KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH MENINGKAT KARYAWAN LAKI-LAKI DI NASMOCO SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

Kategori Perokok 1. Perokok Pasif. Universitas Sumatera Utara

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB I PENDAHULUAN. disebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun, orang tersebut tetap. sekelilingnya sering kali tidak peduli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KABUPATEN KUNINGAN

Fakultas Farmasi, Universitas Jember Jln. Kalimantan No. 37 Jember RSD dr. Soebandi Jember korespondensi:

Transkripsi:

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN Sunyoto. Sutaryono, Nofa Martono. Intisari Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Kebiasaan merokok adalah salah satu gaya hidup yang berpotensi tinggi meningkatkan angka kejadian hipertensi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik kebiasaan merokok pada pasien laki-laki penderita hipertensi di Rumah Sakit Islam Klaten yang meliputi jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok yang dihisap, lama merokok dan cara merokok Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode pendekatan waktu secara cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien lakilaki perokok penderita hipertensi di Rumah Sakit Islam Klaten pada bulan April 2010. Pengambilan sampel secara acident sampling yaitu setiap anggota atau unit populasi yang ditemukan saat itu yang diteliti. Data dianalisa dengan analisa univariate atau prosentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden di Rumah Sakit Islam Klaten sebanyak 67% merokok lebih dari 10 batang tiap hari, sebanyak 63% merokok dengan jenis rokok non filter, sebanyak 82% telah merokok lebih dari 10 tahun, senayak 55% merokok dengan cara dalam.kesimpulan penelitian ini adalah pasien hipertensi sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 batang tiap hari, merokok dengan jenis rokok non filter, merokok lebih dari 10 tahun dan merokok dengan cara hisap dalam. Kata Kunci: Kebiasaan Merokok (jumlah rokok, jenis rokok, lama merokok, cara hisap), Hipertensi, Pasien Laki-laki Sunyoto, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 1

2 I. PENDAHULUAN Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas (Suheni, 2007). Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang cukup banyak menggangu kesehatan masyarakat. Pada umumnya terjadi pada manusia yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari 40 tahun). Namun, banyak orang yang tidak tahu dan tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan (Gunawan L,2001). Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2004). Tekanan darah tinggi juga dianggap sebagai penyakit orang modern yang ditandai dengan kesibukan serta emosi yang tinggi. Banyak orang menganggap remeh tekanan darah tinggi karena tidak memberi gejala apa-apa dan tidak menggangu aktivitas. Hanya sekitar 20% penderita tekanan darah tinggi yang diketahui penyebabnya. Sebab gejalanya lebih jelas, yakni karena kelainan utama pada alat-alat penting dalam tubuh seperti ginjal, kelenjar gondok, kelenjar tumor, dan anak ginjal (Takasihaeng, 2000). Tekanan darah tinggi sering dijumpai pada orang dewasa. Angka kejadiannya didunia sebagaimana yang dihimpun dan dilaporkan oleh Kearney dkk., pada tahun 2005 adalah sekitar 26% pada orang dewasa, dengan berbagai perbedaan antar negara. Kebanyakan penderita hipertensi umumnya tidak menyebabkan gangguan, tidak kurang nyaman. Hipertensi membuat seseorang rentan terhadap stroke dan gangguan jantung. Sebagian besar tahanan perifer terjadi di arteriola (urat nadi kecil) dan diatur oleh kontraksi otot dindingnya (Lumbantobing, 2008). Jenis hipertensi lainnya adalah White coat hypertension atau hipertensi baju putih adalah keadaan dimana orang dengan tensi normal menjadi hipertensi sewaktu tekanan darahnya diukur dikamar praktek, atau dirumah

3 sakit, dan kembali normal bila tekanan darah diukur diluar fasilitas kesehatan (Lumbantobing, 2008). Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi (Suheni, 2007). Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi (Suheni, 2007). Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah sementara, sehingga dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanandarah. Keadaan ini terjadi karena adanya peningkatan produksi hormon selama menggunakan tembakau, termasuk hormon epirefrin (adrenalin), selain itu carbon monoksida dalam asap rokok akan menghetikan oksigen dalam darah, sehingga tekanan darah akan meningkat karena jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk memasok oksigen keseluruh organ dari jaringan tubuh (Davey, 2005). Rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10 25 mmhg dan menambah detak jantung 5 20 kali per menit (Suheni, 2007). Dampak rokok akan terasa setelah 10 20 tahun pasca digunakan. Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker),

