MENCARI JATI DIRI URANG SUNDA

dokumen-dokumen yang mirip
GAIRAH KERJA URANG SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.

5.1 Visualisasi Gajah Mada. Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada

Kidung Sunda Pride, Sacrifice, Greed and Love

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

SUMPAH PALAPA SUMPAH SANG MAHA PATIH BERDARAH SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh

PERJUANGAN BERDARAH UMAT ALLAH

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN & REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

2. Dilukiskan dengan gambar simbol merak dan dibuat berbentuk segi empat berukuran 90 x 60 cm

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kerajaan Jawa dipegang oleh raja baru dari Kerajaan Majapahit. Majapahit merupakan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

PANDANGAN DUNIA ORANG SUNDA DALAM TIGA NOVEL INDONESIA TENTANG PERANG BUBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

Kriteria Presiden Impian Bangsa Indonesia Dimasa Depan (362/S) Oleh : PEFINTA DIANA PUTRI Kamis, 12 Juli :37

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

Jadi aku harus minta izin Ayah supaya bisa masuk ke sana? tanya Putri Ahanni pada gurunya.

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan anak dengan prinsip-prinsip hidup yang mencerminkan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Sisingamangaraja XII merupakan raja ke 12 dari dinasti Sisingamangaraja

2015 LANGIT SENJA PALAGAN BUBAT SAKSI BELA PATI CITRARESMI SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DENGAN TEKNIK LAYER PADA MEDIUM AKRILIK

Mbah Said, Sebuah Catatan Tentang Moderasi Islam Bagian I

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

RESEPSI CERITA PERANG BUBAT DALAM NOVEL NISKALA KARYA HERMAWAN AKSAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

Kalender Doa Februari 2017

PENDIDIKAN SEBAGAI PEMERSATU DAN PEMBENTUK WATAK BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BHISMA DEWABHARATA (BABAK I)

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

1. PROF. DR. MR. KUSUMAH ATMADJA ( ):

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

Transkripsi:

MENCARI JATI DIRI URANG SUNDA (Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya WAHANA, Vol. 2 No. 3 Tahun 2008, ISSN 0854-5876) Oleh: Yuyus Rustandi FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2008

MENCARI JATI DIRI URANG SUNDA Berdasarkan latar belakang sejarah, jati diri urang Sunda telah terpengaruh dua politik kekuasaan, yaitu kekuasaan feodalisme Mataram dan kolonialisme Belanda. Ke dua politik kekuasaan tersebut telah memporak-porandakan jati diri urang Sunda, serta begitu mendominasi seluruh tatanan kehidupan termasuk terhadap sikap dan perilaku selama beberapa generasi. Indikasi hal tersebut tampak bahwa hingga saat ini urang Sunda bersikap ngelehan maneh (mengambil langka mengalah), hal demikian adalah berkat tempaan selama berabad-abad dari politik kekuasaan feodalisme dan kolonialisme. Menurut Saikin Suriawidjaja (2001) jati diri urang Sunda sesungguhnya nampak sewaktu masyarakat Sunda hidup secara mandiri yang terbebas dari pengaruh kekuasan politik suku atau bangsa lain. Masa atau zaman ketika kerajaan-kerajaan Sunda bertahta. Bukti-bukti hal tersebut dapat dipahami dalam peninggalanpeninggalan seperti prasasti, carita pantun, dan babad-babad lama yang memuat wangsit, pandangan, dan ajaran Kaprabon Sunda yang merupakan cerminan kepemimpinan panutan urang Sunda, dan sesungguhnya bukan kekuasaan yang dipuja. Dalam salah satu carita pantun, Prabu Siliwangi berkata kepada para mantrinya yang setia pada saat kritis di penghujung jatuhnya kerajaan Pajajaran. Perkataan Sang Prabu menunjukan sikap dan keteguhan dalam hal kehormatan dan kepahlawanan

