PEMBINAAN RASA NASIONALISME DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)¹ ) Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA 1) Oleh

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA 1) Oleh

NILAI KARAKTER DAN HASIL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI 1. Oleh

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION ¹ ) Oleh. M. Fajar Maulana 2), Pargito 3), Darsono 4)

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX.4 SMP N 10 PALEMBANG MELALUI PENERAPAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE DALAM PEMBELAJARAN PKn

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Kata kunci: aktivitas belajar, discovery learning, kreativitas belajar

PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN BERPIKIR KRITIS 1) Oleh. Fauziyah 2), Sudjarwo 3), Pargito 4)

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES¹ )

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN METODE PEMBIASAAN 1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD TEBING TINGGI

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

III. METODE PENELITIAN. Pembahasan pada metode penelitian mencakup beberapa hal pokok yang berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Australia, dalam penelitian tindakan kelas oleh Prof. Dr. H. Muhammad Askari, M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

Penggunaan Media Tiruan Untuk Meningkatkan Keterampilan dan Pemahaman Siswa Friska Eris Novitasari,Titin Kartini Abstrak:

PENGGUNAAN PENDEKATAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III PADA PEMBELAJARAN IPA DI SDN 26 LUBUK ALUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh LENI SETIYAWATI RAPANI ASMAUL KHAIR

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KERTAS ORIGAMI

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu suatu action

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PETA

ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS. (Jurnal Skripsi)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 9 Metro Barat. Penelitian dilaksanakan di kelas IVA semester ganjil Tahun. pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan.

PENERAPAN MODEL NHT DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn JURNAL. Oleh ASEP KURNIAWAN Rapani Asmaul Khair

PENINGKATAN MINAT DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARDUS PADA SISWA 1)

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN PKn DENGAN METODE QUANTUM TEACHING DI SD NEGERI 32 LUBUK ALUNG. Erni, Nurharmi, Yulfia Nora

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN HITUNG PENJUMLAHAN PADA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PERMAINAN BUJUR SANGKAR AJAIB KELAS II SD 1 PEDES ARTIKEL JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. proses pembelajaran dalam kelas menggunakan model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ACTIVE SHARING KNOWLEDGE 1. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

BAB III METODE PENELITIAN

Fika Yunifa Efrianingrum, Triwahyudianto, Rofi ul Huda Universitas Kanjuruhan Malang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh DIAH NURAINI MUNCARNO DARSONO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ACTIVE SHARING KNOWLEDGE 1. Oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas atau yang lebih dikenal dengan classroom action

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TEROPONG KELAS IV SD

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN REFLIKA UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP NASIONALISME 1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, AND REVIEW (SQ3R)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISSN: Vol. 4, No. 1, Maret 2017

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR K3LH MELALUI PEMBERIAN KUIS PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 MARE KABUPATEN BONE

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan penelitian tindakan kelas ini. Peneliti mengacu pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pendahuluan. Keywords: Mastery Learning, Student Activities, Result Of Learning

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

PENERAPAN TEKNIK EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN HASIL BEAJAR JURNAL. Oleh

IMPROVEMENT OF SCIENCE LEARNING OUTCOMES THROUGH GROUP INVESTIGATION IN VB

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL PGSD INDONESIA P-ISSN E-ISSN Vol 3 No 1 Tahun 2017

Aydha Vadillah Kurniawati et al., Implementasi Kooperatif Learning NHT... Abstrak

Transkripsi:

