Abu Muhtadi dan Hafidz Abdurrahman

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: KH Hafidz Abdurrahman

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

Allah SWT mewajibkan umat Islam mengatur hidupnya dengan syariah Islam. Allah SWT berfirman:

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Kegiatan impor dan ekspor merupakan bentuk perdagangan (tijârah). Di dalamnya praktik

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

[97] Ketika Khilafah Berdiri di Suriah, Bagaimana Cara Khilafah Menghadapi Gempuran Musuh Sunday, 03 February :03

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah.

Rukun wakalah ada tiga: pertama, dua pihak yang berakad yaitu pihak yang mewakilkan (al-mu wakkil ) dan pihak yang mewakili ( alwakîl

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

Kematian Lebih Baik Bagi Seorang Mukmin

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

Oleh: Abu Muhtadi. Mewujudkan Swasembada

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu merupakan syarat sah shalat.

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme.

Takwa dan Keutamaannya

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

{mosimage}oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

[113] Sisi Politik Ibadah Haji Tuesday, 12 November :30

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

Penjelasan singkat tentang khilafah minhajjin nubuwwah berdasarkan hadith

Taat Kepada Pemerintah

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

Mengapa dalam beberapa tahun terakhir setiap Natal, negeri yang mayoritas Muslim ini seolah jadi negeri Kristen?

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM

BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR

ISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA

FATWA-FATWA LEMBAGA TETAP UNTUK RISET ILMIAH DAN FATWA, KERAJAAN SAUDI ARABIA :

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Riba, Dosa Besar Yang Menghancurkan

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE

MENGIKUTI HAWA NAFSU

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

Umur Untuk Amal Shaleh

ALI ABD AL-RAZIQ : IDE NEGARA

BAB IV ANALISIS SIYASAH DUSTURIYAH TERHADAP PENYELENGGARAAN SISTEM PRESIDENSIAL DENGAN FORMAT KOALISI

SIFAT MALU (Al Haya) Editor: Nunung NS Disajikan Oleh: M. Rofiqi Redi Sofiadi Rika Siti Syahidah

Hari ini adalah hari Asyura, dan saya puasa pada hari tersebut, siapa yang suka maka hendaklah dia puasa dan siapa yang suka dia berbuka

BAB IV ANALISIS FIKIH MURĀFA A<T TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN SAKSIVERBALISAN MENURUT PUTUSAN NOMOR 2822/PID.B/2012/PN.SBY.

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I.

Imam Hasan, Pelindung Kesucian Islam

Suap Mengundang Laknat

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

The Arrivals wakeupproject.com

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

Tafsir Surat Al-Ashr: Meraih Sukses Dunia dan Akhirat

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

Pendidikan Agama Islam

Syeikh Ali Belhadj, Ulama Aljazair

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

Tidak Menghadiri Kebatilan

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

Adab Makan Yang Dilupakan Muhammad Abu Hamdan

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Bab 37 Hendaknya Yang Hadir Menyampaikan Ilmu kepada Yang Tidak Hadir Ini adalah perkataan Nabi yang dinukil Ibnu Abbas

Bab 2 Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Kitab Tentang Sumpah (Qosamah), Kelompok Penyamun, Kisas Dan Diyat 1. Qasamah (sumpah)

Serial Akhlak Muslim : Amanah

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep

BAB I PENDAHULUAN. urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya,

KELAS BIMBINGAN MENENGAH PEPERIKSAAN PERTENGAHAN TAHUN 2015 SEJARAH ISLAM KBM 3

Munakahat ZULKIFLI, MA

Edisi 02/ I/ Dzulhijjah/ 1425 H Januari/ 2005 M)

BAB IV ANALISIS KONFLIK

P e n t i n g n y a T a b a y y u n

PENGEJARAN DAN PEMBUNUHAN ISA AS. Pertanyaan Dari: H. Soekardi NBM , Baturetno (disidangkan pada hari Jum'at, 7 Shafar 1431 H / 22 Januari 2010)

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Bukti Cinta Kepada Nabi

Taat Kepada Pemimpin Kaum Muslimin

E٤٢ J٣٣ W F : :

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris.

