I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata mampu menggerakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait (mencakup perhotelan dan penginapan, barang-barang souvenir dan kerajinan lokal, industri makanan, serta transportasi), dengan demikian lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, dan pendapatan negara (penerimaan devisa) dapat meningkat (Yoeti 2008). Selain itu, sektor pariwisata dapat berfungsi sebagai katalisator pembangunan sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri, dimana telah diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (1998) bahwa pengembangan pariwisata, kecuali untuk menghasilkan devisa dan menambah kesempatan penanaman modal, juga menambah volume penyerapan tenaga kerja. Hal ini dimungkinkan karena kepariwisataan sebagai upaya ekonomi, bukan saja padat modal, tetapi juga padat karya sehingga sektor pariwisata mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Kontribusi pariwisata dalam perekonomian Indonesia terukur melalui porsi PDB Pariwisata terhadap PDB Nasional (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan PDB Pariwisata dan Kontribusinya Terhadap PDB Nasional Periode 2005-2008 PDB Pariwisata Perkembangan Tahun PDB Nasional Jumlah Kontribusi PDB Pariwisata (trilliun Rp) (trilliun Rp) (%) (%) 2005 2.774,28 101,69 3,67 (-) 2006 3.339,22 118,67 3,55 16,70 2007 * 3.949,32 134,89 3,42 13,67 2008 ** 4.954,03 153,25 3,09 13,61 Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sekitar tiga persen dari PDB nasional merupakan kontribusi sektor pariwisata. Kontribusi yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan selama empat tahun terakhir, namun untuk perkembangannya sendiri sektor pariwisata menunjukkan nilai yang positif. Artinya bahwa sektor pariwisata terus mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Porsi kegiatan pariwisata Indonesia dalam ukuran ekonomi makro, semakin menunjukkan betapa pariwisata di Indonesia perlu dibangun dan dikembangkan secara menyeluruh (mencakup manajemen, sumberdaya dan seluruh sistem yang ada di dalamnya). Prestasi sektor pariwisata dalam posisi penghasilan devisa nasional pada tahun 2008 menempati tingkat ketiga setelah migas dan kelapa sawit, tahun 2007 posisi kelima dan tahun 2006 posisinya berada di tingkat keenam 1. Selain sumber devisa dari wisatawan asing, peran sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusi wisatawan nusantara, yaitu dalam bentuk total biaya yang dikeluarkan dalam melakukan perjalanan wisata di seluruh Indonesia. Perkembangan jumlah wisatawan asing dalam menghasilkan devisa serta perkembangan jumlah wisatawan nusantara dengan total biaya yang dikeluarkan untuk periode 2004 sampai 2008 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara, dalam Menghasilkan Devisa dan Total Pengeluaran, 2004-2008 Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Tahun Jumlah (orang) Devisa (Juta USD) Jumlah (ribu orang) Total Pengeluaran (Triliun Rupiah) 2004 5.321.165 4.797,88 111.353 71,70 2005 5.002.101 4.521,89 112.701 74,72 2006 4.871.351 4.447,98 114.270 88,21 2007 5.505.759 5.345,98 115.335 108,96 2008 6.429.027 7.377,39 117.213 123,17 Sumber : Departemen Budaya dan Pariwisata (2009) 1 Wardiyatmo, Sekjen Depbudpar. 2009. Berpotensi Lebih 10 Persen Terhadap PDB. Di Dalam Hutabarat A, editor. Ekonomi Pariwisata Sektor atau Subsektor. http://traveltourismindonesia.wordpress.com. [12 September 2009].