walaupun dalam keadaan kritis pemerintahan. Hal tersebut merupakan gambaran ksatria yang bertanggung jawab dan berani mati demi kehormatan, daripada harus menyerah kepada siapapun. Sebagaimana halnya sifat seorang Raja, dalam memimpin negara Prabu Siliwangi lebih demokratis dan tidak feodalistis. Prabu Siliwangi merupakan cermin kepemimpinan, bukan cermin kekuasaan. Walaupun seorang Raja, tetapi sebagai manusia beliau memiliki kekuasaan yang sangat terbatas. Kekuasaan tersebut dibatasi oleh kekuasaan yang Maha Kuasa, yang menguasai langit dan bumi serta segala isinya. Beliau menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin diaplikasikan dalam bekerja tanpa pamrih, bukan bekerja demi keagungan pribadi untuk dipuja-puja rakyat dan banyak orang. Berdasarkan tutur kata Prabu Siliwangi, pemimpin itu merupakan pemanggul sementara yang dipimpin adalah yang dipanggul. karakteristik pemaggul harus memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan jasmani dan kekuatan rohani. Sebagai seorang pemanggul yang memiliki jasmani lemah tentu tidak mungkin dapat memanggul sesuatu. Demikian pula pemimpin yang memiliki kelemahan rohani, akan kehilangan wibawa. Ilustrasi tersebut di atas mengisyaratkan bahwa sifat-sifat kepribadian Prabu Siliwangi adalah: kesatria dan kepahlawanan, teguh pendirian, harga diri yang tinggi, penuh tanggung jawab, sepi ing pamrih, jembar hati tidak pendendam dan sirik pidik, serta sangat besar rasa kemanusiaan. Dari sifat-sifat kepribadian yang ditunjukan oleh Prabu

Siliwangi melambangkan dipinang Prabu Hayam Wuruk untuk kepemimpinan panutan urang Sunda. Oleh karena panutan-panutan urang Sunda sangat ideal, maka sifat jati diri urang Sunda dapat ditentukan sebagai berikut: ksatria dan kepahlawanan, teguh pendirian, harga diri yang tinggi, penuh tanggung jawab, sepi ing pamrih, jembar hati tak dendam dan sirik pidik, besar rasa kemanusiaan, jujur dan adil, arif dan bijaksana. Dalam sejarah tergambar bahwa sifat ksatria dan kepahlawanan Kaprabon Sunda tampak dalam pertempuran di Bubat atau Perang Bubat (1357M), ketika Prabu Wangi (Prabu Galuh) beserta seluruh pengiringnya yang setia gugur bertempur demi kehormatan melawan pasukan Patih Gajah Mada yang lebih besar dan kuat. Prabu Wangi dan putrinya Citraresmi atau Diah Pitaloka yang pada saat itu dipersunting menjadi permaisurinya, ketika menunggu Prabu Hayam Wuruk menjemput tetapi yang datang malah Patih Gajah Mada dengan pasukan yang sangat lengkap bermaksud membawa Diah Pitaloka untuk diserahkan kepada Prabu Hayam Wuruk. Tidak ayal Prabu Wangi menolak menyerahkan Diah Pitaloka bagaikan upeti. Terjadilah pertempuran yang tidak seimbang, karena Prabu Wangi datang tidak untuk berperang, melainkan untuk melangsungkan pernikahan putrinya. Walau dengan persiapan seadanya Prabu Wangi beserta seluruh pengiring setianya bertempur biar hancur jadi lebu, biar lantak jadi tanah daripada harus menyerah kepada Patih Gajah Mada. Dalam pertempuran tersebut Diah Pitaloka ikut gugur bersama ayahnya dengan cara bunuh diri.

