan tersebut. Data ini diperoleh dari setiap pemerintah kabupaten/kota. Data diagram timbang umum ini, dari tahun ke tahun selalu up-date berdasarkan perkembangan data penunjang. 2.3 METODE PENGOLAHAN DATA Setelah tahap pengumpulan data selesai, tahap berikutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer dan software yang meliputi tahapan: - pemeriksaan data; - editing dan coding (penyuntingan data dan pengkodean); - entry data (perekaman data); dan - validasi dan tabulasi data. Tingkat heterogenitas yang tinggi baik antar kabupaten maupun antar kecamatan membutuhkan proses pengolahan data yang cukup lama. Heterogenitas yang dimaksud adalah data variabel ekonomi menyebar dan berfluktuasi tidak sesuai dengan penyebaran wilayah administratif melainkan mengikuti jalur distribusinya. Oleh karena itu diperlukan adanya rekonsiliasi data untuk menjaga konsistensi dan agregasi data. Selain itu, dalam penghitungan IKK diperlukan data keterbandingan secara nasional terutama mengenai rata-rata Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) tingkat nasional. Angka IKK Kabupaten Luwu diperoleh dengan membandingkan TKK Kabupaten Luwu dengan TKK secara nasional. 22 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI 2.4 METODE PENGHITUNGAN IKK dihitung menurut pengelompokan jenis bangunan yang mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonasia (KBLI) yang disesuikan agar memenuhi azas komparabilitas. Seperti halnya IKK tahun 2010, penghitungan IKK tahun 2012 juga mengunakan 3 (tiga) kelompok jenis bangunan, yaitu: a. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; b. Jalan, jembatan, dan pelabuhan; dan c. Bangunan lainnya. IKK tahun 2003 dan IKK tahun 2004 disajikan menggunakan acuan rata-rata nasional sama dengan 100. IKK tahun 2005 disajikan menggunakan acuan rata-rata nasional dikalikan dengan perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) barang-barang konstruksi dari bulan Februari 2004 sampai dengan bulan Mei 2005 yang merupakan periode pencacahan serentak paket komoditi IKK dan sampai dengan tahun 2009 disajikan dengan rata-rata nasional mengunakan inflator sebagai acuan. Seperti halnya IKK tahun 2010, 2011, dan 2012, IKK tahun 2013 mengunakan Kota Samarinda sebagai kota acuan dan Provinsi Kalimantan Timur sebagai provinsi acuan. IKK tahun 2013 dihitung dengan mengunakan inflator 1,0357. Data dasar penghitungan IKK adalah harga bahan bangunan/konstruksi dan sewa alat berat yang diperoleh dari survei secara serentak seluruh kualitas dari jenis barang yang memberikan andil besar dalam pembuatan suatu bangunan/konstruksi di seluruh kabupaten/kota. Dalam pemilihan paket komoditas IKK, perlu diperhatikan azas pemilihan paket komoditas sebagai berikut: INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 23

METODOLOGI BAB II a. Comparability (keterbandingan). - Specific product description - Characteristic determining price b. Representativeness (mewakili). - Commonly used in the region c. Trade off comparability vs representativeneness. Berdasarkan azas tersebut dapat ditentukan paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan IKK 2013 sebanyak 22 yaitu terdiri dari 17 jenis barang, 4 sewa alat berat, dan upah. Jenis barang yang digunakan dalam penghitungan IKK meliputi pasir, batu, papan, balok, kayu lapis, cat tembok, cat kayu/besi, aspal, pipa PVC, kaca, batu bata, semen, batu split, keramik lantai, besi beton, seng plat, seng gelombang. Sewa alat berat meliputi sewa alat berat excavator, bulldozer, three wheel roller (mesin gilas), dan dump truck. Jenis barang, sewa alat berat, dan upah tersebut dipilih karena mempunyai nilai atau andil cukup besar dalam membangun setiap kelompok jenis bangunan serta harga barang-barang tersebut comparable atau mempunyai keterbandingan antar kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Setelah menetapkan paket komoditas IKK 2013, kegiatan selanjutnya adalah melakukan Kegiatan Survei Identifikasi Kualitas Barang (KIKB). Kegiatan ini dimaksudkan untuk validasi data harga dengan cara mengumpulkan data harga seluruh kualitas dari komoditas terpilih dan memastikan/mencocokkan bahwa jenis barang dan harga adalah untuk jenis barang dengan kualitas yang ditetapkan dalam paket komoditas IKK. KIKB juga digunakan sebagai dasar justifikasi untuk mendapatkan harga dengan 24 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI kualitas barang yang setara maupun kualitas provinsi jika kualitas yang tercakup dalam paket komoditas nasional tidak terdapat di provinsi tertentu. Setelah menentukan kualitas nasional, maka dilakukan kegiatan rekonsiliasi data untuk memastikan harga komoditi yang dikumpulkan pada saat survei sesuai kualitas/merk maupun satuannya. Rekonsiliasi dilaksanakan di seluruh provinsi dengan peserta kepala seksi statistik distribusi BPS kabupaten/kota. Peserta diharapkan memahami data lapangan sehingga segala permasalahan di lapangan bisa didiskusikan. IKK merupakan indeks spasial yang akan digunakan sebagai pendekatan terhadap tingkat kesulitan geografis antar daerah sehingga data harga harus mempunyai tingkat keterbandingan, yaitu mempunyai kualitas dan satuan yang standar untuk seluruh tempat/daerah. Untuk daerah yang tidak terdapat barang sesuai kualitas dalam paket komoditas IKK akan dilakukan estimasi harga untuk mendapatkan data harga jenis barang dengan mendapatkan harga pada kualitas provinsi selanjutnya disesuaikan harganya sehingga sesuai kualitas nasional. Diagram timbang atau bobot terdiri dari Diagram timbang kelompok jenis bangunan dan Diagram timbang umum. Diagram timbang kelompok jenis bangunan digunakan untuk menghitung TKK sedangkan Diagram timbang umum digunakan untuk menghitung IKK. a. Diagram Timbang Kelompok Jenis Bangunan. Diagram Timbang kelompok jenis bangunan disusun berdasarkan besarnya andil atau nilai masing-masing jenis bahan bangunan untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas dan digunakan untuk menghitung tingkat kemahalan konstruksi. Diagram timbang INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 25

METODOLOGI BAB II kelompok jenis bangunan menggunakan data kuantitas atau volume barang-barang konstruksi termasuk sewa alat yang dibutuhkan atau digunakan untuk membangun 1 (satu) unit jenis bangunan. Jenis bangunan yang dimaksud terdiri dari 3 (tiga) kelompok jenis bangunan, yaitu: i. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; ii. Bangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan; dan iii. Bangunan lainnya. Data kuantitas atau volume barang-barang konstruksi dan sewa alat berat tersebut diperoleh melalui kegiatan yang disebut Studi Tingkat Kemahalan Konstruksi. Pada awal kegiatan studi ini dilakukan di 20 (dua puluh) kabupaten/kota terpilih yang menyebar di 10 (sepuluh) provinsi yang dilaksanakan pada bulan April 2003 dan April 2004. Kabupaten/kota tersebut dipilih berdasarkan letak dan kondisi geografis serta struktur tanah yang berbeda sehingga data yang diperoleh dapat mewakili keseluruhan kondisi kabupaten/kota di Indonesia. Guna penyempurnaan penimbang, kegiatan serupa juga dilakukan pada tahun 2009 di beberapa provinsi yang dianggap memiliki karakteristik bangunan mewakili seluruh wilayah Indonesia. Dalam menyusun diagram timbang kelompok jenis bangunan, selain data hasil studi, ditunjang pula dengan data tabel input-output dan data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum. Sesuai dengan tujuan penyusunan IKK, maka penggunaan (kuantitas/volume) barang untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas di masing-masing kabupaten/kota adalah sama, atau diagram timbang kelompok jenis bangunan yang digunakanpun sama untuk seluruh kabupaten/kota. 26 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI b. Diagram Timbang Umum. Diagram timbang umum disusun berdasarkan data realisasi APBD masing-masing Pemerintah Kabupaten/kota yang dikeluarkan untuk pembangunan fisik, seperti pembangunan gedung kantor, rumah dinas, jalan, jembatan, lapangan olah raga dalam beberapa tahun. Nilai pengeluaran tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan kelompok jenis bangunannya, lalu dibuat perkiraan persentase total pengeluaran masing-masing kelompok jenis bangunan tersebut terhadap total seluruh pengeluaran. Data diagram timbang umum dari tahun ke tahun selalu di update berdasarkan perkembangan data penunjang. Seperti halnya diagram timbang kelompok jenis bangunan, IKK kabupaten/kota dan IKK provinsi juga dihitung menurut kelompok jenis bangunan yang mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Pada tahun 2004 angka IKK rata-rata nasional sama dengan 100, untuk tahun 2005 angka IKK rata-rata nasional disesuaikan menjadi 125,10; kenaikan sebesar 25,10 persen ini dihitung berdasarkan perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) barang-barang konstruksi dari bulan Februari 2004 ke bulan Mei 2005. Kemudian untuk tahun 2006 angka IKK rata-rata nasional adalah 150,92 disesuaikan dengan kenaikan IHPB barangbarang konstruksi dari bulan Februari 2004 ke bulan Mei 2006. Untuk tahun 2007 IKK rata-rata nasional adalah 170,17 disesuaikan dengan kenaikan IHPB barang-barang konstruksi dari bulan Februari 2004 ke bulan April 2007. Selanjutnya melalui penyesuaian kenaikan IHPB konstruksi bulan Februari 2004 Mei 2008 IKK rata-rata nasional tahun 2008 menjadi 204,79 dan 2009 menjadi 231,60 yang merupakan penyesuaian kenaikan IHPB konstruksi bulan Februari 2004 Mei 2009. Periode penyesuaian ini mengikuti bulan INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 27

METODOLOGI BAB II dilaksanakannya survei harga secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Penghitungan IKK dengan periode penyesuaian dilakukan sampai tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010 menggunakan Kota Samarinda sebagai kota acuan. Kota Samarinda terpilih karena mempunyai nilai IKK yang mendekati 100 pada tahun 2010. Pada tahun 2013, Kota Samarinda tetap sebagai kota acuan dan inflator kembali digunakan sebagai periode penyesuaian kenaikan IHPB konstruksi tahun 2012 2013. Inflator pada tahun 2013 adalah sebesar 1,0846 sehingga IKK Kota Samarinda sebagai kota acuan di tahun 2013 menjadi 108,46. sebagai berikut: Dalam aplikasinya, penghitungan angka IKK dapat diformulasikan a. Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Kabupaten/Kota (TKK kab ) j. Dimana, ଶଵ (TKK kab ) j = ୧ ଵ P ୧ Q ୧୨ i = Jenis barang/bahan bangunan dan sewa alat berat; j = kelompok jenis bangunan (j = 1, 2, 3); P i = harga jenis barang/bahan bangunan i; dan Q ij = kuantitas/volume bahan bangunan I kelompok jenis bangunan ke-j. b. Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Rata-Rata Nasional (TKK nj ). Dimana, TKK nj = రవభ ౡసభ ( ౡౘ) ౠ ସଽଵ 28 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB II METODOLOGI k = kabupaten/kota (1, 2,, 491). c. Indeks Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Kabupaten/Kota (IKK kab ) j. (IKK kab ) j = ( ౡౘ) ౠ ౠ x 100 d. Indeks Kemahalan Konstruksi Umum Kabupaten/Kota (IKK umum ) k. Dimana, ଷ (IKK kab ) = ୨ ଵ (IKK ୩ୟୠ ) ୨ Q ୨ (IKK umum ) k = ( ౡౘ ) ౡ ( ౡౘ ) ౩ ౨ x 100 x I Q j = Diagram timbang IKK umum kabupaten/kota; dan I = Suatu konstanta yang menggambarkan perkembangan harga barangbarang yang digunakan di sektor konstruksi di Indonesia (IHPB sektor konstruksi) Juni 2012 s/d April 2013, yaitu sebesar 1,0846. 2.5 METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis kuantitatif yang digunakan untuk mempermudah analisis tabel-tabel dan grafik secara sederhana sehingga didapatkan gambaran mengenai perkembangan dari obyek penelitian. Dalam publikasi ini, analisis tersebut digunakan untuk menginterpretasikan angka IKK Kabupaten Luwu, jika dibandingkan dengan angka IKK kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Selatan dan nasional. Beberapa hal yang perlu dijelaskan dalam analisis IKK tahun 2013 adalah sebagai berikut: INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 29

METODOLOGI BAB II i. Pada tahun 2009 dan tahun-tahun sebelumnya, angka IKK disajikan menggunakan IKK rata-rata nasional sama dengan 100 yang kemudian dikalikan dengan suatu bilangan/inflator. IKK 2010, 2011, 2012, dan 2013 disajikan dengan model yang berbeda yaitu dengan menentukan salah satu ibu kota provinsi, dimana terdapat satu kabupaten/kota dalam provinsi tersebut yang memiliki IKK mendekati angka rata-rata sebagai kota acuan atau provinsi acuan. ii. Kota Balikpapan adalah salah satu kota di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki angka IKK sebesar 100,08 di tahun 2010 yaitu angka yang paling dekat dengan rata-rata IKK 491 Kabupaten/kota sama dengan 100, sehingga Kota Samarinda sebagai ibu kota provinsi akan diipilih sebagai kota acuan. Kota Samarinda sebagai kota acuan pada penghitungan IKK 2010 juga akan digunakan untuk penghitungan IKK tahun-tahun berikutnya. iii. Pertimbangan penggunaan salah satu ibu kota provinsi sebagai acuan dalam menghitung IKK adalah memberikan fleksibilitas dalam penghitungan IKK apabila ada penambahan jumlah kabupaten/kota yang akan dihitung IKK-nya dan literatur tentang indeks spasial pada umumnya mengacu pada satu wilayah tertentu sebagai dasar. Perbedaan model penyajian IKK tahun 2009 ke bawah dengan IKK tahun 2010 ke atas menyebabkan angka-angka tersebut tidak dapat diperbandingkan secara langsung, melainkan dibutuhkan langkah-langkah khusus untuk membandingkannya sesuai dengan metodologi dan kaidah statistik yang berlaku. 30 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB III TINJAUAN UMUM

Dilihat dari letak geografis, Kabupaten Luwu terbilang cukup strategis dikarenakan bersebelahan dengan Kota Palopo yang terletak di jalur Trans Sulawesi, yang menghubungkan daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

BAB III TINJAUAN UMUM BAB III TINJAUAN UMUM 3.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH Awalnya, Kabupaten Luwu adalah sebuah kabupaten besar di Provinsi Sulawesi Selatan yang kemudian mekar menjadi empat wilayah strategis. Bermula dari pemekaran yang menjadikan Kabupaten Luwu Utara dengan ibu kota kabupatennya Kecamatan Massamba dan Kabupaten Luwu itu sendiri dengan ibu kota kecamatannya masih tetap di Palopo. Kemudian Kabupaten Luwu Utara memekarkan sebuah kabupaten baru yaitu Kabupaten Luwu Timur dengan ibu kota kabupatennya bertempat di Kecamatan Malili, dan di saat yang hampir bersamaan Kabupaten Luwu juga memekarkan Kota Palopo menjadi pemerintahan otonomi Kota Palopo. Pasca pemekaran Kabupaten Luwu dan Kota Palopo atas dasar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2003, pusat pemerintahan dipindahkan dari Kota Palopo ke Kecamatan Belopa sejak tahun 2006, seiring ditetapkannya Kecamatan Belopa sebagai ibu kota Kabupaten Luwu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2005, dan diresmikan menjadi ibu kota sejak 13 Februari 2006. Periode 2004 2009, Kabupaten Luwu dipimpin oleh Bupati H. M. Basmin Mattayang. Kemudian dilakukan pemilihan kepala daerah langsung untuk pertama kalinya dan terpilih H. Andi Mudzakkar sebagai bupati terpilih periode 2009 2014. Pada periode berikutnya (2014 2019), H. Andi Mudzakkar terpilih kembali sebagai bupati melalui Pemilihan Kepala Daerah yang diselenggarakan di tahun 2014. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 33

TINJAUAN UMUM BAB III Gambar 1. Peta Administratif Kabupaten Luwu Secara geografis, Kabupaten Luwu terletak pada koordinat antara 2 3 45 sampai 3 37 30 LS dan 119 15 sampai 121 43 11 BB, dengan batas administratif sebagai berikut: 34 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB III - TINJAUAN UMUM Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Tana Toraja; - Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Wajo; - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang; dan - Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dilihat dari letak geografis, Kabupaten Luwu terbilang cukup strategis dikarenakan bersebelahan dengan Kota Palopo yang terletak di jalur Trans Sulawesi, yang menghubungkan daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Pelabuhan Tanjung Ringit yang berada di Kota Palopo turut menjadikan Kabupaten Luwu sebagai salah satu dari kabupaten/kota lainnya di daerah Luwu Raya sebagai pintu gerbang utama Sulawesi Selatan bagian utara, dimana pelabuhan ini merupakan salah satu pintu penghubung untuk mendistribusikan hasil pertanian Kabupaten Luwu ke luar daerah. Wilayah Kabupaten Luwu bagian timur terbentang pantai yang panjangnya 100 km sarat dengan potensi usaha perikanan, dan sebelah barat terbentang pegunungan yang sangat berpotensi untuk agrowisata serta kandungan alamnya memiliki beberapa jenis bahan tambang. Luas wilayah Kabupaten Luwu sekitar 3.000,25 km2, dengan jarak tempuh dari Kota Makassar lebih dari 367 km dan terdiri dari 21 kecamatan pada tahun 2012, namun pada tahun 2013 bertambah secara administratif menjadi 22 kecamatan akibat dari pemekaran Kecamatan Bassesangtempe menjadi Kecamatan Bassesangtempe dan Kecamatan Bassesangtempe Utara INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 35

TINJAUAN UMUM BAB III pada bulan Agustus tahun 2012. Kabupaten Luwu dibagi habis menjadi 227 desa/kelurahan. Kecamatan Latimojong adalah kecamatan terluas di Kabupaten Luwu, luas Kecamatan Latimojong tercatat sekitar 467,75 km2 atau sekitar 15,59 persen dari luas Kabupaten Luwu, menyusul kemudian Kecamatan Walenrang Utara dan Walenrang Barat dengan luas masingmasing sekitar 259,77 km2 dan 247,13 km2 atau 8,66 persen dan 8,24 persen. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Belopa Utara dengan luas kurang lebih 34,73 km2 atau hanya sekitar 1,16 persen. Kecamatan Bassesangtempe dengan ibu kota kecamatannya adalah Lissaga merupakan kecamatan terjauh dari ibu kota Kabupaten Luwu dengan jarak sekitar 110 km, terjauh kedua adalah Kecamatan Walenrang Barat dengan jarak sekitar 89 km, dan ketiga adalah Kecamatan Walenrang Timur dengan jarak sekitar 88 km. Sementara itu, yang terdekat adalah Kecamatan Belopa Utara yang hanya sekitar 1 km, sedangkan kecamatan yang lain tercatat hanya sekitar 6 87 km. 36 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB III TINJAUAN UMUM (1) (2) LAROM PONG (3) (4) (5) (6) (7) (8) ( 9) (10) (11) (12) (13) ( 14) (15) (16) (17) (18) (19) Larompong 15 7 17 17 23 18 24 31 127 42 37 32 Bonepute 15 SULI Suli 7 22 SULI BARAT Lindajang 17 32 10 BELOPA Tampumia Radda 17 32 10 20 KAM ANRE Cilallang 23 38 16 26 6 BELOPA UTARA Pammanu 18 33 17 27 1 BAJO Bajo 24 39 17 27 7 13 8 BAJO BARAT Bonelemo 31 46 24 34 14 20 15 BASSESANGTEMPE Lissaga LATIM OJONG Kadundung 42 BASSESANGTEMPE UTARA Pantilang 115 132 108 118 98 117 99 105 112 BUPON Noling 44 59 37 47 30 24 31 33 40 97 47 85 PONRANG Paddang Sappa 37 52 30 40 20 16 21 21 28 90 40 78 12 PONRANG SELATAN Pattedong 32 47 25 45 25 21 26 26 33 95 45 83 17 BUA Bua 58 73 51 61 41 35 42 42 49 69 61 57 33 21 26 WALENRANG Batusitanduk WALENRANG TIMUR LAM ASI 91 10 10 16 17 17 24 120 35 # 58 59 52 47 73 91 6 WALENRANG BARAT (21) (22) (23) (24) 97 98 106 104 106 120 112 113 121 119 37 30 25 51 84 98 90 89 99 97 7 14 110 25 98 30 20 25 41 74 88 80 79 89 87 7 13 20 1 129 31 117 24 16 21 35 68 82 74 73 89 81 7 8 111 15 111 26 99 31 21 26 42 75 89 81 80 90 88 7 7 117 20 124 # 33 21 26 42 81 95 87 86 96 94 27 112 40 28 33 49 88 73 47 40 45 61 84 98 12 73 26 59 73 65 64 74 72 33 47 39 38 48 46 14 6 Tabah 120 98 108 88 82 89 95 102 92 98 80 75 68 73 47 14 97 112 90 100 80 74 81 87 94 84 WALENRANG UTARA Bosso 98 113 89 WALENRANG BARAT Ilan Bat u 106 121 99 109 89 LAM ASI TIM UR To'lemo 104 119 99 79 73 80 86 93 83 89 89 90 96 103 93 99 101 91 107 99 107 5 21 54 68 60 59 69 67 5 Lamasi 100 100 89 12 17 33 61 75 67 66 76 74 105 87 81 88 94 93 103 101 85 78 83 57 66 80 72 71 81 79 84 94 74 68 75 81 88 78 84 66 61 54 59 33 107 102 94 85 12 97 90 95 69 78 92 84 83 93 91 117 124 57 35 45 25 31 26 20 27 85 97 (20) 105 20 26 27 27 34 130 45 118 47 40 45 61 94 108 100 99 109 107 144 120 130 110 129 106 # 44 LAROMPONG SELATAN 127 22 32 32 38 33 39 46 144 57 115 WALENRANG UTARA Capitals WALENRANG TIMUR KECAMATAN PONRANG SELATAN NAMA IBU KOTA BASSESANGTEMPE UTARA Regency LAROMPONG SELAT AN KECAMATAN BASSESANGTEMPE Tabel 1. Jarak Dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten Luwu, 2013 72 67 60 65 39 6 71 66 59 64 38 5 15 13 20 19 29 27 20 11 21 7 5 19 11 20 18 81 76 69 74 48 15 29 21 20 28 79 74 67 72 46 13 27 7 18 28 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu (Kabupaten Luwu Dalam Angka 2014) Menurut ketinggian daerah, sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu berada di ketinggian 100 m ke atas. Seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah, INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 37

