I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG JALAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku walaupun terjadi secara berlanjut dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian, kesimpulan yang didapat adalah :

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS PU BINA MARGA JALAN ADI SUCIPTA NO.2 CIANJUR 43211, TELP (0263) FAX PROPOSAL USULAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OBLIGASI DAERAH MEMBERI PELUANG MEMBANGUN PRASARANA TRANSPORTASI DALAM MEMAJUKAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

terukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup rumit. Karakteristik penganggaran sektor publik berbeda dengan

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI II DPR RI KE CALON DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I Pendahuluan I.1. Umum. I.2. Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana di maksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Menurut Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa Anggaran merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah yang memuat pengeluaran-pengeluaran yang akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pelaksanaan tugas pemerintahan dan sumber-sumber penerimaan yang diperkirakan hasilnya akan dapat digunakan untuk menutup pengeluaran pengeluaran tersebut. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990: 35) bahwa anggaran belanja merupakan perhitugan banyaknya uang yang akan masuk dan uang yang akan dikeluarkan. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa

2 anggaran belanja merupakan rencana mengenai pendapatan dan pengeluaran yang diharapkan untuk di masa yang akan datang. Pada dasarnya pembangunan ekonomi bertujuan mencapai tingkat kemakmuran masyarakat yang lebih tinggi serta merata pada kalangan masyarakat keseluruhan. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk mendorong perubahan masyarakat kepada keadaan yang lebih baik, sehingga keadaan ini menyebabkan peningkatan pada pendapatan masyarakat. Usaha pembangunan ekonomi terdiri atas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai pengelola negara dapat ikut campur secara aktif maupun secara pasif, dalam rangka menciptakan barang dan jasa yang dibutuhkan secara adil. Penciptaan barang dan jasa diharapkan dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat sampai pelosok- pelosok tanah air. Namun demikian tidak semua barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rakyat dapat dipenuhi kebutuhannya oleh pemerintah. Sehingga rakyat juga diberi kesempatan untuk memproduksi barang dan jasa apa saja secara pribadi. Kabupaten Pesawaran dalam proses pembanguanan wilayah dalam menumbuhkan perekonomian daerah yang dengan membanguan jalan yang sudah mengalami perbaikan yaitu Gedong Tatan ke Tegineneng, Gedong Tatan ke Kedondong serta Gedong Tatan ke Negeri Katon untuk mempermudah produksi barang dan jasa Proses untuk menghasilkan barang dan jasa yang sangat dibutuhkan masyarakat dapat dilaksanakan, tetapi dalam kenyataannya ada barang dan jasa dimana masyarakat secara pribadi atau swasta tidak ada yang berminat memproduksinya.

3 Hal ini bukan berarti swasta tidak benar-benar tertarik, tetapi didalam memproduksinya dibutuhkan dana yang cukup besar, untuk itu hanya dapat dilaksanakan dengan mewujudkan investasi yang dibiayai oleh seluruh rakyat, misalnya melalui pembayaran pajak. Pertumbuhan perekonomian suatu wilayah sangat bertumpu kepada kehandalan dan tingkat pelayanan jaringan transportasi jalan. Karena lalu lintas orang dan muatan barang sebagian besar masih diangkut melalui sarana jaringan jalan raya, sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan jalan raya merupakan salah satu kunci pokok bagi suatu daerah didalam mengembangkan wilayahnya. Oleh sebab itu pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang transportasi terutama pembangunan jalan raya harus dilakukan secara terencana dan diarahkan untuk lebih memperlancar arus barang dan jasa dan meningkatkan mobilitas manusia keseluruh wilayah. Terutama daerah perdesaan, daerah perbatasan dan daerah daerah terpencil. Penurunan tingkat pelayanan dan kapasitas jalan sangat mempengaruhi kelancaran pergerakan perekonomian dan menyebabkan biaya sosial yang sangat tinggi terhadap pemakai jalan, oleh karena itu konstruksi perkerasan dan geometrik jalan raya, khususnya jalur-jalur ekonomi harus dipertahankan agar berada dalam kondisi stabil dan baik, kuat serta berfungsi baik. Beberapa sebab kerusakan jaringan jalan yang begitu cepat terjadi adalah rendahnya kualitas SDM, kualitas pelaksana, dan in efisiensi birokrasi yang akhirnya cenderung mengorbankan kualitas pekerjan dalam pelaksanaan pembangunan jalan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk mengefisienkan

