BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat satu

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB II MENURUT FIKIH JINAYAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN HAPUSNYA PENUNTUTAN PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM KUHP

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV. Analisis Hukum Islam Terhadap Penjualan Obat Generik Melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Tiga Apotek di Surabaya

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

MATERI UJIAN KOMPREHENSIF: KOMPETENSI KHUSUS. Meliputi ujian tentang ayat dan hadis yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB II PENGAMPUNAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2)

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB II KONSEP PENAMBAHAN HUKUMAN MENURUT FIQH JINAYAH. Hukuman dalam bahasa Arab disebut uqūbāh.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. itu tersebut sebagai narapidana ke dalam Lembaga Permasyarakatan, tugas negara

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB IV. Islam juga berlaku bagi tindak pidana yang dilakukan oleh penduduk da>r alsala>m

BAB IV ANALISIS FATWA MUI TERHADAP LAYANAN FOTO COPY BUKU BERHAK CIPTA

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari kebudayaannya, ras, suku, bahasa dan Agama. Kekayaan alam yang

المضارع الماضي الا مر

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati

Dengan nama Allah, maha pengasih dan penyayang. Salam kepada semua Nabi dari yang terdahulu hingga yang akhir.

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB II TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANCAMAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM PASAL 365 AYAT (4) KUHP

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Amalan Setelah Ramadhan. Penulis: Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc.

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 2/MUNAS VII/MUI/6/2005 Tentang PERDUKUNAN (KAHANAH) DAN PERAMALAN ( IRAFAH)

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB II PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN (PENCURIAN) MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Pengertian Pelanggaran Hak Pemegang Paten (Pencurian)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

SET KEDUA. Jawab semua soalan. Baca dialog, kemudian jawab soalan-soalan

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN FIKIH JINAYAH TENTANG HUKUMAN KUMULATIF TERHADAP ANAK PELAKU PENCABULAN (PUTUSAN NO.66/PID.B/2011/PN.

BAB IV ANALISA UPAH PELACURAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 9 TAHUN 2004 DALAM PANDANGAN FIQH SIYASAH

AL QUR AN SEBAGAI PEDOMAN BAGI MANUSIA

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MALANG DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN DENGAN PENGANCAMAN

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

Hukum Menghina Agama

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Penetapan 2/3 Masa Pidana Minimal 9 Bulan Atas Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidana Pembebasan Bersyarat merupakan pelaksanaan pidana penjara untuk dilepas menjelang bagian akhir masa pidananya, agar menjalani sisa pidana di luar Lembaga Pemasyarakatan. Secara umum, pembebasan bersyarat memberikan hak kepada seorang narapidana dan anak didik pemasyarakatan untuk menjalani masa hukuman di luar tembok penjara. Pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana dan anak didik pemasyarakatan untuk memberikan kesempatan memperbaiki diri. Dalam penetapan 2/3 masa pidananya minimal 9 bulan, tak semua narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang mendapatkan pembebasan bersyarat kecuali yang telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang pernah dilakukan, serta mengikuti kegiatan pembinaan secara tekun, dan selama menjalankan pidananya tidak melanggar hukum disiplin. Dalam pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang mendapatkan haknya hanya pidana penjara bukan kurungan. Dalam hukum pidana Islam penetapan 2/3 masa pidana minimal 9 (sembilan) bulan bagi narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang 55