PEMBINAAN RASA NASIONALISME DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)¹ ) Oleh Iceu Mayasari 2), Sudjarwo 3), Pargito 4) The aim of this research is to explain how to guide nationalism feeling by using VCT learning method. The technique of this research is classroom action research. There are four steps in classroom action research, they are planning, action, observation, and reflection. Technique of collecting the data is using observation and test. Observation contains of guiding nationalism feeling and PKG and test as a measurement tools for the materials. The result of this research shows that guiding nationalism feeling using value clarification technique (VCT) learning method can improve mastering lesson for student in teaching and learning process. Based on the result of this research it can be concluded that guiding nationalism feeling by value clarification technique (VCT) learning method for student in teaching and learning process can improve the mastering lesson for student in learning PKn subject. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pembinaan rasa nasionalisme dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT). Jenis penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan.Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian terdiri dari pembinaan rasa nasionalisme dan kinerja guru dan tes sebagai alat pengukur penguasaan materi pelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan rasa nasionalisme dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan materi pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pembinaan rasa nasionalisme dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan penguasaan materi siswa terhadap pembelajaran PKn. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran value clarification technique, pembinaan rasa nasionalisme ¹ ) Tesis Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Tahun 2014. 2 ) Iceu Mayasari. Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Email: iceumaya65@yahool.com HP 085377554949 3 ) Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624. Email: Sudjarwo@yahoo.co.id 4) Pargito. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624. Email: pargito@yahoo.com.

PENDAHULUAN 2 Penelitian ini terfokus untuk meningkatkan pembinaan rasa nasionalisme siswa melalui model pembelajaran value clarification technique (VCT) dalam Pendidikan Kewarganegaraan ditingkat sekolah menengah menurut Adisusilo (2012: 141), VCT adalah pendekatan pendidikan nilai dimana peserta didik dilatih untuk menemukan, memilih, menganalisis, memutuskan mengambil sikap sendiri nilai-nilai hidup yang ingin diperjuangkan. Hal ini bertujuan disamping karna siswa SMA menjadi prioritas utama pembinaan, juga secara faktual dilapangan banyak para siswa yang saat ini kurang memiliki semangat kewarganegaraan dan wawasan budaya, sehingga penghargaan terhadap nilainilai kehidupan bangsa secara lebih luas menjadi rendah karena kurang mendapat tempat dalam kehidupannya. Indikator pembinaan rasa nasionalisme yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah (1) Penggunaan terhadap bahasa nasional (2) Pengetahuan tentang lagu-lagu wajib (3) Pengetahuan tentang rasa nasionalisme (4) Sikap terhadap pengetahuan tentang pahlawan (5) Sikap tentang kebudayaan daerah. Hasil pra survei melalui wawancara tersetruktur menunjukkan kecenderungan rasa kebangsaan (rasa nasionalisme) pada anak SMA Muhammadiyah pringsewu berada pada tingkat sedang ke rendah. Hal tersebut terbukti dengan indikator pembinaan rasa nasionalisme dimana penggunaan terhadap bahasa nasional rendah, anak masih menggunakan bahasa daerah, pengetahuan lagu-lagu wajib anak lebih cenderung hafal lagu zaman sekarang dari pada lagu-lagu wajib, lebih suka menghafal nama-nama pencipta lagu dari pada nama pahlawan, serta sikap tentang kebudayaan daerah yang rendah. Hal ini sangat menghawatirkan mengingat pada tingkat sekolah menengah ini diharapkan hasil pembinaan dapat menunjukkan kecenderungan sikap dan rasa nasionalisme yang tinggi, sebab hasil ini dijadikan dasar/pondasi yang kuat untuk meningkatkan kualitas yang lebih baik. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif, yaitu dengan melakukan tindakan-tindakan sebagaimana yang dirancang akan mampu memperbaiki dan atau meningkatkan proses pembelajaran di kelas secara

