A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

ANUGRAH HASRULLANA, 2015 MARI BERKETERAMPILAN CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENCIPTAAN KARYA. Karya cerita bergambar Bintang Jatuh ini dibuat melalui tahapan-tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

Dongeng Sebagai Media Edukatif bagi Kepribadian Anak

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

PRODUKSI MEDIA PR CETAK

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidupnya. Manusia yang memiliki sifat Human Society (sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter, watak, dan moralitas anak. Seperti yang dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah Pembuatan film

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III METODE PENCIPTAAN

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III DATA DAN TEORY

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. Kebesaran nusantara adalah kebhinekaan suku bangsa yang dimilikinya.

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI. Aplikasi media yang digunakan adalah dengan menggunakan media buku

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II METODOLOGI. Latar Belakang. Rumusan Masalah. Tujuan Perancangan. Riset Bakso. Materi. Data Perancangan. Identifikasi dan Analisa

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB 1V TEKNIK PRODUKSI MEDIA. 4.1 Proses Perancangan Buku Cerita Bergambar. 1. Merancang konsep Design

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elwin Adlian Raharja, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Aksara Jawa merupakan salah satu budaya peninggalan dari zaman nenek

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB III STRATEGI PERANCANGAN & KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB IV PERANCANGAN VISUAL. A. Bokel (Tokoh Utama Pemandu Buku Panduan)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

satu alasannya adalah sebagai industri, Indonesia sudah kalah waktu. Industri game di Indonesia belum ada 15 tahun dibanding negara lain. Tentunya sei

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. dari Banten tentang asal usul suatu daerah Pandeglang. telah menjadi hal yang dominan dalam sebuah buku Livre De Peintre (Triyadi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cerita rakyat buatan Indonesia, masyarakat juga dibanjiri oleh cerita-cerita dari

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian yang berjudul Perancangan Buku Fotografi Empon-Empon

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual. Menurut Jessica Helfand dalam situs

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi pelajaran wajib untuk Taman Kanak-Kanak (TK). Terkadang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Pendidikan karakter di Indonesia sedang marak dibicarakan dan menjadi sebuah tanggung jawab kita semua. Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan kepada situasi yang kurang menguntungkan. Kondisi ini terjadi sejalan dengan semakin banyaknya kenyataan tentang lemahnya karakter bangsa Indonesia yang selama ini diyakini memegang sendi-sendi yang arif dan bijaksana (Abidin, 2012:27). Lemahnya karakter bangsa Indonesia dapat kita saksikan di sekitar lingkungan kita. Budaya korupsi, nepotisme, kolusi, hilangnya budaya malu, maraknya penyanjung ketidakjujuran, dan pelemahan potensi anak oleh bangsa kita sendiri semakin kerap kita saksikan. Kondisi ini menjadi aib bagi pendidikan di Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh Kemendiknas (Abidin, 2012:28) bahwa semua prilaku negatif tersebut salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pola pikir seorang anak. Pembentukan karakter anak berkaitan dengan penanaman nilai-nilai didaktik, sosial dan agama. Seorang anak akan tumbuh dengan karakter yang sesuai dengan apa yang ia pelajari dari lingkungannya. Di sinilah peran orang tua harus lebih ditingkatkan. Memberi pelajaran moral kepada anak sejak dini menjadi modal awal bagi perkembangan anak kelak, peran orang tua dalam menanamkan moral dan membentuk karakter anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membacakan sebuah cerita bergambar (cergam) pada anak. Menurut Endang dalam (Mulyana, 2011:65) secara psikologis, anak usia sekolah dasar adalah kondisi yang memungkinkan untuk penanaman nilai-nilai. Hal tersebut dikarenakan usia anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik secara kognisi, fisik, maupun psikologisnya. 1