TINJAUAN UMUM BAB III luas wilayah yang berada di atas 100 m tercatat sekitar 63,99 persen, sisanya sekitar 36,01 persen wilayah berada pada ketinggian 0 100 m. Gambar 2. Persentase Ketinggian Daerah di Kabupaten Luwu, 2013 0-25 m 19,4 2 % > 1.0 0 0 m 2 3,6 2 % 2 5-10 0 m 16,5 8 % 5 0 0-1.0 0 0 m 18,3 4 % 10 0-5 0 0 m 2 2,0 3 % Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu (Kabupaten Luwu Dalam Angka 2014) Di Kabupaten Luwu tercatat 11 sungai yang cukup besar dan panjang, kesebelas sungai tersebut masing-masing adalah: i. Sungai Lamasi melintasi Kecamatan Walenrang Barat, Kecamatan Walenrang, dan Kecamatan Lamasi; ii. Sungai Makawa melintasi Kecamatan Lamasi Timur; iii. Sungai Bua melintasi Kecamatan Bua; iv. Sungai Pareman (Noling) melintasi Kecamatan Bupon, Kecamatan Ponrang, Kecamatan Ponrang Selatan, dan Kecamatan Kamanre; 38 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB III TINJAUAN UMUM v. Sungai Bajo melintasi Kecamatan Bajo Barat, Kecamatan Bajo, dan Kecamatan Belopa; vi. Sungai Suli melintasi Kecamatan Suli Barat dan Kecamatan Suli; vii. Sungai Larompong melintasi Kecamatan Larompong; viii. Sungai Tembo'e melintasi Kecamatan Larompong Selatan; ix. Sungai Rante Belu melintasi Kecamatan Larompong; x. Sungai Sampano melintasi Kecamatan Larompong Selatan; dan xi. Sungai Kandoa (Balambang) melintasi Kecamatan Bua. Dari kesebelas sungai tersebut, yang terpanjang adalah Sungai Pareman (Noling) dengan panjang tercatat sekitar 73 km. Sepuluh sungai lainnya panjangnya tercatat sekitar 12 69 km. 3.2 GAMBARAN UMUM KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Kabupaten Luwu tahun 2013 yang disajikan pada Gambar 3 di bawah ini merupakan angka hasil proyeksi Sensus Penduduk 2010 dan hasil olahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013. Jumlah penduduk Kabupaten Luwu tahun 2013 adalah sebesar 343.793 jiwa, terdiri dari 169.189 jiwa laki-laki dan 174.604 jiwa perempuan. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 39

TINJAUAN UMUM BAB III Gambar 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Luwu, 2009 2013 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 2009 2010 2011 2012 2013 LAKI-LAKI 162.101 164.314 165.968 167.102 169.189 PEREMPUAN 166.079 168.168 169.860 171.507 174.604 TOTAL 328.180 332.482 335.828 338.609 343.793 PEREMPUAN TOTAL LAKI-LAKI Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu (Kabupaten Luwu Dalam Angka 2014) Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2012 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,53 persen, dengan jumlah penduduk pada tahun sebelumnya sebesar 338.609 jiwa terdiri dari 167.102 jiwa laki-laki dan 171.507 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Luwu. Tahun 2013, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bua yaitu sebesar 9,31 persen dan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Latimojong sekitar 1,64 persen penduduk. Sementara jika dilihat dari kepadatan penduduk per km2, 40 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB III TINJAUAN UMUM Kecamatan Lamasi merupakan daerah terpadat yaitu 498,84 penduduk per kilometer persegi (km2) dengan luas wilayah hanya 1,40 persen dari luas Kabupaten Luwu, sementara yang paling rendah kepadatannya terdapat di Kecamatan Latimojong yaitu hanya 12,03 penduduk per kilometer persegi (km2) dengan luas wilayah 15,60 persen dari luas Kabupaten Luwu. Rasio jenis kelamin Kabupaten Luwu di tahun 2013 berada di bawah angka 100, tercatat hanya sekitar 96,90. Ini berarti bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Atau dengan kata lain, dari 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 96 penduduk lakilaki. Kendati demikian jika dilihat dari kelompok umurnya penduduk umur 15 19 tahun memiliki rasio jenis kelamin tertinggi yaitu sebesar 105,99 yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Begitu pula jika diamati menurut kecamatan, di Kecamatan Suli Barat, Kecamatan Bassesangtempe, Kecamatan Latimojong, Kecamatan Bassesangtempe Utara, dan Kecamatan Walenrang Barat keadaannya menjadi terbalik, dimana angka rasio jenis kelamin melebihi angka 100, yang berarti bahwa di kecamatan tersebut penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Jumlah rumah tangga keadaan akhir tahun 2013 tercatat sebanyak 75.079 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sekitar 4 5 orang. Jumlah rumah tangga ini terbanyak di Kecamatan Bua yaitu sekitar 7.015 rumah tangga dan terkecil di Kecamatan Latimojong dengan jumlah rumah tangga hanya tercatat 1.537 rumah tangga. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 41

TINJAUAN UMUM BAB III 3.3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) yang berhasil diperoleh pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga konstan ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga, perubahan yang diukur adalah perubahan produksi sehingga menggambarkan pertumbuhan riil ekonomi. Sejak tahun 1993, pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional provinsi dan kabupaten/kota dihitung dengan menggunakan harga konstan 1993 sebagai tahun dasar. Akan tetapi sejak sekitar 8 tahun lalu, pertumbuhan ekonomi dihitung dengan menggunakan harga konstan tahun 2000. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan tahun dasar 1993 menjadi semakin tidak realistis, karena perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahun 1993 menjadi terlalu rendah. Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Luwu, 2009 2013 ADH Berlaku Tahun PDRB (Juta Rupiah) ADH Konstan 2000 Perkembangan Ekonomi (Persen) PDRB (Juta Rupiah) Pertumbuhan Ekonomi (Persen) (1) (2) (3) (4) (5) 2009 3.195.646,47 18,52 1.581.663,42 6,82 2010 3.717.632,93 16,33 1.691.511,74 6,95 2011 4.351.150,40 17,04 1.817.943,58 7,47 2012* 5.030.495,95 15,61 1.954.090,35 7,49 2013** 5.784.726,16 14,99 2.106.123,83 7,78 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Catatan : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 42 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB III TINJAUAN UMUM Pada tabel di atas dapat dilihat angka PDRB, Perkembangan Ekonomi, dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Luwu selama tahun 2009 2013. Perkembangan Ekonomi menjelaskan tentang perkembangan perekonomian suatu daerah yang terlihat melalui besaran PDRB ADH Berlaku pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Sedangkan Pertumbuhan Ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB ADH Konstan 2000 pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya, di mana penggunaan nilai harga atas dasar harga konstan ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan pertumbuhan riil ekonomi. Perlu diketahui bahwa dalam penulisan ini, dimaksudkan sebenarnya untuk istilah memudahkan perkembangan dalam dan membedakan pertumbuhan penafsiran pertumbuhan ekonomi riil (ADH Konstan 2000) dengan pertumbuhan non-riil (ADH Berlaku). Pada tahun 2013, PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu mencapai nilai 5,78 triliun rupiah. Dibandingkan tahun 2012, angka PDRB ini meningkat cukup signifikan yaitu sekitar 0,75 triliun rupiah atau naik sekitar 14,99 persen. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2012, 2011, 2010, dan 2009. Selama kurun waktu tersebut, PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu secara terus-menerus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2008 PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu mencapai angka 2,69 triliun rupiah, di tahun 2009 kembali meningkat sekitar 18,52 persen menjadi 3,19 triliun rupiah, dan di tahun 2010 kembali meningkat sekitar 16,33 persen menjadi 3.71 triliun rupiah, begitu seterusnya hingga tahun 2013. Begitu juga atas dasar harga konstan tahun 2000, PDRB Kabupaten Luwu setiap tahunnya juga mengalami peningkatan secara terus menerus. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 43

TINJAUAN UMUM BAB III Pada tahun 2013, PDRB ADH Konstan 2000 Kabupaten Luwu mencapai 2,10 triliun rupiah atau naik sekitar 0,15 triliun rupiah, bertumbuh sekitar 7,78 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2012 mencapai 1,95 triliun rupiah atau naik sekitar 0,13 triliun rupiah, bertumbuh 7,49 persen dibandingkan tahun 2011 yang nilainya mencapai 1,81 triliun rupiah. Kenaikan juga terjadi pada tahun 2011, 2010, dan 2009. Gambar 4. Diagram Struktur Ekonomi Kabupaten Luwu, 2013* (Persen) Sumber Catatan : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu : * Angka Sangat Sementara Pada tahun 2013, kontribusi Sektor Pertanian dalam pembentukan nilai total PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu adalah sebesar 50,30 persen, atau separuhnya total PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu berasal dari Sektor Pertanian. Besarnya kontribusi Sektor Pertanian erat kaitannya dengan peran 44 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB III TINJAUAN UMUM Sub-Sektor Perkebunan, Sub-Sektor Perikanan, dan Sub-Sektor Tanaman Bahan Makanan. Sektor lain yang cukup besar peranannya terhadap perekonomian Kabupaten Luwu pada tahun 2013 sesuai urutan dengan kontribusi terbesar setelah Sektor Pertanian adalah Sektor Jasa-Jasa sebesar 19,06 persen, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 12,23 persen, Sektor Bangunan sebesar 7,22 persen, dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 5,41 persen. Sedangkan sisa sektor lainnya seperti Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, kontribusinya terhadap pembentukan total PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu masih kecil yakni di bawah 3 persen. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 45

TINJAUAN UMUM BAB III Tabel 3. Struktur Ekonomi (Persentase Kontribusi PDRB ADH Berlaku per Sektor Ekonomi) Kabupaten Luwu, 2009 2013 (Persen) Sub-Sektor (1) Struktur Ekonomi (Persen) 2009 2010* 2011 2012* 2013** (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 51,27 49,76 49,44 49,71 50,30 2. Pertambangan & Penggal. 0,85 0,76 0,79 0,80 0,82 3. Industri Pengolahan 7,99 7,16 6,44 5,87 5,41 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 0,19 0,19 0,20 0,21 0,21 5. Bangunan 7,57 7,08 7,28 7,22 7,22 6. Perdag., Hotel, & Restoran 9,54 11,17 11,94 12,07 12,23 7. Pengangkutan & Komuni. 1,73 1,77 1,93 2,02 2,08 8. Keu., Pers., & Jasa Perus. 2,21 2,49 2,44 2,45 2,67 9. Jasa-Jasa PDRB ADH Berlaku Sumber Catatan 18,64 19,63 19,55 19,64 19,06 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Dapat dilihat pada Tabel 5 di atas, struktur ekonomi Kabupaten Luwu pada kurun waktu tahun 2009 2013 tampaknya tidak mengalami pergeseran. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian daerah ini masih cukup besar yakni rata-rata sekitar 50 persen. Struktur perekonomian Kabupaten Luwu selama periode tahun 2009 2013 masih didominasi oleh Sektor Pertanian, yang berarti bahwa basis utama perekonomian Kabupaten Luwu adalah Sektor Pertanian, meskipun setiap tahunnya hingga tahun 2011, kontribusinya semakin menurun dan bergeser ke sektor lainnya seperti Sektor Jasa-Jasa, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Sektor Bangunan, dan Sektor Industri Pengolahan, namun di tahun 2012 kontribusi Sektor Pertanian 46 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB III TINJAUAN UMUM ini meningkat sedikit menjadi sekitar 49,71 persen dan di tahun 2013 kembali meningkat menjadi 50,30 persen. Sementara itu, setiap tahunnya PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu terus mengalami pertumbuhan positif, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 4. PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu, 2009 2013 Tahun PDRB Perkapita Penduduk Kab. Luwu (Rupiah) PDRB Perkapita Penduduk Prov. Sul-Sel (Rupiah) Peringkat se-prov. Sul-Sel (1) (2) (3) (4) 2009 9.698.354,12 12.567.363,67 11 2010 11.181.456,22 14.665.034,90 11 2011 12.956.484,87 16.929.030,03 11 2012* 14.856.356,30 19.465.540,37 11 16.826.189,48 22.150.805,32 12 2013** Sumber Catatan : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Perlu diketahui bahwa nilai yang tertera pada tabel di atas adalah nilai setelah direvisi akibat dari perubahan jumlah penduduk yang diproyeksi ulang dari tahun berdasarkan angka jumlah penduduk hasil olah Sensus Penduduk 2010 (SP2010). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2009 2013, PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu sebesar Rp. 9.698.354,12 meningkat menjadi Rp. 11.181.456,22 di tahun 2010. Tahun 2011 juga meningkat menjadi Rp. 12.956.484,87. Tahun 2012 juga meningkat menjadi Rp. 14.856.356,30 dan INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 47

TINJAUAN UMUM BAB III di tahun 2013 menembus angka di atas 16 juta sebesar Rp. 16.826.189,48. Namun begitu, ternyata PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu tahun 2013 berada di peringkat 12 dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dan masih di bawah angka Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai Rp. 22.150.805,32. 48 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB IV ANALISIS IKK

Tahun 2012, IKK Kabupaten Luwu mencapai 99,76 persen. Bila dibandingkan dengan Kota Samarinda yang mencapai 108,46 persen dapat diartikan bahwa tingkat kemahalan harga bahan bangunan di tahun 2012 lebih rendah 8,70 persen dibandingkan IKK Kota Samarinda. Hal ini juga menunjukkan bahwa nilai untuk pembangunan di Kabupaten Luwu masih lebih murah bila dibandingkan dengan Kota Samarinda.

BAB IV ANALISIS IKK BAB IV ANALISIS IKK 4.1 DIAGRAM TIMBANG UMUM KABUPATEN LUWU Diagram timbang umum IKK Kabupaten Luwu tahun 2013 disusun berdasarkan data realisasi APBD untuk pengeluaran belanja pembangunan dan rutin di tahun yang bersangkutan. Dari data APBD ini, dipilih pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan konstruksi dan dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelompok jenis bangunan, seperti yang tertera pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Diagram Timbang Umum Berdasarkan Kelompok Jenis Bangunan di Kabupaten Luwu, 2010 2013* Kelompok Jenis Bangunan Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal Bangunan Pekerjaan Umum untuk Pertanian Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan Diagram Timbang Umum (Persen) 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) Bangunan dan Instalasi Listrik, Gas, Air Minum, dan Komunikasi 30,38 55,27 49,02 48,57 36,28 18,67 17,71 16,97 33,20 25,54 31,24 32,18 0,09 0,16 0,97 0,55 Bangunan Lainnya 0,04 0,36 1,06 1,73 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Catatan : * Berdasarkan Realisasi Nilai Penggunaan APBD Pemerintah Kabupaten Luwu INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 51

ANALISIS IKK BAB IV Di tahun 2010, bila dilihat dari masing-masing jenis bangunan, persentasenya bisa dikatakan berimbang pada 3 kelompok pertama (bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; bangunan pekerjaan umum untuk pertanian; dan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan) dengan porsi masing-masing sekitar 30-an persen. Namun pada tahun 2011, mulai terlihat perbedaan yang cukup signifikan pada 3 kelompok bangunan pertama tersebut, begitu juga di tahun 2012 dan 2013. Kelompok bangunan yang paling besar diagram timbangnya di tahun 2013 yaitu pada bangunan tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal. Pada tahun 2012, penyerapan APBD untuk bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal sekitar 49,02 persen, yang kemudian turun menjadi 48,57 persen pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa belanja modal pengadaan pembangunan gedung untuk sarana pemerintahan/perkantoran, perumahan, rumah sakit, tempat ibadah, dan lain sebagainya masih berlangsung hingga saat ini meskipun porsinya sedikit dikurangi untuk pembangunan di kelompok bangunan yang lain. Porsi kedua terbesar ada di kelompok pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan. Tahun 2012 sekitar 31,24 persen, namun di tahun 2013 persentasenya naik menjadi 32,18 persen. Dari sini terlihat bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu menggiatkan kembali pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, baik perbaikan/rehabilitasi maupun pembangunan baru. Pembangunan di kelompok ini dirasakan perlu mengingat akses transportasi darat yang layak adalah salah satu penunjang kegiatan perekonomian masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. 52 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB IV ANALISIS IKK Porsi ketiga terbesar ada pada kelompok bangunan pekerjaan umum untuk pertanian. Pada tahun 2010 menyedot 36,28 persen realisasi APBD, sedangkan tahun 2011 mengambil porsi 18,67 persen APBD, di tahun 2012 porsinya kembali turun menjadi 17,71 persen, dan tahun 2013 kembali turun menjadi 16,97 persen. Tingginya alokasi belanja pembangunan untuk pertanian di tahun 2010 adalah berupa pengadaan konstruksi jaringan air untuk lahan sawah yang difokuskan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu, namun di tahun 2011 hingga 2013 porsinya menurun drastis dikarenakan tahapan intinya sudah dianggarkan dan dikerjakan pada tahun 2010, sedangkan di tahun-tahun berikutnya hanya melakukan tahap penyelesaiannya saja. Selain itu, porsi ini juga dialokasikan untuk pengadaan alat pengolahan pertanian dan peternakan. Sementara itu, kelompok atau jenis yang masih relatif sedikit diagram timbangannya yaitu untuk kelompok bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan kelompok bangunan lainnya. Kelompok bangunan lainnya terus meningkat dari tahun ke tahun yang artinya dapat dikatakan bahwa kelompok ini sudah menjadi perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu untuk meningkatkan pembangunannya dari tahun ke tahun. Untuk kelompok bangunan instalasi listrik, gas, dan air minum, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, diagram timbang kelompok ini terjadi kenaikan dari 0,09 persen di tahun 2010 menjadi 0,16 persen di tahun 2011, kembali meningkat menjadi 0,97 di tahun 2012, dan turun menjadi 0,55 persen di tahun 2013. Sedangkan untuk kelompok jenis bangunan lainnya menunjukkan peningkatan juga dari 0,04 persen pada tahun 2010 menjadi 0,36 persen pada tahun 2011, kembali meningkat menjadi 1,06 di tahun 2012, dan menjadi 1,73 persen di tahun 2013. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 53

