PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE pada PEMBELAJARAN MATEMATIKA di KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 PADANG PANJANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DISERTAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 14 PADANG

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN STRATEGI THE FIRING LINE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BATIPUH. Abstract

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA ADABIAH PADANG

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 32 PADANG ARTIKEL. Oleh : FRESTY YUMERISA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FIND SOMEONE WHO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA N 5

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

Vol. 3 No. 1 (2014) : jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal Annisa Rahmi Yanti Z 1), Edwin Musdi 2), Atus Amadi Putra 3) Abstract

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 KOTO XI TARUSAN

Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**), Mulia Suryani**).

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK TINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

MENINGKATKAN AKTIVITAS BERPIKIR DAN BERDISKUSI SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 KABUPATEN TEBO

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 6 PADANG

PENERAPAN PEMBERIAN KUIS DIIRINGI DENGAN REWARD SEBAGAI TINDAK LANJUT PEKERJAAN RUMAH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 23 PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Keywords: the tipe of model Cooperative Student Teams Achievement Division (STAD), Learning Outcomes

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DISERTAI POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X SMA N 5 SOLOK SELATAN.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE LINGKARAN DALAM LINGKARAN LUAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 7 PADANG

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK ROUND ROBIN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTsN MODEL PADANG

Penerapan Pendekatan Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual dalam Pembelajaran Matematika di Kelas XI-IPS SMA Pembangunan Laboratorium UNP Padang

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI FUNGSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR. Info Artikel

ABSTRACT. mathematical

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMPN 6 X Koto Singkarak

Key words: Circle The Sage, The Students Mathematics Learning Outcomes

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERTUKAR PASANGAN DISERTAI KUIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG

Ismawati, Maria Erna, dan Miharty Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERTUKAR PASANGAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 1 PERANAP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VII SMPN 22 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

ABSTRACT. Keyword : Student s Learning Outcome, Cooperative Learning, Group Investigation

Keywords: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Learning Outcomes

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Dedi Kurniawan ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

Wirakaryati dan Jurubahasa Sinuraya Jurusan Fisika FMIPA Unimed)

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR SHARE DI SMA NEGERI PURWODADI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 18 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: HELMI SUSANTI

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR **) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Index Card Match

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DISKUSI DAN HASIL BELAJARMATEMATIKA SISWA KELAS IX SMPN 23 PADANG

PENGGUNAAN MODEL GROUP INVESTIGATION

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TPS PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen.

ABSTRACT

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) disertai Numbered Heads Together (NHT)

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

Tabel 1. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa

PENERAPAN TEKNIK SPOTLIGHT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Nadia Cahyadi*, Zulfitri Aima**, Ainil Mardiyah**

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF COURSE REVIEW HORAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 11 PADANG Oleh: ABSTRACT

PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE pada PEMBELAJARAN MATEMATIKA di KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 PADANG PANJANG Rahmatun Nisa 1), Edwin Musdi 2), Jazwinarti 3) 1) FMIPA UNP, email: cuvy_girl@yahoo.co.id 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract Abstract This research was conducted to determine whether the results of the students 'mathematics learning using cooperative learning Think Pair Share is better than the results of students' mathematics learning using conventional learning in class XI Social SMAN 2 Padang Panjang. This research is a quasi-experimental with a randomized control group design research design only. Based on the results of data analysis studies concluded that the mathematics learning outcomes of students using cooperative learning Think Pair Share is better than the results of students' mathematics learning using conventional learning in class XI Social SMAN 2 Padang Panjang. Keywords: cooperative learning, think pair share type PENDAHULUAN Keberhasilan pembelajaran di sekolah merupakan harapan dari semua pihak, termasuk pembelajaran matematika. Matematika mempunyai kaitan yang erat dalam kehidupan, misalnya dalam hal menyelesaikan permasalahan-permasalahan di bidang ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan alam dan bidang ilmu lainnya. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa untuk menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang kondusif yang dapat menunjang pembeljaran. Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan, maka hasil belajar matematika pada jenjang pendidikan perlu ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan maka bukan hanya guru yang harus berperan dan memberikan informasi kepada siswa, melainkan siswa juga harus berusaha untuk mencari informasi yang lebih tentang apa yang akan dan telah dipelajari di sekolah, baik dari guru, teman serta bukubuku penunjang lainnya. Siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran tentunya akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajarnya, hal ini akan membuat siswa tidak akan cepat lupa mengenai materi yang diberikan karena dalam proses pembelajaran siswa juga ikut berpartisipasi. Observasi yang dilakukan di kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang tanggal 13 sampai 16 September 2013, memberikan gambaran bahwa dalam proses pembelajaran matematika, siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, hanya beberapa orang saja yang menanggapi, sedangkan siswa yang lainnya merasa enggan karena mereka takut ditertawakan siswa lain. Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal ke depan kelas tetapi hanya dua sampai tiga orang saja yang berpartisipasi dan itupun orangnya hampir sama di setiap proses pembelajaran, sedangkan siswa yang lainnya mereka hanya diam. Saat mengerjakan latihan siswa lebih suka membuat kelompok, menunggu dan menyalin pekerjaan temannya, dibandingkan berpikir dan bertanya kepada guru maupun teman. Selama proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang mengobrol dengan temannya dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal ini tentunya akan mengakibatkan materi pelajaran tidak dapat dipahami dengan baik. Apabila permasalahan yang diutarakan di atas dibiarkan tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap kurang optimalnya hasil belajar, yang dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini dilihat dari hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang Tahun Pelajaran 2013/2014 memperlihatkan hasil belajar yang rendah seperti pada Tabel 1 berikut: TABEL 1 PERSENTASE SISWA YANG TUNTAS DAN TIDAK TUNTAS PADA UJIAN TENGAH SEMESTER I MATEMATIKA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 PADANG PANJANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Kelas Jumlah Siswa Tuntas % Tidak tuntas % XI IPS 1 27 33,33 66,67 XI IPS 2 29 27,59 72,41 XI IPS 3 29 17,24 82,76 XI IPS 4 28 21,43 78,57 Jumlah 113 SUMBER :GURU MATEMATIKA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 PADANG PANJANG TAHUN Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMA Negeri 2 Padang Panjang untuk pelajaran matematika adalah 75. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa 23

Ujian Tengah Semester I mata pelajaran matematika Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang Tahun Pelajaran 2013/2014 masih ada siswa yang belum mencapai KKM. Kualitas pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka guru harus bisa membuat siswa untuk terlibat aktif selama proses pembelajaran, karena keaktifan dalam suatu pembelajaran dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar. Guru sebaiknya mampu menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk menyikapi masalah-masalah yang di temui pada siswa. Guru yang merupakan salah satu komponen utama dalam proses pembelajaran diharapkan mampu menciptakan kondisi yang dapat dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok. Model pembelajaran ini sudah pernah diterapkan oleh guru di sekolah, namun kegiatan ini belum terlaksana dengan baik. Hal ini mungkin disebabkan karena pengorganisasian kelompok yang membutuhkan waktu relatif lama yang mengakibatkan waktu untuk belajar kelompok menjadi lebih sedikit sehingga proses balajar mengajar menjadi tidak efektif, pembentukan kelompok ditentukan oleh siswa sendiri, maka siswa yang berkemampuan akademik tinggi cenderung memilih anggota kelompok yang kemampuan akademiknya setara. Keadaan ini akan berdampak buruk bagi siswa yang kemampuan akademiknya rendah. Jumlah anggota kelompok yang cukup banyak akan mengakibatkan kerja kelompok tidak berjalan dengan baik. Dalam kelompok tersebut siswa yang bekerja hanya satu atau dua orang saja, sedangkan anggota kelompok yang lain hanya menunggu untuk menyalin pekerjaan temannya dan mereka juga tidak mau untuk bertanya tentang materi yang tidak dipahaminya. Pembelajaran merupakan proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.[1] Guru diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran serta keinginan siswa untuk bertanya dan berbagi ilmu dengan siswa lain. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Pembelajaran koooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berintekrasi. [2] dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk mampu memahami materi dengan berkerja sama dengan temannya. Siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. [3] Pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa berkerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama sambil berkerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan social.[3] Pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik sebagai berikut :1) Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil, dengan anggota kelompok yang terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang bervariasi atau memperhatikan jenis kelamin dan etnis. 2) Siswa belajar dalam kelompoknya dengan bekerja sama untuk menguasai materi pelajaran dengan salinng membantu. 3) System penghargaaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.[3] Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran koopertif ini merupakan hal yang utama. Dengan demikian dalam kelompok belajar, siswa yang kemampuan akademiknya tinggi ikut bertanggung jawab untuk membantu siswa yang kemampuan akademiknya rendah. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja sama siswa dan sekaligus para siswa bertanggung jawab terhadap aktifitas belajar kelompok agar semua anggota kelompok bisa memahami materi pelajaran dengan baik. Berdasarkan toeri yang menjelaskan tentang lima unsur yang terdapat dalam struktur pembelajaran koopertif yaitu: 1) Saling ketergantungan positif, Kegagalan dan keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Oleh karena itu sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling ketergantungan. 2) Tanggung jawab perseorangan, Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan. 3) Tatap muka, Interaksi yang terjadi melalaui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok. 4) Komunikasi antar anggota, Karena dalam setiap tatap muka terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota kelompok sangatlah penting. 5)Evaluasi proses kelompok, Keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok. [4] Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntuk untuk terlibat secara aktif, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik terhadap guru maupun dengan siswa lainnya, serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan anggota kelompok guna memahami materi pelajaran dengan baik. Berdasarkan pendapat lain yang menjelaskan bahwa, siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif, setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi aktif agar diterima oleh anggota kelompoknya. [5] Dengan demikian pembelajaran kooperatif mampu membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengelompokan siswa pada model pembelajaran kooperatif dilakukan secara heterogen. Pengelompokan heterogen yaitu pengelompokan siswa dimana satu 24

