BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS)

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TINGKAT PUSKESMAS (SP2TP)

No. Kode : Terbitan : No. Revisi : Tgl.Mulai Berlaku:

Sistem Informasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas

SISTEM PENCATATAN & PELAPORAN PUSKESMAS (SP2TP) By - Viena Ike Anggraeni

Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi atau instansi memiliki tujuan apa yang akan mereka capai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

DAFTAR PERTANYAAN. Lampiran 1 ANALISIS IMPLEMENTASI KEPMENKES NOMOR 128 TAHUN 2004 DALAM PEMANTAUAN KEGIATAN DAN PELAPORAN KIA

PANDUAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi juga kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan

RANCANGAN INDIKATOR RIFAKES PUSKESMAS RIF

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes,

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS ( SP2TP ) Dr. H. Fahrurazi, M. Kes

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing. Kewajiban lainnya adalah melakukan administrasi. medis yang tertib yaitu dengan sistem dan prosedur yang efisien dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KETEPATAN WAKTU PELAPORAN DALAM SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

Analisa Beban Kerja Tenaga Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperbaiki kualitas suatu organisasi atau instansi. Penggunaannya tidak

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

Kata Kunci : Pencatatan, Pelaporan, SIMPUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai, namun dalam pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi berbagai masalah antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum membahas tentang sistem informasi kesehatan, perlu dipahami

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas P2 Diare (Program Pemberantasan Diare) Puskesmas Payolansek

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1. ANALISIS SISTEM INFORMASI KESEHATAN TENTANG PENGOLAHAN DATA SP3 (SISTEM PENCATATAN DAN

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I. Perubahan besar dalam sistem kesehatan telah terjadi di Indonesia sebagai

Pengelolaan Kebidanan Komunitas, terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Puskesmas Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Kesehatan Kerja dan Olahraga. Orientasi Kesehatan Kerja dan Olahraga.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan. kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

Sumber: GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Terpadu Puskesmas (SP2TP) ditetapkan melalui Surat Keputusan MENKES/SK/II/1981.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tingkat pertama. Konsep puskesmas dilahirkan tahun 1968

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) KEBJK DSR PUSK

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang ekonomi maupun bidang kesehatan.

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh pelayanan kesehatan. Sistem informasi kesehatan di puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB 3 KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini perkembangan teknologi informasi di dunia semakin berkembang

SISTEM INFORMASI KESEHATAN KELUARGA (SIKKA) PUSKESMAS BANYUDONO II

PUSKESMAS. VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGIRIMAN LAPORAN KIA DARI PUSKESMAS KE DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP )

PELAYANAN DI RUANG REKAM MEDIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk melayani dengan cepat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

B A B I PENDAHULUAN. 1 P r o f i l T a h u n a n P u s k e s m a s K e c. T e b e t

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI,

SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DI PUSKESMAS ANDALAS. SUKHVINDER SINGH PERSEPTOR : DR.dr.Rosfita Rasyid,MKes

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 1999). Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan. Melalui penilaian ini dapat diketahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun sebelumnya (Ilyas, 1999). Adapun tujuan dari penilaian kinerja tersebut adalah : 1. Untuk mengenali Sumber Daya Manusia (SDM) yang perlu dilakukan pembinaan. 2. Untuk menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi. 3. Untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan. 4. Untuk bahan perencanaan manajemen program SDM masa mendatang. 5. Untuk memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel. 5

6 2.2 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 2.2.1 Pengetahuan Pengetahuan dapat diartikan sebagai suatu hasil dari proses mengetahui. Pengetahuan ada diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan, yang merupakan salah satu unsur kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Seseorang dikatakan memiliki pengetahuan, apabila ia mempunyai kepastian tentang sesuatu hal, dan bahwa apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguhsungguh merupakan apa yang ada dalam dirinya (Suhartono, 2005). Konsep pengetahuan berorientasi pada inteligensi, daya pikir dan penguasaan ilmu, serta luas sempitnya wawasan yang dimiliki seseorang. Dengan demikian pengetahuan merupakan akumulasi hasil pendidikan, baik yang diperoleh secara formal maupun non formal, yang memberikan kontribusi pada seseorang dalam pemecahan masalah, berkarya, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik (Sulistiyani, 2003).