ANALISIS IKK BAB IV 4.2 IKK KABUPATEN LUWU SECARA UMUM Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) merupakan indeks yang menggambarkan perbandingan TKK suatu kabupaten/kota atau provinsi terhadap daerah lainnya. Sesuai dengan pengertiannya, maka IKK dapat dikategorikan sebagai indeks spasial, yaitu indeks yang menggambarkan perbandingan harga untuk lokasi/wilayah yang berbeda pada periode waktu tertentu. Berbeda pengertian dengan indeks periodikal, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) atau Indeks Harga Konsumen (IHK), kedua indeks harga tersebut menggambarkan perkembangan harga di suatu lokasi/wilayah pada periode waktu tertentu terhadap harga tahun dasar. Dengan begitu, angka IKK tidak dapat membandingkan antara dua atau beberapa kurun waktu. Tabel 6. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Luwu dan Kota Samarinda, 2010 2013 Kabupaten/Kota IKK (Persen) 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) Kota Samarinda 100,00 103,57 108,46 100,00 Kabupaten Luwu 87,74 89,89 99,76 101,37 Sumber: Badan Pusat Statistik Pada tabel di atas dapat dilihat IKK Kabupaten Luwu dan IKK Kota Samarinda. Untuk tahun 2010 ke atas, Kota Samarinda dan Provinsi Kalimantan Timur digunakan sebagai acuan bagi kabupaten/kota dan provinsi di seluruh Indonesia, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. 54 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB IV ANALISIS IKK Di tahun 2010, IKK Kabupaten Luwu sekitar 87,74 persen, yang artinya tingkat kemahalan harga bahan bangunan di Kabupaten Luwu lebih rendah 12,26 persen dibandingkan Kota Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa nilai untuk pembangunan di Kabupaten Luwu masih lebih murah bila dibandingkan dengan di Kota Samarinda. Di tahun 2011, IKK Kabupaten Luwu mencapai 89,89 persen. Bila dibandingkan dengan Kota Samarinda yang mencapai 103,57 persen dapat diartikan bahwa tingkat kemahalan harga bahan bangunan di Kabupaten Luwu pada tahun 2011 lebih rendah 13,68 persen dibandingkan Kota Samarinda. Hal ini juga menunjukkan bahwa nilai untuk pembangunan di Kabupaten Luwu masih lebih murah bila dibandingkan dengan di Kota Samarinda. Di tahun 2012, IKK Kabupaten Luwu mencapai 99,76 persen. Bila dibandingkan dengan Kota Samarinda yang mencapai 108,46 persen dapat diartikan bahwa tingkat kemahalan harga bahan bangunan di tahun 2012 lebih rendah 8,70 persen dibandingkan Kota Samarinda. Hal ini juga menunjukkan bahwa nilai untuk pembangunan di Kabupaten Luwu masih lebih murah bila dibandingkan dengan Kota Samarinda. Di tahun 2013, IKK Kabupaten Luwu mencapai 101,37 persen. Bila dibandingkan dengan Kota Samarinda sebesar 100,00 persen dapat diartikan bahwa tingkat kemahalan harga bahan bangunan di Kabupaten Luwu tahun 2013 lebih tinggi 1,37 persen dibandingkan Kota Samarinda. Hal ini juga menunjukkan bahwa nilai untuk pembangunan di Kabupaten Luwu lebih mahal bila dibandingkan dengan Kota Samarinda. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 55

ANALISIS IKK BAB IV Terdapat perbedaan penimbang yang digunakan untuk tahun 2013 ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana diketahui bahwa IKK telah dihitung sejak tahun 2003. Saat ini perkembangan teknik sipil sangat cepat ditambah lagi dengan pesatnya industry bahan bangunan. Sehingga, material yang digunakan untuk kegiatan konstruksi sudah banyak yang berubah atau muncul model baru seperti batako ringan, atap baja ringan, kusen aluminium, dan sebagainya. Peraturan pemerintah baik pusat mauoun daerah yang mempengaruhi kegiatan konstruksi juga banyak berubah. Halhal tersebut mengakibatkan Bill of Quantity (BoQ) tahun 2013 yang selama ini digunakan untuk menghitung IKK tidak lagi sesuai dengan kondisi di lapangan. Oleh karena itu, mulai tahun 2013, penghitungan IKK sudah menggunakan BoQ terbaru yang dikumpulkan pada tahun 2012. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, IKK tahun 2013 menggunakan data harga komoditi yang dikumpulkan dalam 2 periode pencacahan, yaitu periode akhir Januari dan periode akhir April, sehingga lebih tervalidasi dibandingkan hanya menggunakan satu kali pengambilan data lapangan. Dengan menggunakan BoQ tahun 2012, realisasi APBD pembentukan modal tetap tahun 2012, dan rata-rata harga komoditi Januari April, diperoleh Indeks Kemahalan Konstruksi untuk tahun 2013 tersebut. Hal penting lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah perubahan metodologi dalam penghitungan IKK menyebabkan seolah-olah angka IKK tahun 2010 ke atas lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun hal ini tidak menunjukkan bahwa IKK tahun 2010 ke atas lebih rendah. Pada tahun 2009 dan tahun-tahun sebelumnya, angka IKK disajikan menggunakan IKK rata-rata nasional sama dengan 100 yang kemudian dikalikan dengan suatu bilangan/inflator. IKK tahun 2010 ke atas disajikan 56 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB IV ANALISIS IKK dengan model yang berbeda yaitu dengan menentukan salah satu ibu kota provinsi, dimana terdapat satu kabupaten/kota dalam provinsi tersebut yang memiliki IKK mendekati angka rata-rata nasional sebagai kota acuan dan provinsi acuan. Kota Balikpapan adalah salah satu kota di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki angka IKK sebesar 100,08 yaitu angka yang paling dekat dengan rata-rata IKK 491 kabupaten/kota sama dengan 100, sehingga Kota Samarinda sebagai ibu kota provinsi akan diipilih sebagai kota acuan. Kota Samarinda yang digunakan sebagai kota acuan pada penghitungan IKK tahun 2010 tersebut juga digunakan untuk penghitungan IKK tahun-tahun berikutnya. 4.3 PERBANDINGAN IKK KABUPATEN/KOTA DI DAERAH SEKITAR LUWU, PROVINSI SULAWESI SELATAN, DAN NASIONAL IKK adalah angka indeks spasial yang artinya hanya diperbandingkan antar daerah, bukan antar waktu. Maka dari itu, IKK Kabupaten Luwu sangat tepat jika menganalisanya dengan cara membandingkannya dengan kabupaten/kota tetangganya, se-provinsi, maupun secara nasional. Berikut ditampilkan IKK kabupaten/kota se-provinsi Sulawesi Selatan dan peringkatnya untuk tahun 2012 2013. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 57

ANALISIS IKK BAB IV Tabel 7. IKK Kabupaten/Kota se-provinsi Sulawesi Selatan dan Peringkatnya, 2012 2013 2012 2013 Kabupaten/Kota IKK Peringkat Peringkat IKK Nasional Provinsi Nasional Provinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kepulauan Selayar 105,78 155 3 94,18 313 13 Bulukumba 97,49 238 6 102,64 178 2 Bantaeng 92,24 318 14 90,47 373 19 Jeneponto 82,87 437 23 81,24 461 23 Takalar 92,11 319 15 95,84 282 11 Gowa 81,19 452 24 91,76 354 16 Sinjai 87,60 381 20 86,06 426 20 Maros 88,75 366 19 91,68 355 17 Pangkajene Kepulauan 103,73 177 4 96,75 269 9 Barru 92,38 309 11 99,20 229 6 Bone 95,16 270 9 98,43 242 7 Soppeng 92,27 315 13 94,33 310 12 Wajo 96,49 253 7 91,21 361 18 Sidenreng Rappang 89,95 353 18 81,33 460 22 Pinrang 90,43 348 17 80,97 462 24 Enrekang 95,24 266 8 98,31 247 8 Luwu 99,76 218 5 101,37 199 4 Tana Toraja 105,95 154 2 102,29 183 3 Toraja Utara 106,23 149 1 103,65 161 1 Luwu Utara 92,37 310 12 96,04 278 10 Luwu Timur 93,96 289 10 100,37 211 5 Makassar 85,02 416 22 91,87 353 15 Pare-Pare 91,71 328 16 93,60 323 14 Palopo 87,17 389 21 81,52 457 21 Provinsi Sulawesi Selatan 85,25 26 85,89 30 Sumber: Badan Pusat Statistik Pada tahun 2012, nilai IKK yang paling rendah (termurah) di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Gowa (81,19) dan yang paling tinggi 58 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB IV ANALISIS IKK (termahal) terdapat di Kabupaten Kabupaten Toraja Utara (106,23). Di tahun 2013, nilai IKK yang paling rendah (termurah) di Provinsi Sulawesi Selatan berpindah ke Kabupaten Pinrang (80,97) dan yang paling tinggi (termahal) tetap berada di Kabupaten Toraja Utara (103,65). Terjadi pergeseran peringkat IKK pada tahun 2012 dan tahun 2013, seperti yang terlihat pada tabel di atas. Hal ini wajar terjadi akibat dari inflasi dan permintaan barang bangunan/konstruksi di masing-masing kabupaten/kota berbeda. Lima kabupaten/kota dengan IKK tertinggi di tahun 2013 adalah Kabupaten Toraja Utara, diikuti Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Luwu, dan Kabupaten Luwu Timur. Gambar 5. Peta IKK Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan, 2013 Sumber: Badan Pusat Statistik INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 59

ANALISIS IKK BAB IV Jika dibandingkan kabupaten/kota di daerah Luwu Raya, IKK tertinggi ada di Kabupaten Luwu, diikuti Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu Utara, dan Kota Palopo, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 6. Perbandingan IKK Kabupaten/Kota di Daerah Sekitar Luwu, 2013 Palopo 81,52 Luwu Timur 100,37 Luwu Utara 96,04 Luwu 101,37 0 20 40 60 80 100 120 Sumber: Badan Pusat Statistik Secara proxy geografis, Kabupaten Luwu memiliki kondisi geografis yang berbatasan dengan Kota Palopo, dimana barang bangunan yang datang dari Kota Makassar masuk terlebih dahulu ke gudang di Kota Palopo. Dari situ baru didistribusikan ke toko-toko bahan bangunan di Kabupaten Luwu. Selain dari itu, terdapat beberapa bahan bangunan yang didatangkan langsung dari Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu Utara. Hal ini yang menyebabkan biaya yang diperlukan untuk membangun suatu bangunan/konstruksi di Kabupaten Luwu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota di sekitarnya. 60 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB IV ANALISIS IKK Paket Komoditas dapat dikategorikan menjadi barang alam/natural seperti pasir, batu, papan, balok, batu split, dan barang pabrikan seperti tripleks, cat, aspal, kaca, dan sebagainya. Dilihat dari rata-rata harga di Provinsi Sulawesi Selatan, harga barang natural di Kabupaten Luwu relatif lebih murah dibandingkan kabupaten/kota di sekitarnya dan rata-rata kabupaten/kota se-provinsi Sulawesi Selatan. Lain halnya dengan barang pabrikan yang relatif lebih mahal. Selain itu, sewa alat dan upah jasa konstruksi di Kabupaten Luwu juga lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata provinsi. Dari paparan di atas mengenai perbandingan harga, sarana pengangkutan, dan kondisi geografisnya, maka didapatkan penjelasan sebagai berikut: i. Kabupaten Luwu mendapatkan sebagian besar bahan bangunan/konstruksi langsung dari Kota Palopo yang menjadi tempat pemberhentian utama (gudang) dari Kota Makassar, dengan menggunakan akses jalan raya dan pelabuhan yang terdapat di Kota Palopo. ii. Kota Palopo menjadi tempat persinggahan utama barang bangunan/konstruksi yang dikirim dari Kota Makassar, untuk seterusnya barang tersebut didistribusikan ke Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, dan Kabupaten Luwu Timur. iii. Sebagian bahan bangunan yang ada di Kabupaten Luwu juga didatangkan langsung dari Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu Utara. Berdasarkan kondisi arus barang bangunan/konstruksi dari keempat kabupaten/kota tersebut, dapat dikatakan bahwa hampir semua distributor di INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 61

ANALISIS IKK BAB IV Kabupaten Luwu mengambil bahan bangunan/konstruksi utamanya dari Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, dan Kabupaten Luwu Timur. Sehingga, berdasarkan peringkat IKK, Kabupaten Luwu menempati urutan pertama dari empat kabupaten/kota yang ada di daerah sekitar Luwu. Untuk skala nasional, jika dibandingkan dengan 491 kabupaten/kota di Indonesia di tahun 2013, IKK Kabupaten Luwu menempati urutan 199. Nilai IKK terendah untuk adalah Kabupaten Lombok Utara dengan nilai 70,46 dan IKK tertinggi ada di Kabupaten Puncak dengan nilai 461,52. Kabupaten Jember tidak lagi menduduki peringkat terendah IKK. Besar upah di Kabupaten Jember ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Lombok Utara, sehingga perbedaan upah menyebabkan pergeseran peringkat IKK. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bagian lampiran buku ini. Sementara itu, IKK Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 menduduki peringkat 30 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia dengan nilai IKK sebesar 85,89. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Provinsi Sulawesi Selatan berubah dari peringkat 26 ke peringkat 30 dengan nilai IKK tahun 2012 sebesar 86,51. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bagian lampiran buku ini. Berikut ditampilkan gambar peta tematik IKK tahun 2013 seluruh provinsi di Indonesia. 62 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB IV ANALISIS IKK Gambar 7. Peta IKK Provinsi di Indonesia, 2013 Sumber: Badan Pusat Statistik Pada hakikatnya, IKK merupakan pendekatan untuk menggambarkan tingkat kesulitan geografis melalui Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) yang diwakilkan oleh harga barang-barang konstruksi, harga sewa alat berat, dan besarnya upah buruh konstruksi. IKK merupakan satu variable yang masuk dalam kelompok kebutuhan fiskal dan menjadi faktor penambah yang mempunyai bobot cukup besar dalam penghitungan DAU. Di satu sisi, tingginya angka IKK mempunyai keuntungan bagi suatu kabupaten/kota dalam penentuan besarnya dana DAU yang akan diterima. Namun di sisi lain, tingginya angka IKK suatu kabupaten/kota mencerminkan bahwa daerah tersebut relatif lebih sulit dijangkau. Hal ini bisa disebabkan INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 63

ANALISIS IKK BAB IV oleh letak geografis atau bisa juga disebabkan oleh karena minimnya infrastruktur dan fasilitas transportasi yang kurang memadai hingga mengakibatkan harga barang-barang di daerah tersebut menjadi lebih mahal dibandingkan daerah lain, khususnya barang bangunan/konstruksi. Akhirnya, angka IKK bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi jika angka IKK tinggi akan menguntungkan dalam hal penerimaan DAU bagi kabupaten/kota. Di sisi lain, jika dari tahun ke tahun urutan/peringkat IKK tidak berubah bahkan cenderung naik dibandingkan kabupaten/kota lain tingkat provinsi maupun tingkat nasional, menunjukkan bahwa kabupaten/kota tersebut tertinggal dibandingkan kabupaten/kota lain dalam hal pembangunan infrastruktur serta perbaikan sarana dan prasarana transportasi yang mengakibatkan TKK di daerah tersebut masih tetap tinggi. 64 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

BAB V PENUTUP

Tahun 2012, Kabupaten Luwu menjadi wilayah dengan IKK termahal dari 4 kabupaten/kota di daerah Luwu Raya, urutan tertinggi ke-5 untuk 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, dan urutan ke-218 termahal dari 491 kabupaten/kota di Indonesia.

BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penyusunan publikasi IKK ini adalah sebagai berikut: i. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) merupakan salah satu variabel yang digunakan dalam penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 33 tahun 2004. ii. IKK pertama kali dihitung BPS pada tahun 2003 atas permintaan Departemen Keuangan untuk keperluan penghitungan DAU 2004 kemudian dilanjutkan sampai sekarang. iii. IKK digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitan geografis suatu daerah, semakin sulit letak geografis suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat harga di daerah tersebut. iv. IKK merupakan spatial index, hanya digunakan untuk membandingkan antar wilayah, bukan perbandingan antar waktu. v. Setelah dilakukan penghitungan untuk tahun 2013 Kabupaten Luwu menjadi wilayah dengan IKK termahal dari 4 kabupaten/kota di daerah sekitar Luwu, urutan tertinggi ke-4 untuk 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, dan urutan ke-199 termahal dari 491 kabupaten/kota di Indonesia. INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 67

PENUTUPBAB V 68 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN

Pada bagian lampiran ini terlampir 6 (enam) tabel pokok mengenai penghitungan dan analisis IKK Kabupaten Luwu.

LAMPIRAN Tabel 1. Panjang Jalan Menurut Kondisi dan Status Jalan Di Kabupaten Luwu (Km), 2012 2013 KONDISI JALAN Road Condition (1) STATUS JALAN Road State JALAN NEGARA JALAN PROPINSI State Road Province Road JALAN KAB/ KOTA Regency Road 2012 2013 2012 2013 2012 2013 (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Baik/ Good 115,50 115,50 16,00-412,55 445,36 2. Sedang/ Fairly Good - - 16,00 8,13 447,53 492,18 3. Rusak/ Damaged - - - 0,86 509,34 548,27 4. Rusak Berat - - - 23,01 193,45 232,52 JUMLAH/ Total 115,50 115,50 32,00 32,00 1.562,87 1.718,33 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu (Kabupaten Luwu Dalam Angka 2014) INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 71