kelompok terdiri dari siswa yang miliki kemampuan akademik berbeda. Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan cirri-ciri yang menonjol dalam pembelajaran kooperatif, kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. [4] Pada penelitian ini pembentukan kelompok diprioritaskan pada kemampuan akademik. Pembentukan kelompok diawali dengan merangking siswa dari siswa yang nilai tertinggi sampai siswa yang nilainya terendah. Setelah di rangking dibentuk kelompok dengan anggota 2 orang siswa yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah. Salah satu tujuan dikembangkan pembelajaran kooperatif adalah untuk pencapaian hasil belajar. Sesuai dengan pendapat Slavin 1) Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan social, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. 2) Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.[2] Pembelajaran kooperatif yang menuntut interaksi siswa akan memberikan dampak baik terhadap keefektifan proses pembelajaran. Interaksi di antara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian prestasi siswa. [6] Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. [7] Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe Think Pair Share. Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif atau kelompok yang pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dari University Maryland pada tahun 1985. Pembelajaran Think Pair Share ini memiliki prosedur yang telah ditetapkan untuk memberikan siswa kesempatan lebih banyak untuk berpikir secara sendiri, berdiskusi, saling membantu dalam kelompok, dan diberi kesempatan untuk berbagi dengan siswa yang lain. TPS ini dapat mengembangkan potensi yang ada pada siswa secara aktif dengan membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang yang akan menciptakan pola interaksi yang optimal, menambah semangat kebersamaan, menimbulkan motivasi dan membuat komunikasi yang efektif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa langka-langkah yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif Tipe TPS : a) Langkah 1: Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. b) Langkah 2: Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. c) Langkah 3: Berbagi (Sharing) Pada kesempatan ini siswa diberi topik bagi tim mereka. Cara memilih topik kelas ini bisa dilakukan dengan guru menunjukkan selebaran atau menuliskan dipapan tulis tentang topik yang akan dibahas dalam kelompoknya. Hal ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.[8] Sesuia dengan teori diatas Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini terdiri atas 3 tahap pembelajaran yaitu diawali dengan Think yang memberikan permasalahan kepada siswa dan diberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mencari kemungkinan solusi dari masalah yang diberikan secara mandiri, selesai tahap Think, dilanjutkan dengan tahap Pair yaitu setelah siswa secara mandiri memikirkan solusi dari masalah yang diberikan maka pada tahap ini siswa diminta untuk saling bertukar pikiran dan ide dengan pasangannya atau berdiskusi atas hasil yang diperolehnya pada tahap awal, setelah diskusi dengan pasangannya selesai dan mendapatkan suatu kesimpulan kelompok maka tahap selanjutnya dilanjutkan dengan tahap Share yaitu beberapa kelompok diminta untuk berbagi dengan siswa lainnya dengan cara mempersentasikan hasil kerja atas solusi yangdiperoleh dari permasalahan tadi dengan pasangannya di depan kelas. Kelompok yang lainya memberikan pertanyaan, saran atau kritikan terhadap persentasi temannya didepan kelas. Selama diskusi berlansung guru mengawasi dan memantau kerja siswa dalam kelompok kecil untuk memastikan apakah proses belajar mengajar berjalan lancar. Pada akhir proses pembelajaran guru mengadakan tes kemampuan belajar dengan mengadakan tes akhir. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini siswa akan lebih aktif berdiskusi berdua pasangannya sehingga siswa akan terlibat secara langsung dalam diskusi kelompok dan juga interaksi yang terjalin antara siswa dengan siswa lainnya lebih mudah sehingga kesempatan untuk memberikan ide dan masukan dalam kelompok lebih banyak. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Apakah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional di Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang? Adapun Hipotesis dari penelitian ini yaitu hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang 25

