BAB I PENDAHULUAN. media atau alat peraganya pun bermacam- macam. Airsoft gun merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat transportasi tetapi juga sebagai identitas seseorang, terbukti dengan

BAB I PENDAHULUAN. serta etika dan aturan main) memiliki senjata terjadi justru sebaliknya,

PP 31/2004, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAKAN PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET SECARA MELAWAN HUKUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin; penggunaan senjata api; Tindakan Kepolisian;

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sistem kontrol sosial akibat perubahan sosial yang terjadi. Perubahan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

BAB III PENUTUP. kepemilikan senjata api bagi warga sipil, yaitu: dan diawasi secara ketat, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya tingkat pengangguran, mahalnya biaya hidup sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan membangun dalam rangka mengisi kemerdekaan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Zeihan Desrizal, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1996 TENTANG SENJATA API DINAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. aturan agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 13 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

I. PENDAHULUAN. aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem perundangundangan.

TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA IMPORTIR SENJATA ILEGAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENGGUNAAN SENJATA API MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

BAB I PENDAHULUAN. keterikatan dan keterkaitan dengan komponen-komponen lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum menurut Soerjono Soekanto, 1 merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

DAFTAR BUKU JUKLAK DAN JUKNIS YANG PERNAH DITERIMA DIT INTELKAM POLDA NTB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API BAGI ANGGOTA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS PENGGUNAAN UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 12 TAHUN 1951 TERHADAP KEPEMILIKAN MAINAN AIRSOFT GUN DI WILAYAH SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan yuridis empiris. Untuk itu diperlukan penelitian yang

BAB III METODE PENILITIAN. Metode penelitian merupakan salah satu unsur mutlak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

BAB II TINJAUAN TEORI MENGENAI PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET. berbanding satu) dengan jenis senjata aslinya. Mainan replika airsoft gun

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

PROSEDUR KEPEMILIKAN SENJATA API BAGI MASYARAKAT SIPIL MENURUT UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 12 TAHUN 1951 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Yogyakarta merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia olahraga belakangan ini semakin beragam, bahkan media atau alat peraganya pun bermacam- macam. Airsoft gun merupakan salah satu kegiatan olahraga yang dapat dikategorikan olahraga tembak reaksi. Namun demikian, hal yang menarik dari kegiatan olahraga ini adalah karena airsoft merupakan olahraga yang mensimulasikan kegiatan militer atau kepolisian dalam sebuah permainan perang-perangan/skirmish dengan menggunakan replica/tiruan senjata api yang disebut sebagai airsoft gun. Senjata jenis ini relative aman bagi penggunanya dalam mengaplikasikan strategi pertempuran. Perbandingan antara senjata api yang dipergunakan oleh anggota TNI/POLRI dengan airsoft gun ini adalah 1 : 1. Secara sepintas memang tidak terlihat adanya perbedaan ukuran dan bentuk dari kedua jenis senjata ini. Perbedaan kedua jenis senjata ini terlihat dari bahan yang digunakan dan peluru yang dipakai. Bahan yang digunakan untuk membuat senjata api yang dipergunakan oleh anggota TNI/POLRI adalah jenis logam metal yang diproduksi secara resmi oleh PT. PINDAD di Bandung, sedangkan bahan pembuat airsoft gun adalah ABS Resin (bahan pembuat telefon genggam) yang dimixed dengan alumunium dan zinc. Ada juga airsoft gun yang terbuat dari full fiber. Peluru yang dipergunakan untuk senjata api organik (senjata api 1

