KELAPA SAWIT DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN DI PROPINSI RIAU 1

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN KELAPA SAWIT: DAMPAKNYA TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN DI DAERAH RIAU

MODEL KELEMBAGAAN EKONOMI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI RIAU 1

MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERKEBUNAN DALAM MENDUKUNG KEBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI DAERAH RIAU 1

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

KAJIAN KELAPA SAWIT DAN PEREKONOMIAN DESA DI DAERAH RIAU 1

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

KELAPA SAWIT, DAMPAKNYA TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN 1

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

KONTRAK PERKULIAHAN 1. Manfaat Mata Kuliah bagi Mahasiswa 2. Deskripsi Perkuliahan 3. Tujuan Mata Kuliah 4. Strategi Pembelajaran

KONTRAK PERKULIAHAN 1. Manfaat Mata Kuliah bagi Mahasiswa 2. Deskripsi Perkuliahan 3. Tujuan Mata Kuliah 4. Strategi Pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

PENATAAN KELEMBAGAAN KELAPA SAWIT DALAM UPAYA MEMACU PERCEPATAN EKONOMI DI PEDESAAN 1

Almasdi Syahza 2 Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru

Kata kunci: Kelembagaan ekonomi, agroestate, kelapa sawit. Key words: institutional economic, agroestate, oil palm

Almasdi Syahza 2 Lembaga Penelitian Universitas Riau Kampus Binawidya km 12,5 Pekanbaru

RINGKASAN EKSEKUTIF. Tim Peneliti: Almasdi Syahza; Suwondo; Djaimi Bakce; Ferry HC Ernaputra; RM Riadi

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI MELALUI PENATAAN KELEMBAGAAN DAN INDUSTRI KARET ALAM DI PROPINSI RIAU

PERCEPATAN EKONOMI PEDESAAN MELALUI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT *

TEHNIK DAN KIAT-KIAT PENULISAN PROPOSAL SKRIPSI BAGI MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI DAERAH RIAU 1

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

ANALISIS DISPARITAS SPASIAL DAN ALIRAN INVESTASI DI DAERAH RIAU (The Analysis of The Spatial Disparity and Investment Flows in The Riau Province)

PEMBERDAYAAN KOPERASI BERBASIS AGRIBISNIS DI DAERAH PEDESAAN

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

DAYA DUKUNG WILAYAH DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR KELAPA SAWIT DI KABUPATEN BENGKALIS

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Almasdi Syahza 1 Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

Potensi daerah yang berpeluang pengembangan tanaman hortikultura; tanaman perkebunan; usaha perikanan; usaha peternakan; usaha pertambangan; sektor in

Almasdi Syahza 1 Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru website:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Pemberdayaan, ekonomi pedesaan, agribisnis

P ny n u y s u un u a n n a n Pr P oposal a P ne n liti t an Prof o. f Dr D. r H. H Al A ma m sdi d Sya y hz h a, SE., MP asya y hza

EKSPOR CPO (Crude Palm Oil) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DEARAH RIAU. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

Almasdi Syahza 1 Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

PENGEMBANGAN USAHA KECIL dan MENENGAH (UKM) UNTUK PERCEPATAN PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

BAB Hi METODE PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN PEMULA Hibah DP2M DIkti

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI DAERAH RIAU 1 (Export and Economic Growth in Riau Province) A B S T R A K

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI MERAIH SKIM PENELITIAN UNGGULAN HIBAH BERSAING dan KOMPETENSI NASIONAL

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Ketua LPPM Universitas Riau

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

Paradigma Baru Pemberdayaan Koperasi di Pedesaan Berbasis Agribisnis 1

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

Latar Belakang Pembangunan bidang ekonomi, keseimbangan bidang pertanian dengan industri Pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan; Pembangunan ekono

BAB II KERANGKA TEORI DAN KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

Lahan Gambut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah untuk memperbaiki dan

DAFTAR PUSTAKA. Almasdi Syahza,, 1998a. Analisis Disparitas dan Aliran Investasi di Daerah Riau, Jumal Penelitian Unri Volume VII/1998, Pekanbaru.