LAMPIRAN Tabel 2. IKK Seluruh Provinsi di Indonesia Beserta Peringkatnya, 2010 2013 2010 2011 2012 2013 KODE PROVINSI IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 11 ACEH 92,45 13 92,56 15 91,23 20 91,61 22 12 SUMATERA UTARA 86,20 24 87,59 22 92,49 18 95,92 16 13 SUMATERA BARAT 85,24 27 83,84 29 88,16 23 88,72 26 14 RIAU 96,93 10 94,34 13 100,82 9 101,28 7 15 JAMBI 89,31 20 90,99 16 96,25 14 96,97 14 16 SUMATERA SELATAN 87,13 23 87,93 21 94,42 16 95,29 17 17 BENGKULU 87,83 21 89,52 20 87,47 24 94,98 18 18 LAMPUNG 83,93 30 86,74 24 89,85 22 89,79 23 19 KEP. BANGKA BELITUNG 95,33 12 100,90 7 104,30 8 99,59 12 21 KEPULAUAN RIAU 101,61 5 101,05 6 109,81 3 109,42 4 31 DKI JAKARTA 90,02 18 97,15 11 93,89 17 100,00 10 32 JAWA BARAT 85,04 28 85,62 25 83,11 28 89,10 25 33 JAWA TENGAH 83,44 32 83,79 30 79,54 31 85,38 31 34 DI YOGYAKARTA 83,67 31 79,48 33 75,79 33 86,52 28 35 JAWA TIMUR 83,36 33 81,72 32 81,14 30 85,94 29 36 BANTEN 84,00 29 83,14 31 87,28 25 89,25 24 51 BALI 85,53 26 84,82 27 91,15 21 93,02 20 52 NUSA TENGGARA BARAT 87,20 22 84,66 28 78,68 32 80,01 33 53 NUSA TENGGARA TIMUR 97,38 9 94,29 14 85,73 27 87,67 27 61 KALIMANTAN BARAT 96,61 11 98,63 9 108,26 6 107,38 5 62 KALIMANTAN TENGAH 100,83 6 100,79 8 106,03 7 100,29 9 63 KALIMANTAN SELATAN 90,46 17 89,83 19 97,72 12 97,88 13 64 KALIMANTAN TIMUR 100,00 7 103,57 5 108,46 5 100,00 11 71 SULAWESI UTARA 98,63 8 98,14 10 100,46 11 103,00 6 72 SULAWESI TENGAH 90,81 15 86,99 23 81,72 29 84,60 32 73 SULAWESI SELATAN 85,99 25 85,25 26 86,51 26 85,89 30 74 SULAWESI TENGGARA 92,17 14 96,98 12 96,74 13 96,42 15 75 GORONTALO 90,74 16 90,61 17 92,10 19 93,18 19 76 SULAWESI BARAT 89,90 19 90,06 18 95,53 15 91,96 21 81 MALUKU 110,00 4 106,61 4 100,52 10 101,02 8 82 MALUKU UTARA 110,43 3 111,42 3 108,58 4 115,12 3 91 PAPUA BARAT 142,98 2 148,13 2 149,15 2 121,01 2 94 PAPUA 210,10 1 212,05 1 242,63 1 188,70 1 Sumber: Badan Pusat Statistik 72 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN Tabel 3. IKK Seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia Beserta Peringkatnya, 2010 2013 KODE PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2010 2011 2012 2013 IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) 1101 ACEH KAB SIMEULUE 116,28 48 118,86 47 112,60 105 107,42 130 1102 ACEH KAB ACEH SINGKIL 100,65 122 100,63 135 95,20 267 103,76 159 1103 ACEH KAB ACEH SELATAN 90,66 257 91,52 274 89,43 359 90,34 379 1104 ACEH KAB ACEH TENGGARA 92,50 225 93,13 247 91,26 335 93,74 322 1105 ACEH KAB ACEH TIMUR 95,86 174 95,89 198 99,55 219 101,41 197 1106 ACEH KAB ACEH TENGAH 91,11 243 92,93 252 96,07 258 102,99 173 1107 ACEH KAB ACEH BARAT 89,47 276 90,84 289 103,43 183 100,87 204 1108 ACEH KAB ACEH BESAR 89,19 277 89,82 314 91,28 334 92,07 350 1109 ACEH KAB PIDIE 87,96 304 89,54 319 96,51 251 92,74 340 1110 ACEH KAB BIREUEN 93,43 208 97,64 168 98,39 234 102,63 179 1111 ACEH KAB ACEH UTARA 98,39 148 102,45 115 106,21 150 107,88 127 1112 ACEH KAB ACEH BARAT DAYA 95,23 189 94,82 213 92,92 302 99,81 219 1113 ACEH KAB GAYO LUES 100,40 124 98,07 163 103,96 173 91,55 357 1114 ACEH KAB ACEH TAMIANG 93,70 203 97,74 167 95,86 260 95,94 279 1115 ACEH KAB NAGAN RAYA 89,88 268 92,04 267 105,63 158 124,26 65 1116 ACEH KAB ACEH JAYA 93,05 216 96,92 178 92,78 305 97,49 260 1117 ACEH KAB BENER MERIAH 98,51 145 98,38 159 92,73 306 99,16 230 1118 ACEH KAB PIDIE JAYA 88,72 291 92,88 253 95,02 271 95,75 285 1171 ACEH KOTA BANDA ACEH 86,66 354 89,38 322 102,79 192 99,11 233 1172 ACEH KOTA SABANG 101,23 117 99,12 154 103,48 180 97,59 258 1173 ACEH KOTA KOTA LANGSA 95,42 184 97,86 164 96,33 256 90,56 372 1174 ACEH KOTA LHOKSEUMAWE 98,37 149 102,19 118 104,57 166 105,41 146 1175 ACEH KOTA SUBULUSSALAM 93,29 212 94,27 227 81,17 454 75,82 482 1201 SUMATERA UTARA KAB NIAS 98,90 142 96,05 195 89,95 351 86,27 422 1202 SUMATERA UTARA KAB MANDAILING NATAL 86,58 355 88,76 337 98,51 231 98,14 248 1203 SUMATERA UTARA KAB TAPANULI SELATAN 87,75 313 93,95 233 106,71 144 107,99 124 1204 SUMATERA UTARA KAB TAPANULI TENGAH 85,05 407 88,39 341 97,36 241 91,96 351 1205 SUMATERA UTARA KAB TAPANULI UTARA 85,79 375 88,29 343 103,58 178 94,90 298 1206 SUMATERA UTARA KAB TOBA SAMOSIR 88,37 295 94,53 220 85,53 409 118,84 79 1207 SUMATERA UTARA KAB LABUHAN BATU 86,87 345 92,88 254 95,86 261 89,46 392 1208 SUMATERA UTARA KAB ASAHAN 83,84 444 87,31 369 107,92 135 98,95 236 1209 SUMATERA UTARA KAB SIMALUNGUN 83,33 460 86,11 402 86,50 399 96,39 274 1210 SUMATERA UTARA KAB DAIRI 85,62 380 87,28 370 91,11 337 75,91 481 1211 SUMATERA UTARA KAB KARO 85,46 386 87,16 372 95,31 265 98,82 237 1212 SUMATERA UTARA KAB DELI SERDANG 81,05 491 85,27 419 102,47 195 107,17 132 1213 SUMATERA UTARA KAB LANGKAT 81,70 484 84,46 431 93,13 300 74,38 486 1214 SUMATERA UTARA KAB NIAS SELATAN 109,54 64 112,96 59 122,03 73 105,77 142 1215 SUMATERA UTARA KAB HUMBANG HASUNDUTAN 84,46 429 88,12 349 99,52 220 102,87 174 1216 SUMATERA UTARA KAB PAKPAK BHARAT 87,94 305 89,82 313 101,42 204 111,83 101 1217 SUMATERA UTARA KAB SAMOSIR 89,17 278 93,02 248 105,65 157 127,71 59 1218 SUMATERA UTARA KAB SERDANG BEDAGAI 82,76 470 85,29 417 93,23 298 95,48 289 1219 SUMATERA UTARA KAB BATU BARA 85,88 374 87,77 356 94,15 286 96,28 276 1220 SUMATERA UTARA KAB PADANG LAWAS UTARA 87,62 318 92,10 265 90,80 342 75,94 480 1221 SUMATERA UTARA KAB PADANG LAWAS 87,81 309 93,18 246 83,96 428 77,18 476 1222 SUMATERA UTARA KAB LABUHAN BATU UTARA 87,28 330 92,86 255 94,68 278 93,56 325 1223 SUMATERA UTARA KAB LABUHAN BATU SELATAN 86,36 362 91,93 270 120,92 77 129,12 57 1224 SUMATERA UTARA KAB NIAS UTARA 88,97 287 103,07 112 95,58 262 124,29 64 1225 SUMATERA UTARA KAB NIAS BARAT 86,33 363 101,86 121 97,42 239 99,01 235 1271 SUMATERA UTARA KOTA SIBOLGA 84,20 433 93,20 245 101,16 206 99,75 220 1272 SUMATERA UTARA KOTA TANJUNGBALAI 83,46 456 87,99 350 108,10 134 94,89 300 1273 SUMATERA UTARA KOTA PEMATANG SIANTAR 84,14 439 86,51 389 103,35 184 88,69 399 1274 SUMATERA UTARA KOTA TEBING TINGGI 81,43 488 85,77 409 108,74 127 90,58 371 1275 SUMATERA UTARA KOTA MEDAN 89,16 279 87,27 371 93,92 290 90,60 370 1276 SUMATERA UTARA KOTA BINJAI 105,28 79 86,29 398 93,77 292 94,73 303 1277 SUMATERA UTARA KOTA PADANGSIDIMPUAN 104,31 84 88,91 330 102,79 193 110,91 105 1278 SUMATERA UTARA KOTA GUNUNG SITOLI 89,51 274 91,71 272 96,05 259 94,22 312 1301 SUMATERA BARAT KAB KEPULAUAN MENTAWAI 111,73 57 112,88 60 176,09 27 187,76 22 1302 SUMATERA BARAT KAB PESISIR SELATAN 92,00 231 91,10 284 94,74 274 95,23 293 1303 SUMATERA BARAT KAB SOLOK 85,38 391 87,10 374 85,45 411 91,63 356 1304 SUMATERA BARAT KAB SWL/SIJUNJUNG 87,47 323 85,82 408 96,54 249 101,39 198 1305 SUMATERA BARAT KAB TANAH DATAR 84,68 421 86,23 400 88,11 373 95,16 295 1306 SUMATERA BARAT KAB PADANG PARIAMAN 84,95 412 86,39 395 91,72 326 102,49 182 1307 SUMATERA BARAT KAB AGAM 88,34 297 92,31 262 98,68 228 97,44 261 1308 SUMATERA BARAT KAB LIMA PULUH KOTA 85,42 388 84,22 440 94,51 283 96,41 273 1309 SUMATERA BARAT KAB PASAMAN 85,76 376 85,60 413 86,71 396 98,37 244 1310 SUMATERA BARAT KAB SOLOK SELATAN 85,97 369 84,13 444 80,92 456 98,05 249 1311 SUMATERA BARAT KAB DHARMASRAYA 86,82 348 83,51 456 86,78 394 94,00 317 1312 SUMATERA BARAT KAB PASAMAN BARAT 90,63 260 90,02 307 92,99 301 95,18 294 1371 SUMATERA BARAT KOTA PADANG 82,83 469 84,10 445 104,82 164 101,94 189 1372 SUMATERA BARAT KOTA SOLOK 85,08 406 84,42 433 91,41 333 99,56 226 1373 SUMATERA BARAT KOTA SAWAH LUNTO 85,47 385 83,86 451 80,56 460 93,49 328 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 73

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 3. KODE PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2010 2011 2012 2013 IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) 1374 SUMATERA BARAT KOTA PADANG PANJANG 86,02 368 84,75 428 87,05 391 98,32 245 1375 SUMATERA BARAT KOTA BUKITTINGGI 86,93 341 88,83 335 94,71 276 100,28 213 1376 SUMATERA BARAT KOTA PAYAKUMBUH 84,90 414 84,86 427 88,71 368 98,05 250 1377 SUMATERA BARAT KOTA PARIAMAN 83,21 466 82,90 468 89,82 354 95,70 286 1401 R I A U KAB KUANTAN SINGINGI 95,39 185 96,25 190 94,52 282 94,48 306 1402 R I A U KAB INDRAGIRI HULU 98,49 146 100,14 143 105,96 153 104,77 154 1403 R I A U KAB INDRAGIRI HILIR 102,86 97 97,17 173 108,29 131 105,73 144 1404 R I A U KAB PELALAWAN 93,26 213 93,70 235 95,18 268 100,56 206 1405 R I A U KAB SIAK 102,12 102 100,22 142 110,33 116 114,84 86 1406 R I A U KAB KAMPAR 94,94 193 94,30 226 95,34 264 99,16 231 1407 R I A U KAB ROKAN HULU 95,61 179 94,78 216 102,04 199 98,82 238 1408 R I A U KAB BENGKALIS 103,17 91 97,54 170 114,94 94 128,58 58 1409 R I A U KAB ROKAN HILIR 102,87 96 101,42 124 121,75 74 117,79 82 1410 R I A U KAB KEPULAUAN MERANTI 92,84 219 103,92 105 127,23 61 127,46 60 1471 R I A U KOTA PEKANBARU 102,68 99 96,41 189 114,68 95 111,86 99 1473 R I A U KOTA DUMAI 108,75 68 101,98 120 114,18 97 98,01 251 1501 J A M B I KAB KERINCI 91,43 238 95,44 208 101,06 207 97,67 257 1502 J A M B I KAB MERANGIN 91,71 233 99,05 155 93,35 296 89,66 388 1503 J A M B I KAB SAROLANGUN 93,61 204 97,10 175 99,99 216 101,85 190 1504 J A M B I KAB BATANG HARI 91,50 237 94,40 223 112,81 103 95,26 291 1505 J A M B I KAB MUARO JAMBI 90,47 262 90,72 292 111,42 110 84,10 441 1506 J A M B I KAB TANJUNG JABUNG TIMUR 95,88 173 98,18 161 119,75 79 103,43 166 1507 J A M B I KAB TANJUNG JABUNG BARAT 96,07 170 95,54 207 120,67 78 120,86 73 1508 J A M B I KAB TEBO 92,37 228 96,78 182 94,32 285 94,89 301 1509 J A M B I KAB BUNGO 89,58 271 91,41 277 95,16 269 99,89 218 1571 J A M B I KOTA JAMBI 87,75 310 90,83 290 107,56 141 99,12 232 1572 J A M B I KOTA SUNGAI PENUH 91,01 247 93,25 244 105,55 160 87,97 409 1601 SUMATERA SELATAN KAB OGAN KOMERING ULU 84,88 418 88,79 336 91,80 324 91,18 362 1602 SUMATERA SELATAN KAB OGAN KOMERING ILIR 90,49 261 96,72 184 92,26 316 93,12 335 1603 SUMATERA SELATAN KAB MUARA ENIM 86,46 358 87,37 367 98,65 229 99,20 228 1604 SUMATERA SELATAN KAB LAHAT 91,62 236 94,32 225 85,77 404 98,65 239 1605 SUMATERA SELATAN KAB MUSI RAWAS 92,49 226 94,25 228 101,31 205 106,45 136 1606 SUMATERA SELATAN KAB MUSI BANYUASIN 94,32 199 99,17 152 144,95 35 106,36 140 1607 SUMATERA SELATAN KAB BANYU ASIN 100,58 123 100,59 136 127,91 57 111,91 98 1608 SUMATERA SELATAN KAB OKU SELATAN 85,32 395 86,48 390 90,67 344 87,95 410 1609 SUMATERA SELATAN KAB OKU TIMUR 87,65 315 86,56 387 87,48 383 90,46 374 1610 SUMATERA SELATAN KAB OGAN ILIR 88,29 298 94,00 232 109,87 119 106,65 134 1611 SUMATERA SELATAN KAB EMPAT LAWANG 86,78 350 88,65 340 85,16 414 101,19 201 1671 SUMATERA SELATAN KOTA PALEMBANG 86,53 356 85,28 418 105,71 156 103,09 172 1672 SUMATERA SELATAN KOTA PRABUMULIH 91,24 241 94,89 212 106,17 151 102,21 185 1673 SUMATERA SELATAN KOTA PAGAR ALAM 92,88 218 91,33 279 104,36 167 109,69 115 1674 SUMATERA SELATAN KOTA LUBUKLINGGAU 87,86 306 92,16 264 100,55 212 94,28 311 1701 BENGKULU KAB BENGKULU SELATAN 90,68 256 97,85 165 92,32 314 94,44 307 1702 BENGKULU KAB REJANG LEBONG 89,02 286 92,84 256 86,90 393 90,67 369 1703 BENGKULU KAB BENGKULU UTARA 89,61 270 92,49 260 91,03 340 93,46 329 1704 BENGKULU KAB KAUR 94,07 200 99,13 153 90,97 341 100,50 208 1705 BENGKULU KAB SELUMA 89,47 275 92,95 250 96,48 254 101,78 191 1706 BENGKULU KAB MUKOMUKO 91,70 234 93,61 237 97,42 240 110,67 106 1707 BENGKULU KAB LEBONG 90,72 255 91,52 275 92,68 307 99,23 227 1708 BENGKULU KAB KEPAHIANG 91,07 245 94,35 224 90,02 350 102,85 175 1709 BENGKULU KAB BENGKULU TENGAH 88,46 294 90,94 285 96,53 250 104,49 156 1771 BENGKULU KOTA BENGKULU 88,08 303 86,86 376 96,44 255 100,93 203 1801 LAMPUNG KAB LAMPUNG BARAT 89,55 272 96,05 194 105,02 162 99,97 216 1802 LAMPUNG KAB TANGGAMUS 87,63 317 93,59 239 97,27 242 100,43 209 1803 LAMPUNG KAB LAMPUNG SELATAN 87,21 334 89,02 328 92,35 312 90,75 365 1804 LAMPUNG KAB LAMPUNG TIMUR 87,54 320 90,12 303 92,82 304 93,04 337 1805 LAMPUNG KAB LAMPUNG TENGAH 87,46 325 90,87 288 93,22 299 90,39 375 1806 LAMPUNG KAB LAMPUNG UTARA 87,51 321 90,40 296 97,69 237 91,48 358 1807 LAMPUNG KAB WAY KANAN 87,83 308 91,98 269 100,19 215 96,09 277 1808 LAMPUNG KAB TULANG BAWANG 90,84 251 94,14 231 103,11 188 101,60 194 1809 LAMPUNG KAB PESAWARAN 86,94 340 90,03 305 87,54 382 94,36 308 1810 LAMPUNG KAB PRINGSEWU 85,38 390 91,75 271 92,33 313 85,94 427 1811 LAMPUNG KAB MESUJI 85,04 409 94,43 222 111,53 108 120,84 74 1812 LAMPUNG KAB TULANG BAWANG BARAT 87,47 324 90,88 287 105,58 159 106,43 138 1871 LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG 92,55 223 90,02 306 96,18 257 97,00 268 1872 LAMPUNG KOTA METRO 89,08 282 86,73 382 92,02 320 96,37 275 1901 KEP. BANGKA BELITUNG KAB BANGKA 94,42 198 101,71 123 110,79 114 103,28 169 1902 KEP. BANGKA BELITUNG KAB BELITUNG 100,11 126 104,91 98 104,67 165 107,52 128 1903 KEP. BANGKA BELITUNG KAB BANGKA BARAT 99,65 131 106,58 90 111,65 107 112,75 96 1904 KEP. BANGKA BELITUNG KAB BANGKA TENGAH 97,34 155 105,32 97 117,15 87 105,07 150 1905 KEP. BANGKA BELITUNG KAB BANGKA SELATAN 101,20 118 108,60 77 111,47 109 108,30 121 74 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 3. KODE PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2010 2011 2012 2013 IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) 1906 KEP. BANGKA BELITUNG KAB BELITUNG TIMUR 101,79 107 109,67 71 122,12 72 103,63 162 1971 KEP. BANGKA BELITUNG KOTA PANGKAL PINANG 92,60 221 100,57 137 108,13 133 104,07 158 2101 KEPULAUAN RIAU KAB KARIMUN 102,76 98 99,55 149 101,57 203 95,79 283 2102 KEPULAUAN RIAU KAB BINTAN 101,92 105 99,87 147 103,18 187 102,63 180 2103 KEPULAUAN RIAU KAB NATUNA 110,98 60 116,38 52 138,09 43 131,85 51 2104 KEPULAUAN RIAU KAB LINGGA 103,14 92 103,46 110 111,19 111 108,59 118 2105 KEPULAUAN RIAU KAB KEP. ANAMBAS 110,74 61 112,03 62 157,87 29 143,36 41 2171 KEPULAUAN RIAU KOTA BATAM 101,86 106 104,22 102 121,03 76 110,32 110 2172 KEPULAUAN RIAU KOTA TANJUNG PINANG 100,83 120 100,55 138 104,34 169 100,30 212 3201 JAWA BARAT KAB BOGOR 87,20 335 94,52 221 103,75 176 106,13 141 3202 JAWA BARAT KAB SUKABUMI 86,79 349 89,81 315 86,72 395 87,93 411 3203 JAWA BARAT KAB CIANJUR 83,58 453 84,38 436 78,02 476 74,44 485 3204 JAWA BARAT KAB BANDUNG 82,75 471 81,87 477 97,22 243 109,75 113 3205 JAWA BARAT KAB GARUT 84,05 440 84,28 439 81,31 448 82,74 448 3206 JAWA BARAT KAB TASIKMALAYA 82,52 476 82,04 475 80,08 466 89,10 396 3207 JAWA BARAT KAB CIAMIS 86,21 365 86,83 378 84,90 418 96,69 270 3208 JAWA BARAT KAB KUNINGAN 87,64 316 89,41 321 77,69 477 90,36 378 3209 JAWA BARAT KAB CIREBON 84,94 413 86,78 380 90,61 345 90,38 376 3210 JAWA BARAT KAB MAJALENGKA 83,88 443 87,58 364 76,58 480 82,08 453 3211 JAWA BARAT KAB SUMEDANG 83,48 455 84,15 443 90,46 347 85,07 437 3212 JAWA BARAT KAB INDRAMAYU 89,08 281 90,34 297 71,07 490 97,09 266 3213 JAWA BARAT KAB SUBANG 84,79 419 85,69 410 77,20 478 93,16 333 3214 JAWA BARAT KAB PURWAKARTA 82,50 477 81,31 481 84,93 417 81,34 459 3215 JAWA BARAT KAB KARAWANG 85,75 378 89,25 325 96,90 246 97,96 253 3216 JAWA BARAT KAB BEKASI 88,28 299 95,75 203 94,62 280 106,48 135 3217 JAWA BARAT KAB BANDUNG BARAT 83,59 452 85,26 420 89,95 352 88,12 405 3271 JAWA BARAT KOTA BOGOR 85,97 370 89,05 326 101,95 200 91,24 360 3272 JAWA BARAT KOTA SUKABUMI 88,27 300 88,24 346 88,31 371 83,97 442 3273 JAWA BARAT KOTA BANDUNG 84,01 441 85,23 421 83,84 430 89,18 395 3274 JAWA BARAT KOTA CIREBON 85,25 397 85,57 414 76,45 481 88,53 400 3275 JAWA BARAT KOTA BEKASI 88,51 292 94,19 230 98,43 232 100,55 207 3276 JAWA BARAT KOTA DEPOK 86,69 353 91,32 281 99,50 221 97,03 267 3277 JAWA BARAT KOTA KOTA CIMAHI 87,12 337 90,08 304 82,14 444 86,27 423 3278 JAWA BARAT KOTA KOTA TASIKMALAYA 83,81 447 83,67 454 75,95 482 85,40 434 3279 JAWA BARAT KOTA BANJAR 84,89 417 85,11 423 88,48 369 85,47 431 3301 JAWA TENGAH KAB CILACAP 84,50 427 84,39 435 88,02 375 89,43 393 3302 JAWA TENGAH KAB BANYUMAS 83,82 446 83,95 449 79,19 470 83,01 447 3303 JAWA TENGAH KAB PURBALINGGA 84,23 431 85,86 407 84,59 425 78,36 473 3304 JAWA TENGAH KAB BANJARNEGARA 83,96 442 81,75 479 78,56 473 80,17 466 3305 JAWA TENGAH KAB KEBUMEN 85,22 401 87,00 375 87,47 384 81,96 455 3306 JAWA TENGAH KAB PURWOREJO 83,14 468 80,17 485 80,57 459 86,20 424 3307 JAWA TENGAH KAB WONOSOBO 85,02 410 86,85 377 91,06 338 87,75 415 3308 JAWA TENGAH KAB MAGELANG 85,21 402 86,72 383 75,18 485 79,49 468 3309 JAWA TENGAH KAB BOYOLALI 84,65 425 84,40 434 79,15 471 88,51 401 3310 JAWA TENGAH KAB KLATEN 85,36 392 87,34 368 78,27 475 83,73 443 3311 JAWA TENGAH KAB SUKOHARJO 84,19 434 82,93 467 79,73 468 90,95 363 3312 JAWA TENGAH KAB WONOGIRI 86,18 366 89,34 324 74,95 486 84,65 438 3313 JAWA TENGAH KAB KARANGANYAR 84,66 423 86,34 397 81,12 455 73,42 487 3314 JAWA TENGAH KAB SRAGEN 83,15 467 83,91 450 82,70 438 93,17 332 3315 JAWA TENGAH KAB GROBOGAN 87,43 327 90,15 302 89,48 358 89,62 390 3316 JAWA TENGAH KAB BLORA 89,07 284 92,02 268 84,67 424 85,35 435 3317 JAWA TENGAH KAB REMBANG 86,85 347 89,94 308 86,62 397 97,32 264 3318 JAWA TENGAH KAB PATI 85,96 371 89,53 320 91,88 322 93,93 318 3319 JAWA TENGAH KAB KUDUS 86,75 351 89,56 318 88,07 374 89,00 397 3320 JAWA TENGAH KAB JEPARA 85,92 373 89,36 323 96,57 247 99,58 224 3321 JAWA TENGAH KAB DEMAK 85,25 398 87,60 363 87,43 385 88,80 398 3322 JAWA TENGAH KAB SEMARANG 85,22 400 87,53 365 85,10 415 90,00 384 3323 JAWA TENGAH KAB TEMANGGUNG 85,93 372 88,90 332 83,22 434 87,26 419 3324 JAWA TENGAH KAB KENDAL 87,83 307 91,11 283 81,31 449 82,58 451 3325 JAWA TENGAH KAB BATANG 86,43 359 89,83 311 81,21 451 71,72 490 3326 JAWA TENGAH KAB PEKALONGAN 85,13 404 86,66 385 89,16 363 87,32 418 3327 JAWA TENGAH KAB PEMALANG 86,41 360 90,68 293 84,23 426 86,19 425 3328 JAWA TENGAH KAB TEGAL 85,41 389 87,82 355 74,29 487 78,23 475 3329 JAWA TENGAH KAB BREBES 85,75 377 88,17 347 88,02 376 89,91 385 3371 JAWA TENGAH KOTA MAGELANG 85,47 384 87,77 357 85,37 412 90,04 383 3372 JAWA TENGAH KOTA SURAKARTA 84,69 420 86,42 392 84,73 421 89,73 386 3373 JAWA TENGAH KOTA SALATIGA 85,69 379 88,74 338 82,13 446 92,08 349 3374 JAWA TENGAH KOTA SEMARANG 81,24 490 81,21 482 83,15 435 88,04 406 3375 JAWA TENGAH KOTA PEKALONGAN 85,04 408 86,80 379 87,76 380 85,46 432 3376 JAWA TENGAH KOTA TEGAL 85,53 382 88,91 331 83,36 433 76,31 478 3401 DI YOGYAKARTA KAB KULON PROGO 85,18 403 81,75 478 80,15 465 77,08 477 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 75