4 tetapi juga bagi perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif (Suheni,2007). Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO tahun 2002 Indonesia menduduki urutan ke 5 terbanyak dalam konsumsi rokok di dunia dan setiap tahunnya mengkonsumsi 2,5 miliar batang rokok. Angka kekerapan merokok di Indonesia yaitu 60%-70% pada laki-laki di perkotaan dan 80% - 90% (Suheni,2007). Penelitian ini akan dilaksanakan pada pasien laki-laki di Rumah Sakit Islam Klaten yang merupakan rumah sakit swasta yang terdapat di Kabupaten Klaten. Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien laki-laki di Rumah Sakit Islam Klaten. Bagaimana karakteristik kebiasaan merokok pada pasien laki-laki penderita hipertensi di Rumah Sakit Islam Klaten yang meliputi jenis rokok yang di hisap, jumlah rokok yang di hisap, cara menghisap rokok, dan lama merokok? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kebiasaan merokok pada pasien laki-laki penderita hipertensi di Rumah Sakit Islam Klaten yang meliputi jenis rokok yang di hisap, jumlah rokok yang di hisap, cara menghisap rokok, dan lama merokok. II. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional yang dianalisis secara dekskriptif. Penelitian menggunakan metode pendekatan waktu secara cross sectional yaitu penelitian yang menggambarkan obyek penelitian secara nyata dan dilakukan pada saat yang bersamaan (Arikunto, 2002). Sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

5 tertentu (Notoadmodjo, 2002). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu variabel. Variabel yang diteliti adalah tentang kebiasaan merokok. Hipertensi apabila tekanan darah diastolik >140 mmhg dan sistoliknya >90mmHg. Jumlah rokok yang dihisap adalah banyaknya rokok yang dihisap penderita per hari. Data diperoleh melalui wawancara dengan responden Jumlah rokok yang dihisap dikelompokan menjadi: a) Perokok Berat bila menghisap rokok >10 batang perhari. b) Perokok Ringan bila menghisap rokok 10 batang perhari. Cara menghisap rokok adalah cara atau sikap responden dalam menghisap rokok. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner cara menghisap rokok. Cara menghisap rokok dapat dikelompokkan menjadi: a) Dalam yaitu menghisap dan ditelan sampai tenggorokan. b) Dangkal yaitu menghisap dan langsung dikeluarkan Lama menghisap rokok adalah waktu pertama kali merokok sampai dengan waktu penderita terdiagnosis sebagai penderita atau bukan penderita hipertensi. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner: a) menghisap rokok > 10 tahun b) menghisap rokok < 10 tahun Jenis rokok yang dihisap adalah bentuk sediaan atau kebiasaan rokok yang dihisap oleh responden Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. a) Non Filter b) Filter Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti(notoadmodjo, 2002). Populasi penelitian yang digunakan adalah seluruh pasien laki-laki yang menderita hipertensi yang merokok di Rumah Sakit Islam Klaten. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003). Sampel penelitian yaitu pasien laki-

6 laki penderita hipertensi yang merokok di Rumah sakit Islam Klaten selama peride bulan Februari. Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acident sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi yang ditemukan saat itu yang akan diteliti. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Klaten pada periode bulan April 2010. Dari penelitian tersebut didapatkan jumlah populasi sekaligus dijadikan sampel sebanyak 51 responden. 1. Jumlah Rokok Berdasarkan data penelitian dapat diketahui distribusi jumlah rokok yang dihisap oleh responden pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jumlah Rokok Yang Dihisap No Jumlah Rokok Jumlah % 1 10 batang 17 33 2 > 10 batang 34 67 Berdasarkan tabel di atas penderita hipertensi yang mempunyai kebiasan merokok lebih dari 10 batang setiap hari yaitu,67% sedangkan penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok kurang dari 10 batang setiap hari adalah 33 %. Secara jelas distribusi responden berdasarkan jumlah rokok yang dihisap digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut.