Rancangan Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Agribisnis 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 ^ PENDAHULUAN Latar Belakang ' Perumusan Model Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemetaan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Agribisnis

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

STRATEGI MERAIH SKIM PENELITIAN HIBAH DRPM KEMENRISTEKDIKTI. Blog:

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

Transkripsi:

KELAPA SAWIT DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN DI PROPINSI RIAU 1 Almasdi Syahza 2 Lembaga Penelitian Universitas Riau Kampus Binawidya km 12,5 Pekanbaru. 28293 email: asyahza@yahoo.co.id; blog: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, di samping itu juga memperhatikan pemerataan perekonomian antar golongan dan antar wilayah. Pembangunan pertanian yang berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan dalam pola hidup masyarakat di sekitarnya. Kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat khususnya mereka yang bermata pencaharian dari sektor pertanian. Dampak dari pembangunan tersebut akan terlihat dari indikator, antara lain: 1) Angka multiplier effect ekonomi yang diciptakan dari kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit di pedesaan; 2) Indek kesejahteraan masyarakat pedesaan sebagai akibat dari pembangunan perkebunan kelapa sawit. Pembangunan perkebunan khususnya kelapa sawit di Daerah Riau telah membawa dampak ekonomi terhadap masyarakat, baik masyarakat yang terlibat dengan aktivitas perkebunan maupun terhadap masyarakat sekitarnya. Dari hasil penelitian Almasdi Syahza (2011) menjelaskan bahwa: pembangunan perkebunan kelapa sawit di Riau dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat dan mengurangi ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota; dapat menciptakan multiplier effect dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan; dan ekspor produk turunan kelapa sawit (CPO) dapat merangsang pertumbuhan ekonomi daerah Riau. Tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat pedesaan telah membawa dampak berkembangnya perkebunan di daerah, khususnya kelapa sawit dan karet. Pembangunan perkebunan ini sekarang lebih banyak dilakukan oleh masyarakat secara swadaya. Aktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit yang melibatkan banyak tenaga kerja dan investasi yang relatif besar untuk industri hilirnya, diperkirakan secara positif merangsang, menumbuhkan dan menciptakan lapangan kerja serta lapangan berusaha. Melalui kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan selama proses kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pembangunan industri hilirnya akan mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkages). 1 Hasil penelitian MP3EI tahun 2012 dan Hibah Kompetensi Tahun III, Tahun 2011. Didanai oleh DP2M Dikti Jakarta 2 Almasdi Syahza, Pengajar pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Peneliti senior dan Pengamat Ekonomi Pedesaan di Lembaga Penelitian Universitas Riau. 1

Dari segi penanaman investasi sektor perkebunan yang dilaksananakan, hampir semua daerah kabupaten/kota memanfaatkan investasi. Jika dilihat dari segi dampak ekonominya menunjukkan hasil yang menggembirakan yakni terjadinya jumlah uang beredar di pedesaan. Hal ini berdampak terhadap meningkatnya daya beli masyarakat pedesaan, yang pada akhirnya meningkatnya mobilitas barang dan jasa. Ada dua kemungkinan sebab mengapa fenomena ini terjadi. Pertama, investasi sektor perkebunan dan produk turunannya di daerah menyebabkan disparitas spasial antar daerah semakin mengecil. Hal ini lebih disebabkan investasi sector perkebunan lebih banyak menggunakan tenaga manual dibandingkan tenaga modern (peralatan), sehingga akan menambah pendapatan masyarakat didaerah sekitarnya; Kedua, kemungkinan pembangunan industri turunan kelapa sawit (PKS) di masing-masing daerah perkebunan juga menciptakan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat tempatan, sehingga ini juga akan menambah daya beli masyarakat. Dari hasil penelitian memperlitakan pembangunan perkebunan kelapa sawit menimbulkan angka multiplier effect di daerah pedesaan. Pada tahun 2003 angka multiplier effect sebesar 4,23. Angka ini memberikan gambaran setiap investasi di daerah sebesar Rp 1,00 menyebabkan jumlah uang beredar sebesar Rp 4,23. Dampak dari investasi kelapa sawit di pedesaan telah membawa pengaruh ekonomi bagi masyarakat pedesaan. Tingginya angka multiplier effect ekonomi di pedesaan tersebut disebabkan oleh tingginya animo masyarakat dan pengusaha untuk bergerak agribisnis kelapa sawit. Begitu juga pada tahun 2009 angka angka multiplier effect sebesar 3,03. Pada tahun 2012 angka multiplier effect ekonomi di pedesaan meningkat menjadi sebesar 3.48. Dampak terhadap investasi subsektor perkebunan telah dirasakan oleh masyarakat pedesaan. Kondisi ini juga berdampak terhadap daya beli masyarakat, sehingga menyebabkan mobilitas barang dan orang juga meningkat. Apabila diamati tingkat pertumbuhan indek kesejahteraan petani di Riau pada tahun 1995 sebesar 0,49 yang berarti tingkat pertumbuhan kesejahteraan meningkat sebesar 49 persen dari periode sebelumnya. Dari Tabel 1 terlihat pada tahun 1998 terjadi penurunan indeks kesejahteraan sebesar 1,09. Berarti kesejahteraan petani (khususnya masyarakat pedesaan) menurun dibandingkan pada tahun 1995. Penurunan ini disebabkan kondisi ekonomi nasional pada waktu itu tidak menguntungkan, harga barang melonjak naik, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika menurun. Namun untuk tingkat golongan 80 persen berpendapatan rendah mengalami peningkatan. Yang paling besar adalah golongan 20 % terendah. Ini disebabkan karena ketergantungan mereka terhadap produk luar (barang sektor modern sangat rendah). Mereka lebih banyak memakai barang sektor tradisional atau produksi lokal. Setelah ekonomi pulih kembali pada tahun 2003 indeks pertumbuhan kesejahteraan petani di pedesaan meningkat lagi menjadi 1,72. Berarti pertumbuhan kesejahteraan petani mengalami kemajuan sebesar 172 persen. Namun pada tahun 2006 memperlihatkan indek pertumbuhan kesejahteraan petani sangat dirasakan oleh kelompok pendapatan 40% terendah (miskin), ini dibuktikan dengan angka indek pertumbuhan kesejahteraan bernilai positif 0,18. Angka tersebut memperlihatkan selama periode tahun 2003-2006 2