menggunakan pembelajaran konvensional di kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan hasil belajar matematika siswa antara hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua kelas sample yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen perlakuan yang diberikan berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design. Populasi pada penelitian ini yaitu semua siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang yang terdaftar pada Tahun Pelajaran 2013/2014. Pemilihan sampel dilakukan secara Random Sampling sehingga yang menjadi kelas sampel dalam penelitian yaitu kelas XI IPS 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 3 sebagai kelas kontrol. Variabel dalam penelitian ada dua yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebasnya yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada kelas eksperimen dan penerapan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, variable terikatnya yaitu hasil belajar matematika siswa. Utuk jenis data dalam penelitian ini juga ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari sampel setelah perlakuan diberikan, sedangkan data sekunder yaitu nilai murni Ujian Tengah Semester I mata pelajaran Matematika dan jumlah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang Tahun Pelajaran 2013/2014 yang didapat dari guru matematika dan tata usaha sekolah. Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu 1) tahap persiapan : untuk tahap persiapan dilakukan beberapa hal yaitu mambuat proposal penelitian, menetapkan tempat dan jadwal penelitian, mengurus surat izin penelitian, menentukan kelas sampel, mempersiapkan RPP dan LKS yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta menvalidasinya, menyusun pembentukan kelompok heterogenitas. 2) tahap pelaksanaan adalah melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan RPP pembelajaran yang telah di buat pada kelas sampel. 3) tahap penyelesaian : memberikan tes akhir pada siswa kelas sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Untuk memperoleh soal tes yang berkualitas baik maka terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi soal tes, menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat, menvalidasi soal tes, melakukan uji coba soal tes dan menganalisis soal tes. Soal tes akhir berupa soal esay. Data yang didapat setelah penelitian berakhir adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah tes akhir dilakukan. Data hasil belajar ini akan dianalisis untuk menguji hipotesis, uji hipotesis yang digunakan yaitu uji-t dengan hipotesis statistik yaitu: H 0 : μ 1 = μ 2 H 1 : μ 1 > μ 2 Keterangan : Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas kontrol. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan software minitab. Interpretasi uji ini dilakukan dengan memperhatikan P-value, jika nilai P- value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata maka tolak H 0 dan sebaliknya terima H 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah peserta tes dari kedua kelompok kelas sampel adalah sebanyak 58 orang siswa dengan perincian 29 orang siswa dari kelas eksperimen dan 29 orang siswa dari kelas kontrol. Tes akhir pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan pada hari yang sama yaitu pada tanggal 21 Januari 2014. Setelah tes dilaksanakan pada kedua kelas sampel diperoleh data sebagai berikut : TABEL 2 DESKRIPSI DATA HASIL BELAJAR SISWA KELAS SAMPEL Kelas s Eksperimen 79,1 10,4 99 57 Kontrol 63,0 12,8 83 44 Keterangan: Rata-rata hasil belajar Simpangan baku Nilai tertinggi = Nilai terendah Tabel 2 di atas memperlihatkan, nampak bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen 79,1 dan nilai rata-rata kelas kontrol 63,0. Nilai rata-rata kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol. Simpangan baku kelas eksperimen 10,4, dan simpangan baku kelas kontrol 12,8. Kelas eksperimen memiliki simpangan baku lebih kecil dari kelas kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan akademik siswa kelas eksperimen lebih seragam dari pada kemampuan akademik siswa kelas kontrol. Siswa kelas kontrol mempunyai kemampuan akademik yang lebih beragam 26