3 profesional. Arikunto, (2010) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti (atau dilakukan guru bertindak sebagai peneliti) di kelas atau sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan kepada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Berkaitan dengan PTK, Kemmis dan Taggart, (1990: 10) menyatakan bahwa Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penyelidikan reflektif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan sosial sendiri atau praktik pendidikan mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik dan situasi di mana praktik-praktik ini dilakukan keluar. Sedangkan menurut Kusumah dan Dwitagama (2009: 141) Penelitian tindakan kelas dikembangkan secara bersama-sama antara peneliti dengan kolaborator dan sasaran tindakan tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014. Tempat penelitian dilaksanakan pada kelas X SMA Muhammadiyah Pringsewu dengan jumlah peserta didik 37 orang. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan observasi, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data penelitian ini yaitu dengan menggunakan deskriptif analisis. Keberhasilan penelitian ini didasarkan pada indikator, keberhasilan rasa nasionalisme dilihat dari proses yang dihasilkan selama pembelajaran yang sesuai model VCT. Apabila pada akhir siklus mencapai 70% dari indikator yang telah ditentukan. Pemilihan prosentase ini didukung oleh pendapat Arikunto (2010), yaitu 81%-100% sangat baik; 61%-80% baik; 41%-60% cukup; 21%-40% kurang; dan 0%-20% kurang sekali. HASIL DAN PEMBAHASAN Tindakan siklus I Perencanaan Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi (1) peneliti menentukan materi yang akan diajarkan pada siklus I yaitu pada standar kompetensi (SK) 1. memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kompetensi dasar (KD) 1.4 menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4 Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. (2) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. (3) Menyusun sekenario pembelajaran melalui pendekatan VCT yang meliputi tahap (a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. (b) Guru menyajikan materi secukupnya. (c) Guru membentuk kelompok secara heterogen terdiri dari 5 atau 6 orang (d) Guru menyampaikan beberapa tugas dan kata kunci sesuai dengan materi. (e) Tiap kelompok mendiskusikan tugas yang diberikan. (f) Tiap kelompok diminta untuk membuat laporan ringkas tentang tugas yang diberikan. (g) Tiap kelompok menyajikan hasil diskusi secara pleno yang dipandu oleh guru. (h) guru membuat kesimpulan. (4) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksanaanya tindakan. (5) Mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar pengamatan (observasi). (6) Mempersiapkan perangkat tes. Pelaksanaan (Acting) Pembinaan rasa nasionalisme dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siklus I dikelas X dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 18 September 2013 diikuti oleh 37 Siswa. Materi pembelajaran pada pertemuan ini.yaitu mendeskripsikan makna semangat kebangsaan. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa 25 September 2013 diikuti oleh 37 Siswa, setiap pertemuan 2x45 menit. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu 2 Oktober 2013 diikuti oleh 37 Siswa. Pada pertemuan ketiga siswa mengerjakan uji tes untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa pada pertemuan pertama sebelumnya. Pengamatan Pengamatan terhadap kegiatan guru menunjukkan pada siklus 1 masih dalam kategori kurang baik dengan sekor 44,5% dari total skor 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam proses pembelajaran belum mencapai indikator yang telah ditetapkan. Indikator ketercapaian untuk penggunaan bahasa nasional siklus 1 sebesar 63,51%, pengetahuan lagu-lagu wajib siklus 1 67,34%, pengetahuan tentang rasa nasionalisme siklus 1 sebesar 67,79%, sikap terhadap pengetahuan tentang pahlawan siklus 1 sebesar 51,35%, sikap tentang kebudayaan daerah siklus 1 sebesar 63,51%, hal ini dapat dilihat dari rata-rata

5 nilai kelas sebelum menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT). Sebesar 47,02% dengan siswa yang tuntas hanya 10 siswa dari 37 orang, kemudian setelah menggunakan pembelajaran value clarification technique (VCT). (pada siklus 1), maka nilai rata rata kelas meningkat menjadi 48,64 dengan peserta didik yaitu 18 siswa. Dapat diartikan bahwa pada siklus 1 semua unsur penelitian belum mencapai indikator penilaiannya. Refleksi Kekurangan dan kelemahan kemampuan guru pada saat proses belajar sebagai berikut (1) Guru belum dapat memeriksa kesiapan siswa. (2) Guru belum dapat mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. (3) Guru belum dapat mengaitkan materi dengan realitas kehidupan. (4) Guru belum mampu membiasakan siswa untuk kreatif. (5) Guru belum mampu membiasakan siswa untuk mandiri. (6) Guru belum mampu membiasakan siswa untuk berani mengambil resiko. (7) Guru belum mampu membiasakan siswa untuk kerja keras. (8) Guru belum mampu membiasakan siswa untuk rasa ingin tahu. (9) Guru belum mampu membiasakan siswa untuk disiplin. (10) Masih ada peserta didik belum mencapai KKM. Tindakan siklus 2 Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I meliputi (1) peneliti menentukan materi yang akan diajarkan pada siklus I yaitu pada standar kompetensi (SK) 1. memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kompetensi dasar (KD) 1.4 Menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. (2) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai.(3) Menyusun sekenario pembelajaran melalui pendekatan VCT yang meliputi tahap ( a.) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. (b) Guru menyajikan materi secukupnya. (c) Guru membentuk kelompok secara heterogen.terdiri dari 5 atau 6 orang (d) Guru menyampaikan beberapa tugas dan kata kunci sesuai dengan materi. (e) Tiap kelompok mendiskusikan tugas yang diberikan. (f) Tiap kelompok diminta untuk membuat laporan ringkas