2 yang digunakan oleh anggota TNI/POLRI ) adalah jenis peluru tajam dan karet, sedangkan untuk airsoft gun menggunakan peluru semacam pallet yang bterbuat dari plastik. Cara untuk mendapatkan airsoft gun adalah dengan membeli ditoko yang telah memiliki izin untuk menjual airsoft gun. Pembelian ini kemudian disertai atau dilengkapi dengan izin impor. Hobbies atau pecinta airsoft terlebih dahulu harus masuk dalam sebuah komunitas untuk dapat menggunakan airsoft gun. Setiap komunitas selalu memiliki kode etik tersendiri, namun memiliki kesamaan prinsip, yaitu standar keamanan yang ketat. Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang harus ditaati setiap anggota komunitas airsoft. Kesan yang tampak dari alat permainan ini jika disalahgunakan penggunaanya, akan dapat merugikan orang lain dan pengguna itu sendiri. Apabila ada seseorang atau sekelompok orang dari suatu komunitas yang tidak mematuhi kode etik penggunaan airsoft gun, maka mereka dapat dikucilkan dan tidak dipandang lagi atau bahkan dicoret atau dikeluarkan dari komunitas tersebut yang sudah barang tentu tidak dapat lagi menggunakan airsoft gun. Penyalahgunaan airsoft gun akan berdampak lebih besar adalah apabila digunakan sebagai alat untuk melakukan kejahatan. Penyalahgunaan bentuk ini dapat mengganggu keamanan dan ketertiban umum. Berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945, keamanan dan ketertiban masyarkat merupakan kewenangan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan kewenangan tersebut, Kepolisian berhak mengeluarkan kebijakan untuk

3 melindungi masyarakat. Salah satu kebijakan tersebut ialah dengan dikeluarkanya Surat keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/82/II/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api dan AmunisiNon Organik TNI/POLRI. Dasar-dasar pokok kebijakan dari Surat Keputusan Kapolri tersebut adalah : 1. Ordonansi tanggal 19 Maret 1937 (STBL. 1937 No. 170) dan Ordonansi tanggal 10 Mei 1939 (STBL. No. 178), jo. Ordonansi tanggal tanggal 30 Mei 1939 (STBL. 1939 No. 279) tentang Vuurwapen Regelingen. 2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api. 3. Undang-Undang No.12 Drt Tahun 1951 (LN. No. 78) tentang Mengubah " Ordonantie Tijdelijke Byzonders Strafbepalingen " (LN. 1948 No. 17). 4. Undang-Undang Nomor 20 Prp Tahun 1960 tentang Kewenagan Perizinan yang diberikan menurut perundang- undangan mengenai Senjata Api. 5. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tanggal 8 Januari 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 6. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/1198/IX/2000 tanggal 18 September 2000 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api dan Amunisi Non Organik TNI/POLRI. Berdasarkan Surat Keputusan tesebut, meskipun tidak dikatan secara tegas, airsoft gun merupakan senjata api yang digolongkan sebagai senjata mainan atau tiruan. Dikatan mainan atau tiruan karena bentuk fisik, data

4 teknis, serta cara kerjanya menyerupai senjata api organic yang apabila disalahgunakan dapat membahayakan keselamatan jiwa seseorang. Mengingat airsoft gun merupakan senjata api yang digolongkan sebagai senjata api mainan atau tiruan yang secara fisik, data teknis, serta cara kerjanya menyerupai senjata api organic yang apabila disalahgunakan dapat membahayakan keselamatan jiwa seseorang, maka perlu penegakan hukum yang tegas dari Kepolsian agar tidak terjadi penyalahgunaan atau setidaknya penyalahgunaan tesebut dapat diminimalisir. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti bentuk penegakan hukum terhadap kepemilikan dan penggunaan airsoft gun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat rumusan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah penegakan hukum oleh POLDA DIY terhadap penggunaan airsoft gun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui syarat seseorang dapat memiliki dan menggunakan airsoft gun serta penegakan hukum oleh POLDA DIY terhadap penggunaan airsoft gun yang tidak sesuai denga peraturan yang berlaku.

5 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi Penulis Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang syarat kepemilikan serta penggunaan airsoft gun. 2. Bagi Komunitas Airsoft gun Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui syaratsyarat untuk dapat memiliki dan menggunakan airsoft gun sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku. 3. Bagi Kepolisian Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi serta sumbangan pemikiran kepada aparat Kepolisian khususnya POLDA DIY dalam menegakkan hukum terhadap masyarakat yang memiliki dan menggunakan airsoft gun. E. Keaslian Penelitian Penelitian hukum yang berjudul " Penegakan Hukum Oleh POLDA DIY Terhadap Penggunaan Airsoft gun " ini merupakan hasil karya ilmiah asli bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya orang lain. Meskipun terdapat penulisan hokum lain yang berkaitan dengan senjata api, akan tetapi penulisan hokum ini lebih menitikberatkan pada kepemilikan dan