Pada Tabel 2 dapat dilihat jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia dalam lima tahun terakhir mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, dimana jumlah kunjungan terendah dialami pada tahun 2006. Berbeda dengan wisatawan mancanegara, jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke seluruh wilayah di Indonesia selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tingkat kunjungan wisatawan nusantara tersebut dinilai berdasarkan jumlah tamu warga negara Indonesia pada hotel terklasifikasi di seluruh daerah Indonesia. Berlakunya UU No.32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah menjadi harapan dan tantangan tersendiri bagi Pemerintah Daerah Otonom, karena dengan dilaksanakannya otonomi daerah maka pengembangan dan pembangunan obyek wisata adalah merupakan salah satu tugas pemerintah daerah. Setiap daerah otonom harus mampu menggali sumber-sumber keuangan sendiri untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan daerahnya, sehingga banyak daerah otonom di Indonesia yang mulai mengembangkan sektor pariwisata sebagai sumber PAD 2. Hal ini tentu saja perlu didukung oleh potensi alam dan seni budaya yang dimiliki, seperti halnya provinsi Sumatera Utara yang memiliki tujuan wisata beranekaragam. Sumatera Utara mempunyai berbagai obyek wisata yang menarik, antara lain Danau Toba, suasana pegunungan dan udara sejuk di Berastagi, Pulau Nias dan pulau-pulau kecil lainnya serta ragam adat dan budaya. Semua potensi tersebut semestinya menjadi aset penting untuk pengembangan ragam sektor wisata, namun kesadaran akan semua potensi, aspek, dan manfaat yang ada belum dikelola seutuhnya. Masih banyak hal yang terabaikan, seperti pemeliharaan, penataan yang tidak beraturan, dan ketidakperdulian pada potensi yang sudah dikelola, dimana kondisi tersebut menjadi lebih buruk dengan tidak adanya kesadaran masyarakat lokal untuk menjaga kelestarian alam dan budayanya. Hal ini menyebabkan pariwisata Sumatera Utara masih tertinggal dari provinsi lainnya di Indonesia, seperti Batam dan Bali. Dengan kondisi yang ada pada saat ini, pariwisata Sumatera Utara masih terus berjalan, hal ini ditunjukkan dari 2 Santosa SP. 2008. Pengembangan Pariwisata Indonesia. http:// www.wisatamelayu.com. [16 Agustus 2009]
perkembangan jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke berbagai daerah di Sumatera Utara, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Jumlah Wisatawan Domestik di Sumatera Utara Tahun 2003-2007 Tahun Wisatawan Domestik Perkembangan (%) (orang) 2003 692.200-2004 770.800 11,35 2005 816.200 5,88 2006 911.900 11,72 2007 820.100-10,06 Sumber: [BPS] Badan Pusat Statistik (2008) Tabel 3 menunjukkan hingga tahun 2006 jumlah kunjungan wisatawan mengalami perkembangan, meskipun perkembangan itu sendiri berfluktuasi. Hal ini menunjukkan adanya suatu kekurangan dalam pengelolaan pariwisata Sumatera Utara yang merupakan tanggung jawab pemerintah daerah sebagai pihak yang dipercaya untuk mengelola aset wilayahnya. Keadaan tersebut semakin diperjelas dengan terjadinya penurunan jumlah kunjungan pada tahun 2007 sebesar 10,06 persen. Berdasarkan potensi kekayaan alam dan budaya yang dimiliki, seharusnya pariwisata Sumatera Utara dapat menyerap lebih banyak wisatawan, untuk itu dibutuhkan pengelolaan dan perbaikan yang sistematis, baik dari pemerintah maupun masyarakatnya, terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana maupun infrastruktur ke obyek wisata. Dengan demikian diharapkan potensi pariwisata Sumatera Utara dapat lebih berkembang. Sama halnya dengan Berastagi, sebagai salah satu wilayah yang merupakan daerah tujuan wisata di provinsi ini. Berastagi kaya akan keanekaragaman hayati dengan pesona alam yang indah, alami dan menarik. Berastagi merupakan daerah dengan obyek wisata terbanyak dalam lingkup provinsi, diantaranya yaitu Gunung Sibayak, Bukit Gundaling, pemandian air panas alam, tata kota yang etnik dan sarat budaya, peninggalan sejarah berupa Rumah Adat dan Taman Hutan Raya (Lampiran 1).