6 tentang tugas yang diberikan. (g) Tiap kelompok menyajikan hasil diskusi secara pleno yang dipandu oleh guru. (h) Guru membuat kesimpulan.(4) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksanaanya tindakan. (5) Mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar pengamatan (observasi). (6) Mempersiapkan perangkat tes. Pelaksanaan Pembinaan rasa nasionalisme dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siklus II dikelas X dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 9 Oktober 2013 diikuti oleh 37 Siswa. Materi pembelajaran pada pertemuan ini. Yaitu menguraikan macam-macam perwujudan nasionalisme dalam kehidupan. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 16 Oktober 2013 diikuti oleh 37 Siswa, setiap pertemuan 2x45 menit. Materi pembelajaran pada pertemuan ini siswa harus menjelaskan macam-macam nasionalisme. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu 23 Oktober 2013 diikuti oleh 37 Siswa. Pada pertemuan ketiga siswa mengerjakan uji tes untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa pada pertemuan pertama sebelumnya. Pengamatan Pengamatan terhadap kegiatan guru menunjukkan pada siklus 2 masih dalam kategori baik dengan sekor 72% dari total skor 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam proses pembelajaran belum mencapai indikator yang telah ditetapkan. Indikator ketercapaian untuk penggunaan bahasa nasional siklus 2 sebesar 71,17 pengetahuan lagu-lagu wajib siklus siklus 2 sebesar 72,29%, pengetahuan tentang rasa nasionalisme siklus 2 sebesar 70,49%, sikap terhadap pengetahuan tentang siklus 2 sebesar 73,98%, sikap tentang kebudayaan daerah siklus 2 sebesar 73,98%,hal ini mengalami peningkatan nilai. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai kelas sebelum menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT). Sebesar 47,02% dengan siswa yang tuntas hanya 10 siswa dari 37 orang, kemudian. Pada siklus 2 dengan rata-rata 71,89 dengan presentasi yang tuntas 59,45% atau sebanyak 22 siswa dari 37 orang. Dapat diartikan bahwa pada siklus 2 unsur penelitian belum mencapai indikator penilaiannya.

7 Refleksi kekurangan dan kelemahan kemampuan guru pada saat proses belajar sebagai berikut (1) Guru belum Memeriksa kesiapan siswa. (2) Guru belum dapat mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. (3) Guru belum mampu motivasi siswa untuk kreatif. (4) Guru belum mampu memotivasi siswa untuk kerja keras. (5) Guru belum mampu memotivasi siswa untuk rasa ingin tahu. (6) Guru melum mampu menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar. Tindakan siklus 3 Perencanaan Persiapan yang dilakukan pada siklus III meliputi: (1) Peneliti menentukan materi yang akan diajarkan pada siklus III yaitu pada standar kompetensi (SK) 1. Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kompetensi dasar (KD) 1.4 menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. (2) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. (4) Menyusun sekenario pembelajaran melalui pendekatan VCT yang meliputi tahap (a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.(b) Guru menyajikan materi secukupnya. (c) Guru membentuk kelompok secara heterogen.terdiri dari 5 atau 6 orang (d) Guru menyampaikan beberapa tugas dan kata kunci sesuai dengan materi. (e) Tiap kelompok mendiskusikan tugas yang diberikan. (f) Tiap kelompok diminta untuk membuat laporan ringkas tentang tugas yang diberikan. (g) Tiap kelompok menyajikan hasil diskusi secara pleno yang dipandu oleh guru. (h) guru membuat kesimpulan.(5) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksanaanya tindakan. (6) Mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar pengamatan (observasi). (7) Mempersiapkan perangkat tes. Pelaksanaan Pembinaan rasa nasionalisme dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) pada siklus III dikelas X dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk

8 uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 30 Oktober 2013 diikuti oleh 37 Siswa. Materi pembelajaran pada pertemuan ini. (1)menunjukkan contoh perilaku yang sesuai dengan semangat kebangsaan. (2).menunjukkan sikap positif terhadap patriotisme Indonesia. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 6 November 2013 diikuti oleh 37 Siswa, setiap pertemuan 2x45 menit. Materi pembelajaran pada pertemuan ini siswa harus mempraktekan prinsip proyeksi peta ke bidang datar. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari rabu 13 November 2013 diikuti oleh 37 Siswa. Pada pertemuan ketiga siswa mengerjakan uji tes untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa pada pertemuan pertama sebelumnya. Pengamatan Pengamatan terhadap kegiatan guru menunjukkan pada siklus 3 masih dalam kategori baik dengan sekor 76% dari total skor 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam proses pembelajaran telah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Indikator ketercapaian untuk penggunaan bahasa nasional siklus 3 sebesar 84,68. Pengetahuan lagu-lagu wajib siklus 3 sebesar 83,33%. pengetahuan tentang rasa nasionalisme siklus 3 sebesar 83,55%. sikap terhadap pengetahuan tentang pahlawan siklus 3 sebesar 82,43. Sikap tentang kebudayaan daerah siklus 3 sebesar 83,10%. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai kelas sebelum menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT). Sebesar 47,02% dengan siswa yang tuntas hanya 10 siswa dari 37 orang, Pada siklus 3, peningkatan rata-rata kelas telah memenuhi kreteria yang diharapkan yaitu sebesar 76,21. Melihat peningkatan yang cukup baik maka peneliti memutuskan untuk menghentikan proses pembelajaran pada siklus 3. Refleksi Berdasarkan hasil temuan menyatakan bahwa siswa yang mendapatkan nilai diatas atau sama dengan 70 sebagai standar KKM berjumlah 29 orang dari 37 siswa, dengan tingkat ketuntasan mencapai 78,37 % sedangkan siswa yang tidak tuntas hanya berjumlah 8 orang atau 21,62 %. Berarti pembelajaran sudah meningkat keberhasilannya, sehingga sudah dirasakan cukup untuk tidak dilanjutkan kesiklus berikutnya.

9 Pembahasan dalam pembelajaran dengan model VCT di dalam proses belajar ada beberapa hal penting yang perlu diketahui dan disimpulkan dari pembelajaran yang telah dilakukan antara lain (1) Siswa dapat terbiasa belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar dalam mengklasifikasikan materi ajar dengan kriteria tertentu. (2) Siswa selalu berfikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi secara individu maupun kelompok. (3) Siswa mampu belajar sebelum menghadapi tes, baik pretes maupun postes, dari siklus ke siklus. Data hasil penelitian menunjukan rata-rata nilai kelas sebelum menggunakan pembelajaran dengan model VCT sebesar 47 dengan siswa yang tuntas hanya 10 siswa dari 37 orang, atau hanya 27,02%. Kemudian setelah menggunakan pembelajaran dengan model VCT (pada siklus 1), maka nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 61,08 dengan peserta didik yang belum memenuhi KKM meningkat menjadi 19 siswa. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran rasa nasionalisme dengan model VCTbelum maksimal. Pada siklus 2 didapat kemampuan nilai rata-rata kelas sebesar 71,89 dengan persentase yang tuntas sebesar 71,89% atau sebanyak 22 siswa dari 37 orang, dengan demikan ada peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan siswa sudah mulai mengerti strategi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pada siklus 3, peningkatan nilai rata-rata kelas telah memenuhi kriteria yang diharapkan yaitu sebesar 76,21 atau 76,21%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pembinaan rasa nasionalisme dengan menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT) yaitu penggunaan bahasa nasional siklus 1sebesar 63,51%, siklus 2 sebesar 71,17 dan siklus 3 sebesar 84,68. Pengetahuan lagu-lagu wajib siklus 1 67,34%, siklus 2 sebesar 72,29% dan siklus 3 sebesar 83,33%. Pengetahuan tentang rasa nasionalisme siklus 1 sebesar 67,79%, siklus 2 sebesar 70,49% dan siklus 3 sebesar 83,55%. Sikap terhadap pengetahuan tentang pahlawan siklus 1 sebesar 51,35%, siklus 2 sebesar 73,98%, dan siklus 3 sebesar 82,43. Sikap tentang kebudayaan daerah siklus 1 sebesar 63,51%, siklus 2 sebesar 73,98%, dan siklus 3 sebesar 83,10% dalam pembinaan tersebut dari siklus 1sampai siklus 3, mengalami peningkatan nilai.