2 Membacakan sebuah cerita kepada anak sebelum ia tidur, ternyata memberikan banyak manfaat. Sebelum tidur, biasanya anak berada dalam kondisi yang sangat rileks dan suasana yang santai. Hal tersebut sangat mendukung anak dalam membayangkan latar cerita pada dongeng yang dibacakan kepada mereka. Anak kemudian membebaskan imajinasinya seluas mungkin sehingga kemampuannya dalam membayangkan sesuatu semakin baik. Sejalan dengan itu, kreativitas anak pun akan berkembang. Dalam dongeng, anak diberi kebebasan dalam membayangkan cerita. Alur cerita pada dongeng biasanya turun-naik. Kadang sang tokoh utama mendapat kemalangan, kadang juga begitu beruntung sehingga bisa menyelesaikan masalah dengan cemerlang. Alur seperti ini dapat mengembangkan emosi anak secara alamiah, seperti empati, rasa prihatin, sedih, bahagia, ceria, peduli, dan lain sebagainya. Ada banyak nilai moral yang bisa kita petik dari dongeng, misalnya kejujuran, kesetiakawanan, sifat rendah hati, pekerja keras, baik hati, suka menolong, dan lain sebagainya. Orangtua yang membacakan dongeng bisa menjelaskan dan mengajak anak untuk meneladani sifat baik sang tokoh utama, serta nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya, sejalan dengan pembentukan karakter seorang anak. Media visual berupa ilustrasi sebagai penggambaran dari alur cerita dalam sebuah dongeng dapat menjadi media komunikasi yang lebih efektif. Karena itu ilustrasi dalam sebuah dongeng memiliki peran yang sangat penting. Ilustrasi pada bacaan anak bukan hanya memiliki fungsi untuk melengkapi teks, tapi juga menjadi satu kesatuan dengan cerita. Ilustrasi memberikan daya tarik yang lebih terhadap anak-anak untuk membaca, ilustrasi membantu dan merangsang imajinasi anak untuk membayangkan sebuah cerita lebih dalam sehingga anak akan lebih mengerti dengan isi cerita, karena sebuah gambar dapat bernilai seribu kata. A picture is worth one thousand words. for contrast, it was Edward Bulwer Lytton who said, the pen is mightier than the sword. (Ross,1963: 5) Pembelajaran berkarakter menyiratkan bahwa semua komponen pembelajaran seperti kurikulum, guru, bahan ajar, media, dan siswa harus

3 memiliki karakter. Penulis merasa perlu mendukung terhadap pembentukan karakter anak sejak dini melalui karya ilustrasi yang menampilkan nilai-nilai pendidikan yang dapat membentuk nilai moral dan karakter di dalamnya, maka penulis menyumbangkan gagasan, menampilkan karya ilustrasi cergam yang sedianya menjadi media pengenalan dan sekaligus media pendidikan nilai moral serta pembentukan karakter bagi anak usia sekolah dasar khususnya. Melalui skripsi ini, penulis menyajikan sebuah cergam yang bercerita mengenai pentingnya sebuah kejujuran. Menggunakan penokohan dan cerita yang sesuai dengan imajinasi anak yang luas, diharapkan cerita dan ilustrasi yang dihadirkan dapat membantu dalam proses pembentukan karakter anak. B. RUMUSAN MASALAH PENCIPTAAN Sebuah gambar bernilai seribu kata. Sebuah Ilustrasi dapat menjadi media penyampaian informasi tertentu pada anak tanpa membuat anak merasa digurui atau dipaksa sehingga karya ilustrasi dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi anak-anak yang membacanya. Hasil karya dari ilustrasi ini akan dikemas dalam sebuah buku bertajuk JEMBATAN ILUSI (Cerita Bergambar sebagai Media Pembentuk Karakter bagi Anak Usia 9-12 tahun). Adapun rumusan masalah dari skripsi penciptaan ini yaitu: 1. Bagaimana mengembangkan gagasan dalam pembuatan cerita bergambar? 2. Bagaimana proses dan teknik pembuatan buku cerita bergambar JEMBATAN ILUSI ini? 3. Bagaimana analisis visual dan konsep dari buku cerita bergambar JEMBATAN ILUSI ini? C. TUJUAN PENCIPTAAN Pembuatan karya skripsi ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1. Sebagai media untuk mengembangkan gagasan melalui cerita bergambar 2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan teknik dalam pembuatan buku cerita bergambar JEMBATAN ILUSI ini.

4 3. Untuk memperoleh gambaran dan konsep dari buku cerita bergambar JEMBATAN ILUSI ini. Selain itu pembuatan skripsi penciptaan ini dibuat sebagai syarat penyelesaian studi S1 di Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Pendidikan Indonesia. D. MANFAAT PENCIPTAAN Hasil penciptaan ini diharapkan memiliki manfaat: 1. Bagi penulis yaitu sebagai media berkarya dalam menyampaikan sebuah ide, gagasan dan aspirasi mengenai pentingnya membentuk karakter anak sejak dini dengan cerita dan visualisasi cerita melalui ilustrasi yang ditampilkan. 2. Bagi dunia seni rupa diharapkan memberikan suatu variasi dalam hal ide atau gagasan dalam menciptakan karya seni rupa di masa depan. 3. Bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan seni rupa diharapkan memberi gagasan dan pemahaman akan ilustrasi sebagai media pembentukan karakter bagi anak. E. METODE PENCIPTAAN 1. Observasi Penulis melakukan pengamatan terhadap karya ilustrasi cerita bergambar yang ada di pasaran, dengan cara berkunjung ke toko buku yang ada di sekitar Bandung. Pengamatan mengenai jenis, teknik, media dan isi cerita pada buku cergam yang tersedia di pasaran menjadi tolak ukur dalam pembuatan karya ini. Cergam yang menyajikan sebuah cerita dengan pesan moral kejujuran masih terlihat jarang, dari peluang inilah penulis memutuskan untuk membuat cergam JEMBATAN ILUSI (Cerita Bergambar sebagai Media Pembentuk Karakter bagi Anak Usia 9-12 Tahun). 2. Prosedur penciptaan