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin

Syekh Hasan Al Janayniy. Dosen Universitas Al Azhar, Kairo

Macam-Macam Dosa dan Maksiat

Cinta yang tak mungkin terbalas

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

Transkripsi:

Abu Muhtadi dan Hafidz Abdurrahman Kudeta (bahasa Prancis: coup détat), berarti merobohkan legitimasi Kudeta kemudian diartikan sebagai tindakan merampas kekuasaan dengan cara inkonstitusional dan seringkali bersifat brutal Hingga kini kudeta merupakan cara efektif, dan meski sering dikecam oleh para penganut demokrasi, tetapi serangkali dilakukan untuk memperoleh kekuasaan dengan cara singkat Terbaru adalah apa yang kita saksikan di Mesir, di mana Presiden Mesir yang sah, Dr Mohamad Mursi, digulingkan oleh Jenderal as-sisi karena dianggap oleh Amerika tidak mampu mewujudkan stabilitas yang bisa mengamankan kepentingannya di Mesir dan Timur Tengah secara umum Lalu bagaimanakah hukum kudeta dalam pandangan Islam? Apakah kekuasaan yang diperoleh melalui jalan kudeta bisa dianggap sebagai kekuasaan yang sah? Bagaimana kalau kondisi ini terjadi dalam sistem Khilafah? Mengangkat Senjata untuk Merebut Kekuasaan Karena fakta kudeta (al-inqilab al-'askariy) biasanya melibatkan kekuatan bersenjata dan identik dengan aktivitas mengangakat senjata, maka akan kita ulas terlebih dahulu hukum mengangkat senjata dan merebut kekuasan dalam persepektif fiqih siyasah Islam Dalam kontek sistem khilafah, aktivitas mengangkat senjata terhadap penguasa merupakan perkara yang dilarang ( haram ) selama penguasa itu masih menerapkan hukum Islam, meski dia berbuat zalim dan 1 / 7

fasiq Sebab ketaatan kepada pemimpin merupakan kewajiban Rasulullah SAW menjadikan perintah thâ'at kepada amîr (pemimpin), seperti ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya Namun, jika seorang khalifah memerintahkan pada kemaksiatan, maka perintah tersebut tidak boleh ditaati Dengan kata lain, perintah pada kemaksiatan merupakan satu-satunya kondisi di mana perintah pemimpin itu boleh dilanggar Namun, bukan berarti pemimpin tersebut lantas boleh dikudeta Ketidaktaatan pada seorang pemimpin dalam hal kemaksiatan ( 'adam thâ'at al-am îr fil ma'shiyah ) berbeda dengan kebolehan melakukan aktivitas melawan penguasa dengan senjata ( jawâz al-khurûj 'alal hâkim ) Kebolehan mengangkat senjata (al-khurûj 'alal hâkim wa isyhârus saif) hanya boleh dilakukan dalam kondisi di mana pemimpin kaum Muslim telah menampakkan kekufuran yang nyata Dari Auf bin Malik al- Asyaja'i, Rasulullah SAW bersabda, Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian benci, dan dia pun membenci kalian, serta pemimpin yang kalian laknat dan ia pun melaknat kalian Auf bin Malik berkata, Kami pun bertanya, Wahai Rasulullah, apakah kami boleh memeranginya? Rasulullah menjawab, Tidak boleh, selama mereka masih menegakan sh a lat (HR Muslim) Yang dimaksud dengan menegakkan shalat dalam hadits ini adalah menerapkan hukum-hukum Allah SWT Ini merupakan bentuk majaz, yakni menyebut bagian dari sesuatu dengan maksud seluruhnya ( mim bâb ithlâqil juz i wa irâdatil kul), seperti dalam firman Allah SWT, Maka ia wajib membebaskan leher (seorang hamba), maksudnya, Maka ia wajib membebaskan seorang hamba Dalam hadits Ubadah bin Shâmit, Rasulullah SAW menyatakan, Kecuali, jika kalian melihat kekufuran yang nyata, sementara kalian memiliki hujjah yang pasti di 2 / 7