Berastagi juga dikenal sebagai kota buah, bunga dan sayur-sayuran, diantaranya Jeruk, Markisa dan Terong Belanda. Keunggulan wisata alam Berastagi didukung dengan keunikan ekosistem yang dapat menciptakan nilai ekonomi dengan karakter yang berbeda pada wisata alam di tempat lain. Perbedaan ekosistem tersebut merupakan daya tarik wilayah Berastagi sebagai daerah tujuan wisata, sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Salah satu obyek wisata yang menarik dan banyak peminatnya adalah pemandian air panas alam 3. Pemandian air panas alam berada di lereng Gunung Sibayak, tepatnya di Desa Semangat Gunung. Pada daerah ini terdapat banyak sumber mata air panas yang muncul di lahan milik penduduk desa. Oleh karena muncul pada lahan milik pribadi maka sumber mata air panas tersebut menjadi kepunyaan pemilik lahan. Sumber mata air panas dikelola menjadi suatu obyek wisata yang menawarkan pemandian air panas alam, yaitu dengan membuat kolam-kolam pemandian yang airnya dialirkan dari mata air panas. Kenikmatan yang disajikan didukung dengan udara dingin dan sejuk serta pemandangan pengunungan yang asri dan indah. Pengusahaan pemandian air panas alam membuat lokasi ini menjadi obyek wisata yang menambah keunikan pariwisata daerah, sehingga dapat membantu pertumbuhan pariwisata dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung. Peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung saling terkait dengan pertumbuhan lokasi wisata yang baru, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat persaingan diantara pelaku usaha. Selama obyek wisata tersebut berada di satu daerah tujuan wisata yang sama, dengan kedekatan lokasi diantara pelaku usaha maka tingkat persaingan dalam menarik wisatawan yang berkunjung akan semakin tinggi. Secara agregat jumlah kunjungan wisatawan ke daerah ini semakin meningkat, tetapi tidak demikian halnya terhadap tingkat kunjungan pada unit usaha yang mengelola obyek wisata pemandian air panas yang menunjukkan adanya penurunan jumlah kunjungan akibat peningkatan jumlah pelaku usaha. Usaha-usaha pemandian air panas yang baru menjadi pesaing bagi pelaku usaha yang lama, dan dengan adanya persaingan tersebut maka jumlah kunjungan wisatawan akan terbagi diantara pelaku usaha pemandian air panas. Sebagai 3 Desy. 2009. Pariwisata Karo. http://pphe-ri.cybernews.com. [16 Agustus 2009].
pelaku usaha pertama yang mendirikan pemandian air panas, CV Alam Sibayak mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan akibat persaingan yang ada. 1.2. Perumusan Masalah CV Alam Sibayak adalah salah satu perusahaan yang mengelola obyek wisata pemandian air panas alam yang memanfaatkan sumber mata air panas untuk dijadikan lokasi tujuan wisata dengan mendirikan kolam-kolam pemandian air panas, dimana pengunjung dapat menikmati jasa yang ditawarkan dengan melakukan kegiatan berendam di dalam kolam. Wisata pemandian air panas alam merupakan suatu obyek wisata yang menarik dan banyak diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke Berastagi. Pemandian air panas menjadi suatu kebutuhan bagi wisatawan yang berkunjung ke Berastagi maupun bagi masyarakat di sekitarnya, karena daerah Berastagi memiliki udara yang sangat dingin, mencapai 15 0 C di saat pagi dan sore hari, sehingga keinginan untuk berendam di kolam air panas menjadi sangat kuat apabila wisatawan sudah berada di Berastagi. Selain itu, berdasarkan informasi dari perusahaan CV Alam Sibayak, bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata Berastagi pada akhirnya akan mengunjungi obyek wisata pemandian air panas sebelum mereka kembali ke kota asalnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemandian air panas di daerah ini lebih besar manfaatnya sebagai obyek wisata yang memberi rasa nyaman dan kehangatan dari udara yang sangat dingin, dibandingkan hanya untuk manfaat pengobatan kulit. Usaha pemandian air panas ini memberikan nilai ekonomi yang sangat besar, sehingga mendorong pihak lain untuk mendirikan usaha yang sama. Kondisi ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan rekreasi pemandian air panas, sehingga munculnya usaha-usaha baru yang menawarkan produk/jasa serupa, seperti yang disediakan oleh CV Alam Sibayak, semakin berkembang. Awalnya yang mendirikan pemandian air panas alam menjadi suatu lokasi wisata hanya CV Alam Sibayak, kemudian berkembang menjadi tiga perusahaan dan dalam dua tahun terakhir terdapat empat perusahaan baru. Pada saat ini, jumlah perusahaan pemandian air panas yang ada mencapai tujuh perusahaan, yaitu perusahaan CV Alam Sibayak, Purnama, Ginting, Karona, Rindu Alam,
