BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PEMBAHASAN. dapat berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan banyak dijumpai permasalahan

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bolos dilakukan karena kejenuhan dalam mengikuti mata pelajaran atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lenny Wahyuningsih, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

UPAYA GURU BK MENGATASI PERILAKU AGRESIF MELALUI LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI KELAS X SMA KARTIKA 1-5 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA. Ainun Nafiah Arri Handayani

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

Lampiran A : TABULASI DATA HASIL UJI COBA JIKA ITEM TIDAK VALID DIIKUTSERTAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB I PENDAHULUAN. dan menbentuk prilaku anak yang baik (Santrock, 2011). dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksplotasi. Kekewatiran banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

Sosialisasi Perlindungan Anak Terhadap Tindak Kekerasan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada umumnya pendidikan itu adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Kemudian terjadi interaksi di dalamnya terdapat dua subjek yaitu subjek pendidik dan subjek dididik yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal. Sekolah merupakan lembaga formal yang memiliki beberapa program terencana, terlaksana secara formal berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku. Di lingkungan sekolah itu, siswa akan berhadapan dengan orang-orang baru, benda-benda baru yang berbeda dengan lingkungan keluarga. Guru dan temanteman sekelas memiliki cara, pola tingkah laku dan peraturan berlainan dibandingkan dengan lingkungan di rumah. Tugas di sekolah merupakan hal yang harus dikerjakan, dibandingkan dengan tugas di rumah kadang-kadang masih dibantah, ini merupakan tekanan sendiri bagi perasaan anak. Di dalam dunia pendidikan banyak siswa yang mengalami masalahmasalah yang terjadi seperti penggunaan narkoba, cabut, bolos, terlambat datang ke sekolah, tawuran, pergaulan seks, balap liar/geng motor, banyak absen, judi, nyontek, plagiat dan lain sebagainya. 1

2 Salah satu masalah yang terjadi adalah kekerasan yang terjadi di kalangan remaja khususnya para pelajar yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik, dan mudah terperangkap oleh hasutan teman bahkan disebabkan dorongan dalam dirinya sendiri. Aksi-aksi kekerasan tersebut menimbulkan perilaku agresi pada diri seseorang. Agresi itu merupakan serangan yang dilakukan seseorang secara sengaja melalui verbal dan fisik. Dari masalah siswa tersebut dapat disimpulkan yaitu faktor pendorong seseorang berperilaku agresi disebabkan oleh frustasi hingga memicu suatu kemarahan yang tak terbatas hingga akhirnya berperilaku yang tidak sewajarnya bahkan menganiaya orang lain akibat tindakannya tersebut. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada perilaku agresi. Tekanan dari luar juga mempengaruhi dalam diri individu kemudian tidak sanggup mengontrol hingga berdampak berperilaku agresi yang berusaha menyakiti, menyerang bahkan melawan tidak hanya kepada diri sendiri akan tetapi orang lain. Akibatnya berdampak buruk, tindakanlah yang dilakukan individu ketika keinginannya tersebut tidak dapat terwujud yaitu berperilaku agresi antara lain memaki, mencaci, menilai orang buruk dan dialah yang baik, semua harus merasakan apa yang individu itu rasakan, ini merupakan bentuk verbal dari perilaku agresi yang ditimbulkan, bukan hanya verbal akan tetapi berupa

3 kekerasan fisik seperti menendang, menyiksa, mencubit, melempar, memukul apapun dan kepada siapapun itu akan terjadi ketika seseorang itu frustasi. Menurut hasil penelitian White dan Humphrey (Thalib 2010 : 214) menunjukkan bahwa 27,2% subjek mengalami beberapa bentuk perilaku agresif dari orang tua mereka, 49,6% mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual, 12,4% mengalami problem seksual yang tidak diinginkan, dan 16,3% mengalami ganggun agresif seksual secara verbal. Selanjutnya 88,3% telah melakukan agresif baik secara verbal, paling tidak sekali selama periode remaja, dan 51,5% melakukan agresif fisik, paling tidak sekali selama periode remaja. Dalam menghadapi kekerasan seksual, 94,6% menggunakan strategi rasional, 85,8% melakukan agresif verbal dan 47,6% melakukan agresif fisik. Dari Hasil Observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 9 Medan perilaku agresi berikut contohnya, seorang siswa yang berusaha mengganggu teman yang sedang belajar dan mempravokatori teman lain agar mengganggu teman tersebut sehingga memicu keributan di dalam kelas itu. Kemudian siswa yang berusaha meminta dan merampas uang temannya atau adik kelas (palak-memalak) yang dilakukan, ini merupakan tindakan agresif. Sehingga memicu terjadinya perkelahian antar kelas. Memperbudak temannya untuk memenuhi hasratnya, jika temannya tersebut tidak mau maka ia tidak segan-segan untuk berperilaku agresi yaitu mengunci kawannya dalam kamar mandi. Pendidikan identik dengan kedisiplinn seperti itu akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membeci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain. Dari kedisiplinan itu dapat menimbulkan aksi pemberontakan, terutama jika seseorang diberi larangan-larangan yang bersangsi hukuman tidak diimbangi