5 Prosedur penciptaan karya dalam pembuatan cergam JEMBATAN ILUSI (Cerita Bergambar sebagai Media Pembentuk Karakter bagi Anak Usia 9-12 Tahun) ini di antaranya: a) Berukuran 21x29,7 cm (A4). b) Jilid softcover. c) Gaya pengilustrasian semi kartun-semi realis. d) Tema cerita Fantasies (cerita fantasi atau khayalan) dan cerita fiksi realis (cerita yang menggambarkan kehidupan sehari-hari). e) Jumlah halaman kurang lebih 24 halaman (naskah dan ilustrasi), dengan jumlah ilustrasi yang digunakan berkisar 16 gambar situasi. f) Ditujukan bagi anak usia 9-12 tahun. 3. Sumber Ide. Berawal dari kebiasaan penulis sejak kecil yang selalu dibacakan sebuah dongeng sebelum tidur, hal tersebut membantu penulis dalam berimajinasi hingga saat ini. Kesenangan akan membuat sebuah gambar yang bersifat ilustratif semakin memperkuat keyakinan untuk membuat karya ilustrasi cerita bergambar. Ide untuk mengangkat sebuah cerita yang berlandaskan nilai karakter kejujuran berasal dari sebuah dongeng yang berjudul Pinokio. 4. Analisis Karya Cipta Visual Buku Cerita Bergambar JEMBATAN ILUSI ini menceritakan tentang sebuah anak laki-laki yang melakukan kebohongan kepada kakek dan neneknya, namun pada akhirnya dia mengakui dan menyesali perbuatannya. Tokoh yang dipilih adalah tokoh anak-anak yang disesuaikan dengan sasaran buku ini. Latar cerita menggunakan dua latar yaitu; alam nyata dan alam mimpi yang lebih bersifat imajinatif. 5. Teknik dan Medium Penciptaan Teknik yang digunakan dalam pembuatan cerita bergambar ini adalah teknik digital atau Computer Illustration. Pembuatan sketsa dilakukan secara manual kemudian dipindai dan digambar ulang menggunakan pen tablet dengan bantuan program Adobe Photoshop CS 5. Setelah gambar selesai lalu dilakukan

6 tahap pewarnaan dan tahap mendetail (detailing) menggunakan program yang sama untuk kemudian disisipkan teks narasi menggunakan program Adobe Indesign CS 5. Hasil akhir cerita bergambar kemudian dicetak dan dijilid. F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Untuk mempermudah penulisan penulis merancang skripsi ini kedalam sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi mengenai pokok bahasan yang mendorong penciptaan skripsi JEMBATAN ILUSI (cerita bergambar sebagai mendia pembentuk karakter bagi anak usia 9-12 tahun). Bab ini menguraikan latar belakang penciptaan, tujuan dan manfaat penciptaan, metode penciptaan dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN PENCIPTAAN KARYA Berisi kajian teori-teori yang menunjang, untuk memperdalam tema yang diangkat agar penulis memiliki pengetahuan meliputi ilustrasi, cerita bergambar, cerita anak, tata letak (layout) dan komposisi serta penjelasan mengenai karakter anak. BAB III METODE PENCIPTAAN KARYA, Memuat deskripsi karya cerita bergambar JEMBATAN ILUSI yang diuraikan ke dalam tiga bagian, yakni perwujudan karya, persiapan dan proses penciptaan. BAB IV VISUALISASI DAN ANALISIS KARYA, Pada bab ini khusus menampilkan hasil karya dengan analisis karya secara visual dan konsep yang melatarbelakanginya. Menganalisis karya dengan mengacu pada teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya yaitu pada landasan teori. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, Berisi kesimpulan serta saran-saran dari pembahasan karya skripsi cerita bergambar JEMBATAN ILUSI.

7