Anugerah, dan Pesona. Masing-masing perusahaan berlomba menawarkan keunggulan sebagai daya tariknya untuk mempertahankan dan menarik minat pengunjung. Perkembangan yang terjadi bukan hanya dari segi pertumbuhan usaha baru, tetapi juga dari perbaikan dan pengembangan usaha yang sudah ada, seperti halnya pada usaha pemandian air panas Ginting yang melakukan penambahan fasilitas kolam dari dua buah menjadi enam buah kolam serta perbaikan bangunan dan fasilitas fisik lainnya yang dibutuhkan dalam menghadapi persaingan. Selain itu, keberadaan lokasi usaha-usaha pesaing tersebut sangat berdekatan dengan lokasi CV Alam Sibayak, yaitu kurang lebih berjarak 100 meter dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari CV Alam Sibayak. Perkembangan wisata pemandian air panas yang sejalan dengan munculnya usaha baru serta pengembangan usaha yang sudah ada yang diduga sebagai pesaing bagi CV Alam Sibayak membawa dampak negatif bagi perusahaan ini. Adanya persaingan dalam usaha wisata pemandian air panas mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke CV Alam Sibayak. Penurunan jumlah kunjungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke CV Alam Sibayak Tahun 2004-2008 Tahun Jumlah Pengunjung (Orang) Pekembangan (%) 2004 169.920-2005 204.000 20,05 2006 304.800 49,41 2007 293.760-3,62 2008 292.800-0,32 Sumber : CV Alam Sibayak (2009) Dari Tabel 4 diketahui bahwa penurunan jumlah kunjungan wisatawan terjadi pada dua tahun terakhir yang mencapai angka 3,62 persen pada tahun 2007 dan 0,32 persen pada tahun 2008. Adanya kecenderungan menurunnya jumlah kunjungan tersebut dapat menyebabkan penurunan penerimaan bagi usaha CV Alam Sibayak. Oleh karena itu, untuk mempertahankan keberadaan CV Alam Sibayak sebagai perusahaan yang menyediakan fasilitas paling lengkap dan
menjadi pemimpin pasar dalam bisnis wisata pemandian air panas alam, maka perlu dilakukan analisis agar dapat mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung kembali, yaitu dengan menganalisis atribut-atribut yang dimiliki CV Alam Sibayak. Atribut-atribut tersebut merupakan fasilitas-fasilitas yang disediakan CV Alam Sibayak dalam memberi pelayanan kepada pengunjung. Wisatawan yang diharapkan melakukan kunjungan ulang ke CV Alam Sibayak yaitu merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah sekitar Sumatera Utara dan Aceh. Dengan asumsi bahwa wisatawan lokal memiliki peluang yang lebih besar untuk berkunjung kembali ke CV Alam Sibayak, dalam jangka waktu tertentu (satu tahun), dibandingkan wisatawan yang berasal dari luar Sumatera Utara dan Aceh, maupun wisatawan asing. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu : 1. Atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung kembali ke CV Alam Sibayak? 2. Atribut-atribut apa saja yang perlu diperbaiki CV Alam Sibayak dalam hal meningkatkan daya tarik obyek wisata untuk mempengaruhi wisatawan agar bersedia berkunjung kembali? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis atribut-atribut yang mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung kembali ke CV Alam Sibayak. 2. Menganalisis atribut-atribut yang perlu diperbaiki CV Alam Sibayak dalam hal meningkatkan daya tarik obyek wisata untuk mempengaruhi wisatawan agar bersedia berkunjung kembali. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pengelola CV Alam Sibayak, penulis maupun pembaca, serta masyarakat yang berminat terhadap obyek wisata pemandian air panas alam. Bagi pengelola CV Alam Sibayak, penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan pengambilan keputusan pengelolaan usaha serta dapat menentukan kebijakan di masa yang akan datang, untuk
memperbaiki dan lebih mengembangkan usaha sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Bagi penulis, memberi pengalaman nyata dalam mengelola suatu usaha serta menganalisis permasalahan yang terjadi, selain itu merupakan aplikasi ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor. Bagi pembaca dan masyarakat yang berminat pada obyek wisata pemandian air panas alam, berguna sebagai tambahan informasi dan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai obyek wisata tersebut.