7 70% 60% >10 batang, 67% 50% 40% 30% 10 batang, 33% 20% 10% 0% Jumlah Rokok Yang Dihisap Gambar 1. Grafik Menurut Jumlah Rokok Yang Dihisap 2. Jenis Rokok Berdasarkan data penelitian dapat diketahui distribusi jenis rokok yang dihisap oleh responden pada tabel berikut: Tabel 2. Distribusi Responden Mnurut Jenis Rokok Yang Dihisap No Jenis Rokok Jumlah % 1 2 Filter Non Filter 19 32 37% 63% Jumlah 51 100% Berdasarkan tabel di atas penderita hipertensi yang mempunyai kebiasan merokok dengan jenis rokok non filter yaitu 63% sedangkan penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jenis rokok filter adalah 37%. Secara jelas distribusi responden berdasarkan jenis rokok yang dihisap digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut:

8 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Rokok filter 37% Jenis Rokok Rokok Non Filter 63% Gambar 2. Grafik Menurut Jenis Rokok Yang Dihisap 3. Lama Merokok Berdasarkan data penelitian dapat diketahui distribusi lama menghisap rokok oleh responden pada tabel berikut: Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Lama Merokok No Lama Merokok Jumlah % 1 2 10 tahun >10 tahun 9 42 18% 82% Jumlah 51 100% Berdasarkan tabel di atas penderita hipertensi yang menghisap rokok lebih dari 10 tahun adalah 82% sedangkan penderita hipertensi yang menghisap rokok kurang dari 10 tahun adalah 18%. Secara jelas distribusi responden berdasarkan lama menghisap rokok digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut.

9 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 10 tahun, 18% Lama Merokok >10 tahun, 82% Gambar 3. Grafik Mnurut Lama Pemakaian Rokok 4. Cara Merokok Berdasarkan data penelitian dapat diketahui distribusi cara menghisap rokok oleh responden pada tabel berikut: Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Cara Merokok No Cara Meokok Jumlah % 1 2 Dalam Dangkal 28 23 55% 45% Jumlah 51 100% Berdasarkan tabel di atas penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok dengan menghisap rokok secara dalam adalah 55% sedangkan penderita hipertensi yang menghisap rokok secara dangkal adalah 45%. Secara jelas distribusi responden berdasarkan cara menghisap rokok digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut

10 60% 50% 40% 30% Dalam 55% Dangkal 45% 20% 10% 0% Cara Merokok Gambar 4. Grafik Menurut Cara Merokok B. Pembahasan 1. Jumlah rokok dengan kejadian hipertensi Dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa kebiasaan merokok lebih dari 10 batang tiap hari mempunyai resiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan kebiasaan merokok kurang dari 10 batang tiap hari. Karena merokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah di ginjal yang menjadikan tekanan darah meningkat. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25mmHg dan menambah detak jantung 5-10 kali tiap menitnya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Dalam sebatang rokok mengandung banyak bahan kimia dan beberapa diantaranya dinyatakan beracun (Iswanto, 2007). Zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga perokok berat yang merokok lebih dari 10 batang tiap harinya akan lebih cepat menerima dampak yang ditimbulkan oleh rokok dibandingkan dengan perokok ringan yang merokok kurang dari 10 batang tiap harinya. Sehingga semakin banyak jumah rokok yang dihisap maka semakin banyak juga zat beracun yang masuk kedalam tubuh yang bisa meningkatkan kejadian hipertensi.