56 mendapatkan pembebasan bersyarat belum ada ketetapan. Dalam hukum pidana Islam sendiri penetapan hukuman mempunyai dua batasan yaitu batasan terendah dan batasan tertinggi. Dalam hal ini hakim diberi kewenangan dan kebebasan untuk memilih hukuman sesuai dengan batasan tersebut, seperti hukuman penjara. Pidana penjara dikenal dengan hukuman kawalan, yang merupakan salah satu cabang dari hukuman ta zi<r. Hukuman ta zi<r sendiri merupakan hukuman yang dijatuhkan atas kejahatan yang tidak dijatuhi hukuman yang telah ditentukan oleh syariat Islam yaitu hukuman hudu<d, qis}a<s}, dan diyat. Sedang hukuman hudu<d, qis}a<s} dan diyat merupakan hukuman yang ada nas}nya. Seperti hukuman bagi penzina, pencuri dan pembunuh. Pemberian hukuman dengan pemenjaraan banyak pula ragamnya, disesuaikan dengan kejahatan-kejahatan yang dilanggar seseorang. Mengenai jenis pemenjaraan, hal itu telah ditetapkan berdasarkan ketetapan qad}iy. 1 Tidak ada kejahatan politik maupun non politik. Juga tidak ada perlakuan khusus bagi public figur, atau orang yang terkenal, atau yang lainnya. Setiap pembuatan tercela dipandang sebagai kejahatan. Penilaian besar kecilnya kejahatan dikembalikan kepada imam. Sebab, dialah pihak yang berhak menetapkannya. Dalam hal penetapan jenis pemidanaan, seorang qad}iy boleh menjatuhkan pidana lebih berat kepada individu-individu tersebut. Qad}iy, misalnya, boleh memenjarakan seseorang selama 1 tahun, dan memberi sanksi penjara pada yang 1 Abdulrrahman al-maliki, Sistem Sanksi dalam Islam, h. 260

57 lain selama 1 minggu, untuk kejahatan yang sama. Atau ia boleh memvonis seseorang dengan menyebloskannya dalam penjara yang berat, sedang yang lain dijebloskan dalam penjara yang ringan. Semua ini didasarkan pada pengetahuannya tentang kedua orang tersebut, apakah ia termaksud orang-orang yang suka melakukan dosa (kejahatan), atau termasuk orang-orang yang bertakwa, atau apakah perbuatan tersebut akibat kekhilafan yang dilakukan. Hukuman penjara bukanlah had yang telah ditetapkan oleh syara, sehingga tidak seorangpun boleh melebihinya, sebagaimana jilid. Sebab, tidak ada nas} yang menunjukkan bahwa ia adalah had yang ukurannya telah ditetapkan oleh syara. Juga tidak ada nas} yang menunjukkan batas waktu tertentu bagi pemenjaraan. Dengan begitu, penetapan ukuran sanksi diserahkan kepada khalifah. Tatkala hukuman memiliki fungsi sebagai pencegah, maka dalam hal penetapannya, khalifah harus memperhatikan batas waktu penahanan, agar sanksi pemenjaraan tersebut mampu menjadi pencegah bagi pelaku dosa dan orang lain. Siapapun yang wajib dikenai sanksi ta zi<r, maka ia harus mendapatkan sanksi ta zir yang dapat mencegah. Hukuman penjara tidak memiliki batasan maksimal secara mutlak. Sebagai mana yang telah diriwayatkan beliau saw, telah menjatuhkan hukuman penjara, namun beliau tidak menetapkan batas waktu tertentu. Dengan begitu, hukuman penjara tetap berlaku mutlak. Sebab, nash-nash yang berbicara tentang pemenjaraan datang dalam bentuk mutlak. Adapun pendapat yang dilontarkan