dibandingkan dengan siswa kelas eksperimen. Nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa kelas eksperimen yaitu 99 sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa kelas control hanya 83. Hal ini juga menunjukkan hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar matematika siswa kelas control. Hal ini juga terlihat pada nilai terendah yang didapat oleh siswa pada kedua kelas sampel. Untuk kelas eksperimen nilai terendah yang diperoleh adalah 57 sedangkan nilai terendah yang diperoleh oleh siswa kelas control adalah 44. Untuk nilai terendah siswa kelas sampel, nilai terendah yang didapat oleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilaii terendah yang diperoleh oleh siswa kelas control. Selain itu, pada tabel di bawah ini dapat dilihat persentase ketuntasan dan ketidak tuntasan hasil belajar matematika siswa kedua kelas sampel pada pokok bahasan Fungsi Komposisi dimana Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75, seperti yang terlihat pada Tabel 3: TABEL 3 PERSENTASE HASIL BELAJAR SISWA YANG TUNTAS DAN TIDAK TUNTAS MASING-MASING KELAS SAMPEL Kelas 75 < 75 Jumlah Siswa Ekperimen 65,52% 34,48% 29 Kontrol 31,03% 68,97% 29 Tabel 3 memperlihatkan bahwa pada kelas ekperimen dari 29 orang siswa, 65,52% telah tuntas sedangkan pada kelas kontrol dari 29 orang siswa hanya 31,03% siswa yang tuntas. Jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen lebih banyak dari padasiswa kelas kontrol. Hal ini menampakkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa kelas control. Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh berupa nilai tes hasil belajar matematika siswa dilakukan pengujian hipotesis. Sebelum uji hipotesis dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar matematika siswa yang telah diperoleh maka terbukti bahwa data tes hasil belajar matematika siswa tersebut berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan α = 0,05. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan software minitab diperoleh P-Value = 0,000. Berdasarkan interpretasi nilai P-value untuk menerima ataukah menolak H 0, Karena P-Value < α, hal ini berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa kelas kontrol. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya membuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini membuat diskusi siswa lebih berjalan optimal, dalam Think Pair Share ini siswa diminta terlebih dahulu untuk memikirkan sendiri permasalahan yang diberikan, setelah itu dilaksanakan diskusi kelompok yang akan memberikan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk bertanya, memberikan ide dan bertukar pendapat, karena satu kelompok hanya beranggotakan dua orang. Sehingga lebih banyak kontribusi yang muncul dan bagi siswa yang tidak mau bertanya langsung pada guru tentang materi yang kurang dipahaminya dapat bertanya kepada pasangan dalam kelompoknya. dengan demikian pemahaman siswa tentang materi pelajaran menjadi lebih baik sehingga akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa yang akan menjadi lebih baik. Pada awal-awal penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di kelas eksperimen, siswa terlihat masih canggung untuk berdiskusi dengan pasangannya dalam kelompok. Siswa lebih memilih memikirkan sendiri solusi dari permasalahan yang diberikan, dan apabila tidak mengerti siswa tersebut lebih memilih diam tanpa memikirkan solusi dari masalah yang diberikan. Selama penelitian berlangsung ada beberapa kendala yang di temui dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran koopertif tipe Think Pair Share, antara lain: 1) Pada pertemuan pertama, ada beberapa siswa yang tidak suka dengan anggota kelompoknya. Mereka meminta agar mereka bisa memilih anggota kelompok sendiri. Disini Guru memberikan motivasi tentang pentingnya bekerjasama. 2) Dalam pengerjaan LKS juga terlihat beberapa siswa yang menyalin lembar kegiatan kelompok lain. Disini Guru memberikan peringatan dan pengertian kepada siswa yang mencontek. 3) Pada saat mengerjakan LKS, ada beberapa orang siswa yang tidak mau berdiskusi dengan pasangan kelompoknya. Untuk mengatasi permasalahan ini, guru memberikan arahan tentang pentingnya kerjasama.4) Pada saat persentasi kelompok, ada beberapa orang siswa yang malu untuk menjelaskan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa tersebut merasa takut salah dan ditertawakan oleh temannya. Siswa yang berani maju ke depan kelas menyampaikan idenya hanya siswa yang berkemampuan tinggi sebagai perwakilan kelompoknya. Kendala yang dihadapi selama penelitian tidaklah menjadi halangan untuk terus melakukan penelitian. Kendala yang dihadapi dapat diminimalisir setelah diberikan penjelasan tentang manfaat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share selama proses pembelajaran, sehingga pada pertemuan selanjutnya dalam proses pembelajaran siswa mulai terbiasa dan menyadari manfaat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran. 27

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional di Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Padang Panjang. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka disarankan kepada guru bidang studi matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. REFERENSI [1]Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI [2] Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. [3] Asma, Nur. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press. [4] Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. [5] Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. [6] Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media [7] Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rodaskarya [8] Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif. Jakarta: Kencana 28