BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. berusaha menerapkan character building University dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan signifikan antara penggunaan jejaring sosial Facebook dengan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan suatu jenjang pendidikan yang dapat dijalani

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap mahasiswa memiliki keinginan untuk lulus dari perguruan tinggi,

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

Nomer : Fakultas : Semester : IPK : PETUNJUK PENGISIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu sarana mendidik anak bangsa untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB III METODE PENELITIAN. variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa, juga memiliki intelektual akademik yang baik demi menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya masing-masing.

SS S TS STS SS S TS STS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Festinger (1957, hal. 3) disonansi kognitif adalah ketidaksesuaian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tingggi (KBBI, 1991). Tujuan seseorang yang belajar di perguruan tinggi adalah untuk menguasai suatu ilmu serta memahami wawasan ilmiah yang luas, sehingga mampu bertindak ilmiah dalam segala hal yang berkaitan dengan keilmuannya untuk dapat diabdikan kepada masyarakat (Anton, 2007). Didalam proses penyelesaian program pendidikan ini, khususnya pada mahasiswa strata 1, mahasiswa diharapkan untuk dapat berprestasi secara optimal. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan dapat memenuhi tugas-tugas yang diberikan baik secara akademis maupun non-akademis. Salomon dan Rothblum (1994) mengemukakan bahwa ada enam tugas akademik yang harus dilakukan mahasiswa dalam menjalankan masa perkuliahan, diantaranya adalah tugas menulis, belajar untuk menghadapi ujian, menghadiri pertemuan kelas, tugas administratif dan kinerja akademik secara keseluruhan. Milgrams dan Toubiana (1999) membagi tugas akademik yang harus dilakukan mahasiswa menjadi tiga kategori. Kategori yang pertama adalah pekerjaan rumah (PR). Mahasiswa diminta untuk membuat tugas tulisan singkat yang akan diberikan kepada dosen dan membaca materi yang akan digunakan untuk persentasi kelas, ini dimaksudkan agar mahasiswa mendapatkan pemahaman tetang materi yang akan diberikan. Kategori yang kedua adalah ujian, dalam kategori ini mahasiswa diminta untuk mengerjakan beberapa soal atau pertanyaan sebagai refleksi dari materi yang sudah diberikan. Kategori yang terakhir adalah karya tulis. Mahasiswa akan diminta untuk membuat laporan yang cukup panjang dan mendalam mengenai topik yang ditentukan. Didalam pembuatan karya tulis ini mahasiswa akan melakukan aktivitas seperti membaca dan me-review materi yang sudah diberikan. Disisi lain tugas yang dilakukan oleh mahasiswa tidak hanya mencangkup materi

pengajaran, tetapi juga mencangkup tugas akademis lain seperti menghadiri perkuliahan, datang tepat waktu, dan tugas administrasi lainnya. Tugas dan tanggung jawab yang dihadapi mahasiswa tidaklah mudah. Didalam proses penyelesaian tugas dan tanggung jawabnya mahasiswa dihadapkan dengan berbagai tingkat sesulitan tertentu dan prasyaratan tertentu seperti IPK minimal 2.00, total SKS minimal 146 sks, lulus mata kuliah skripsi / tugas akhir minimal grade "C". Persyaratan ini ditujukan agar mahasiswa tersebut memiliki kualitas ketika dia menyelesaikan program pendidikan strata 1. Tidak hanya itu, peryaratan yang dibuat oleh universitas untuk dapat memaksimalkan kualitas mahasiswa dimaksudkan untuk membatu mahasiswa didalam dunia kerja. Ini dibuktikan bahwa persyaratan yang dibutuhkan dalam dunia kerja salah satunya adalah IPK minimal 3,00 yang juga harus diimbangi dengan softskill dan hardskill yang baik (Wordpress, 2009). Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan memiliki usaha yang keras dan keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya untuk dapat mengatasi setiap permasalahan yang ada (Pajares, 2006). Bandura (1997) menjelaskan bahwa pendapat atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai kemampuannya dalam menampilkan suatu bentuk perilaku berhubungan dengan keyakinan seseorang, untuk menentukan seberapa besar usaha yang dikeluarkan dan seberapa besar ia dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya. Keyakinan inilah yang disebut dengan self efficacy. Self efficacy seseorang merupakan hal yang kuat dalam menetukan seseorang akan bertindak, berpikir, dan bereaksi sewaktu menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan (Bandura, 1986). Ini artinya ketika seseorang mahasiswa mengalami situasisituasi yang tidak menyenangkan dalam dirinya, seperti sulitnya menyelesaikan tugas, maka dengan adanya self efficacy mahasiswa tersebut mampu bertingkahlaku dan bereaksi positif untuk mengatasi situasi-situasi tersebut. Oleh sebab itu, penting sekali bagi mahasiswa untuk memiliki self efficacy dalam dirinya, karena self efficacy membantu mahasiswa dalam memilih aktivitas-aktivitas yang dapat memotivasi perkembangan kemampuan yang dimilikinya seperti ketika ia dihadapkan pada tugas kuliah yang dia anggap sulit, maka dengan ada self efficacy, ia akan dapat mencari cara untuk berusaha menyelesaikan tugas

kuliahnya. Tidak hanya itu, self efficacy juga membantu mahasiswa untuk menentukan seberapa besar usaha yang akan dikeluarkan dan berapa lama dia akan kuat menghadapi kesulitannya. Ini dapat juga diartikan, jika mahasiswa tersebut mengalami kesulitan dalam proses perkuliahannya maka ia mengeluarkan seluruh usahanya dan ia akan tetap bertahan untuk mampu menyelesaikan kesulitannya. Pada kenyataannya terdapat sejumlah mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, ini disebabkan karena mereka tidak yakin dengan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab mereka (Prakosa, 1996). Spears dan Jordan (dalam Prakosa, 1996) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang mahasiswa dapat diraih apabila mahasiswa tersebut merasa mampu untuk berhasil. Bandura (1997) juga mengemukakan bahwa semakin tinggi self efficacy seseorang, semakin giat dan tekun usaha-usahanya dalam menghadapi permasalahannya, sedangkan self efficacy yang rendah dapat menghalangi usaha dan menyebakan individu tersebut mudah putus asa. Dengan demikian mahasiswa dengan self efficacy yang tinggi, akan selalu mencoba melakukan berbagai tindakan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan. Sebaliknya, apabila self efficacy yang dimiliki mahasiswa rendah maka mahasiswa tersebut akan merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah dalam menghadapi rintangan, aspirasi rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang dicapai (Bandura, 1997). Rendahnya self efficacy yang dimiliki juga dapat membuat individu tidak memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga membuat individu tersebut berusaha menghindari tugas atau melakukan penundaan dalam mengerjakannya (Erkan, 2011). Perilaku menghindari atau melakukan penundaan dalam memulai atau menyelesaikan tugas inilah yang disebut dengan prokrastinasi. Ferrari (1995) menjelaskan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda untuk memulai suatu pekerjaan ataupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Prokrastinasi merupakan masalah yang dialami sebagian besar mahasiswa. Salomon & Rothblum (dalam Lee, 2005) menunjukan bahwa 50% mahasiswa melakukan

prokrastinasi. Penelitian lain mengatakan bahwa prokrastinasi telah mempengaruhi 50% sampai 90% mahasiswa dalam bidang akademis (Janssen, 1999). Sedangkan survei yang dilakukan peneliti pada sejumlah mahasiswa universitas X dari berbagai jurusan, mengungkapkan bahwa 96% mahasiswa pernah melakukan perilaku prokrastinasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, perilaku prokrastinasi sudah menjadi kebiasaaan yang dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Nugrasanti (2006) menyebutkan beberapa perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa, diantaranya adalah : menunda-nunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen, menyerahkan tugas melewati waktu yang diberikan, malas membuat catatan kuliah, mem-fotocopy catatan teman menjelang ujian dan belajar pada malam terakhir menjelang ujian. Disisi lain perilaku prokrastinasi akademis yang dilakukan mahasiswa pada survei yang dilakukan oleh peneliti adalah 32,60% menunda untuk memulai ataupun menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen, 30,43% melakukan penundaan untuk membaca materi kuliah, 10,87% malas untuk membuat catatan kuliah, 19,56% belajar pada malam terakhir menjelang ujian atau yang biasa kita sebut dengan sistem kebut semalam (SKS), 17,39% mengerjakan aktivitas lain terlebih dahulu dibandingkan mengerjakan tugas yang diberikan dan 8,6% datang terlambat saat kelas dimulai. Ferrari (1995) menjelaskan bahwa mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akan menempatkan tugas kuliahnya pada prioritas terakhir dibandingkan memulai aktivitas untuk bertemu dengan temannya. Individu ini juga cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah, kesadaran yang rendah, kehilangan harapan dan menghindari keterlibatan dalam kelompok kecil. Salomon & Rothblum (dalam Hersen, 1988) menunjukan 13 alasan individu melakukan prokrastinasi, yaitu kecemasan menghadapi evaluasi, perfeksionisme, kesulitan dalam mengambil keputusan, ketergantungan terhadap orang lain, task aversiveness, kurangnya kepercayaan diri, kemalasan, kurangnya asertivitas, ketakutan untuk sukses, manajemen waktu, pemberontakan, pengambilan resiko, dan pengaruh teman. Sedangkan pada survei yang dilakukan peneliti mengenai alasan mahasiswa yang melakukan