11 2. Hubungan jenis rokok dengan kejadian hipertensi Dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa merokok dengan jenis rokok non filter mempunyai resiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan merokok jenis rokok filter karenaq kandungan rokok dalam rokok non filter lebih tinggi melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg. Sedangkan kandungan tar dalam rokok non filter juga melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Maka potensi masuknya nikotin dan tar rokok non filter ke dalam tubuh lebih tinggi. Nikotin adalah zat atau bahan senyawa porilidin yang terdapat dalam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintetisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainnya (Suheni, 2007). Sehingga pemakaian filter dalam rokok sangatlah berpengaruh karena dapat menekan jumlah nikotin yang masuk kedalam tubuh perokok. Karena semakin banyak jumlah nikotin yang masuk kedalam tubuh akan meningkatkan kejadian hipertensi. 3. Hubungan lama merokok dengan kejadian hipertensi Dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa lama merokok lebih dari 10 tahun mempunyai resiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan lama merokok yang kurang dari 10 tahun. Dampak rokok akan terasa setelah pemakaian 10-20 tahun karena zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif yang semakin lama dosis racun akan mencapai titik toksik, sehingga dengan jelas dampak rokok berupa kejadian hipertensi akan muncul kurang lebih setelah 10 tahun pemakaian (Suheni 2007).

12 4. Hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi Dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa cara menghisap rokok dalam mempunyai resiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan menghisap rokok secara dangkal tapi dengan nilai perbandingan yang sangat kecil. Hal ini dikarenakan gas karbon monoksida (CO) yang terkandung dalam rokok sangat mudah masuk kedalam tubuh melalui udara bebas yang digunakan untuk bernafas. Karbon monoksida dari asap rokok bercampur dengan oksigen di udara yang dihirup untuk bernafas. Karbon monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darh akan naik, dinding pembuluh darah akan robek (Suheni, 2007). IV. KESIMPULAN Dengan selesainya penelitian yang dilakukan, maka penyusun mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan jenis rokok yang dihisap, pasien laki-laki penderita hipertensi di RSI Klaten sebanyak 63% merokok dengan menggunakan jenis rokok non filter dan 37% pasien laki-laki penderita hipertensi lainnya merokok dengan jenis rokok filter 2. Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, pasien laki-laki penderita hipertensi di RSI klaten sebanyak 67% merokok lebih dari 10 batang tiap hari dan 33% pasien laki-laki penderita hipertensi lainnya merokok kurang dari 10 batang setiap harinya. 3..Berdasarkan lama pemakaian rokok, pasien laki-laki penderita hipertensi di RSI Klaten sebanyak 82% telah merokok lebih dari 10 tahun dan 18% pasien laki-laki penderita hipertensi lainnya merokok kurang dari 10 tahun. 4. Berdasarkan cara merokok yang dilakukan, pasien laki-laki penderita hipertensi di RSI Klaten sebanyak 55% merokok dengan cara dalam dan 45% pasien laki-laki penderita hipertensi lainnya merokok dengan cara dangkal.

13 V. Saran Berdasrkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, adapun beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Untuk mengurangi resiko hipertensi, hendaknya mengurangi dalam mengkonsumsi rokok 2. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya merokok dan faktor resiko hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki resiko kematian. 3. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan, dan diharapkan untuk mengambil populasi yang lebih spesifik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.Jakarta Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Erlangga. Jakarta Gunawan,L. 2001. Hipertensi Darah Tinggi. Kanisus. Yogyakarta Iswanto. 2007. Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Sunda Kelapa Lumbantobing. 2008. Tekanan Darah Tinggi. FKUI. Jakarta Notoatmodjo, S.J. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka CIpta: Jakarta Paskah, Leonardo. 2008. Dokter Kita. FKUAJJ. Jakarta Peter,Hans. 2006. Hipertensi mendeteksi dan mencegah. PT. Buana Populer. Jakarta Renaldi. 2003. Apakah mau berhenti merokok? Pasti berhasil. Ind Publishing Bandung Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar-Dasar Metode Penelitian Klinis. FKUI. Jakarta Suheni,Yuliana. 2007. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi padalaki-laki Usia 40 Tahun ke Atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, FIK UNES. Semarang

14 Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung Sustrani, Lanny, dkk. 2004. Hipertensi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Takasihaeng, Jan. 2000. Hidup Sehat Dengan Problem Penyakit. Kompas. Jakarta Yulianti, Sufrida. 2006. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Agromedia Pustaka. Jakarta