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 3. KODE PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2010 2011 2012 2013 IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) 3402 DI YOGYAKARTA KAB BANTUL 85,28 396 82,61 469 83,88 429 83,33 444 3403 DI YOGYAKARTA KAB GUNUNG KIDUL 89,07 283 85,01 425 90,32 349 90,22 382 3404 DI YOGYAKARTA KAB SLEMAN 85,24 399 83,04 464 79,71 469 78,95 469 3471 DI YOGYAKARTA KOTA YOGYAKARTA 84,50 428 80,75 484 83,59 432 83,19 445 3501 JAWA TIMUR KAB PACITAN 86,69 352 87,89 352 75,43 484 75,24 483 3502 JAWA TIMUR KAB PONOROGO 85,11 405 86,42 393 85,28 413 97,35 263 3503 JAWA TIMUR KAB TRENGGALEK 87,37 328 88,36 342 82,17 443 94,13 315 3504 JAWA TIMUR KAB TULUNGAGUNG 84,15 437 84,30 437 87,97 379 94,92 297 3505 JAWA TIMUR KAB KAB. BLITAR 83,37 457 83,48 457 81,18 453 75,98 479 3506 JAWA TIMUR KAB KAB. KEDIRI 83,83 445 85,06 424 90,74 343 92,77 339 3507 JAWA TIMUR KAB KAB. MALANG 83,78 448 84,16 442 82,69 439 93,59 324 3508 JAWA TIMUR KAB LUMAJANG 84,90 416 86,76 381 80,78 458 83,03 446 3509 JAWA TIMUR KAB JEMBER 83,32 462 82,95 466 70,58 491 74,97 484 3510 JAWA TIMUR KAB BANYUWANGI 84,15 438 86,04 404 73,20 489 73,20 488 3511 JAWA TIMUR KAB BONDOWOSO 83,35 459 83,37 459 79,14 472 82,61 450 3512 JAWA TIMUR KAB SITUBONDO 83,31 463 83,20 463 78,34 474 94,33 309 3513 JAWA TIMUR KAB KAB. PROBOLINGGO 82,55 474 82,25 474 75,78 483 85,93 428 3514 JAWA TIMUR KAB KAB. PASURUAN 82,68 472 82,59 470 81,51 447 78,26 474 3515 JAWA TIMUR KAB SIDOARJO 85,35 393 89,02 327 86,48 400 88,00 407 3516 JAWA TIMUR KAB KAB. MOJOKERTO 82,43 478 79,48 487 86,11 402 88,26 403 3517 JAWA TIMUR KAB JOMBANG 82,30 480 79,35 488 86,61 398 98,42 243 3518 JAWA TIMUR KAB NGANJUK 82,52 475 81,96 476 89,53 356 93,77 319 3519 JAWA TIMUR KAB KAB. MADIUN 83,31 464 83,27 461 88,93 365 96,43 272 3520 JAWA TIMUR KAB MAGETAN 84,66 424 85,29 416 81,30 450 100,40 210 3521 JAWA TIMUR KAB NGAWI 83,74 450 84,30 438 87,38 386 98,65 240 3522 JAWA TIMUR KAB BOJONEGORO 82,20 483 81,34 480 96,49 252 103,47 165 3523 JAWA TIMUR KAB TUBAN 83,68 451 83,85 452 80,35 464 80,32 465 3524 JAWA TIMUR KAB LAMONGAN 81,67 485 78,69 491 91,13 336 94,09 316 3525 JAWA TIMUR KAB GRESIK 83,27 465 84,59 429 94,05 287 104,15 157 3526 JAWA TIMUR KAB BANGKALAN 91,36 240 90,21 299 89,21 362 93,15 334 3527 JAWA TIMUR KAB SAMPANG 92,30 230 93,01 249 87,98 378 92,82 338 3528 JAWA TIMUR KAB PAMEKASAN 92,52 224 90,16 301 84,73 422 103,73 160 3529 JAWA TIMUR KAB SUMENEP 93,85 201 92,62 257 91,80 325 95,78 284 3571 JAWA TIMUR KOTA KOTA KEDIRI 83,49 454 84,10 446 93,96 288 99,57 225 3572 JAWA TIMUR KOTA KOTA BLITAR 83,37 458 83,38 458 85,50 410 93,07 336 3573 JAWA TIMUR KOTA KOTA MALANG 84,66 422 85,44 415 84,14 427 90,29 380 3574 JAWA TIMUR KOTA KOTA PROBOLINGGO 81,50 487 78,94 490 80,45 462 85,43 433 3575 JAWA TIMUR KOTA KOTA PASURUAN 82,63 473 82,31 473 77,13 479 81,49 458 3576 JAWA TIMUR KOTA KOTA MOJOKERTO 81,65 486 79,05 489 92,90 303 94,49 305 3577 JAWA TIMUR KOTA KOTA MADIUN 83,32 461 82,96 465 94,53 281 97,40 262 3578 JAWA TIMUR KOTA SURABAYA 81,29 489 81,01 483 91,72 327 92,60 342 3579 JAWA TIMUR KOTA BATU 82,29 481 80,09 486 88,00 377 95,08 296 3601 B A N T E N KAB PANDEGLANG 87,26 332 85,64 411 87,33 387 85,52 430 3602 B A N T E N KAB LEBAK 88,35 296 87,68 359 85,65 407 85,21 436 3603 B A N T E N KAB TANGERANG 86,37 361 86,22 401 93,44 294 93,76 320 3604 B A N T E N KAB SERANG 85,56 381 84,97 426 84,79 420 87,93 412 3671 B A N T E N KOTA KOTA TANGERANG 84,20 432 89,00 329 98,40 233 94,90 299 3672 B A N T E N KOTA CILEGON 84,18 435 84,49 430 93,53 293 95,26 292 3673 B A N T E N KOTA KOTA SERANG 84,90 415 84,45 432 92,25 317 90,38 377 3674 B A N T E N KOTA TANGERANG SELATAN 88,09 302 89,63 317 103,50 179 97,75 256 5101 B A L I KAB JEMBRANA 88,95 288 88,88 333 98,85 227 91,26 359 5102 B A L I KAB TABANAN 86,86 346 89,83 312 98,03 236 105,46 145 5103 B A L I KAB BADUNG 88,22 301 88,29 344 94,69 277 89,72 387 5104 B A L I KAB GIANYAR 85,53 383 86,07 403 97,05 244 72,91 489 5105 B A L I KAB KLUNGKUNG 88,49 293 88,26 345 94,47 284 82,40 452 5106 B A L I KAB BANGLI 86,51 357 87,73 358 93,42 295 88,31 402 5107 B A L I KAB KARANGASEM 87,07 338 87,67 360 94,92 272 87,66 416 5108 B A L I KAB BULELENG 90,73 254 91,37 278 113,52 100 101,96 188 5171 B A L I KOTA DENPASAR 85,44 387 86,00 406 98,62 230 99,60 222 5201 NUSA TENGGARA BARAT KAB LOMBOK BARAT 87,29 329 86,37 396 85,55 408 78,49 471 5202 NUSA TENGGARA BARAT KAB LOMBOK TENGAH 90,94 249 87,63 362 80,46 461 78,46 472 5203 NUSA TENGGARA BARAT KAB LOMBOK TIMUR 89,15 280 87,47 366 73,92 488 94,78 302 5204 NUSA TENGGARA BARAT KAB SUMBAWA 91,08 244 87,65 361 80,39 463 78,78 470 5205 NUSA TENGGARA BARAT KAB DOMPU 90,18 264 89,70 316 82,29 442 85,63 429 5206 NUSA TENGGARA BARAT KAB BIMA 88,80 289 89,92 309 84,88 419 87,99 408 5207 NUSA TENGGARA BARAT KAB SUMBAWA BARAT 93,46 205 92,62 258 79,99 467 92,41 344 5208 NUSA TENGGARA BARAT KAB LOMBOK UTARA 86,93 342 86,43 391 80,90 457 70,46 491 5271 NUSA TENGGARA BARAT KOTA MATARAM 86,92 343 84,18 441 88,73 367 103,30 168 5272 NUSA TENGGARA BARAT KOTA KOTA BIMA 87,75 312 88,85 334 89,70 355 82,01 454 5301 NUSA TENGGARA TIMUR KAB SUMBA BARAT 99,27 138 96,44 188 82,96 436 90,28 381 5302 NUSA TENGGARA TIMUR KAB SUMBA TIMUR 99,40 135 96,84 181 88,97 364 86,72 421 76 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 3. KODE PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2010 2011 2012 2013 IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) 5303 NUSA TENGGARA TIMUR KAB KUPANG 97,31 156 93,49 241 85,72 405 87,76 414 5304 NUSA TENGGARA TIMUR KAB TIMOR TENGAH SELATAN 96,99 161 94,58 219 93,80 291 89,32 394 5305 NUSA TENGGARA TIMUR KAB TIMOR TENGAH UTARA 97,09 160 93,46 242 89,24 361 88,24 404 5306 NUSA TENGGARA TIMUR KAB BELU 97,60 153 95,60 206 88,46 370 84,45 439 5307 NUSA TENGGARA TIMUR KAB ALOR 105,51 78 109,03 73 105,02 163 105,75 143 5308 NUSA TENGGARA TIMUR KAB LEMBATA 103,22 90 102,13 119 92,36 311 99,09 234 5309 NUSA TENGGARA TIMUR KAB FLORES TIMUR 102,31 100 100,78 133 91,59 330 107,46 129 5310 NUSA TENGGARA TIMUR KAB SIKKA 98,71 144 96,16 192 90,53 346 92,14 348 5311 NUSA TENGGARA TIMUR KAB ENDE 100,12 125 104,45 100 87,04 392 79,52 467 5312 NUSA TENGGARA TIMUR KAB NGADA 101,92 104 100,47 140 85,70 406 89,63 389 5313 NUSA TENGGARA TIMUR KAB MANGGARAI 101,57 111 100,29 141 103,78 175 113,55 92 5314 NUSA TENGGARA TIMUR KAB ROTE NDAO 98,02 150 95,76 202 115,35 92 91,89 352 5315 NUSA TENGGARA TIMUR KAB MANGGARAI BARAT 99,58 133 96,90 179 82,64 440 102,12 186 5316 NUSA TENGGARA TIMUR KAB SUMBA BARAT DAYA 99,12 139 95,78 201 91,06 339 95,93 280 5317 NUSA TENGGARA TIMUR KAB SUMBA TENGAH 102,88 95 102,27 116 82,14 445 92,56 343 5318 NUSA TENGGARA TIMUR KAB NAGEKEO 102,04 103 100,06 144 89,35 360 98,32 246 5319 NUSA TENGGARA TIMUR KAB MANGGARAI TIMUR 101,44 113 101,29 127 91,54 331 82,70 449 5320 NUSA TENGGARA TIMUR KAB SABU RAIJUA 95,55 181 92,94 251 112,97 101 123,44 67 5371 NUSA TENGGARA TIMUR KOTA KUPANG 96,01 172 90,49 294 104,35 168 109,77 112 6101 KALIMANTAN BARAT KAB SAMBAS 101,24 116 107,02 88 105,48 161 92,69 341 6102 KALIMANTAN BARAT KAB BENGKAYANG 99,74 130 102,77 114 104,18 170 103,14 171 6103 KALIMANTAN BARAT KAB LANDAK 96,43 167 101,13 130 103,96 174 102,28 184 6104 KALIMANTAN BARAT KAB PONTIANAK 96,52 166 101,18 128 104,11 171 97,23 265 6105 KALIMANTAN BARAT KAB SANGGAU 99,40 136 101,74 122 116,96 88 115,84 84 6106 KALIMANTAN BARAT KAB KETAPANG 95,24 188 96,67 185 141,89 38 172,63 29 6107 KALIMANTAN BARAT KAB SINTANG 103,22 88 108,94 76 127,26 60 127,41 61 6108 KALIMANTAN BARAT KAB KAPUAS HULU 109,27 65 115,49 55 128,86 53 129,71 54 6109 KALIMANTAN BARAT KAB SEKADAU 101,65 109 107,80 81 110,47 115 103,32 167 6110 KALIMANTAN BARAT KAB MELAWI 104,64 83 103,67 107 129,71 50 167,10 32 6111 KALIMANTAN BARAT KAB KAYONG UTARA 95,14 192 98,40 158 102,91 190 108,30 122 6112 KALIMANTAN BARAT KAB KUBU RAYA 95,33 187 95,92 197 129,46 51 131,55 52 6171 KALIMANTAN BARAT KOTA PONTIANAK 95,59 180 97,64 169 118,36 84 114,87 85 6172 KALIMANTAN BARAT KOTA SINGKAWANG 95,54 182 100,53 139 118,58 81 111,15 104 6201 KALIMANTAN TENGAH KAB KOTAWARINGIN BARAT 101,32 115 103,04 113 124,52 65 101,59 195 6202 KALIMANTAN TENGAH KAB KOTAWARINGIN TIMUR 99,86 129 101,01 131 115,16 93 114,59 87 6203 KALIMANTAN TENGAH KAB KAPUAS 99,04 140 99,54 150 106,24 148 101,26 200 6204 KALIMANTAN TENGAH KAB BARITO SELATAN 106,95 75 105,83 93 108,84 125 109,89 111 6205 KALIMANTAN TENGAH KAB BARITO UTARA 99,03 141 101,38 125 110,87 112 102,58 181 6206 KALIMANTAN TENGAH KAB SUKAMARA 109,03 66 111,15 65 142,07 37 134,51 48 6207 KALIMANTAN TENGAH KAB LAMANDAU 107,80 72 104,06 103 109,13 124 107,95 126 6208 KALIMANTAN TENGAH KAB SERUYAN 108,19 70 108,33 79 122,56 70 92,30 347 6209 KALIMANTAN TENGAH KAB KATINGAN 98,46 147 101,17 129 108,82 126 108,32 120 6210 KALIMANTAN TENGAH KAB PULANG PISAU 101,35 114 103,55 109 108,43 129 106,45 137 6211 KALIMANTAN TENGAH KAB GUNUNG MAS 107,20 74 111,45 64 126,07 64 113,07 93 6212 KALIMANTAN TENGAH KAB BARITO TIMUR 102,88 94 103,77 106 113,99 98 118,08 81 6213 KALIMANTAN TENGAH KAB MURUNG RAYA 108,03 71 113,59 57 104,06 172 93,20 331 6271 KALIMANTAN TENGAH KOTA PALANGKA RAYA 96,06 171 98,38 160 114,40 96 109,73 114 6301 KALIMANTAN SELATAN KAB TANAH LAUT 92,33 229 94,81 215 96,56 248 95,60 288 6302 KALIMANTAN SELATAN KAB KOTA BARU 97,23 159 97,16 174 102,37 196 105,28 148 6303 KALIMANTAN SELATAN KAB BANJAR 89,89 267 88,72 339 91,88 323 90,72 366 6304 KALIMANTAN SELATAN KAB BARITO KUALA 95,63 178 96,54 186 118,49 82 93,56 326 6305 KALIMANTAN SELATAN KAB TAPIN 90,63 259 94,98 211 100,78 209 101,68 193 6306 KALIMANTAN SELATAN KAB HULU SUNGAI SELATAN 91,90 232 95,73 204 105,97 152 98,01 252 6307 KALIMANTAN SELATAN KAB HULU SUNGAI TENGAH 93,14 215 91,58 273 107,63 138 102,64 177 6308 KALIMANTAN SELATAN KAB HULU SUNGAI UTARA 94,56 196 95,72 205 113,93 99 108,80 117 6309 KALIMANTAN SELATAN KAB TABALONG 96,54 165 96,87 180 116,28 90 120,48 75 6310 KALIMANTAN SELATAN KAB TANAH BUMBU 96,65 164 95,94 196 103,45 182 107,97 125 6311 KALIMANTAN SELATAN KAB BALANGAN 95,65 177 95,82 200 106,99 143 108,25 123 6371 KALIMANTAN SELATAN KOTA BANJARMASIN 87,28 331 87,85 354 107,62 140 106,79 133 6372 KALIMANTAN SELATAN KOTA BANJAR BARU 89,52 273 87,96 351 103,22 186 99,96 217 6401 KALIMANTAN TIMUR KAB PASIR 101,60 110 106,90 89 110,07 117 93,76 321 6402 KALIMANTAN TIMUR KAB KUTAI BARAT 103,22 89 110,03 69 123,65 68 114,30 88 6403 KALIMANTAN TIMUR KAB KUTAI KARTANEGARA 100,81 121 105,48 96 128,00 56 137,60 47 6404 KALIMANTAN TIMUR KAB KUTAI TIMUR 103,81 86 110,51 68 112,85 102 113,56 91 6405 KALIMANTAN TIMUR KAB BERAU 102,96 93 109,78 70 127,48 59 104,79 153 6406 KALIMANTAN TIMUR KAB MALINAU 108,39 69 109,03 74 138,41 42 120,23 76 6407 KALIMANTAN TIMUR KAB BULONGAN 103,75 87 107,32 86 116,00 91 125,40 63 6408 KALIMANTAN TIMUR KAB NUNUKAN 107,70 73 110,52 67 99,19 223 92,38 345 6409 KALIMANTAN TIMUR KAB PENAJAM PASER UTARA 101,50 112 107,47 83 112,55 106 100,94 202 6410 KALIMANTAN TIMUR KAB TANA TIDUNG 104,68 82 110,81 66 126,25 62 189,75 20 6471 KALIMANTAN TIMUR KOTA BALIKPAPAN 101,09 119 106,29 92 118,78 80 121,42 70 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 77