4 dengan alternative. Cara lain yang dapat memenuhi kebutuhan yang mendasar seperti dilarang untuk keluar main, padahal sudah waktunya istirahat sekolah. Tidak hanya itu, seperti mengintimidasi teman, merusak fasilitas di sekolah, bahkan menyerang secara tiba-tiba kepada orang lain yang tidak bersalah dan lain sebagainya. Jelas kiranya bahwa tindakan-tindakan agresif semacam ini bukan lagi berdasarkan alasan-alasan yang rasional melainkan berdasarkan perasaanperasaan tertentu (agresivitas amarah, kejengkelan) yang tidak dapat disalurkan secara wajar, tetapi meluap keluar mencari kambing hitamnya dan menyerangnya. Masalah-masalah ini tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena akan mempengaruhi perkembangan remaja ke depannya. Oleh karena itu, peran guru BK sebagai konselor sangat penting karena diperlukan untuk mengarahkan, membimbing, dan mendampingi siswa dalam menghadapi masalah-masalah tersebut di sekolah. Setelah diuraikan kasus tersebut maka peneliti mengambil tindakan untuk menerapkan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi siswa. Menurut Prayitno (2008 : 99) yaitu konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien/siswa) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

5 Pemeliharaan dan pengembangan diri klien seutuhnya yang merupakan tujuan konseling. Pemahaman antara konselor dengan klien yang disertai adanya kesadaran dan penerimaan diri, pemecahan masalah, aktualisasi diri atau individuasi, perubahan tingkah laku dan sebagainya. Kemudian terjadi interaksi yang melibatkan dua orang, memiliki asas yang paling utama yaitu asas kerahasiaan yang berfungsi untuk menjaga nama baik klien itu sendiri, kemudian dilakukan secara berkesinambungan hingga selesai proses konseling. Didalam konseling terdapat beberapa model-model atau pendekatan konseling. Model-model konseling itu antara lain: terapi psikoanalitik mengarah pada pemahaman dan asimilasi, terapi eksistensial humanistik fokus pandangan mengenai manusia itu sendiri, terapi client-centered berfokus pada tanggung jawab klien, terapi gestalt menekankan kesadaran dan integrasi, analisis transaksional cenderung ke arah aspek kognitif dan behavioral dalam mengevaluasi putusan yang telah dibuat, terapi tingkah laku/behavioristik untuk merubah tingkh laku, terapi arsional emotif menekankan peran pemikiran dan sistem kepercayaan, terapi realitas berfokus pada saat sekarang dan realistik. Dari beberapa model-model konseling ini peneliti akan menyelesaikan permasalahan siswa di atas menggunakan model pendekatan rasional emotif. Salah satu pandangan pendekatan ini adalah bahwa permasalahan yang dimiliki seseorang bukan disebabkan oleh lingkungan dan perasaannya, akan tetapi pada sistem keyakinan dan cara memandang lingkungan di sekitarnya. Gangguan emosional akan mempengaruhi keyakinan, bagaimana seseorang itu

6 menilai dan menginterpretasikan apa yang telah terjadi padanya. Jika emosi seseorang terganggu, maka akan terganggu pula pola pikir yang dimilikinya, dengan demikian akan timbul pola pikir yang irasional. Pendekatan rasional emotif yaitu memfokuskan diri pada cara berpikir manusia yang berpatokan pada keyakinannya merupakan penyebab masalah emosional siswa yang bermasalah tersebut. Hal ini yang dijadikan acuan bagi konselor untuk mengubah tingkah lakunya. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam rasional-emotif adalah memperbaiki dan mengubah sikap individu dari segi cara berpikir dan keyakinan yang irasional menuju cara berpikir yang rasional, sehingga klien dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagian hidupnya. Dapat disimpulkan mengenai konseling individual itu sendiri adalah suatu proses pemberian bantuan yang terdiri dari konselor dan klien agar dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang di alaminya dengan menggunakan teknik/pendekatan rasional emotif yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandagangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa penting untuk meneliti Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

7 1.2. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas dalam penelitian ini, yaitu (faktor internal maupun eksternal), diantaranya: a. Melawan guru sekolah b. Prapukator teman sehingga memicu perkelahian di sekolah c. Merusak fasilitas sekolah d. Merampas milik orang lain e. Menyiksa dan menganiaya orang lain dengan sengaja 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatas terhadap masalah itu sendiri, peneliti membatasinya mengenai Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat ditentukan masalah pada penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015?. 1.5. Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

8 1.6. Manfaat Masalah Tercapainya tujuan di atas, diharapkan penelitian ini memiliki berbagai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat konseptual Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teknik dalam bimbingan dan konseling khususnya yang berhubungan dengan konseling individual pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi pada siswa dan dapat menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan. Kemudian bahan masukan pula bagi yang mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama. 2. Manfaat praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : a. Bagi Siswa: melatih siswa untuk mengontrol perilaku agresi sehingga berperilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Bagi Konselor: bahan masukan bagi Guru Bk itu sendiri dalam mengatasi masalah siswa yang berkaitan hubungan dengan permasalahan siswa yang timbul pada perilaku agresi. c. Bagi Peneliti: sebagai pengalaman dan pemahan bagi peneliti untuk meneliti perilaku agresi dengan menggunakan layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif untuk dapat meminimalisirkan masalah yang akan diteliti. d. Bagi Sekolah: sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan mengarahkan siswa ketika mengalami masalah dalam berperilaku agresi dengan beberapa bentuk penyelesaian yang digunakan pihak sekolah khususnya SMA Negeri 9 Medan.