10 SIMPULAN DAN SARAN 1. Model pembelajaran value clarification technique (VCT) yang menggunakan teknik inkuiri nilai dalam pelajaran PKn, dapat membina rasa nasionalisme dilihat dari deskripsi penggunaan bahasa nasional siklus 1sebesar 63,51%,siklus 2 sebesar 71,17 dan siklus 3 sebesar 84,68. Deskripsi Pengetahuan lagu-lagu wajib siklus 1 67,34%, siklus 2 sebesar 72,29% dan siklus 3 sebesar 83,33%. Deskripsi pengetahuan tentang rasa nasionalisme silkus 1 sebesar 67,79%, siklus 2 sebesar 70,49% dan siklus 3 sebesar 83,55%. Deskripsi sikap terhadap pengetahuan tentang pahlawan siklus 1 sebesar 51,35%, siklus 2 sebesar 73,98%, dan siklus 3 sebesar 82,43. Deskripsi sikap tentang kebudayaan daerah siklus 1 sebesar 63,51%, siklus 2 sebesar 73,98%, dan siklus 3 sebesar 83,10% dalam pembinaan tersebut dari siklus 1sampai siklus 3, mengalami peningkatan 2. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran value clarification technique (VCT).yang dapat membina rasa nasionalisme pada mata pelajaran PKn, hal ini dapat dilihat dari deskripsi nilai-nilai hasil belajar dengan model pembelajaran value clarification technique (VCT).dari siklus 1 sampai siklus 3, selalu mengalami peningkatan.hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas sebelum mengunakan pembelajaran VCT sebesar 47. Kemudian setelah menggunakan pembelajaran dengan dengan VCT, maka nilai rata-rata kelas siklus 1 meningkat menjadi 61,08. Pada siklus 2 didapat nilai rata-rata kelas sebesar 71,89 dan pada siklus 3, peningkatan nilai rata-rata kelas telah memenuhi kreteria 76,21. Berdasarkan simpulan diatas, dalam penelitian ini ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut. 1. Hendaknya guru mengenalkan model pembelajaran value clarication technique (VCT). Sebelum atau selama pembelajaran. Agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri. Serta menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri mereka. 2. Siswa hendaknya dituntut untuk menguasai materi pembelajaran sehingga didalam kelompok siswa tidak bingung untuk mendiskusikan materi bagiannya dan dapat mengimplementasikanya dalam kehidupan seharisehari.

11 3. Bagi sekolah perlu dilakukan kegiatan pembelajaran pada setiap pelajaran dengan berbagai strategi dan metode, sebagai upaya menciptakan suasana belajar yang bervariasi. DAFTAR RUJUKAN Adisusilo Sutarjo, J. R. 2012. Pembelajaran nilai-nilai karakter. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Arikunto Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Jakarta: Rineka Cipta. Kemmis & Mc Taggart. 1990. The Action Research Planner. Australia: Deakin University. Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2009. Mengenal penelitian tindakan kelas: Buku untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Indeks.