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 3. KODE PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2010 2011 2012 2013 IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) 6472 KALIMANTAN TIMUR KOTA SAMARINDA 100,00 127 103,57 108 108,46 128 100,00 215 6473 KALIMANTAN TIMUR KOTA TARAKAN 104,79 81 109,37 72 118,23 85 111,85 100 6474 KALIMANTAN TIMUR KOTA BONTANG 102,20 101 108,54 78 107,88 136 112,98 94 7101 SULAWESI UTARA KAB BOLAANG MONGONDOW 93,71 202 96,18 191 103,48 181 105,13 149 7102 SULAWESI UTARA KAB MINAHASA 94,72 194 93,54 240 102,28 197 100,13 214 7103 SULAWESI UTARA KAB KEPULAUAN SANGIHE 128,32 42 128,44 42 135,06 45 129,46 56 7104 SULAWESI UTARA KAB KEPULAUAN TALAUD 134,28 40 129,16 41 139,16 40 130,76 53 7105 SULAWESI UTARA KAB MINAHASA SELATAN 95,21 190 98,91 156 100,39 213 104,71 155 7106 SULAWESI UTARA KAB MINAHASA UTARA 91,66 235 96,08 193 93,35 297 93,46 330 7107 SULAWESI UTARA KAB BOLAANG MONGONDOW UTARA 96,74 163 97,74 166 97,02 245 103,54 164 7108 SULAWESI UTARA KAB KEP. SIAU TAGOLANDANG BIARO (SITARO) 128,90 41 125,64 43 121,35 75 112,67 97 7109 SULAWESI UTARA KAB MINAHASA TENGGARA 99,40 137 98,11 162 106,43 146 111,36 103 7110 SULAWESI UTARA KAB BOLMONG SELATAN 94,56 195 100,05 145 112,61 104 102,11 187 7111 SULAWESI UTARA KAB BOLMOMG TIMUR 93,39 209 95,33 209 108,31 130 110,37 108 7171 SULAWESI UTARA KOTA MANADO 91,39 239 92,59 259 101,69 202 101,42 196 7172 SULAWESI UTARA KOTA BITUNG 90,93 250 92,08 266 94,73 275 97,96 254 7173 SULAWESI UTARA KOTA TOMOHON 93,24 214 93,34 243 102,20 198 90,71 367 7174 SULAWESI UTARA KOTA KOTAMOBAGU 95,68 176 98,87 157 107,76 137 102,83 176 7201 SULAWESI TENGAH KAB BANGGAI KEPULAUAN 101,67 108 94,76 217 99,96 217 95,47 290 7202 SULAWESI TENGAH KAB BANGGAI 92,43 227 94,81 214 87,14 390 94,69 304 7203 SULAWESI TENGAH KAB MOROWALI 97,56 154 96,77 183 91,90 321 97,78 255 7204 SULAWESI TENGAH KAB POSO 94,45 197 91,46 276 91,65 329 90,87 364 7205 SULAWESI TENGAH KAB DONGGALA 88,73 290 90,74 291 88,27 372 80,89 463 7206 SULAWESI TENGAH KAB TOLI-TOLI 95,20 191 90,16 300 86,33 401 87,80 413 7207 SULAWESI TENGAH KAB BUOL 97,66 152 92,39 261 87,25 388 89,55 391 7208 SULAWESI TENGAH KAB PARIGI MOUTONG 90,38 263 85,18 422 84,72 423 96,60 271 7209 SULAWESI TENGAH KAB TOJO UNA-UNA 93,36 210 94,62 218 95,53 263 104,95 151 7210 SULAWESI TENGAH KAB SIGI 89,02 285 86,55 388 86,04 403 87,34 417 7271 SULAWESI TENGAH KOTA PALU 86,91 344 82,44 471 82,45 441 87,20 420 7301 SULAWESI SELATAN KAB SELAYAR 103,87 85 101,32 126 105,78 155 94,18 313 7302 SULAWESI SELATAN KAB BULUKUMBA 87,48 322 87,87 353 97,49 238 102,64 178 7303 SULAWESI SELATAN KAB BANTAENG 86,12 367 83,82 453 92,24 318 90,47 373 7304 SULAWESI SELATAN KAB JENEPONTO 85,00 411 86,25 399 82,87 437 81,24 461 7305 SULAWESI SELATAN KAB TAKALAR 85,35 394 83,35 460 92,11 319 95,84 282 7306 SULAWESI SELATAN KAB GOWA 82,35 479 82,39 472 81,19 452 91,76 354 7307 SULAWESI SELATAN KAB SINJAI 89,94 265 88,12 348 87,60 381 86,06 426 7308 SULAWESI SELATAN KAB MAROS 83,76 449 83,96 448 88,75 366 91,68 355 7309 SULAWESI SELATAN KAB PANGKAJENE KEPULAUAN 87,02 339 87,16 373 103,73 177 96,75 269 7310 SULAWESI SELATAN KAB BARRU 84,16 436 83,67 455 92,38 309 99,20 229 7311 SULAWESI SELATAN KAB BONE 87,54 319 86,56 386 95,16 270 98,43 242 7312 SULAWESI SELATAN KAB SOPPENG 87,23 333 86,02 405 92,27 315 94,33 310 7313 SULAWESI SELATAN KAB WAJO 87,45 326 91,29 282 96,49 253 91,21 361 7314 SULAWESI SELATAN KAB SIDENRENG RAPPANG 87,13 336 86,39 394 89,95 353 81,33 460 7315 SULAWESI SELATAN KAB PINRANG 84,58 426 84,02 447 90,43 348 80,97 462 7316 SULAWESI SELATAN KAB ENREKANG 90,64 258 96,47 187 95,24 266 98,31 247 7317 SULAWESI SELATAN KAB LUWU 87,74 314 89,89 310 99,76 218 101,37 199 7318 SULAWESI SELATAN KAB TANA TORAJA 90,80 253 99,17 151 105,95 154 102,29 183 7319 SULAWESI SELATAN KAB TORAJA UTARA 90,98 248 96,93 177 106,23 149 103,65 161 7322 SULAWESI SELATAN KAB LUWU UTARA 93,44 207 93,75 234 92,37 310 96,04 278 7325 SULAWESI SELATAN KAB LUWU TIMUR 97,26 157 93,62 236 93,96 289 100,37 211 7371 SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR 82,27 482 86,69 384 85,02 416 91,87 353 7372 SULAWESI SELATAN KOTA PAREPARE 84,32 430 83,22 462 91,71 328 93,60 323 7373 SULAWESI SELATAN KOTA PALOPO 89,85 269 90,34 298 87,17 389 81,52 457 7401 SULAWESI TENGGARA KAB BUTON 97,26 158 104,03 104 110,82 113 123,29 68 7402 SULAWESI TENGGARA KAB MUNA 96,15 169 105,66 94 109,77 120 105,35 147 7403 SULAWESI TENGGARA KAB KONAWE 92,94 217 97,46 172 94,66 279 99,60 223 7404 SULAWESI TENGGARA KAB KOLAKA 87,75 311 95,84 199 98,25 235 103,60 163 7405 SULAWESI TENGGARA KAB KONAWE SELATAN 95,39 186 100,86 132 101,95 201 97,51 259 7406 SULAWESI TENGGARA KAB BOMBANA 95,50 183 99,74 148 109,38 122 101,76 192 7407 SULAWESI TENGGARA KAB WAKATOBI 99,87 128 107,40 84 116,32 89 111,54 102 7408 SULAWESI TENGGARA KAB KOLAKA UTARA 92,57 222 103,20 111 107,63 139 119,50 78 7409 SULAWESI TENGGARA KAB BUTON UTARA 99,61 132 107,38 85 108,21 132 113,60 90 7410 SULAWESI TENGGARA KAB KONAWE UTARA 96,91 162 99,95 146 102,59 194 110,52 107 7471 SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI 86,32 364 91,32 280 99,06 224 100,77 205 7472 SULAWESI TENGGARA KOTA BAU-BAU 98,78 143 102,21 117 107,33 142 104,93 152 7501 GORONTALO KAB BOALEMO 97,88 151 97,51 171 101,02 208 108,92 116 7502 GORONTALO KAB GORONTALO 93,45 206 93,59 238 92,39 308 93,56 327 7503 GORONTALO KAB POHUWATO 95,76 175 100,67 134 103,35 185 103,21 170 7504 GORONTALO KAB BONE BOLANGO 89,93 266 85,63 412 94,88 273 95,91 281 7505 GORONTALO KAB GORONTALO UTARA 93,32 211 96,96 176 102,81 191 106,38 139 7571 GORONTALO KOTA GORONTALO 91,03 246 94,23 229 100,31 214 92,32 346 78 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 3. KODE PROVINSI KABUPATEN/KOTA 2010 2011 2012 2013 IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT IKK PERINGKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) 7601 SULAWESI BARAT KAB MAJENE 91,22 242 92,25 263 99,05 226 98,58 241 7602 SULAWESI BARAT KAB POLEWALI MAMASA 90,81 252 90,45 295 89,53 357 81,81 456 7603 SULAWESI BARAT KAB MAMASA 99,42 134 107,59 82 126,22 63 108,55 119 7604 SULAWESI BARAT KAB MAMUJU 92,74 220 90,88 286 103,06 189 94,17 314 7605 SULAWESI BARAT KAB MAMUJU UTARA 96,16 168 95,07 210 100,71 210 95,63 287 8101 M A L U K U KAB MALUKU TENGGARA BARAT 117,98 46 111,93 63 100,64 211 133,40 50 8102 M A L U K U KAB MALUKU TENGGARA 113,59 54 108,97 75 140,64 39 119,89 77 8103 M A L U K U KAB MALUKU TENGAH 106,86 76 106,52 91 109,26 123 107,32 131 8104 M A L U K U KAB BURU 110,38 62 107,94 80 83,72 431 80,89 464 8105 M A L U K U KAB KEPULAUAN ARU 114,99 50 116,31 53 106,31 147 121,09 71 8106 M A L U K U KAB SERAM BAGIAN BARAT 109,75 63 107,28 87 99,06 225 99,68 221 8107 M A L U K U KAB SERAM BAGIAN TIMUR 113,37 55 113,46 58 110,07 118 112,76 95 8108 M A L U K U KAB BURU SELATAN 113,64 53 116,54 51 106,70 145 138,17 45 8109 M A L U K U KAB MALUKU BARAT DAYA 118,01 45 117,29 50 131,95 47 159,68 35 8171 M A L U K U KOTA AMBON 106,57 77 104,41 101 91,42 332 84,36 440 8172 M A L U K U KOTA KOTA TUAL 111,26 58 105,51 95 128,07 55 142,03 43 8201 MALUKU UTARA KAB HALMAHERA BARAT 113,16 56 119,95 45 118,47 83 121,72 69 8202 MALUKU UTARA KAB HALMAHERA TENGAH 117,08 47 119,17 46 135,27 44 138,28 44 8203 MALUKU UTARA KAB KEPULAUAN SULA 114,20 52 118,34 48 127,65 58 146,45 39 8204 MALUKU UTARA KAB HALSEL 114,69 51 117,83 49 99,41 222 90,69 368 8205 MALUKU UTARA KAB HALUT 111,24 59 104,82 99 109,46 121 126,87 62 8206 MALUKU UTARA KAB HALMAHERA TIMUR 120,36 44 121,99 44 122,20 71 120,93 72 8207 MALUKU UTARA KAB PULAU MOROTAI 104,95 80 116,27 54 123,94 66 123,87 66 8271 MALUKU UTARA KOTA TERNATE 108,94 67 112,44 61 117,35 86 133,88 49 8272 MALUKU UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN 115,79 49 115,09 56 123,64 69 137,90 46 9101 PAPUA BARAT KAB FAK-FAK 146,23 30 150,76 34 147,58 33 172,40 30 9102 PAPUA BARAT KAB KAIMANA 144,64 32 144,81 37 149,66 31 147,79 38 9103 PAPUA BARAT KAB TELUK WONDAMA 144,37 33 155,00 30 138,46 41 118,18 80 9104 PAPUA BARAT KAB TELUK BINTUNI 147,14 29 160,12 28 192,59 25 143,74 40 9105 PAPUA BARAT KAB MANOKWARI 138,24 36 153,33 32 129,15 52 117,42 83 9106 PAPUA BARAT KAB SORONG SELATAN 145,58 31 153,91 31 148,89 32 129,61 55 9107 PAPUA BARAT KAB SORONG 135,47 38 140,94 39 132,76 46 110,34 109 9108 PAPUA BARAT KAB RAJA AMPAT 156,54 23 160,64 27 146,73 34 173,13 28 9109 PAPUA BARAT KAB MAYBRAT 120,38 43 156,46 29 197,27 22 177,68 27 9110 PAPUA BARAT KAB TAMBRAW 187,87 16 194,96 16 209,86 20 206,04 18 9171 PAPUA BARAT KOTA SORONG 150,33 27 134,30 40 128,22 54 113,64 89 9401 PAPUA KAB MERAUKE 175,69 19 181,55 21 260,24 11 251,20 10 9402 PAPUA KAB JAYAWIJAYA 226,33 12 231,11 12 298,51 10 250,84 11 9403 PAPUA KAB JAYAPURA 137,20 37 149,72 35 131,81 48 142,59 42 9404 PAPUA KAB NABIRE 139,70 34 147,02 36 130,61 49 165,61 33 9408 PAPUA KAB YAPEN WAROPEN 139,27 35 142,81 38 123,73 67 160,51 34 9409 PAPUA KAB BIAK NUMFOR 151,54 26 161,03 26 143,16 36 152,03 37 9410 PAPUA KAB PANIAI 242,10 10 236,98 11 215,22 16 214,57 17 9411 PAPUA KAB PUNCAK JAYA 337,30 3 334,69 3 376,03 6 414,76 3 9412 PAPUA KAB MIMIKA 170,69 22 184,23 19 193,51 24 189,46 21 9413 PAPUA KAB BOVEN DIGOEL 175,81 18 181,17 22 181,35 26 178,14 26 9414 PAPUA KAB MAPPI 210,17 13 217,01 13 211,75 19 216,66 16 9415 PAPUA KAB ASMAT 205,24 15 214,32 14 238,83 12 222,93 14 9416 PAPUA KAB YAHUKIMO 209,42 14 211,13 15 219,03 14 191,50 19 9417 PAPUA KAB PEGUNUNGAN BINTANG 302,33 5 300,83 5 388,02 5 388,02 7 9418 PAPUA KAB TOLIKARA 273,40 6 270,75 6 302,25 9 393,57 5 9419 PAPUA KAB SARMI 170,85 21 186,65 18 215,27 15 244,70 12 9420 PAPUA KAB KEEROM 148,20 28 166,45 24 164,97 28 180,39 25 9426 PAPUA KAB WAROPEN 152,84 25 167,01 23 155,42 30 154,30 36 9427 PAPUA KAB SUPIORI 154,17 24 165,20 25 193,55 23 182,57 24 9428 PAPUA KAB MEMBERAMO RAYA 176,71 17 183,15 20 214,05 17 185,42 23 9429 PAPUA KAB NDUGA 310,50 4 308,22 4 324,33 8 322,10 9 9430 PAPUA KAB LANNY JAYA 248,14 9 245,88 10 365,41 7 362,44 8 9431 PAPUA KAB MEMBERAMO TENGAH 254,42 7 258,63 7 402,61 3 402,61 4 9432 PAPUA KAB YALIMO 251,61 8 253,90 8 390,74 4 390,74 6 9433 PAPUA KAB PUNCAK 362,43 1 356,64 1 461,52 1 461,52 1 9434 PAPUA KAB DOGIYAI 172,25 20 191,30 17 212,54 18 234,17 13 9435 PAPUA KAB INTAN JAYA 134,62 39 349,02 2 433,03 2 438,02 2 9436 PAPUA KAB DEIYAI 355,69 2 246,76 9 221,09 13 219,77 15 9471 PAPUA KOTA JAYAPURA 240,94 11 153,08 33 197,71 21 170,07 31 Sumber: Badan Pusat Statistik INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 79