prokrastinasi adalah 51,72% manajemen waktu yang kurang baik, 3,44% task assiverness, 34,48% malas mengerjakan tugas dan 10,34% menunda melakukan tugas mereka karena rentang waktu pengumpulan tugas yang dianggap masih terlalu lama. Ketika seseorang mulai melakukan prokrastinasi secara terus menerus, maka itu akan menjadi masalah penting karena akan memberikan dampak negatif bagi dirinya. Ferrari (1991) mengatakan bahwa akibat negatif dari perilaku prokarstinasi adalah banyaknya waktu yang terbuang sia-sia, tugas-tugas menjadi terbengkalai, apabila tugas tersebut dapat diselesaikan maka hasil yang didapat tidak maksimal, dan dapat mengakibatkan seseorang kehilangan peluang atau kesempatan dimasa yang akan datang. Sedangkan survei menunjukan bahwa 60% mahasiswa mengalami dampak negatif seperti tugas menjadi lebih menumpuk, mendapatkan nilai yang rendah, tugas yang dikerjakan menjadi tidak maksimal, waktu untuk mengerjakan menjadi terbuang sia-sia, tidak ada persiapan untuk menghadapi kuliah dan kesulitan memahami materi yang diberikan. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melihat hubungan self efficacy terhadap perilaku prokrastinasi akademis pada mahasiswa semester dua. Dengan asumsi, semakin kuat self efficacy seorang mahasiswa maka semakin rendah kemungkinan seorang mahasiswa untuk berperilaku prokrastinasi akademik, sebaliknya semakin rendah self efficacy seorang mahasiswa maka semakin besar kemungkinan seorang mahasiswa untuk berperilaku prokrastinasi akademik. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi sampel penelitian. Sampel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester dua jurusan psikologi pada Universitas X, ini dilakukan agar penelitian menjadi lebih terfokus. Alasan lain peneliti membatasi sampel penelitian adalah karena pada mahasiswa semester dua, mahasiswa sedang mengalami masa transisi dari sekolah menjadi perguruan tinggi. Dimana dalam tahap adaptasi dari sekolah ke perguruan tinggi mahasiswa dihadapkan dengan adannya perubahan-perubahan seperti berkurangnya pengawasan dari orang tua dan guru, relasi dengan teman-teman baru di universitas, lingkungan akademis yang baru dengan tuntutantuntutan yang diberikan untuk mencapai standar akademis tertentu dan hal-hal lain yang

dituntut oleh lingkungan tersebut (Tao, 2000).. Hal ini menggambarkan bahwa pada dua jurusan Psikologi, mahasiswa tidak hanya harus menghadapi berbagai perubahan tetapi juga harus mendapatkan nilai yang baik untuk dapat bertahan di universitas. Tuntutan-tuntutan inilah yang harus dilewati mahasiswa. Oleh sebab itu, mahasiswa semester awal dituntut untuk untuk bisa memiliki self efficacy yang tinggi dalam dirinya, agar mampu untuk mengatasi tuntutan-tuntutan tersebut (Bandura, 1997). Dengan kata lain mahasiswa semester awal berada pada masa yang sulit, karena mereka di tuntut untuk dapat memiliki self efficacy yang baik dalam dirinya agar mampu mengatasi tuntutan yang ada, sehingga dapat menghindari dampak negatif dari rendahnya self efficacy seperti halnya prokrastinasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka rumusan permasalah yang ada pada penelitian ini, adalah : adakah hubungan antara self efficacy terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa semester dua jurusan psikologi universitas X?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi akademik. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis bagi perkembangan disiplin ilmu psikologi dengan memberikan masukan mengenai hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi akademik

2. Secara Praktis Bagi Pendidik (Dosen) - Dapat memberikan gambaran kepada pendidik mengenai perilaku prokrastinasi yang terjadi didalam proses pendidikan. - Dapat memberikan gambaran kepada pendidik tentang pentingnya self efficacy dan prokrastinasi dalam bidang akademik. - Mampu memberikan solusi terbaik dalam mengatasi masalah prokrastinsai dengan cara menumbuhkan rasa self efficacy pada diri mahasiswa Bagi Mahasiswa - Memberikan gambaran bagi mahasiswa tentang pentingnya self efficacy dan prokrastinasi dalam bidang akademik - Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan introspeksi diri dalam mengikuti proses belajar dan mengajar sehingga penting bagi mahasiswa untuk tidak melakukan prokrastinasi dengan alasan tidak yakin pada kemampuan dirinya - Diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang pentingnya self efficacy menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan munculnya perilaku prokrastinasi akademis. - Menjadi acuan bagi mahasiswa untuk dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai self efficacy dan prokrastinasi akademik.