kesejahteraan petani meningkat sebesar 18%. Yang merasakan hal tersebut lebih dominan kelompok pendapatan terendah. Kelompok berpenghasilan tertinggi (20% tertinggi) justru mengalami penurunan kesejahteraan. Selama periode tahun 2006-2009, berdasarkan survey yang dilakukan tahun 2009 ternyata indek kesejahteraan petani kelapa sawit masih mengalami nilai positif yakni sebesar 0,12. Walaupun pada patahun 2008-2009 ekonomi dunia mengalami krisis global, namun masyarakat masih sempat menikmati kesejahteraannya. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan kesejahteraan petani sebesar 12%. Rendahnya indek kesejahteraan petani kelapa sawit periode tahun 2006-2009 juga tidak terlepas dari dampak krisis ekonomi global. Hal tersebut menyebabkan harga CPO di pasaran dunia pada akhir tahun 2008 sampai triwulan pertama tahun 2009 turun. Tentu saja dampak harga ini juga berpengaruh terhadap harga di tingkat petani kelapa sawit. Karena itu indek kesejahteraan petani kelapa sawit turun dibandingkan periode sebelumnya. Selama periode 2009-2012 masyarakat pedesaan menikmati tingkat kesejahteraan yang tinggi. Selama periode tersebut harga TBS di tingkat petani cukup menguntungkan, dari sisi lain produksi kebun juga meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Dampak dari kenaikan harga dan peningkatan produksi petani, maka indek kesejahteraan petani di pedesaan bernilai positif yakni sebesar 0,43. Indek ini memnunjukkan terjadinya peningkatan kesejahteraan petani dari periode sebelumnya sebesar 43%. Perkembangan indek kesejahteraan petani dan angka multiplier effect disajikan pada Tabel 1. Aktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit memberikan pengaruh eksternal yang bersifat positif atau bermanfaat bagi wilayah sekitarnya. Manfaat kegiatan perkebunan ini terhadap aspek ekonomi pedesaan, antara lain: 1) Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; 2) Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar; dan 3) Memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah. Beberapa kegiatan yang secara langsung memberikan dampak terhadap komponen ekonomi pedesaan dan budaya masyarakat sekitar, antara lain: 1) Kegiatan pembangunan sumberdaya masyarakat desa; 2) Pembangunan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, terutama sarana jalan darat; 3) Penyerapan tenaga kerja lokal; 4) Penyuluhan pertanian, kesehatan dan pendidikan; dan 5) Pembayaran kewajiban perusahaan terhadap negara (pajak-pajak dan biaya kompensasi lain). Ucapan Terima Kasih Tulisan ini merupakan rangkuman dari hasil penelitian MP3EI tahun 2012 dan Penelitian Hibah Kompetensi tahun 2011 yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan. Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat melalui Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah memberikan kesempatan dan menyediakan dana untuk penelitian tersebut. Semoga hasil kerja ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. 3