7 Ada beberapa metode dalam memperoleh pengetahuan (Suhartono, 2005), yaitu: 1. Metode Empirik (Empirisme) Metode empirik adalah metode memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indrawi. Sedangkan akal pikiran dipandang sebagai penampung segala apa yang dialami. Cara ini mengandung beberapa unsur, yaitu subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui, dan proses bagaimana subjek berhubungan dengan objek. 2. Metode Rasional (Rationalism) Metode rasional adalah metode memperoleh pengetahuan bersumber dari akal pikiran. Pengalaman dipandang sebagai perangsang akal pikiran. Kebenaran bukan terletak dari kebenaran sesuatu, melainkan pada ide. Akal pikiran secara deduktif bekerja mendapatkan pengetahuan yang pasti. 3. Metode Fenomenologik (Fenomenologisme I. Kant) Metode fenomenologik adalah metode memperoleh pengetahuan yang meyakini bahwa apa yang dapat diketahui tentang sesuatu hal itu hanyalah gejala-gejalanya saja, bukan halnya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada pada hubungan yang pasti antara sebab dan akibat. 4. Metode Ilmiah Metode ilmiah adalah metode memperoleh pengetahuan yang benar dan objektif melalui cara, seperti melakukan pendekatan (approach) untuk menentukan lingkupan studi (scope), untuk menentukan metode yang cocok.

8 2.2.2 Keterampilan Kerja Keterampilan adalah keahlian dalam penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu yang menghasilkan karya. Keterampilan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis, seperti keterampilan komputer dan lain sebagainya (Sulistiyani, 2003). Keterampilan setiap orang akan dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan kesehatan jiwa individu yang bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan, dan pengalaman kerjanya. Kebugaran fisik membuat orang mampu dan tahan bekerja keras dan lama. Sementara pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia (human investment). Semakin lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau kompetensinya melakukan pekerjaan, dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya. Demikian juga dengan pengalaman kerja, dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia bila menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin lama dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjuntak, 2005).

9 2.2.3 Motivasi Kerja Motivasi dapat diartikan sebagai kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti: aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Motivasi dapat juga didefenisikan sebagai sebagai kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal yang berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja keras (Ilyas, 1999). Teori kebutuhan ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Alderfer menyebutkan bahwa ada 3 (tiga) dasar kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dalam meningkatkan motivasi yang berhubungan dengan situasi kerja pegawai serta gaya hidup, yaitu : 1. Existence Needs. Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernapas, gaji, keamanan kondisi kerja. 2. Relatedness Needs. Kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam berinteraksi dalam lingkungan kerja. 3. Growth Needs. Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai. (Mangkunegara, 2007).

10 2.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatan puskesmas (Depkes RI, 1997a). Sumber informasi SIMPUS, yaitu: 1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), merupakan sumber informasi utama SIMPUS, sedangkan informasi yang lain berperan sebagai pelengkap. 2. Survei lapangan 3. Laporan lintas sektor dan sarana kesehatan swasta. 2.3.1 Tujuan SIMPUS Secara umum, SIMPUS bertujuan meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan data SP2TP dan informasi lain secara optimal. Adapun tujuan khusus dari SIMPUS adalah sebagai berikut: 1. Sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) 2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (Lokakarya Mini) 3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (PWS dan Stratifikasi Puskesmas) 4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan puskesmas.

11 2.3.2 Manfaat SIMPUS Dalam pelaksanaannya, SIMPUS memiliki manfaat yaitu: 1. Informasi yang diperoleh dapat menunjang proses manajemen di tingkat puskesmas, sebagai bahan untuk penyusunan rencana tahunan puskesmas, penyusunan rencana kerja operasional puskesmas, bahan pemantauan evaluasi dan pembinaan. 2. Membantu Dinas Kesehatan Dati II dalam penyusunan perencanaan tahunan, penilaian kinerja puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian hasil kegiatan puskesmas, sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program di wilayahnya, untuk menentukan prioritas masalah pemecahan dan tindak lanjutnya. 3. Membantu kelancaran Perencanaan (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) program-program, sebagai bahan masukan untuk diskusi. Dinas Kesehatan Dati II bertugas membina puskesmas sehingga SIMPUS dapat terselenggara di setiap puskesmas. Dalam melaksanakan tugas tersebut kepala dinas kesehatan membentuk tim yang terdiri dari para pengelola program serta menyediakan sarana termasuk peningkatan kemampuan dan penyediaan sumber daya manusia. Pada hakekatnya SIMPUS merupakan suatu subsistem informasi dalam dalam sistem informasi manajemen kesehatan Dati II. Sehingga masukan yang diperoleh perlu dikonfirmasi atau dipadukan dengan subsistem informasi lainnya sebagai dasar pemikiran untuk pengambilan keputusan di Dati II.