4 pembangunan jalan khususnya secara internal oleh institusi pelaksana pembangunan jalan. Termasuk dalam upaya meningkatkan kualitas pekerjaan, serta optimasi yang dapat menghematan anggaran. Sejalan dengan desentralisasi dan pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah dalam transportasi, maka pembangunan jaringan jalan raya pun perlu didasarkan kepada pembangunan ekonomi regional (regional based road development), yakni pembangunan jalan yang berwawasan pengembangan wilayah dan pertumbuhan sektor-sektor diwilayah tersebut. Dalam tatanan sistem transportasi regional (Sistrareg), pemerintah sebagai perencana makro strategis perlu menetapkan suatu rencana induk tentang pengembangan jalan raya. Menurut Lincolin Arsyad (1999, hal 8 ) Penurunan tingkat pelayanan dan kapasitas jalan sangat mempengaruhi kelancaran pergerakan perekonomian dan menyebabkan biaya sosial yang sangat tinggi terhadap pemakai jalan, oleh karena itu konstruksi perkerasan dan geometrik jalan raya, khususnya jalur-jalur ekonomi harus dipertahankan agar berada dalam kondisi stabil dan baik, kuat serta berfungsi baik Pengangkutan diartikan sebagai usaha membawa barang dan suatu tempat ketempat lainnya. Pengangkutan adalah suatu alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan melawan jarak. Menurut Muchtarudin Siregar (1990, hal.3) pengangkutan diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ketempat tujuan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pengangkutan merupakan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya dengan

5 menggunakan alat dan tenaga penggerak. Lebih lanjut hubungan ini terdapat unsur-unsur: 1. Kendaraan sebagai alat angkut 2. Muatan sebagai objek yang diangkut 3. Jalan yang akan dilalui oleh alat angkut Menurut Undang-undang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan Raya No.3 Tahun 1965, yang dimaksud dengan jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkapnya diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan barang dan hewan. Pengertian jalan tidak hanya terbatas pada jalan konvensional (pada permukaan tanah), akan tetapi termasuk juga jalan yang melintasi sungai besar, danau, laut, dibawah permukaan tanah dan air (termasuk terowongan) dan diatas dipermukaan tanah (jalan layang). Bagian pelengkap dan jalan adalah bangunan yang tak dapat dipisahkan dan jalan seperti jembatan, ponton, tempat parkir. Sedangkan perlengkapan jalan adalah rambu-rambu lalu lintas, tanda-tanda jalan, pagar pembatas lalu lintas dan lainlain. Menurut peranannya jalan dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan yaitu jalan arteri (yang melayani angkutan utama, dengan ciri-ciri perjalanan jauh, kecepatan rata-rata cukup tinggi, jumlah jalan masuk tidak dibatasi) jalan kolektor (yang melayani angkutan pengumpulan dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan yang masuk dibatasi); jalan lokal yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri ; perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi).

6 Dilihat dari instansi yang membinanya jalan dapat pula dibedakan atas: Jalan umum dan Jalan khusus. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalulintas umum, termasuk jalan tol (jalan umum yang kepada para pemakainya dikenakan untuk membayar tol). Jalan umum yang dibina oleh Pemerintah Pusat disebut dengan Jalan Negara, jalan yang dibina propinsi disebut Jalan Propinsi, jalan yang dibina oleh kabupaten disebut dengan Jalan Kabupaten, Sedangkan jalan yang dibina oleh desa disebut dengan Jalan Desa. Jalan khusus adalah selain dari pada jalan umum. Jalan khusus dibina oleh instansi atau badan hukum diberbagai bidang yang karena kegiatannya memerlukan jalan tertentu, diluar jalan umum. Kelompok jalan khusus ini antara lain adalah jalan instansi pengairan, jalan perkebunan, jalan kehutanan, jalan komplek yang bukan jalan umum, jalan pelabuhan. Kabupaten Pesawaran diresmikan sebagai daerah otonom pada Bulan November 2007 yang merupakan pemekaran dan Kabupaten Lampung Selatan. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak pada posisi 5.10 5.50 LS dan105 105020 BT dengan lua wilayah sebesar 117.377 Hektar yang terdiri dan 7 Kecamatan dan 132 Desa.Berdasarkan Peraturan Menteri dal Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa sebagai tindak lanjut dan kebijakan Umum APBD (KUA APBD), maka disusun Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). PPAS memuat target pencapaian kinerja yang terukur dan program-program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pesawaran untuk setiap urusan yang disertai dengan proyeksi pendapatan, Aloksi Belanja Daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan.