Dalam pantun diceritakan pada saat burak Pajajaran atau ngahiyang, urang Sunda kehilangan pemimpin panutan yang menjadi pemersatu. Pemerintahan para Bupati masing-masing berdiri sendiri, tidak bersatu membentuk pemerintahan pusat yang kokoh untuk menjadi suatu kesatuan politis dalam bentuk suatu negara. Bupati Sumedang menjadi Wadana Bupati, yaitu kepala para Bupati walaupun kedudukannya hanya sebagai sesepuh dan tidak melambangkan figur kepala pemerintahan. Oleh karena tidak adanya pemimpin panutan untuk dijadikan sosok pemersatu, maka para Bupati berkiblat dan menyerap kekuasaan feodalisme Mataram. Para Bupati bertindak seperti halnya Raja yang berkuasa, daerah kekuasaannya yaitu Kabupaten disulap tak ubahnya sebagai kerajaan-kerajaan kecil, susunan pemerintahannya sangat feodal. Kekuasaan para Bupati sangat mutlak, rakyat harus tunduk kepada segala perintahnya. Budaya feodalisme Mataram menempatkan penguasa pada puncak piramida kekuasaan, yang selalu harus diturut dan diagung-agungkan. Dengan semakin meresapnya budaya feodalisme Mataram, maka sifat dan perilaku budaya urang Sunda menjadi kental dengan formalitas feodalisme hingga ke jabatan. Dengan jabatan yang disandangnya seseorang mendapat status yang terhormat. Jabatan jadi idaman dan dambaan. Tidak heran kalau sekarang seseorang menjadi sangat kokoro manggih mulud (mangpang-meungpeung) memegang jabatan. Dalam menjalankan pemerintahannya, Hindia Belanda melakukan politik paternalistik,

mengawinkan kolonialisme dan feodalisme gaya Mataram. Dari perkawinan tersebut lahir kelas menak (priyayi) yang menjadi pemasok birokrat kolonial. Kelas menak tersebut keberadaannya sangat eksklusif, menganggap kelas super, lebih tinggi dari somah (rakyat jelata). Maka terjadilah undak-unduk basa dan tatakrama gaya feodal Mataram untuk membedakan menak dan somah. jujur. Kaum menak berprinsip: mangan karena halal, pake karena suci, ucap, tekad, lampah sabenere; haram ngadahar duit anu henteu kagawean sacukupna. Jadi kelas kaum menak itu haram korupsi. Sifat-sifat luhur kaum menak tersebut sangat disayangkan terpengaruh sikap feodal dan hanya diperuntukan bagi kalangan sendiri, sikap dan perilaku terhadap kaum somah begitu berbeda. Namun demikian sifat-sifat kepribadian menak Sunda diuraikan oleh Dr. Nina H. Lubis dalam karangannya: Kehidupan Kaum Menak Priangan. Menak tersebut memiliki tabiat luhur, yaitu teu loba tingkah, teu adigung kumagungan, hade basa, arif, adil, bersih hate dan sinatria. Seorang menak bersifat sungguh-sungguh, tidak mau menang Leluhur urang Sunda kiranya sudah mempunyai ketentuan tentang manusia Sunda yang disebut Manusia Sunda Ideal tersebut dengan wangsitnya yang dituturkan dalam Pantun, sebagai berikut: Hade laku lampahna, Rancage hatena, Surti lantip pikirna, Weruh semu nu saestuna, Ngarti kana wangi nu sajatina. sendiri, tidak mempertengkarkan yang lurus, yang benar dan yang

DAFTAR PUSTAKA Burger, D.H. Perubahan-Perubahan Struktur Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Bharata Karya Aksara. 1983 Boeke, J.H. Pra Kapitalisme di Asia. Jakarta: Sinar Harapan. 1983 Edi S. Ekajati. Sunda, Nusantara, dan Indonesia. Pengkuhan Guru Besar di Universitas Pajajaran Herman Suardi. Respons Masyarakat Pedesaan Terhadap Modernisasi Produksi Pertanian, Terutama Padi. Yogjakarta: Gajah Mada University Press. 1976 Herman Suardi. Roda Berputar, Dunia Bergulir. Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi. Bandung: Bakti Mandiri. 1999 Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: 1983 Karna Yudibrata. Bagbagan Makena Basa Sunda. Baandung: Rahmat Cijulang, 1990 Konferensi Internasional Budaya Sunda I, Pewarisan Budaya Sunda di Tengah Arus Globalisasi, Gedung Merdeka, Bandung, 22-25 Agustus 2001 Jurnal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia Widiasarana, 1993 Jurnal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia Widiasarana, 1994 Saini K.M. Pola-Pola Teater Dramatis Jawa Barat. Jakarta: Institut Kesenian Jakarta, 1980 Umar Kayam. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan, 1981