Mbah Said, Sebuah Catatan Tentang Moderasi Islam Bagian I

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH ISLAM. Mbah Sa'id, Sebuah Catatan Tentang Moderasi Islam (Bagian II, Habis)

Mam MAKALAH ISLAM. Wali Songo, Antara Legenda dan Fakta Sejarah

Mam MAKALAH ISLAM. Spirit Jum'at: Mari Bersilaturahim

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

Ajwa Publishing ABDULLA SANG NABI MENGUNGKAP FAKTA KENABIAN, PERANG DAN POLIGAMI MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Gus Anton Senator Asal Jawa Timur; Ahli Hukum Tata Negara 1

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DIES NATALIS KE-62 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) TAHUN 2009

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

Mam MAKALAH ISLAM. Spirit Jum'at

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)

Mam MAKALAH ISLAM. Hikayat Kampung Akhirat

MAKALAH ISLAM. Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas tentang

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI MASJID AGUNG KOTA BLITAR TAHUN 2012 / 1433 H

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

MATERI 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

KATA-KATA BIJAK 2 TOKOH INDONESIA. A. Kata-kata Bijak KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

UNIVERSITY OF TRUNOJOYO MADURA

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tuhan dikarenakan telah dibekali akal dan pikiran. Melalui akal dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEUTAMAAN MEMPELAJARI SIRAH NABAWIYAH. Fais al-fatih #KajianSirahNabawiyah01

Peran Mahasiswa Melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Oleh : Ghoffar Albab Maarif

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia untuk membangun bangsa dan negara.

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan laporan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB IV terlebih di

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD PONDOK MODERN AL-JAUHAR DURI, 9 FEBRUARI2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

PERBEDAAN ADA UNTUK MENJADI BUMBU PEMERSATU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

BAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS UD

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

Rizqi Awal. A-Z Dakwah Kampus. Penerbit Syiarislammedia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia terlupa akan pendidikan karakter bangsa. Padahal,

Sambutan Presiden RI pada Muktamar XI Jamiyyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah, Malang, 11 Januari 2012 Rabu, 11 Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang

MAKALAH ISLAM. Menakar Komitmen Keberagamaan Umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Al-Qur an. Oleh karena itu, beruntunglah bagi orang-orang yang dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

Transkripsi:

MAKALAH ISLAM Mbah Said, Sebuah Catatan Tentang Moderasi Islam Bagian I 26 Maret 2014

Makalah Islam Mbah Said, Sebuah Catatan Tentang Moderasi Islam Bagian I Jaja Zarkasyi, MA (Rumah Moderasi Islam/Rumi)

Pesantren Gedongan. Itulah nama yang tertulis di pintu gerbang menjelang masuk dusun yang berjarak sekitar 15 Km dari pusat kota Cirebon. Berada di bawah wilayah administrasi Desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, Pesantren Gedongan menegaskan eksistensinya yang telah berumur tidak kurang dari 3 abad. Dan, walau waktu terus berjalan sering dengan bergeraknya roda peradaban, Pesantren Gedongan tetaplah eksis bersama nilai-nilai luhur yang diwariskan para ulama; tentang kesahajaan, tentang keseimbangan, tentang moderasi Islam. Tidak banyak yang tahu, di sebuah desa yang jauh dari keramaian Kota Cirebon, terdapat makam sosok sederhana yang telah mendedikasikan fikiran dan waktunya untuk membangun moderasi Islam, sebuah istilah yang menjadi bagian tak terpisahkan dakwah para wali sembilan atau wali songo. Di sinilah, sebuah bangunan sederhana menjadi penanda bahwa sang tokoh sederhana beristirahat dengan damai. Sementara, pada setiap jum at dan momen-momen tertentu, para santri, peziarah hingga para alumni yang pernah menimba ilmu

silih berganti berziarah, napak tilas atas apa yang penah dan diwariskannya kepada generasi muda. Inilah maqam KH. Muhamamd Sa id, dikenal dengan sebutan Mbah Sa id. Mbah Sa id adalah tokoh yang menjadi pusat eksistensi pesantren Gedongan, dari sebuah dusun yang gelap gulita di tengah hutan, menjadi pusat pendidikan Islam, bahkan melahirkan berbagai pencapaian spiritual yang diteruskan oleh para generasi sesudahnya. Memiliki nama lengkap KH. Muhammad Sa id, ialah yang pertama kali menetap di dusun kecil dan membangun peradaban baru, sebuah lembah pelatihan sekaligus pendidikan yang mengintegrasikan spiritualitas dan intelektualitas. Tidak banyak catatan yang dapat dibaca tentang kisah keturunan Sunan Gunung Djati ini. Namun pesantren Gedongan dengan berbagai keragaman warna manhaj, pemikiran dan lembaga kependidikan memberikan penggambaran luar biasa akan ketokohannya. Pesantren Gedongan adalah satu diantara pusat pendidikan Islam yang memberi warna akan