6 penggunaan airsoft gun secara khusus serta penegakan hukumnya berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep / 82 / II / 2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api dan Amunisi Non Organik TNI / POLRI. F. Batasan Konsep Batasan- batasan konsep atau pengertian tentang istilah dalam penulisan hukum yang berjudul Penegakan Hukum Oleh POLDA DIY terhadap penggunaan Airsoft gun ini akan dijabarkan sebagai berikut : 1. Pengertian Penegakan Penegakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu proses, cara, perbuatan untuk menegakan. 2. Pengertian Hukum Hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Menurut kamus ini juga, hukum adalah Undang- Undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat serta keputusan yang berupa pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim. 3. Pengertian Oleh Oleh merupakan kata penghubung untuk menandai pelaku. 4. Pengertian POLDA

7 POLDA adalah singkatan dari kata Kepolsian Daerah yang artinya adalah Badan Pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum di daerah. 5. Pengertian DIY DIY merupakan singkatan dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan salah satu propinsi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pengertian terhadap Terhadap merupakan kata depan untuk menandai arah, kepada, lawan. 7. Pengertian Penggunaan Penggunaan adalah suatu proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu, pemakaian. 8. Pengertian Airsoft gun Airsoft gun terdiri dari tiga kata, yaitu : air yang berarti udara, soft yangbberarti lembek, lunak, lembut, halus, mudah, enteng, serta gun yangberarti senapan, bedil, meriam. Jadi, arti dari aorsoft gun secara keseluruhan adalah senapan angin yang berkekuatan lembut. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode normatif yaitu penelitian yang berfokus pada norma ( law in the book ) dan penelitian ini memerlukan data sekunder ( bahan hukum ) sebagai data utama. 2. Sumber Data

8 Berdasarkan jenis penelitian tersebut diatas, maka sumber data dari penelitian ini menggunakan dua macam sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber Data Primer Sumber data yang menggunakan bahan hukum primer, yaitu bahanbahan hukum yang diperoleh dari peraturan perundang- undangan yang berlaku yaitu Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 12/Drt/1951 tentang Sendjata Api serta Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep / 82 / II / 2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang pengawasan dan pengendalian senjata api dan amunisi non organik TNI/POLRI. b. Sumber Data Sekunder Sumber data yang datanya diperoleh langsung dari obyek penelitian di lapangan melalui fase wawancara dengan nara sumber dan responden serta bahan- bahan hukum yang didapat dari pendapat hukum, bukubuku, artikel, website yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode pengumpulan data dengan wawancara, yaitu mengadakan Tanya jawab dengan nara sumber dan responden yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh data primer. Metode wawancara yang digunakan adalah dengan

9 menggunakan metode wawancara terpimpin, yaitu dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang telah disusun sehubungan dengan masalah yang akan diteliti. b. Metode studi kepustakaan dengan membaca dan mempelajari literature dan peraturan perundang- undangan yang masih berlaku terkait dengan penelitian ini untuk memperoleh data sekunder. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam wilayah hukum Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta ( POLDA DIY ) yang telah mendapatkan izin penelitian dari Bappeda Yogyakarta. 5. Narasumber dan Responden Guna menunjang kevalidan dari penulisan hukum ini, Penulis mengadakan wawancara terhadap Narasumber dan Responden. Narasumber dari penelitian ini adalah Pejabat Intelkam yaitu AKBP M. Marpaung S.H., S.Sos., M.H. serta Pejabat Reserse dan Kriminal POLDA DIY yaitu Kompol Makmur, sedangkan respondennya adalah pemilik dan pengguna airsoft gun serta komunitas airsoft. 6. Metode Analisis Data Data yang diperoleh melalui penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sedangkan metode berpikir yang digunakan dalam menarik kesimpulan adalah dengan metode berpikir induktif, yaitu pola pikir berdasarkan fakta yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Langkah selanjutnya setelah hasil penelitian diperoleh,

10 dibuat suatu gambaran dari data- data tersebut. Keserluruhan data yang diperoleh dari penelitian, dirangkum sesuai dengan rumusan masalah.