7 Besarnya penetapan plafon anggaran masing-masing satuan kerja disesuaikan dengan prioritas pembangunan daerah dan kemampuan fiscal Kabupaten Pesawaran yang seianjutnya ditetapkan sebagai Prioritas Plafon Anggaran (PPA). PPA digunakan sebagai acuan dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA). Sistem transportasi di Kabupaten Pesawaran diarahkan untuk memperlancar arus pendistribusian barang dan jasa, kegiatan ekonomi membuka isolasi daerah serta meningkatkan mobilitas penduduk keseluruh wilayah kelurahan, sentra-sentra produksi dan memperluas areal pemasaran. Jaringan jalan raya menimbulkan berbagai perubahan dalam situasi ekonomi Kabupaten Pesawaran, maka perlu dilakukan penelitian terhadap masalah yang terdapat disekitar perkembangan alokasi dana APBD terhadap jaringan jalan raya, karena jaringan jalan raya makin besar peranannya dalam menunjang kegiatan semua sektor pembangunan, juga pertumbuhan tersebut sangat membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber secara optimal. Disamping itu dengan berkembangnya jaringan jalan raya juga memperlancar arus barang dan jasa yang besar manfaatnya bagi kepentingan masyarakat. Tabel 1. Usulan APBD Terhadap Pembangunan Jalan Raya Kabupaten Pesawaran Tahun SATKER APBD KABUPATEN (Rp) APBD PROVINSI (Rp) APBN (Rp) 2008 DINAS PU 180.853.561.000 100.000.000.000 45.482.000.000 2009 DINAS PU 294.744.632.290 100.249.900.000 59.613.713.000 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesawaran,2009 Tabel 1. tersebut dapat dilihat bahwa Usulan APBD Terhadap Pembangunan Jalan Raya Kabupaten Pesawaran yang di angarkan Dinas Pekerjaan Umum Pada

8 Tahun Angaran 2009 Rp 294.744.632.290,00 lebih besar dibandingkan dengan Tahun 2008 Rp 180.853.561.000,00 disebabkan Jalan yang dibangun lebih banyak di bandingkan dengan tahun 2008. Tabel 2. Realisasi APBD terhadap Pembangunan Jalan Raya Kabupaten Pesawaran Tahun SATKER APBD KABUPATEN (Rp) APBD PROVINSI (Rp) APBN (Rp) 2008 DINAS PU 11.320.410.000 100.000.000.000 45.482.000.000 2009 DINAS PU 33.224.404.500 100.249.900.000 59.613.713.000 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesawaran,2009 Tabel 2. tersebut dapat dilihat bahwa Realisasi APBD Terhadap Pembangunan Jalan Raya Kabupaten Pesawaran yang di Anggarkan Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2008 sebesar Rp 180.853.561.000,00 yang terealisasi Rp 11.320.410.000,00 sedangkan Pada Tahun Angaran 2009 di Anggarkan sebesar Rp 294.744.632.290,00 yang terealisasi Rp 33.224.404.500,00 dan sedangkan realisasi melalui APBD Propinsi dan APBN sudah teralisasi sesui dengan anggaran Tabel 3. Data Jarak Panjang Jalan dan Ibukota Kabupaten Pesawaran ke Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten. Keterangan Jarak Keterangan (Rp) 1. Gd. Tatan ke Tegineneng 2. Gd. Tatan ke Negeri Katon 3. Gd. Tatan ke Way Lima 4. Gd. Tatan ke Kedondong 5. Gd. Tatan ke Padang Cermin 6. Gd. Tatan ke Punduh Pidada 21 Km 12 Km 14 Km 22 Km 48 Km 63 Km 1.163.037.800 664.593.033 775.358.530 1.218.420.560 26.583.721.300 34.891.134.264 Total 172 Km 65.316.265.487 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pesawaran,2009

9 Tabel 3. tersebut dapat dilihat bahwa jarak tempuh dan Ibukota Kabupaten Pesawaran ke daerah-daerah Kabupaten Pesawaran jarak tempuh paling jauh adalah dan Gd. Tataan ke Punduh Pidada yaitu 63 Km, sedangkan jarak terdekat adalah ke Negeri Katon yaitu 12 Km. Tabel 4. Kondisi Jalan di Kabupaten Pesawaran Kondisi Jalan (Km) Tahun 2008 Tahun 2009 1. Kondisi Baik 278,25 Km 358,163 Km 2. Kondisi Sedang 174,78 Km 10,774 Km 3. Kondisi Rusak Ringan 35,50 Km 17,583 Km 4. Kondisi Rusak Berat 435,20 Km 393,3 Km Total 923,73 Km 779,82 Km Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pesawaran,2009 Tabel 4. tersebut kita dapat melihat bahwa di Kabupaten Pesawaran sebagian besar dan jalan yang ada dalam kondisi yang sedang dan baik. Kondisi jalan baik pada tahun 2008 sepanjang 278,25 Km sedangkan pada tahun 2009 meningkat sepanjang 358,163 Km, kondisi jalan sedang pada tahun 2008 sepanjang 174,78 Km sedangkan pada tahun 2009 menurun menjadi 10,774 Km, kondisi jalan rusak ringan tahun 2008 sepanjang 35,50 Km menjadi 17,583 Km pada tahun 2009, sedangkan pada jalan rusak berat pada tahun 2008 sepanjang 435,20 Km menjadi 393,3 Km pada tahun 2009 sehingga total kondisi jalan tahun 2008 sepanjang 923,73 Km dan tahun 2009 sepanjang 779,82Km. jadi dapat kita disimpulkan bahwa bahwa kondisi jalan yang ada di Kabupaten Pesawaran terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun, sehingga kondisi jalan yang rusak berat di Kabupaten Pesawaran mengalami penurunan.