LAMPIRAN Tabel 4. Harga Bahan Bangunan/Konstruksi, Sewa Alat Berat, dan Upah Jasa Konstruksi di Kabupaten Luwu, 2010 Harga per Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pasir Pasir Pasang (Pasir Sungai) m 3 76.667 Luwu 230.000/truk Kerikil Sungai m 3 120.000 Luwu 360.000/truk 2 Batu Pondasi Batu Kali Utuh m 3 110.000 Luwu 330.000/truk 3 Batubata Batubata Merah Manual (60 buah/m 2 ) 100 buah 50.000 Luwu 500/biji 4 Batako Semen Campuran semen dan pasir 1:3 100 buah 350.000 Luwu 3.500/biji 5 Batu Split Ukuran 1-2 cm m 3 200.000 Palopo 600.000/truk 6 Semen Abu-abu Tonasa 50 kg zak 53.000 Makassar (Rp) Tonasa 40 kg zak 42.000 Makassar Bosowa 50 kg zak 52.000 Makassar Bosowa 40 kg zak 44.000 Makassar 7 Pipa PVC Maspion, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 85.000 Makassar kw AW, Ф 4" panjang 4 m batang 185.000 Makassar Wavin, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 80.000 Makassar kw AW, Ф 4" panjang 4 m batang 165.000 Makassar Vinilon, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 82.000 Makassar kw AW, Ф 4" panjang 4 m batang 170.000 Makassar 8 Seng Plat Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm m 40.000 Makassar Seng plat rool panjang Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm m 65.000 Makassar sda Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm kaki 7.500 Makassar (90x180x0,2) = 45.000/lembar Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm kaki 10.833 Makassar (90x180x0,3) = 65.000/lembar 9 Seng Gelombang Ukuran ( 0,02 x 90 x 180 ) cm lembar 35.700 Makassar Gelombang besar Ukuran ( 0,03 x 90 x 180 ) cm lembar 50.850 Makassar Gelombang besar Ukuran ( 0,02 x 90 x 180 ) cm lembar 37.000 Makassar Gelombang kecil 10 Paku Paku Kayu 5 cm kg 14.000 Makassar Paku Kayu 10 cm kg 14.000 Makassar Paku Beton 5 cm 100 buah 20.000 Makassar 200/biji Paku Beton 10 cm 100 buah 40.000 Makassar 400/biji Lainnya kg/100 buah 100.000 Makassar 1000/biji 11 Besi Beton (Full) Ukuran Ф 6 mm Panjang 12 m batang 27.000 Makassar Ukuran Ф 8 mm Panjang 12 m batang 42.000 Makassar Ukuran Ф 10 mm Panjang 12 m batang 62.000 Makassar Ukuran Ф 12 mm Panjang 12 m batang 88.500 Makassar Ukuran Ф 14 mm Panjang 12 m batang 119.000 Makassar 12 Keramik Polos Mulia m 2 33.000 Makassar Kualitas 1 (KW 1) KIA m 2 34.000 Makassar uk. ( 30 x 30 ) cm Asiatile m 2 33.000 Makassar Diamond m 2 33.000 Makassar Accura m 2 35.000 Makassar Impresso m 2 34.000 Makassar Asahi m 2 33.000 Makassar Classic m 2 33.000 Makassar 13 Kayu Papan Kamper ( 2 cm x 20 cm x 4 m ) m 3 1.500.000 Luwu Timur Meranti ( 2 cm x 20 cm x 4 m ) m 3 2.000.000 Luwu Timur 14 Kayu Balok Meranti ( 5 cm x 10 cm x 4 m ) m 3 2.000.000 Luwu Timur 15 Kayu Lapis Ukuran ( 0,3 x 122 x 244 ) cm lembar 39.000 Makassar 16 Cat Tembok Putih Daerah Asal Barang Ukuran ( 0,4 x 122 x 244 ) cm lembar 57.000 Makassar Ukuran ( 0,6 x 122 x 244 ) cm lembar 78.000 Makassar a. isi 5 kg Metrolite kaleng 70.000 Makassar Belmas kaleng 50.000 Makassar Avitex kaleng 70.000 Makassar Aries kaleng 30.000 Makassar b. isi 25 kg Metrolite kaleng 345.000 Makassar Avitex kaleng 354.000 Makassar Aries kaleng 115.000 Makassar 17 Cat Kayu / Besi Glotex kaleng 40.000 Makassar isi 1 kg Avian kaleng 38.000 Makassar Altex kaleng 37.500 Makassar Emco kaleng 50.000 Makassar Brilo kaleng 79.000 Makassar Dulux kaleng 80.000 Makassar Yoko kaleng 29.000 Makassar 18 Kaca Polos Bening Mulia tebal 3 mm m 2 60.000 Makassar (152x122) = 110.000 Mulia tebal 5 mm m 2 88.000 Makassar (100x200) = 165.000 Asahi tebal 3 mm m 2 60.000 Makassar (152x122) = 110.000 Asahi tebal 5 mm m 2 85.000 Makassar (100x200) = 165.000 19 Aspal Curah Grade 60/70 Lokal ton 8.500.000 Makassar Drum Grade 60/70 (155 kg) Lokal drum 1.317.500 Makassar 20 Aspal Curah Grade 60/70 Impor ton 8.000.000 Makassar Harga SK Drum Grade 60/70 (155 kg) Impor drum 1.240.000 Makassar Harga SK 21 Sewa Excavator 100-120 HP unit/jam 375.000 Luwu Harga SK 22 Sewa Buldozer 95-120 HP unit/jam 325.000 Luwu Harga SK 23 Sewa Three Wheel Roller 8-10 ton unit/hari 400.000 Luwu Harga SK (Rp.1.200/M2) Sumber: Badan Pusat Statistik (Survei Serentak Harga dalam Rangka Penghitungan IKK) No. Keterangan Jenis Barang Kualitas Barang 80 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN Tabel 5. Harga Bahan Bangunan/Konstruksi, Sewa Alat Berat, dan Upah Jasa Konstruksi di Kabupaten Luwu, 2011 No. Jenis Barang Satuan (1) (2) (4) (5) (3)(6) (7) Harga per Satuan (Rp) Daerah Asal Kualitas Keterangan Barang Barang 1 Pasir Pasir Beton / Cor m 3 75.000 Luwu Pasir Pasang m 3 75.000 Luwu Pasir Urug m 3 75.000 Luwu 2 Batu Pondasi Batu Belah m 3 80.000 Luwu Batu Gunung m 3 80.000 Luwu Batu Kali m 3 80.000 Luwu 3 Batubata Batubata Merah Biasa ( 60 buah/m 2 ) 100 buah 40.000 Luwu Batubata Merah Biasa ( 60 buah/m 2 ) 100 buah 55.000 Sidrap 4 Batako Biasa 100 buah 450.000 Palopo 5 Batu Split Ukuran 1-2 cm m 3 175.000 Luwu Ukuran 2-3 cm m 3 175.000 Luwu 6 Semen Abu-abu Bosowa zak 43.500 Pangkep isi 50 kg Tiga Roda zak 44.000 Makassar 40 Kg Tonasa zak 53.000 Pangkep Putih Tiga Roda zak 95.000 Makassar 7 Pipa PVC Winlon, kw AW, Ф 4" panjang 4 m batang 165.000 Makassar Winlon, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 83.500 Makassar Parilon. kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 50.000 Makassar 8 Seng Plat Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm m 42.500 Makassar Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm m 50.000 Makassar Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm kaki 4.150 Makassar 9 Seng Gelombang Ukuran ( 0,02 x 90 x 180 ) cm lembar 31.200 Makassar Ukuran ( 0,03 x 90 x 180 ) cm lembar 34.500 Makassar 10 Paku Paku Kayu 5 cm kg 15.000 Makassar Paku Kayu 10 cm kg 15.000 Makassar Paku Beton 5 cm kg 20.000 Makassar dos Paku Beton 10 cm kg 30.000 Makassar dos 11 Besi Beton (Full) Ukuran Ф 6 mm Panjang 12 m batang 33.000 Makassar Ukuran Ф 8 mm Panjang 12 m batang 38.500 Makassar Ukuran Ф 6 mm Panjang 12 m kg 8.500 Makassar Ukuran Ф 8 mm Panjang 12 m kg 8.500 Makassar Kawat Kg 15.000 Makassar 12 Keramik Putih Polos Accura m 2 33.000 Makassar Kualitas 1 (KW 1) Arwana m 2 33.000 Makassar uk. ( 30 x 30 ) cm Asiatile m 2 43.000 Makassar Impresso m 2 47.000 Makassar KIA m 2 48.000 Makassar Mulia m 2 42.000 Makassar Potenza m 2 33.000 Makassar 13 Kayu Papan Betao m 3 2.250.000 Luwu 14 Kayu Balok Betao m 3 2.250.000 Luwu 15 Kayu Lapis Ukuran ( 0,3 x 122 x 244 ) cm lembar 39.000 Luwu Ukuran ( 0,4 x 122 x 244 ) cm lembar 55.000 Luwu Ukuran ( 0,5 x 122 x 244 ) cm lembar 68.000 Luwu Ukuran ( 0,6 x 122 x 244 ) cm lembar 110.000 Luwu 16 Cat Tembok, a. Isi 5 kg Belmas kaleng 38.000 Makassar Matex kaleng 65.000 Makassar Metrolite kaleng 70.000 Makassar Avitex kaleng 65.000 Makassar b. isi 25 kg Metrolite kaleng 345.000 Makassar Vinilex kaleng 390.000 Makassar 17 Cat Kayu / Besi isi 1 kg Altex kaleng 33.000 Makassar Avian kaleng 37.000 Makassar Glotex kaleng 35.000 Makassar Polibes kaleng 35.000 Makassar 18 Kaca Polos Bening Mulia tebal 3 mm m 2 65.500 Makassar Mulia tebal 5 mm m 2 84.500 Makassar 19 Aspal Curah Grade 60/70 Lokal ton 8.100.000 Makassar Drum Grade 60/70 (155 kg) Lokal drum 1.240.000 Makassar 20 Aspal Curah Grade 60/70 Lokal ton 8.100.000 Makassar Drum Grade 60/70 (155 kg) Lokal drum 1.240.000 Makassar 21 Sewa Excavator 100-120 HP unit/jam 350.000 Luwu 22 Sewa Buldozer 95-120 HP unit/jam 325.000 Luwu 23 Sewa Dump Truck 8-10 ton unit/jam 170.000 Luwu 24 Upah Jasa Konstruksi Pembantu Tukang o-h 45.000 Luwu Tukang Batu o-h 60.000 Luwu Tukang Cat o-h 60.000 Luwu Tukang Kayu o-h 75.000 Luwu Sumber: Badan Pusat Statistik (Survei Serentak Harga dalam Rangka Penghitungan IKK) INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 81

LAMPIRAN Tabel 6. Harga Bahan Bangunan/Konstruksi, Sewa Alat Berat, dan Upah Jasa Konstruksi di Kabupaten Luwu, 2012 No. Jenis Barang Kualitas Barang Satuan Harga per Satuan (Rp) Daerah Asal Barang Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pasir Pasir Pasang m 3 83.334 Luwu Rp. 250.000/truck (tanpa ongkos angkut) Pasir Beton / Cor m 3 85.000 Luwu Rp. 255.000/truck Pasir Urug (Timbunan Sirtu) m 3 40.000 Luwu Rp. 120.000/truck Kerikil m 3 120.000 Luwu Rp. 360.000/truck 2 Batu Pondasi Batu Kali Utuh m 3 116.667 Luwu Rp. 350.000/truck (tanpa ongkos angkut) Batu Kali Belah m 3 125.000 Luwu Rp. 375.000/truck 3 Batubata Batubata Merah Manual (60 buah/m 2 ) 100 buah 60.000 Luwu 600/biji 4 Batu Split Ukuran 1-2 cm m 3 250.000 Palopo 1 truck/colt = 3 m 3 (tanpa ongkos angkut) Ukuran 2-3 cm m 3 250.000 Palopo 5 Semen Abu-abu Tiga Roda 40 kg 51.000 Makassar a. berat isi 40 kg Holcim 40 kg 49.000 Makassar Tonasa 40 kg 48.000 Makassar Gresik 40 kg 49.000 Makassar Bosowa 40 kg 47.000 Makassar b. berat isi 50 kg Tiga Roda 50 kg 62.000 Makassar Holcim 50 kg 60.500 Makassar Tonasa 50 kg 57.000 Makassar Gresik 50 kg 59.000 Makassar Bosowa 50 kg 56.000 Makassar 6 Pipa PVC Wavin, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 90.000 Makassar kw AW, Ф 4" panjang 4 m batang 190.000 Makassar Maspion, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 100.000 Makassar kw AW, Ф 4" panjang 4 m batang 195.000 Makassar Vinilon, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 87.000 Makassar kw AW, Ф 4" panjang 4 m batang 185.000 Makassar Winlon, kw D, Ф 4" panjang 4 m batang 87.000 Makassar kw AW, Ф 4" panjang 4 m batang 185.000 Makassar Lainnya kw AW Langgeng 4" pjng 4 m batang 150.000 Makassar Lainnya kw D Langgeng 4" pjng 4 m batang 90.000 Makassar 7 Seng Plat Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm m 53.000 Makassar Seng plat rol panjang Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm m 79.500 Makassar Seng plat rol panjang Ukuran ( 0,02 x 90 ) cm kaki 9.600 Makassar Rp. 480.000/50M Ukuran ( 0,03 x 90 ) cm kaki 13.000 Makassar Rp. 650.000/50M 8 Seng Gelombang Ukuran ( 0,02 x 90 x 180 ) cm lembar 36.000 Makassar 6.000/kaki (OB) Ukuran ( 0,03 x 90 x 180 ) cm lembar 51.000 Makassar 8.000/kaki (OB) Ukuran (0,2 x 90 x 180 ) cm lembar 36.300 Makassar 6.050/kaki (OK) Sakura Multiroof lembar 32.000 Makassar 9 Paku Paku Kayu 5 cm kg 15.000 Makassar Paku Kayu 10 cm kg 15.000 Makassar Paku Beton Hitam 5 cm 100 buah 25.000 Makassar Paku Beton Hitam 10 cm 100 buah 48.000 Makassar 10 Besi Beton (Full) Ukuran Ф 10 mm Panjang 12 m batang 68.000 Makassar Ukuran Ф 8 mm Panjang 12 m batang 46.000 Makassar Uk.Ф 12 mm Panjang 12 m batang/kg *) 100.000 Makassar Uk.Ф 14 mm Panjang 12 m batang/kg *) 133.000 Makassar 11 Keramik Polos Mulia m 2 44.000 Makassar Kualitas 1 (KW 1) Arwana m 2 45.000 Makassar uk. ( 40 x 40 ) cm Asiatile m 2 45.000 Makassar KIA m 2 45.000 Makassar Accura m 2 46.000 Makassar Diamond m 2 44.000 Makassar Impresso m 2 46.000 Makassar Masterina m 2 42.000 Makassar Asahi m 2 43.000 Makassar CLASSIC m 2 43.000 Makassar 12 Kayu Papan Kamper ( 2 cm x 20 cm x 4 m ) m 3 2.200.000 Luwu Timur Kelas III Meranti ( 2 cm x 20 cm x 4 m ) m 3 2.702.500 Luwu Timur Kelas II Kruing (2 cm x 20 cm x 4 m) m 3 5.517.700 Luwu Timur Kelas I NATO m 3 2.800.000 Luwu Timur Kelas II 13 Kayu Balok Kamper ( 5 cm x 10 cm x 4 m ) m 3 2.000.000 Luwu Timur Kelas III Meranti ( 5 cm x 10 cm x 4 m ) m 3 2.553.000 Luwu Timur Kelas II Kruing (5 cm x 10 cm x 4 m) m 3 5.255.500 Luwu Timur Kelas I NATO m 3 2.800.000 Luwu Timur Kelas II 14 Kayu Lapis Meranti ( 0,4 x 122 x 244 ) cm lembar 80.000 Makassar Meranti ( 0,5 x 122 x 244 ) cm lembar 120.000 Makassar Campuran ( 0,4 x 122 x 244 ) cm lembar 59.000 Makassar Campuran ( 0,5 x 122 x 244 ) cm lembar 75.000 Makassar Campuran (0.3x122x244) lembar 40.000 Makassar 82 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 6. No. Jenis Barang Kualitas Barang Satuan Harga per Satuan (Rp) Daerah Asal Barang Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 15 Cat Tembok Putih Catylac 5 kg 100.000 Makassar a. berat isi 5 kg Vinilex 5 kg 85.000 Makassar Metrolite 5 kg 85.000 Makassar Maritex 5 kg 65.000 Makassar Avian 5 kg 262.500 Makassar (Rp. 42.000/liter) x 0,8 x 5 kg Matex 5 kg 75.000 Makassar Rp. 60.000/4 kg Dulux 5 kg 235.000 Makassar Rp. 117.500/2,5 liter Belmas 5 kg 65.000 Makassar Aries 5 kg 31.000 Makassar Avitex 5 kg 80.000 Makassar Kimex 5 kg 65.000 Makassar b. berat isi 25 kg Catylac 25 kg 340.000 Makassar Metrolite 25 kg 395.000 Makassar Vinilex 25 kg 380.000 Makassar Maritex 25 kg 200.000 Makassar Matex 25 kg 330.000 Makassar Avian 25 kg 350.000 Makassar Aries 25 kg 120.000 Makassar Dulux 25 kg 1.175.000 Makassar Rp. 870.000/20 liter Avitex 25 kg 370.000 Makassar Vinotex 25 kg 200.000 Makassar Altex 25 kg 310.000 Makassar 16 Cat Kayu / Besi Avian 1 kg 50.000 Makassar Rp. 48.000/0.9 liter berat isi 1 kg Glotex 1 kg 49.000 Makassar Rp. 47.000/0.9 liter Altex 1 kg 38.000 Makassar Emco 1 kg 47.000 Kuda Terbang 1 kg 85.000 Rp. 8.500/0,1 kg Brilo 1 kg 45.000 Makassar Dulux 1 kg 60.000 Rp. 40.000/0,9 liter Yoko 1 kg 30.000 Makassar Djarum 1 kg 32.000 Makassar Suzuka 1 kg 67.000 Makassar 17 Kaca Polos Bening Mulia tebal 3 mm m 2 83.000 Makassar Mulia tebal 5 mm m 2 95.000 Makassar Asahi tebal 3 mm m 2 83.000 Makassar (152 x 122) = 135.000 Asahi tebal 5 mm m 2 95.000 Makassar (100 x 200) = 190.000 18 Aspal Curah Grade 60/70 Impor ton 15.570.500 Makassar Harga SK Drum Grade 60/70 (155 kg) Impor drum 2.864.250 Makassar Harga SK 19 Sewa Excavator 100-120 HP unit/jam 484.880 Luwu Harga SK kurang dari 100 HP unit/jam 455.184 Luwu Harga SK 20 Sewa Buldozer 95-120 HP unit/jam 419.920 Luwu Harga SK kurang dari 95 HP unit/jam 322.480 Luwu Harga SK 21 Sewa Three Wheel Roller 8-10 ton unit/jam 444.666 Luwu Harga SK 22 Sewa Dump Truck 8-10 ton unit/hari 388.600 Luwu Harga SK 23 Upah Jasa Konstruksi Mandor o-h 80.000 Luwu Harga SK Kepala Tukang o-h 83.000 Luwu Harga SK Tukang Batu o-h 70.000 Luwu Harga SK Tukang Kayu o-h 70.000 Luwu Harga SK Tukang Cat o-h 70.000 Luwu Harga SK Tukang Listrik o-h 70.000 Luwu Harga SK Pembantu Tukang o-h 55.000 Luwu Harga SK 24 Sewa Excavator 100-120 HP unit/jam 500.000 Luwu Harga Pasar kurang dari 100 HP unit/jam 400.000 Luwu Harga Pasar 25 Sewa Buldozer 95-120 HP unit/jam 450.000 Luwu Harga Pasar kurang dari 95 HP unit/jam 400.000 Luwu Harga Pasar 26 Sewa Three Wheel Roller 8-10 ton unit/jam 500.000 Luwu Rp. 1.500/M2, Harga Pasar 27 Sewa Dump Truck 8-10 ton unit/hari 400.000 Luwu Harga Pasar kurang dari 8 ton unit/hari 350.000 Luwu Harga Pasar 28 Upah Jasa Konstruksi Mandor o-h 90.000 Luwu Harga Pasar Kepala Tukang o-h 90.000 Luwu Harga Pasar Tukang Batu o-h 80.000 Luwu Harga Pasar Tukang Kayu o-h 80.000 Luwu Harga Pasar Tukang Cat o-h 80.000 Luwu Harga Pasar Tukang Listrik o-h 80.000 Luwu Harga Pasar Pembantu Tukang o-h 60.000 Luwu Harga Pasar Sumber: Badan Pusat Statistik (Survei Serentak Harga dalam Rangka Penghitungan IKK) INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 83