sisi Allah SWT (HR Muslim) Frasa kufran bawâhan dinyatakan dalam bentuk nakirah (tidak terdefinisi) dan maushufah (disifati), yang berati meliputi seluruh kekufuran yang dilakukan secara nyata dan terang-terangan, seperti memerintah dengan selain hukum Allah, membiarkan kemurtadan, dan sebagainya Sementara frasa indakum minallahi f î hi burhân menunjukkan, bahwa aktivitas kekufuran ini harus didasarkan pada dalil yang qhat'i (pasti dan tegas), sebab lafadz burhân hanya digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dibangun berdasarkan dalil qhat'i Karena itu, keberadaan dalil qhat'iy merupakan syarat boleh dan tidaknya keluar untuk memerangi penguasa Maka, tidak cukup hanya dibangun berdasarkan dugaan ( dalil dzan), ap alagi sekadar mengira-ngira ( syubhah ) Jika tidak terdapat dalil qath'i, bahwa yang dialakukan oleh penguasa itu merupakan kekufuran yang nyata, maka hukumnya menjadi haram, berdasarkan dua hadits di atas serta indikasi yang tegas sebagaimana dinyatakan dalam hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, Siapa saja yang keluar dari ketaatan (kepada amir) dan meninggalkan al-jamaah (khilafah Islam) lalu ia mati, maka sungguh ia telah mati seperti dalam keadaan jahiliyah" (HR an-nasai) Kesimpulannya, dalam perspektif fiqih Islam, akvitas merebut kekuasaan dan mengangkat senjata terhadap penguasa tidak selamanya bersifat inkonstitusional Namun, perlu dihukumi sesuai dengan fakta dan kondisinya Dalam kondisi tertentu, yakni ketika dalam Negara Khilafah seorang khalifah menerapkan hukum kufur, maka mengangkat senjata dan merebut kekuasaan boleh dilakukan, bahkan wajib Bahkan, ini justru menjadi jaminan diterapkannya sistem Islam 3 / 7

Mengangkat Senjata Solusi Terakhir Meski demikian, harus dipahami, bahwa ketika Islam memberikan kebolehan, bahkan menetapkan sebagai keharusan untuk mengangkat senjata, tetapi tindakan ini merupakan tindakan emergency (darurat) Karena jika tidak, kekufuran tidak bisa dihilangkan Dikatakan sebagai tindakan darurat, karena jalan lain yang seharusnya bisa ditempuh secara normal sudah buntu Jalan harus yang ditempuh, sebelum mengangkat senjata adalah: Pertama, khalifah yang melakukan kufran bawwahan (kekufuran yang nyata) harus ditetapkan kekufurannya oleh Mahkamah Madzalim Kedua, Setelah terbukti, maka tugas Mahkamah Madzalim berikutnya adalah memberhentikannya dari jabatan khilafah Jika mekanisme ini tidak berjalan, bisa jadi karena Mahkamah Madzalim dibubarkan oleh khalifah, atau khalifah diberhentikan, tetapi tidak mau, justru melawan dengan seluruh kekuatan yang ada di tangannya Ketiga, jika mekanisme kedua tidak bisa dilakukan, baik karena Mahkamah Madzalim dibubarkan oleh khalifah, atau khalifah tidak mau diberhentikan, dan bahkan melakukan perlawanan, maka umat wajib mengangkat senjata Tujuannya, untuk mengembalikan pemerintahan agar tetap para track-nya, yaitu menerapkan hukum Islam secara kaffah Lalu siapa yang harus memimpin dan menyerukan pengambilalihan kekuasaan, dalam kondisi, ketika Mahkamah Madzalim dibubarkan, dan khalifah melakukan perlawanan? Di sini tugas partai politik bersama umat Partai politik dan umat yang mempunyai kesadaran politik itu pun bangkit, dengan dukungan militer (Ahl an-nushrah), maka pengambilahan kekuasaan bisa dilakukan Dengan demikian, pemerintahan yang telah menyimpang tersebut akhirnya kembali pada track-nya 4 / 7