58 sebagian fukaha bahwa batasan waktu terpendek hukuman penjara adalah 1 tahun, dan tidak boleh lebih dari 1 tahun, dengan menqiyaskan pada hukuman pengasingan. Di sisi lain pengasingan tidak bisa diberlakukan dengan definisi penjara. Oleh karena itu, bahwa waktu pemenjaraan tidak dibatasi selama 1 tahun saja. Khalifah boleh menetapkan batas waktu pemenjaraan berdasarkan apa yang diketahui pada seseorang yang melakukan kejahatan, sebagai sanksi pencegah bagi pelaku kejahatan dan orang lain. Qad}iy boleh memvonis seseorang dengan batas waktu yang telah ditetapkan oleh khalifah, yang dipandang dapat menjadi pencegah bagi pelaku kejahatan. Dalam menjatuhkan hukuman penjara kepada seseorang, qad}iy harus menetapkan batas waktu pemenjaraan dengan jelas, agar batas waktu pemenjaraanya diketahui. Selain itu juga agar hukumannya pasti dan tidak simpang siur. Itu sebabnya, qad}iy harus menetapkan batas masa pemenjaraan dengan waktu tertentu, seperti 1 tahun, 1 bulan, atau hingga suatu perkara yang berlangsung. Misalnya, sampai berakhirnya Ramad}an, atau sampai hari raya idul fitri dan lain-lainya. Hukuman penjara menurut para ulama dibagi menjadi dua yaitu penjara yang dibatasi waktunya dan penjara yang tidak dibatasi waktunya. 2 Hukuman penjara yang dibatasi waktunya adalah hukuman penjara yang dibatasi lama hukuman yang dijatuhkan dan harus dilaksanakan terhukum. Para ulama bebeda 2 A. Djazuli, Fiqh Jinayah, h. 206

59 pendapat, ada yang mengatakan dua bulan atau tiga bulan. Disamping itu, ada yang mengatakan paling lama satu tahun dinisbatkan kepada hukuman buang pada pembuat zina yang lamanya satu tahun. Diantara mereka juga mengatakan bahwa lamanya hukuman itu terserah penguasa sebab hukuman ta zi<r adalah hak penguasa. Namun dalam hukuman kawalan batas terendah adalah satu hari, sedang batas tertinggi tidak menjadi kesepakatan para ulama. Sedangkan hukuman penjara yang tidak dibatasi waktunya bisa berupa penjara seumur hidup, hukuman seumur hidup adalah hukuman penjara untuk kejahatankejahatan yang sangat berbahaya, seperti pembunuhan yang terlepas dari sanksi qis}a<s} karena ada hal-hal yang meragukan dan lain-lain. Selain itu juga hukuman penjara bisa dibatasi sampai terhukum bertaubat. 3 Hukuman penjara yang dibatasi sampai terhukum bertaubat sesungguhnya mengandung unsur pendidikan, sesuai dengan adanya Lembaga Pemasyarakatan yang menerapkan adanya hak narapidana untuk mendapatkan pembebasan bersyarat. Dengan adanya pembebasan bersyarat narapidana terbukti ada tanda-tanda untuk bertaubat. Seseorang dikatakan taubat bila dalam perilaku telah menunjukkan perbaikan-perbaikan dalam dirinya. 3 Ibid, h. 207

60 B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pembinaan dan Bimbingan Bagi Narapidana yang Mendapatkan Pembebasan Bersyarat Pembinaan narapidana adalah suatu pembinaan dalam bentuk penyampaian materi dan kegiatan-kegiatan yang positif untuk melakukan perubahan dalam diri narapidana ke arah yang lebih baik, dalam perubahan berfikir, bertindak, dan dalam bertingkah laku. Dalam bab III telah dijelaskan bahwa pembinaan narapidana yang mendapatkan pembebasan bersyarat harus ditimbulkan dari diri narapidana itu sendiri. Narapidana sendiri yang harus mau melakukan proses pembinaan bagi dirinya. Pembinaan tersebut dimaksudkan agar narapidana menyadari atas apa yang pernah dilakukan dan bertanggung jawab. Serta peran keluarga, masyarakat, dan petugas dalam pembinaan dan bimbingan. Selain itu, narapidana juga diberikan pembinaan dalam segi keterampilan, kesenian, dan pembinaan dalam segi hukum dan lain-lain yang bernilai positif. Dengan proses tersebut pemberian pembebasan bersyarat akan sesuai dengan apa yang akan dijalankan nanti yakni memberikan kesempatan terhadap narapidana untuk mempersiapkan diri terjun ke masyarakat. Dengan adanya proses pembinaan tersebut dalam hukum Islam disebut hukuman ta zi<r. Ta zi<r adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara. 4 4 Al Mawardi, Kitab Al-Ah}ka>m As-Sult}a>niyyah, h. 236