Tabel 1. Pertumbuhan Indeks Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit dan Multiplier Effect Ekonomi di Pedesaan Daerah Riau Kelompok Pendapatan 1995 1) 1998 2) 2003 3) 2006 4) 2009 5) 2012 6) w g w G w w w g W g w g 20 % pendapatan terendah 0.0805-0.0084 0.1513 0.0708 0.1169-0.0344 0.1040-0.0129 0.1127-0.0087 0,1228-0,0101 20 % pendapatan terendah kedua 0.1267 0.0090 0.1946 0.0679 0.1583-0.0363 0.1590 0.0007 0.1547 0.0043 0,1665-0,0117 20 % pendapatan terendah ketiga 0.1438-0.0056 0.2152 0.0714 0.1831-0.0321 0.1791-0.0040 0.1841-0.0050 0,1971-0,0131 20 % pendapatan terendah keempat 0.1955-0.0119 0.2010 0.0055 0.2107 0.0097 0.2260 0.0153 0.2197 0.0063 0,2164 0,0032 20 % pendapatan tertinggi 0.4535 0.0167 0.2379-0.2156 0.3309 0.0930 0.3319 0.0010 0.3288 0.0031 0,2972 0,0316 Indek Kesejahteraan 0.49-1.09 1.72 0.18 0.12 0,43 Multiplier Effect Ekonomi 4,23 2,48 3,03 3,48 Catatan: Angka 2006 setelah perbaikan Sumber: 1) Almasdi Syahza, 1995 2) Almasdi Syahza, 1998 3) Almasdi Syahza, 2005 4) Almasdi Syahza, 2007 5) Almasdi Syahza, 2009 6) Almasdi Syahza, 2012 4

Daftar Referensi Almasdi Syahza., 2003. Paradigma Baru: Pemasaran Produk Pertanian Berbasis Agribisnis di Daerah Riau, dalam Jurnal Ekonomi, Th. VIII/02/Juli/2003, PPD&I Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Jakarta. ---------------------., 2004. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Melalui Pengembangan Industri Hilir Berbasis Kelapa Sawit di Daerah Riau, dalam Jurnal Sosiohumaniora, Vol 6, No3 November 2004, Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung. ---------------------., 2005. Dampak Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Multiplier Effect Ekonomi Pedesaan di Daerah Riau, dalam Jurnal Ekonomi, Th. X/03/November/2005. Jakarta: PPD&I Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara. ---------------------., 2007a. Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan Berbasis Agribisnis di Daerah Riau, Penelitian Fundamental DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. ---------------------., 2007b. Percepatan Pemberdayaan Ekonmomi Masyarakat Pedesaan dengan Model Agroestate Berbasis Kelapa Sawit, dalam Jurnal Ekonomi, Th.XII/02/Juli/2007, PPD&I Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Jakarta. ---------------------., 2006. Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Dan Kesejahteraan Petani Di Daerah Riau, dalam Jurnal Sorot, Vol 1 No 2, Oktober 2006, Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru. ---------------------., 2009a, Perumusan Model Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemetaan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Agribisnis Di Propinsi Riau, Penelitian Strategis Nasional DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. ---------------------., 2009b, Ekonomi Pembangunan Teori dan Kajian Empirik Pembangunan Pedesaan, Pusbangdik Universitas Riau, Pekanbaru. ---------------------., 2010, Kelapa Sawit: Dampaknya Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan Di Daerah Riau (Penelitian Hibah Kompetensi Tahun II), DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. ---------------------., 2011, Kelapa Sawit: Dampaknya Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan Di Daerah Riau (Penelitian Hibah Kompetensi Tahun III), DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dinas Perkebunan Propinsi Riau, 2011, Buku Saku Dinas Perkebunan Propinsi Riau, Pemerintah Propinsi Riau, Pekanbaru. Dinas Perkebunan Propinsi Riau, 2011, Statistik Perkebunan Propinsi Riau, Disbun Propinsi Riau, Pekanbaru. 5