penguatan tradisi Islam berdampingan secara sejajar bersama tradisi lokal. Mbah Sa id bukanlah sebatas legenda atau kisah rakyat yang hanya dapat didengar dan diceritakan dari mulut ke mulut, yang mana mungkin akan banyak reduksi makna yang dapat membelokkan substansi ketokohannya, melainkan sosok yang ketokohannya dapat kita nikmati melalui berbagai hal yang tumbuh dan berkembang di Pesantren Gedongan. Sungguh teramat kecil jika ia hanya dikenal dengan berbagai karomahnya saja, karena manhaj, pemikiran dan langkah-langkahnya sungguh lebih jelas dan nyata menegaskan dedikasi dan loyalitasnya terhadap pengembangan moderasi Islam. Dalam kata lain, fakta dan data menunjukkan secara tegas bahwa ia adalah sosok agung yang mewariskan berbagai ijtihad yang memudahkan penerusnya memahami hukumhukum Islam, mewariskan pengalaman terbaik tentang integrasi spiritualitas dan intelektualitas, tentang keteguhan memegang Islam sebagai syariat. Mbah Sa id adalah perwajahan mentalitas, spiritualitas dan moralitas seorang mujaddid. Dedikasi

yang tak mengenal waktu dan tempat dalam membangun pesantren dengan beragam perjuangannya menegaskan bahwa sang pewaris risalah para nabi adalah sosok yang siap berjuang demi tegaknya Islam. Meski dalam keterbatasan, namun semua itu bukanlah alasan untuk meninggalkan umat dalam kegelapan dan kebodohan. Sebaliknya, segala keterbatasan ibarat pendakian yang harus dilewati dan pasti dapat dilampaui dengan tekad dan sikap istiqomah. Tak terbayangkan betapa beratnya mengajak masyarakat untuk belajar agama di tengah kebodohan dan kemiskinan yang luar biasa akibat penjajahan. Tentu, respon apatis dan sinis menjadi bagian dari perjalanan para pewaris risalah para nabi ini. Dalam berdakwah, Mbah Sa id menempatkan dirinya sebagai pusat aktifitas intelektual dan spiritual. Ia tidak hanya melakukan transformasi keilmuan yang bersifat teoritis, melainkan juga memberikan tauladan berupa karakter-karakter mulia dan agung. Ia menjadi pusat perputaran spiritual bersama di antara para santri, masyarakat dan siapapun yang hendak menggali Islam. Maka para salik pun berlomba mengambil spirit dari

entitas sang kyai, orang biasa menyebutnya ber-tabarruk atau ngalap berkah. Istilah ini merujuk pada aktifitas ruhani guna meraih spirit yang tersimpan di balik kepribadian sang kyai. Para santri dan pencari ilmu akan berlomba mendekatkan dirinya kepada pusat pergerakan spiritual ini, berharap dapat merasakan indahnya dunia spiritual seraya berharap mampu menggapainya kelak jika saatnya telah tiba. Sosok Mbah Sa id mencerminkan moralitas Islam sebagaimana tergambar dalam ajaran para nabi: shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. Jujur dalam tutur kata dan perbuatan, amanah mengemban tugas tanpa pamrih dan penuh tanggung jawab, menyampaikan kebenaran walau itu sangat berat dan tidak menyembunyikannya demi motif politik mapun lainnya, serta cerdas dalam memposisikan diri sehingga diterima dan menjadi bagian dari sitem sosial di masyarakat. Pesantren Gedongan yang hingga kini masih eksis di tengah derasnya arus modernitas, menjadi penegas sentralnya pengaruh Mbah Sa id dalam membangun pondasi moderasi Islam dan moralitas pesantren dengan

mengintegrasikan aktifitas intelektualitas dan spiritualitas. Maka, pesantren menjadi jawaban dari berbagai bentuk kolonialisme pendidikan, ekonomi dan budaya. Saat akses pendidikan tak lagi dapat dirasakan oleh kalangan masyarakat rendah, pesantren berdiri sebagai solusi bagi transformasi keilmuan Islam dan karakter. Sang Kyai mewariskan kegungan karakter yang kemudian diteruskan oleh generasi sesudahnya. Nama Gedongan sendiri diambil dari sebutan untuk bangunan (jawa: gedong) yang pertama kali ditempati Mbah Sa id. Dari bangunan inilah Mbah Sa id menyebarkan Islam yang begitu agung dengan nilai-nilai moderasi Islam sebagaimana tergambar dalam sosoknya yang santun, moderat dan teladan bagi ummat. (bersambung) Sumber : bimasislam.kemanag.go.id/informasi/opini