10 Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menyusun skripsi yang benjudul Analisis Alokasi Dana APBD terhadap Pembangunan Jaringan Jalan Raya di Wilayah Kabupaten Pesawaran. B. Permasalahan Pertumbuhan perekonomian suatu wilayah sangat bertumpu kepada kehandalan dan tingkat pelayanan jaringan transportasi jalan. Karena lalu lintas orang dan muatan barang sebagian besar masih diangkut melalui sarana jaringan jalan raya, sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan jalan raya merupakan salah satu kunci pokok bagi suatu daerah didalam mengembangkan wilayahnya Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah Alokasi Dana APBD Terhadap Pembangunan Jaringan Jalan Raya di Kabupaten Pesawaran Sudah Di alokasikan. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalokasian dana APBD Kabupaten Pesawaran untuk pembangunan jaringan jalan raya sudah dialokasikan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. D. Kerangka Pemikiran Pembangunan pada dasar nya merupakan suatu proses perubahan yang dinamis dan dilakukan secara terus menerus untuk menuju pada suatu keadaan yang lebih baik dan sama tahap ketahap berikutnya. Pembangunan yang dilaksanakan di segenap sektor adalah merupakan pembangunan jangka panjang dimana peranan pemerintah sangat diperlukan yaitu penyediaan barang publik, alokasi barang-

11 barang konsumsi, memperbaiki distribusi pendapatan, memelihara stabilitas nasional termasuk stabilitas ekonomi setalah mempercepat pertumbuhan ekonomi (Suparmoko, MA. 2002, 23). Melihat perkembangan kegiatan pemerintah dan tahun ketahun, peranan pemerintah cenderung meningkat. Peningkatan kegiatan pemerintah ini disebabkan beberapa faktor: Adanya kenaikan tingkat penghasilan masyarakat, maka kebutuhan masyarakat meningkat. Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya kegiatan pemerintah dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, seperti kebutuhan akan prasarana transportasi. Perkembangan penduduk, hal mi membutuhkan peningkatan kegiatan pemerintah untuk mengimbangi perkembangan penduduk dalam memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Perkembangan ekonomi, juga membutuhkan peranan pemerintah yang besar guna mengisi kegiatan tersebut. Berkenaan dengan pelayanan jaringan jalan raya, maka pemerintah sebagai subjek utama dalam pembangunan memiliki kepentingan untuk menyediakan jaringan jalan yang baik melalui proyek pembangunan jaringan jalan yang baru dan merehabilitasi jaringan jalan yang sudah ada, sehingga tetap terpeliharan dengan baik Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan hakekatnya merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan bangsa dan pembinaan kesatuan dan persatuan Bangsa untuk mencapai tujuan Nasional yang hendak diwujudkan melalui serangkaian program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu serta berlangsung secara terus menerus.

12 Dalam kerangka itu maka jalan mempunyai peranan penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta dalam jangka panjang terciptanya landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri, menuju suatu masyarakat adil dan merata, Pembangunan bidang transportasi diarahkan untuk lebih memperlancar arus barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas manusia keseluruh tanah air, terutama daerah pedesaan, daerah perbatasan dan daerah terpencil, serta dalam kota.kelancaran arus perhubungan tersebut akan mempercepat pencapaian sasaran pembangunan, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional dan perwujudan wawasan nusantara. Khususnya daerah terpencil, peranan angkutan perintis darat, laut dan udara perlu ditingkatkan lagi. Pembangunan perlu didukung oleh pengembangan dan penerapan teknologi maju, serta peningkatan pendidikan dan latihan guna memersiapkan dan menyediakan tenaga kerja yang ahli dan terampil. Pembangunan jalan megutamakan jaringan jalan dipusat-pusat produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasarannya, termasuk jaringan jalan yang mendukung pengembangan transmigrasi. Peningkatan dan pembangunan jalan didalam kota yang lalu lintas sudah padat perlu ditingkatkan dan diperluas. Keseluruhan jaringan jalan tersebut perlu diatur sehingga dapat berfungsi dalam hubungan yang saling mendukung. Juga perlu

13 diciptakan keserasian dan keterpaduan antara pembangunan jalan, pembangunan kereta api dan pembangunan prasarana perhubungan lainnya.