12 2.4 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas, yang telah disederhanakan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No.590/BM/DJ/Info/V/96 tentang Penyederhanaan SP2TP (Depkes RI, 1997a). 2.4.1 Tujuan SP2TP 1. Tujuan Umum Mendapatkan semua data hasil kegiatan puskesmas (termasuk puskesmas dengan tempat tidur, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa dan posyandu) dan data yang berkaitan, serta melaporkan data tersebut kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mencatat semua data hasil kegiatan puskesmas dan data yang berkaitan, dalam formulir yang telah ditentukan secara benar, berkelanjutan dan teratur. b. Untuk melaporkan data hasil kegiatan puskesmas ke jenjang administrasi yang lebih atas sesuai dengan kebutuhan, dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan, secara benar, berkelanjutan dan teratur. c. Untuk mengolah data hasil kegiatan puskesmas menjadi informasi di puskesmas dan setiap jenjang administrasi di atasnya.

13 d. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas. 2.4.2 Manfaat SP2TP 1. Bagi Departemen Pusat dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka penyusunan strategi dan kebijakan umum/nasional. 2. Bagi Dinas Kesehatan Dati I dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka penyusunan strategi dan kebijakan pengendalian/pengawasan mutu dan cakupan. 3. Bagi Dinas kesehatan Dati II dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka penyusunan strategi operasional dalam pencapaian tujuan. 4. Bagi Puskesmas dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam rangka Perencanaan (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2), serta untuk Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3) tingkat puskesmas. 2.4.3 Pencatatan SP2TP Kegiatan pokok puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung harus dicatat. Oleh karena itu, perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti. Pencatatanpencatatan yang utama pada SP2TP, antara lain; 1. Kartu individu, seperti Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu TB, Kartu Rumah dan sebagainya. 2. Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis, Register Posyandu dan sebagainya.

14 Register kegiatan di puskesmas digunakan untuk : a. Merekap dan mengkompilasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu (dari kartu individu). b. Mencatat dan merekap kegiatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas. c. Dengan menjumlahkan rekap kegiatan puskesmas dan hasilnya dipindahkan ke format laporan. 3. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK atau Family Folder), yang diberikan khusus untuk keluarga berisiko, antara lain: a. Salah seorang anggotanya menderita TB paru. b. Salah seorang anggotanya menderita Kusta. c. Salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi, seperti; ibu hamil, neonatus risiko tinggi (BBLR) dan balita Kurang Energi Kronis (KEK). d. Salah seorang anggotanya menderita gangguan gizi. Mekanisme pencatatan di puskesmas, pada prinsipnya pasien yang berkunjung pertama kali atau kunjungan ulang ke puskesmas harus melalui loket untuk mendapatkan Kartu Tanda Pengenal atau mengambil berkasnya dari petugas loket. Pasien tersebut disalurkan pada unit pelayanan yang dituju. Apabila pasien mendapat pelayanan kesehatan di luar gedung puskesmas, maka pasien tersebut akan dicatat dalam register yang sesuai dengan pelayanan yang diterima. 2.4.4 Pelaporan SP2TP Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 590/BM/DJ/V/96 diberlakukan formulir laporan yang ada.

15 Sedangkan kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan mengembangkan variabel laporan sesuai dengan kebutuhan, dengan memperhatikan kemampuan/beban kerja petugas di Puskesmas. Adapun jenis formulir laporan dari puskesmas ke Dati II yaitu: a. Laporan Bulanan (LB) 1) LB1 : Laporan Bulanan Penyakit. 2) LB2 : Laporan Bulanan Pemakaian dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO). 3) LB3 : Laporan Bulanan Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit Menular. 4) LB4 : Laporan Hasil Kegiatan Puskesmas. b. Laporan Bulanan Sentinentil (Laporan Program Khusus dari Puskesmas Terpilih). 1) LB1S Laporan ini merupakan laporan bulanan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I), Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penyakit Diare, menurut umur dan status imunisasi. Puskesmas yang membuat LB1S adalah puskesmas yang ditunjuk (satu puskesmas dari tiap Dati II). 2) LB2S Laporan ini merupakan laporan bulanan KIA, Gizi, Tetanus Neonatorum dan penyakit akibat kerja. Hanya puskesmas dengan ruang rawat inap yang membuat LB2S.