Sejarah Mesir di zaman Shalahuddin al-ayyubi sesungguhnya memberikan gambaran, kurang lebih seperti ini Mesir sebelumnya dikuasai Bani Fathimiyyah, yang mengikuti Syi ah Isma iliyyah, Bathiniyyah atau Qaramithah Sekte ini termasuk sekte sesat Meski tidak persis melalui kudeta, tetapi ketika Shalahuddin memegang tampuk kekuasaan, termasuk militernya, maka dia bersihkan Mesir dari paham sesat tersebut Universitas al-azhar juga tidak luput dari pembersihan Setelah semuanya dikembalikan pada ajaran yang benar, maka Mesir pun disatukan dengan Khilafah Abbasiyyah Shalahuddin pun memberikan baiatnya kepada khalifah saat itu Harus dicatat, ketentuan ini hanya berlaku dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah Islam), ketika hukum Islam diterapkan secara kaffah, kemudian penguasa Muslim yang awalnya menerapkan hukum Islam melakukan revolusi kufur, yaitu mengganti hukum Islam dengan hukum kufur Tetapi, jika penguasa yang sebelumnya memang tidak menerapkan Islam, dan bukan penguasa Muslim, sebagaimana yang terjadi saat ini, maka upaya mengambalikan penerapan hukum Islam tentu bukan dengan jalan kudeta, atau mengangkat senjata, tetapi wajib dilakukan dengan cara yang telah digariskan oleh Rasulullah SAW melaui dakwah dan upaya thalabun nusrah den gan meyakinkan pihak-pihak yang secara riil memiliki kekuasaan Konsekuensi Kudeta Sebagai langkah emergency, kudeta ini jelas membawa konsekuensi Antara lain, terjadinya perpecahan di tubuh umat Kondisi ini sebagaimana dialami oleh umat Islam, pasca wafatnya Sayyidina Ali, dan naiknya Mu awiyah Mu awiyah awalnya mendapatkan kekuasaan setelah Perang Shiffin, dan Arbitrase yang dilakukan oleh Abu Musa al- Asy ari, mewakili pihak Ali bin Abi Thalib, dan Amru bin al- Ash, mewakili Mu awiyyah Sementara, kekuasaan yang diperoleh melalui baiat harus dilakukan dengan sukarela (muradh ah wa ikhtiyar 5 / 7

) Bukan paksaan Padahal, diakui atau tidak, kudeta ini merupakan bentuk pemaksaan Karena itu, pemerintahan hasil kudeta ( hukm at-tasalluth ) ini hukum asalnya tidak sah Dengan begitu, siapa saja yang merebut kekuasaan dari tangan seorang khalifah yang sah tidak serta merta bisa menjadi khalifah, meski ia telah mengumumkan dirinya sebagai khalifah bagi seluruh kaum Muslim Sebab akad kekhilafahan hanya sah, jika dilakukan dengan baiat yang diambil berdasarkan sukarela (muradhah wa ikhtiyar), yang keduanya merupakan syarat sahnya sebuah akad Namun, jika ia berhasil meyakinkan masyarakat, bahwa kemaslahatan mereka bisa diwujudkan dalam pemerintahannya, dan ada jaminan hukum-hukum Islam diterapkan dalam kekuasaannya, kemudian kaum Muslim membaitnya dengan senang hati ( muradhah wa ikhtiyar ), maka kekuasaan pihak yang mengudeta itu sah Karena, dia telah mendapatkan kekuasaan tersebut dari rakyat melalui proses baiat yang sah, sebagaimana yang terjadi pada peralihan kekhilafahan dari Bani Umayyah ke Bani Abbasiyyah Kaum Muslim saat itu dengan pertimbangan mencegah dharar yang lebih besar, di samping meyakini, bahwa penguasa yang baru bisa menjamin diterapkannya hukum Islam, maka mereka membaiatnya dengan sah Hal yang sama juga dilakukan oleh Sayyidina al-hasan bin Ali kepada Mu awiyyah, ketika Sayyidina al-hasan sebagai khalifah yang sah memberikan baiat kepada Mu awiyyah, demi menyatukan suara umat Islam Sejak saat itu, atau tepatnya setelah A m al-jama ah (Tahun Rekonsiliasi), Mu awiyyah telah menjadi khalifah yang sah Dengan kata lain, siapapun yang memiliki kekutatan riil di tengah masyarakat (ahl al-quwwah), lalu dia dibaiat oleh kaum Muslim dengan cara yang sah, atau dia menyerahkan kekuasaan itu kepada pihak lain, kemudian pihak yang diserahi kekuasan itu dibaiat secara sah oleh umat, maka orang yang dibaiat itu dianggap sah menjadi seorang khalifah Dalam kontek Mesir saat ini, apa yang dilakukan oleh Abd al-fatah as-sisi jelas tidak dibenarkan oleh Islam Pertama, tindakannya untuk mengudeta Mursi, bukan untuk menerapkan hukum dan sistem Islam, melainkan untuk melanggengkan sekulerisasi di Mesir Kedua, tindakannya itu juga untuk melayani kepentingan Amerika, yaitu mewujudkan stabilitas di dalam negeri, agar tidak terjadi delegetimasi pemerintahan, yang menyebabkan terjadinya kevakuman politik, yang bisa dimanfaatkan oleh negara kafir penjajah yang lain, baik Inggris, 6 / 7

Prancis maupun yang lain Ketiga, tindakannya dengan membantai rakyat Mesir, termasuk keluarganya sendiri, adalah jelas merupakan pelanggaran berat di sisi Allah SWT Wallahu a lam 7 / 7