LAMPIRAN Tabel 7. Harga Bahan Bangunan/Konstruksi, Sewa Alat Berat, dan Upah Jasa Konstruksi di Kabupaten Luwu, 2013 BAHAN BANGUNAN/KOSNTRUKSI Harga Per Satuan/Unit (Rp) Satuan/ Kabupaten No Jenis Barang Kode Kualitas Barang Responden Responden Responden Keterangan Unit Asal Barang I II III (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Tanah Urug 154000100101 Biasa m 3 60.000 60.000 60.000 Luwu 180.000/Truk 154000100202 Liat/Lempung m 3 50.000 50.000 50.000 Luwu 150.000/Truk 154000100000 Lainnya..(Tuliskan di kolom 9) m 3 0 0 0 1 Truk = 3 M 2 2 Pasir 153100100101 Pasir Pasang m 3 100.000 100.000 100.000 Luwu 300.000/Truk 153100100202 Pasir Beton / Cor m 3 100.000 90.000 100.000 Luwu 250.000-300.000/Truk 3 Batu Pondasi 151300300001 Batu Kali Utuh m 3 125.000 130.000 135.000 Luwu 375.000-400.000/Truk 151300300002 Batu Kali Belah m 3 135.000 135.000 135.000 Luwu 400.000/Truk 151300300003 Batu Gunung m 3 135.000 0 0 Luwu 151300300000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) m 3 0 0 0 4 Batu Bata 373500100201 Batu bata tanah liat (bata merah) m 3 750 600 800 Luwu 650-800/Biji 373500100302 Batu bata tanah liat (bata muka) m 3 0 0 0 373500100000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) m 3 0 0 0 5 Batu Split 153201000001 Ukuran 1-2 cm m 3 250.000 250.000 250.000 Palopo 750.000/Truk 153201000002 Ukuran 2-3 cm m 3 250.000 0 280.000 Palopo 153201000003 Ukuran 3-4 cm m 3 0 0 0 153201000000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) m 3 0 0 0 6 Seng Gelombang 415450100201 Ukuran ( 0,02 x 90 x 180 ) cm lembar 37.800 39.000 39.000 Makassar 6.300-6.500/Kaki 415450100202 Ukuran ( 0,03 x 90 x 180 ) cm lembar 51.000 51.000 51.000 Makassar 8.500/Kaki 415450100000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) lembar 0 0 0 Gelombang besar 7 Paku 429440199901 Paku Kayu 2"- 6" kg 20.000 20.000 20.000 Makassar paku 5" 429440100302 Paku Beton kg 27.000 27.000 27.000 Makassar Paku beto hitam 429440100503 Paku Seng kg 35.000 35.000 35.000 Makassar Payung besar 429440199904 Paku Triplek kg 25.000 27.000 27.000 Makassar 429440100000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) kg 0 0 0 8 Batu Alam 163900899901 Batu alam keras m 2 0 0 0 163900899902 Batu alam lunak m 2 0 0 0 163900800000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) m 2 0 0 0 9 Semen Portland 374400100201 Semen Portland type I (SNI. 15-2049-2004) zak=.kg 0 0 0 374400100202 Semen Portland type II (SNI. 15-2049-2004) zak=.kg 0 0 0 374400100203 Semen Portland type III (SNI. 15-2049-2004) zak=.kg 0 0 0 374400100204 Semen Portland type IV (SNI. 15-2049-2004) zak=.kg 0 0 0 374400100205 Semen Portland type V(SNI. 15-2049-2004) zak=.kg 0 0 0 374400199906 Super Masonary Cement(SMC) (SNI 15-3500-2004) zak=.kg 0 0 0 374400199907 Portland Composite Cement(PCC) (SNI 15-7064-2004) zak=.kg 0 0 0 374400200108 Portland Pozzoland Cement (PPC) (SNI 15-0302-2004) zak=.kg 0 0 0 374400100000 Lainnya.Tonasa... (SNI 15-7064-2004) zak= 50 kg 61.000 62.000 61.000 Makassar per zak 50 kg 374400100000 Lainnya.Bosowa... (SNI 15-7064-2004) zak= 40 kg 50.000 50.000 50.000 Makassar per zak 40 kg 10 Besi Beton (Full) 412420100301 Besi beton polos (BJTP 24) ukuran d=6mm, p=12m batang 36.000 35.000 35.000 Makassar SNI 07-2052-2002 412420100302 Besi beton polos (BJTP 24) ukuran d=8mm, p=12m batang 47.000 48.000 47.000 Makassar 412420100303 Besi beton polos (BJTP 24) ukuran d=10mm, p=12m batang 77.000 75.000 75.000 Makassar 412420100504 Besi beton ulir (BJTS 32) ukuran d=10mm, p= 12m batang 0 0 0 412420100505 Besi beton ulir (BJTS 32) ukuran d=16mm, p=12m batang 0 0 0 412420100506 Besi beton ulir (BJTS 40) ukuran d=10mm, p=12m batang 0 0 0 412420100507 Besi beton ulir (BJTS 40) ukuran d=16mm, p=12m batang 0 0 0 412510100108 Besi beton canal (shape) batang 0 0 0 412510100000 Lainnya d=12 mm, p=12m (Tuliskan di kolom 9) batang 93.000 90.000 91.000 Makassar 412510100000 Lainnya d=9 mm, p=12m (Tuliskan di kolom 9) batang 62.000 65.000 62.000 Makassar 11 Bak Mandi Fiber 387030100101 Ukuran 55 x 55 x 60 cm buah 0 0 0 387030100102 Ukuran 60 x 60 x 60 cm buah 350.000 330.000 330.000 Makassar 387030100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 387030100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 12 Kloset 372100100201 Kloset duduk buah 2.500.000 2.500.000 2.700.000 Makassar Tabung 372100100202 Kloset jongkok buah 270.000 255.000 250.000 Makassar Toho 372100100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 13 Seng Plat 415450100101 Seng plat BJLS 20 L=45 m 25.000 25.000 25.000 Makassar 415450100102 Seng plat BJLS 20 L=60 m 28.000 27.000 28.000 Makassar 415450100103 Seng plat BJLS 25 L=45 m 0 0 0 415450100104 Seng plat BJLS 25 L=60 m 0 0 0 415450100105 Seng plat BJLS 30 L=45 m 0 0 0 415450100106 Seng plat BJLS 30 L=60 m 0 0 0 415450100000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) m 0 0 0 14 Pipa PVC 363200700001 AW Ф 1/2" panjang 4 m batang 20.000 22.000 22.000 Makassar Vinlon 363200700002 AW Ф 3/4" panjang 4 m batang 29.000 29.000 30.000 Vinlon 363200700003 AW Ф 1" panjang 4 m batang 32.000 32.000 35.000 Vinlon 363200700004 AW Ф 2" panjang 4 m batang 70.000 69.000 70.000 Vinlon 363200700005 AW Ф 3" panjang 4 m batang 127.000 127.000 130.000 Vinlon 363200700006 AW Ф 4" panjang 4 m batang 200.000 195.000 195.000 Vinlon 363200700007 D Ф 2 1/2" panjang 4 m batang 48.000 50.000 48.500 Jaya 363200700008 D Ф 3" panjang 4 m batang 75.000 71.500 72.000 Jaya 363200700009 D Ф 4" panjang 4 m batang 97.000 97.000 97.000 Jaya 363200700010 C Ф 5/8" panjang 4 m batang 9.000 8.500 9.000 363200700011 C Ф 2" panjang 4 m batang 0 0 0 363200700012 C Ф 3" panjang 4 m batang 0 0 0 363200700013 C Ф 4" panjang 4 m batang 0 0 0 363200700000 Lainnya kw AW..... (Tuliskan di kolom 9) batang 0 0 0 363200700000 Lainnya kw D..... (Tuliskan di kolom 9) batang 0 0 0 363200700000 Lainnya kw C..... (Tuliskan di kolom 9) batang 0 0 0 84 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 7. Harga Per Satuan/Unit (Rp) Satuan/ Kabupaten No Jenis Barang Kode Kualitas Barang Responden Responden Responden Keterangan Unit Asal Barang I II III (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 15 Kayu Balok 031200302701 Kayu kelas I m 3 10.000.000 9.500.000 9.750.000 Luwu Timur 031200303402 Kayu kelas II m 3 7.000.000 7.000.000 7.000.000 Luwu Timur 031200305503 Kayu kelas III m 3 4.000.000 4.000.000 4.000.000 Luwu 031200308304 Kayu kelas IV m 3 0 0 0 031200302205 Kayu kelas V m 3 0 0 0 031200300000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) m 3 0 0 0 16 Kayu Papan 031200302706 Kayu kelas I m 3 10.000.000 9.500.000 9.750.000 Luwu Timur 031200303407 Kayu kelas II m 3 7.000.000 7.000.000 7.000.000 Luwu Timur 031200305508 Kayu kelas III m 3 4.000.000 4.000.000 4.000.000 Luwu 031200308309 Kayu kelas IV m 3 0 0 0 031200302210 Kayu kelas V m 3 0 0 0 031200300000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) m 3 0 0 0 031200300000 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) m 3 0 0 0 17 Kayu Lapis/Triplek 314100100301 Triplek 3mm lembar 47.000 50.000 47.000 Makassar 314100100302 Triplek 4mm lembar 65.000 65.000 60.000 Makassar 314100100303 Triplek 6mm lembar 75.000 75.000 75.000 Makassar 314100100304 Triplek/ Plywood 9mm lembar 110.000 115.000 120.000 Makassar 314100100305 Triplek/ Plywood 12mm lembar 150.000 150.000 150.000 Makassar 314100100300 Lainnya jati... (Tuliskan di kolom 9) lembar 125.000 120.000 125.000 Makassar 314100100300 Lainnya milamin.. (Tuliskan di kolom 9) lembar 80.000 80.000 82.000 Makassar 18 Cat Emulsi 351100301401 Cat Tembok eksterior 25 kg 480.000 485.000 480.000 Makassar Catylac 351100301402 Cat Tembok Interior 25 kg 400.000 420.000 400.000 Makassar Catylac 351100301403 Cat Atap 25 kg 750.000 750.000 750.000 Makassar Nodrop (20 kg) 351100301400 Lainnya... (Tuliskan di kolom 9) 25 kg 0 0 0 19 Cat Minyak 351100201001 Cat Besi/Kayu kg 48.000 50.000 50.000 Makassar Avian= 0,9L 351100200102 Cat Meni Besi/Kayu kg 20.000 20.000 19.000 Makassar Djarum 351100200000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) kg 0 0 0 351100200000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) kg 0 0 0 Tegel/Keramik 373700100101 Tegel plint pc abu-abu uk. 10x40 cm m2 0 0 0 373700100102 Tegel keramik uk. 30x30 cm m2 45.000 45.000 45.000 Makassar Mulia 373700100103 Tegel keramik uk. 33x33 cm m2 0 0 0 373700100104 Tegel keramik uk. 40x40cm m2 65.000 65.000 65.000 Makassar Milan 373700100105 Tegel keramik uk. 20x20 cm m2 42.000 45.000 42.000 Makassar Mulia 373700100106 Tegel keramik uk. 10x20 cm m2 0 0 0 373700100107 Tegel keramik uk. 20x25 cm m2 0 0 0 373700100108 Tegel keramik uk. 60x60 cm m2 0 0 0 373700100109 Tegel keramik uk. 30x30 cm warna/motif m2 65.000 60.000 63.000 Makassar Platinum 373700100110 Tegel keramik uk. 20x20 cm warna/motif m2 62.000 60.000 62.000 Makassar Platinum 373700100111 Tegel keramik uk. 40x40 cm warna/motif m2 70.000 70.000 70.000 Makassar Platinum 373700100100 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) m2 0 0 0 21 Genteng/Atap 373500100101 Genteng tanah liat tradisional buah 0 0 0 373500100102 Genteng tanah liat keramik buah 0 0 0 375700100003 Atap metal buah 68.000 68.000 70.000 Makassar Multiroof 375700100304 Atap asbes buah 0 0 0 375700100005 Atap beton buah 0 0 0 375700100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 22 Kaca 371120100501 Kaca polos bening 3 mm m 2 89.000 89.000 89.000 Makassar 152mm x 122mm = 165.000 371120100502 Kaca polos bening 5 mm m 2 97.000 97.000 97.000 Makassar 152mm x 122mm = 180.000 371120100503 Kaca polos bening 8 mm m 2 150.000 150.000 150.000 Makassar 152mm x 122mm = 280.000 371120200403 Kaca one way m 2 0 0 0 Makassar 371120200404 Kaca riben m 2 90.000 90.000 90.000 Makassar ukuran 3" 371120100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) m 2 0 0 0 (Perlembar) 23 Aspal 153300100001 Curah Grade 60/70 Lokal ton 0 0 0 153300100002 Drum Grade 60/70 (155 kg) Lokal drum 0 0 0 153300100003 Curah Grade 60/70 Impor ton 0 0 0 153300100004 Drum Grade 60/70 (155 kg) Impor drum 0 0 0 153300100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) drum/ton* 0 0 0 24 Gypsum 375300000101 Gypsum plafon 9 mm m 2 60.000 60.000 58.000 Makassar elephant 375300000102 Gypsum partisi 9mm m 2 0 0 0 375300000203 Gypsum list polos 220 cm X 11cm X 3cm Batang 0 0 0 375300000204 Gypsum list motif 220 cm X 11cm X 3cm Batang 0 0 0 375300000000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) Batang 0 0 0 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 85

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 7. Harga Per Satuan/Unit (Rp) Satuan/ Kabupaten No Jenis Barang Kode Kualitas Barang Responden Responden Responden Keterangan Unit Asal Barang I II III (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 25 Kabel 463400200501 Kabel NYA ukuran 1 x 1,5 mm 2 m 2.500 2.500 2.800 Makassar 250000/100m 463400200502 Kabel NYA ukuran 1 x 2,5 mm 2 m 4.000 4.000 4.000 Makassar 400000/100m 463400200403 Kabel NYM ukuran 3 x 2,5 mm 2 m 10.000 10.000 10.000 Makassar 500000/50m 463400200404 Kabel NYM ukuran 3 x 4 mm 2 m 16.000 16.000 16.000 Makassar 800000/50m 463400200705 Kabel NYY ukuran 3 x 2,5 mm 2 m 12.000 12.000 12.000 Makassar 600000/50m 463400200706 Kabel NYY ukuran 3 x 4 mm 2 m 18.000 18.000 18.000 Makassar 900000/50m 463400200000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) m 0 0 0 26 Bahan bangunan siap 316000202901 Daun pintu buah 800.000 900.000 1.000.000 Luwu Lembar tunggal pasang dari kayu kelas 316000200902 Daun Jendela buah 500.000 500.000 500.000 Luwu Lembar tunggal II 316000103503 Kusen pintu buah 500.000 500.000 500.000 Luwu Lubang tunggal 316000100904 Kusen jendela buah 300.000 300.000 400.000 Luwu Lubang tunggal 316000100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 27 Mesin Pompa Air 432200100201 Pompa Shallow Pump buah 0 0 0 432200100202 Pompa Semi Jet Pump buah 500.000 500.000 480.000 Makassar SHIMIZU 432200102103 Pompa Jet Pump buah 870.000 850.000 900.000 Makassar SHIMIZU 432200101804 Submersible Pump buah 0 0 0 432200100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 28 Rangka Atap Baja 412510100101 Profil Canal "C" tipe C71.075 batang 130.000 128.000 130.000 Makassar 412510100102 Profil Canal "C" tipe C81.075 batang 0 0 0 412510100103 Profil Canal "C" tipe C81.095 batang 0 0 0 412510199904 Profil "Omega" / reng tipe AA batang 0 0 0 412510199905 Profil "Omega" / reng tipe A batang 0 0 0 412510199906 Profil "Omega" / reng tipe AB batang 0 0 0 412510100000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) batang 0 0 0 29 Batako 375400200201 Batako berlubang (hollow block) m3 8.000 7.500 8.000 Luwu 4;1 375400200102 Batako tidak berlubang (solid block) ukuran 20x10x40 m3 15.000 15.000 15.000 Luwu 4;1 375400200000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) m3 0 0 0 30 415320200301 Profil kusen aluminium 3 inchi m 0 0 0 Aluminium 415320200302 Profil kusen aluminium 4 inchi m 0 0 0 415340000203 Aluminium lembaran 0,5 mm panjang 2 m, lebar 1 m lembar 0 0 0 415340000204 Aluminium lembaran 1 mm panjang 2 m, lebar 1 m lembar 0 0 0 415320200000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) m 0 0 0 31 Tangki Air Fiber 369500000101 Ukuran 450 liter buah 550.000 550.000 550.000 Makassar Penguin TB32 369500000102 Ukuran 550 liter buah 800.000 800.000 800.000 Makassar Penguin TB55 369500000103 Ukuran 1000 liter buah 1.500.000 1.550.000 1.550.000 Makassar Penguin TB110 369500000104 Ukuran 2000 liter buah 2.600.000 2.550.000 2.600.000 Makassar Penguin TB200 369500000000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 32 Lampu 465100200101 Lampu pijar 25 W buah 8.000 8.000 7.000 Makassar PHILIPS 465100200102 Lampu pijar 40 W buah 9.000 9.000 9.000 Makassar PHILIPS 465100200103 Lampu TL 18 W buah 40.000 35.000 30.000 Makassar PHILIPS 465100400104 Lampu TL 20 W buah 42.000 40.000 40.000 Makassar PHILIPS 465100400105 Lampu TL 25 W buah 45.000 42.000 42.000 Makassar PHILIPS 465100400106 Lampu TL 40 W buah 50.000 50.000 50.000 Makassar PHILIPS 465100400000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 33 MCB 462120500101 1 phasa buah 30.000 40.000 40.000 Makassar BROCO (SPLN 108-1993) 462120500102 2 phasa buah 55.000 55.000 60.000 Makassar BROCO 462120500103 3 phasa buah 0 0 0 462120500000 Lainnya...(Tuliskan di kolom 9) buah 0 0 0 86 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

LAMPIRAN Lanjutan Tabel 7. SEWA ALAT BERAT Harga per satuan/unit (Rp.) No Jenis Barang Kode Kualitas Barang Satuan/ Unit Dinas PU Kontraktor I Kontraktor II Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 2 Sewa Excavator/ wheeled Loader Sewa Buldozer/ Tracked Tractor 444260000101 100-120 HP unit/jam 484.880 700.000 700.000 444260000102 kurang dari 100 HP unit/jam 455.184 600.000 600.000 444260000100 Lainnya. (tuliskan di kolom 9) unit/jam 0 0 0 444210000101 95-120 HP unit/jam 419.920 500.000 500.000 444210000102 kurang dari 95 HP unit/jam 322.480 450.000 400.000 444210000100 Lainnya. (tuliskan di kolom 9) unit/jam 0 0 0 444250000001 70-120 HP unit/jam 0 500.000 500.000 3 Sewa Skid Steer Loader 444250000002 Kurang dari 70 HP unit/jam 0 0 0 4 5 6 Sewa Tandem Vibrating Roller Sewa Compact Track Loader Sewa Dump Truck 444250000000 Lainnya. (tuliskan di kolom 9) unit/jam 0 0 0 444240000101 8-10 ton unit/jam 444.666 500.000 500.000 444240000102 kurang dari 8 ton unit/jam 0 0 0 1.344/M 2 444240000100 Lainnya. (tuliskan di kolom 9) unit/jam 0 0 0 444210000201 70-120 HP unit/jam 0 0 0 444210000202 Kurang dari 70 HP unit/jam 0 0 0 444210000200 Lainnya. (tuliskan di kolom 9) unit/jam 0 0 0 444280100001 8-10 ton unit/hari 0 2.500.000 2.500.000 1 hari = 7 jam 444280100002 kurang dari 8 ton unit/hari 1.200.000 1.500.000 1.500.000 1 hari = 7 jam 444280100000 Lainnya. (tuliskan di kolom 9) unit/hari 0 0 0 1 hari = 7 jam JASA KONSTRUKSI 600000100001 Upah O-H 80.000 85.000 85.000 1 Mandor 600000100002 Tunjangan lainnya O-H 0 0 0 600000100003 Jumlah O-H 80.000 85.000 85.000 600000200001 Upah O-H 83.000 80.000 80.000 2 Kepala Tukang 600000200002 Tunjangan lainnya O-H 0 0 0 3 Tukang Kayu 600000200003 Jumlah O-H 83.000 80.000 80.000 600000300001 Upah O-H 70.000 70.000 70.000 600000300002 Tunjangan lainnya O-H 0 0 0 600000300003 Jumlah O-H 70.000 70.000 70.000 600000400001 Upah O-H 70.000 60.000 60.000 4 Tukang Batu 600000400002 Tunjangan lainnya O-H 0 0 0 600000400003 Jumlah O-H 70.000 60.000 60.000 600000500001 Upah O-H 70.000 60.000 60.000 5 Tukang Cat 600000500002 Tunjangan lainnya O-H 0 0 0 600000500003 Jumlah O-H 70.000 60.000 60.000 600000600001 Upah O-H 70.000 70.000 70.000 6 Tukang Listrik 600000600002 Tunjangan lainnya O-H 0 0 0 7 Pembantu Tukang 600000600003 Jumlah O-H 70.000 70.000 70.000 600000700001 Upah O-H 55.000 50.000 50.000 600000700002 Tunjangan lainnya O-H 0 0 0 600000700003 Jumlah O-H 55.000 50.000 50.000 600000800001 Upah O-H 0 0 0 8 Lainnya. (tuliskan) 600000800002 Tunjangan lainnya O-H 0 0 0 600000800003 Jumlah O-H 0 0 0 Sumber: Badan Pusat Statistik (Survei Serentak Harga dalam Rangka Penghitungan IKK) INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014 87

LAMPIRAN 88 INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN LUWU 2014

.