61 Hal ini dapat diperkuat pula dengan kenyataan dalam menjatuhkan hukuman kepada narapidana tersebut tidak semata-mata dimaksudkan sebagai pembalasan akan tetapi lebih jauh dari pada itu adalah tujuan pemasyarakatan itu adalah pendidikan dan pengajaran agar setelah mengalami masa pidana yang bersangkutan dapat kembali ke masyarakat serta menyadari kesalahan dan tidak akan mengulangi lagi. Firman Allah dalam surat al-ma<idah ayat 39 فم ن ت اب م ن ب ع د ظ لم ه و ا ص لح فا ن الل ه ي ت وب ع لي ه ا ن الل ه غ فور ر ح يم Artinya: Maka barang siapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 5 Firman Allah dalam surat Al-An am ayat 54 و ا ذا ج اء ك ا لذ ين ي و م ن و ن ب ا ي ات ن ا ف ق ل س لام ع لي كم كت ب ر ب كم ع لى ن فس ه ال رح م ة ا ن ه م ن ع م ل م ن كم س وء ا ب ج ه ا لة ثم ت اب م ن ب ع د ه و ا ص لح ف ا نه غ فور ر ح يم Artinya: Apabila orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah Salaamu-alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas dirinya kasih sayang, (yaitu) bahwasannya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakan dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 6 Dari pengertian ayat-ayat diatas dapat dijelaskan bahwa bagi mereka yang melakukan kesalahan atau kejahatan dan selama itu mau memperbaiki 5 Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahannya, h. 165 6 Ibid, h. 195

62 dirinya dan bertaubat dengan sebenar-benarnya maka Allah akan mengampuni dosa-dosa tersebut. Selain itu juga tujuan daripada hukuman itu sendiri adalah tidak sematamata sebagai balasan, akan tetapi juga berarti hukuman diharapkan sebagai pendorong bagi pelaku kejahatan untuk menjadi orang yang lebih baik serta melakukan taubat kepada Allah atas apa yang pernah dilakukan dengan sebenarbenarnya taubat dan tidak akan mengulangi apa yang pernah dilakukan. Adapun dengan pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana dan anak didik pidana peran masyarakat disekitarnya agar dapat menerima kembali untuk dapat melakukan aktifitas sebagai mana mestinya sebelum menjadi narapidana. Sedangkan tujuan pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana dan anak didik pidana yakni memberikan motivasi dan dorongan serta memberi kesempatan pada mereka untuk pendidikan dan keterampilan guna mempersiapkan diri hidup mandiri di tengah masyarakat setelah bebas menjalani pidana serta mendorong masyarakat untuk berperan secara aktif dalam penyelenggaraan pemasyarakatan. Dapat diambil suatu pengertian bahwa karena tujuan daripada hukuman ialah sebagaimana tujuan hukuman ta zi<r dalam hukum Islam, yakni memberikan pendidikan dan pembinaan bagi narapidana agar tidak mengulangi tindakannya lagi. Bentuk daripada hukuman ta zi<r itu jelas bertujuan untuk memacu para

63 pelaku kejahatan agar bertaubat dan berbuat baik selama menjalani masa pidananya. Maka dari itu pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana dan anak didik pidana dalam kaitannya dengan apa yang telah diterapkan dalam hukum Islam itu sendiri, karena pemberian pembebasan bersyarat dan tujuannya samasama memberikan kesempatan kepada narapidana dan anak pidana untuk senantiasa berbuat baik dan jera agar tidak melakukan yang sama dan selalu mendorong narapidana dan anak pidana berbuat baik setelah menjalani pidananya, dilain sisi peran masyarakat di sekitarnya harus selalu aktif dalam mengarahkan dan tidak selalu mengucilkan bahwa mereka adalah mantan narapidana.