16 c. Laporan Tahunan 1) LT-1 : Laporan Tahunan Sumber Daya Puskesmas 2) LT-2 : Laporan Ketenagaan dan Administrasi Kepegawaian Puskesmas 3) LT-3 : Laporan Peralatan Puskesmas (Depkes RI, 1997b). 2.4.5 Frekuensi Pelaporan SP2TP Frekuensi dan alur pengiriman dari laporan yang dibuat oleh puskesmas adalah sebagai berikut : 1. Laporan Bulanan (LB) dikirim oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Data tersebut akan diteruskan oleh Dinas Kesehatan Dati II ke Dinas Kesehatan Dati I dan kemudian diteruskan ke Departemen Kesehatan. Khusus LPLPO, 1 (satu) kopi dikirimkan ke GFK (Gudang Farmasi Kabupaten). 2. Laporan Bulanan Sentinentil (LB1S dan LB2S) dikirim oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Data tersebut akan diteruskan oleh Dinas Kesehatan Dati II ke Dinas Kesehatan Dati I dan Pusat. LB1S akan dikirim ke Direktorat Jenderal PPM dan PLP. Sedangkan LB2S dikirim ke Direktorat Jenderal Binkesmas. 3. Laporan Tahunan (LT-1, LT2, LT-3) dikirim oleh puskesmas paling lambat tanggal 31 Januari tahun berikutnya ke Dinas Kesehatan Dati II. Khusus untuk laporan LT-2 (data kepegawaian) hanya diisi bagi pegawai yang baru/belum pernah mengisi formulir data kepegawaian.

17 Adapun mekanisme pelaporan SP2TP di tingkat puskesmas adalah sebagai berikut: 1. Laporan dari puskesmas pembantu dan laporan dari bidan di desa disampaikan ke penanggung jawab program di puskesmas. 2. Penanggung jawab program merekapitulasi data yang dicatat, baik di dalam gedung maupun di luar gedung serta laporan yang diterima dari puskesmas pembantu dan bidan di desa. 3. Hasil rekapitulasi oleh penanggung jawab dimasukkan ke formulir laporan dalam 2 (dua) rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP puskesmas. 4. Hasil rekapitulasi oleh penanggung jawab program diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Dinas kesehatan kabupaten/kota mengolah kembali laporan puskesmas dan mengirimkan umpan baliknya ke dinkes provinsi dan Depkes Pusat. Feed back terhadap laporan puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan program. Sejak otonomi daerah mulai dilaksanakan, puskesmas tidak wajib lagi mengirimkan laporan ke Depkes Pusat. Dinkes kabupaten/kotalah yang mempunyai kewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Depkes Pusat (Muninjaya, 2004).

18 2.4.6 Prosedur Pengisian Laporan SP2TP 1. Form laporan SP2TP mengacu pada form cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan. 2. Form laporan SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program. 3. Penanggung jawab program bertanggung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada. 4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas. 5. Didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf pengelola program bersangkutan. 6. Data pada form laporan SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti di dalam pertanggungjawaban akhir minimal 2 tahun. 7. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas. 2.4.7 Tugas Koordinator SP2TP Pencatatan data SP2TP dilakukan oleh semua pelaksana kegiatan puskesmas, dengan dikoordinir oleh koordinator SP2TP. Adapun tugas dari koordinator SP2TP adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan laporan dari masing-masing penanggung jawab program. 2. Melakukan koreksi data (data editing), yaitu setiap data yang dikumpulkan atau diterima, diteliti/dicek kebenaran datanya. 3. Melakukan tabulasi data (data tabulating). Dari data yang telah dikumpulkan/diterima dibuat Master Tabel (tabel utama) yang merupakan kumpulan data dalam kelompok besar sebelum disajikan dalam grafik atau tabel.

19 4. Membuat laporan bulanan SP2TP 5. Mengirimkan laporan bulanan tersebut ke dinas kesehatan Dati II paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. 6. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan. 7. Melaksanakan pengolahan data SP2TP yang dapat dilakukan secara manual. 8. Melaksanakan pengolahan data SP2TP yang dapat dilakukan dengan komputer. 9. Menyajikan dan interpretasi data, yang dapat dilakukan secara sederhana. Antara lain dengan cara penyajian dalam bentuk tabel, grafik batang, garis, pie (lingkaran) dan sebagainya. 10. Mengevaluasi hasil kegiatan SP2TP secara keseluruhan. 11. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan. 12. Menyusun rencana kegiatan SP2TP berdasarkan data program puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 13. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada kepala puskesmas. 14. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap bulan yang dipimpin oleh kepala puskesmas dengan pelaksana kegiatan untuk menilai pelaksanaan kegiatan SP2TP.

20 2.5 Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut : Pengetahuan Keterampilan Kinerja Koordinator SP2TP Motivasi Kerja Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 2.6 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan. 2. Ada hubungan antara keterampilan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan. 3. Ada hubungan antara motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan.