I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

Gafur AH, Larasati TA, Apriliana E Medical Faculty of Lampung University

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia setelah China, Rusia, dan Amerika Serikat dalam hal jumlah perokok dengan jumlah 260.800 jiwa (4 %) (Michael Eriksen, 2012). Sementara menurut survey GATS 2011, peringkat Indonesia semakin bertambah menjadi peringkat 2 terbesar di dunia (Kemkes RI, 2012). Jumlah perokok di dunia menurut WHO 2009 mencapai 1,1 Milyar yang terdiri dari 47% adalah pria, 12% adalah wanita, 49% adalah anak-anak. Data World Health Organitation (WHO) pada tahun 2008, persentase perokok dari kalangan anak-anak dan remaja adalah 13,5%, dimana pria 24,1% anak atau remaja pria, wanita 4% anak atau remaja wanita (WHO,2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, terjadi kecenderungan peningkatan umur mulai merokok pada usia yang lebih muda. Data Riskesdas tahun 2010 usia pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%. Pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia 15-19 tahun 43,5%, Pada usia 20-24 tahun sebear 14,6%, pada usia 25-29 tahun 4,3%, pada usia >30 tahun sebesar 3,9%.

2 Rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok tiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun dimana yang tertinggi dijumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (52,1%), disusul oleh Riau (51,3%), Sumatera Selatan(50,4%), Nusa Tenggara Barat (49,9%) dan Lampung (49,5%). Lampung adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia dengan jumlah kasus perokok yang cukup tinggi. Menurut data Riskesdas tahun 2010, Lampung terdapat pada urutan ke 10 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia dimana jumlah perokok dimana ada sebanyak 38 % dimana posisi ini di atas posisi rata rata perokok Indonesia yaitu 34,7%. Sementara untuk perokok pada usia 10 14 tahun, Lampung terletak pada urutan ke - 9 dengan persentase sebanyak 20,4 % dimana posisi ini juga terletak pada posisi di atas nilai rata rata nasional yang sebesar 17,5 % (Riskesdas, 2010 ). Menurut pendidikan, perokok yang mulai merokok pada 15-19 tahun cenderung banyak pada pendidikan tinggi sedangkan yang mulai merokok pada umur 5-9 tahun pada pendidikan rendah (RISKESDAS, 2010). Menurut Rochadi K (2004) mengatakan dengan prestasi sekolah yang rendah atau kurang pendidikan dan hidup dalam kondisi dengan ketertekanan membuat remaja merokok. Latar belakang keluarga dan prestasi sekolah dapat menyebabkan seseorang merokok. Faktor-faktor seperti tekanan kelompok sebaya, orang tua, saudara kandung, serta iklan rokok juga bisa menyebabkan terjadi merokok. Faktor terbesar pada usia remaja muda yang mempunyai kebiasaan merokok adalah dari kebiasaan orangtuanya sendiri sebagai figur.

3 Anak pada usia remaja muda akan lebih cepat berperilaku merokok pada ayah atau ibunya yang juga seorang perokok (Triswanto, 2007). Dari segi kesehatan, tidak ada yang menyetujui dan melihat manfaat yang dikandung dari rokok. Bahaya rokok bagi remaja muda diantaranya dapat meningkat resiko kanker paru-paru dan penyakit jantung di usia yang masih muda. Selain itu kesehatan kulit tiga kali lipat lebih berisiko terdapat keriput di sekitar mata dan mulut. Kulit akan menua sebelum waktunya atau bisa disebut dengan penuaan dini. Merokok di usia dini menyebabkan hipotensi dan mengurangi jumlah sperma pada pria dan mengurangi tingkat kesuburan pada wanita (Karyo, 2012). Hal ini dikarenakan kandungan dari rokok tersebut. Rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, 200 diantaranya adalah zat beracun. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas 85% dan partikel. Diantaranya nikotin, karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolen, adalah sebagian dari ribuan jenis zat di dalam rokok. Serta tak kurang 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh dan beberapa zat yang sangat berbahaya adalah nikotin, karbon monoksida dan sebagainya ( Ahmad, 2010). Kompleks permasalahan rokok di dunia termasuk di Indonesia, akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok dan dampak dari bahaya rokok. Pengetahuan kurang baik akan cenderung membuat seseorang berperilaku merokok. Ataupun

4 sebaliknya jika pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok serta dampak bahaya rokok (Araujo, 2009). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan pemerintah dalam usaha mengendalikan hal ini. Peraturan itu tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan (PP RI, 2012), selain itu ada pula UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan, Menurut Notoatmojo (2007), penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha yang menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Kegiatan promosi kesehatan guna mencapai tujuan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Disamping faktor metode, faktor materi atau pesannya, petugas yang melakukannya, juga alatalat bantu atau alat peraga atau media yang dipakai. Faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarkat, sehingga materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk

5 mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003). Alternatif metode yang dapat dipergunakan pada penyuluhan kesehatan adalah metode ceramah. Metode ceramah, selain sederhana juga efektif dalam upaya penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok sasaran yang cukup besar (Notoatmodjo, 2012). Penyuluhan dengan metode ceramah merupakan cara yang baik dilakukan untuk menyampaikan pesan kepada sasaran lebih dari 15 orang (kelompok besar) dan baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi atau rendah. Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menambahkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah efektif dalam rangka untuk meningkatkan pegetahuan dan sikap tentang merokok dan bahaya merokok. Salah satu wilayah kecamatan yang akan diteliti adalah Kecamatan Panjang di Kelurahan Panjang Utara yang mana memiliki 3 Sekolah Dasar dengan jumlah 1.682 murid (BPS, 2013).

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat dirumuskan sebuah masalah, yaitu : Apakah metode ceramah efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang merokok dan bahaya merokok pada SDN 01 Panjang Utara Kecamatan Panjang Bandar Lampung. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui keefektifan metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya merokok pada SDN 01 Panjang Utara Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung, 2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui keefektifan metode ceramah untuk peningkatan pengetahuan tentang merokok dan bahaya merokok pada siswa SDN 01 Panjang Utara Kecamatan Panjang Bandar Lampung. 2. Mengetahui keefektifan metode ceramah untuk peningkatan sikap tentang merokok dan bahaya merokok pada siswa SDN 01 Panjang Utara Kecamatan Panjang Bandar Lampung.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah keefektifan metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap merokok dan bahaya merokok pada SDN 01 Panjang Utara di kecamatan Panjang kota Bandar Lampung sehingga dapat bermanfaat bagi : 1. Peneliti Menambah wawasan serta pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan peneliti di bidang penelitian kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan dan sikap tentang merokok bahaya merokok pada siswa SDN 01 Panjang Utara di kecamatan Panjang kota Bandar Lampung. 2. Bagi instansi terkait a. Memberikan informasi gambaran tentang tingkat pengetahuan merokok dan bahaya merokok, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun kebijakan, perencanaan kegiatan, dan pengambilan keputusan yang terkait tentang merokok dan bahaya merokok. b. Menambah informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta pembahasan sasaran penyuluhan tentang bahaya merokok di kalangan sekolah dan masyarakat.

8 3. Bagi sekolah Memberikan informasi gambaran dengan menggunakan ceramah dengan media slide terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang merokok dan bahaya merokok pada siswa sehingga sekolah dapat mengevaluasi tentang merokok dan bahaya merokok. 4. Bagi siswa Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang merokok dan bahaya merokok. E. Kerangka Teori Menurut Green & Kreuter (2005) pendekatan untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program promosi kesehatan adalah model Procede-Proceed, yang memiliki 8 fase. Delapan fase tersebut adalah penilaian sosial, penilaian epidemiologi, penilaian pendidikan & ekologis, administrasi & penilaian kebijakan & keselarasan intervensi, implementasi atau pelaksanaan, proses evaluasi, pengaruh evaluasi, dan hasil atau keluaran evaluasi. Dalam fase kedua, setelah spesifik masalah sosial yang berkaitan dengan buruknya kualitas kehidupan dalam fase pertama, program mengidentifikasi mana masalah kesehatan atau faktor lain yang berperan dalam perburukan kualitas hidup. Masalah kesehatan akan dianalisis berdasarkan dua faktor: pentingnya dalam artian bagaimana hubungannya dengan masalah kesehatan untuk mengidentifikasi indikator sosial dalam penilaian sosial dan bagaimana

9 menerima untuk merubah masalah kesehatan yang ada. Setelah prioritas utama maslah kesehatan stabil, identifikasi dari determinan yang mengarah pada munculnya masalah kesehatan. Detailnya, adalah apa faktor lingkungan, faktor prilaku, dan indikator genetik yang mengarah kepada permasalahan kesehatan yang spesifik. Masalah kesehatan yang akan diidentifikasi pada fase ini adalah perilaku anak - anak SD dalam merokok Fokus dalam fase 3 berganti menjadi faktor mediasi yang membantu atau menghindarkan sebuah lingkungan positif atau prilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor-faktor predisposisi, faktorfaktor pemungkin dan faktor-faktor penguat (Green & Kreuter, 2005). Pada fase yang keempat berhubunga pemastian kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada dalam aturan (sekolah, tempar kerja, organisasi pelayanan kesehatan, atau komunitas) semua dukungan yang memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber daya lainnya akan ditampilkan untuk mengembangkan dan pelaksanaan program. Fase ini berarti berhubungan dengan adanya tindakan promosi kesehatan.

10 Gambar 2. Kerangka Teori Fase 1: Penilaian Sosial Dalam fase ini, program menyoroti kualitas dari hasil keluaran secara spesifik, indikator utama sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup. Sebagai contoh, pada pekerjaan industri yang kumuh dan berbahaya dengan rata-rata kecelakaan yang tinggi, sedikitnya pelayanan kesehatan, dan keterbatasan kesediaan makanan diluar pedangang keliling, pekerja mungkin merasa tidak aman dan menjadi tidak sehat selama kondisi bekerja.

11 F. Kerangka Konsep Subjek penelitian Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Panjang Utara sebelum intervensi Kontrol Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Serengsem sebelum intervensi Promosi kesehatan dengan metode ceramah Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Panjang Utara setelah intervensi Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Panjang Utara setelah intervensi Gambar 3. Kerangka konsep G. Hipotesis 1. Metode ceramah efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa SDN 01 Panjang Utara Kecamatan Panjang Bandar Lampung. 2. Metode ceramah efektif untuk meningkatkan sikap siswa SDN 01 Panjang Utara Kecamatan Panjang Bandar Lampung