Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN...

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

POTENSI TANAH MENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

HUBUNGAN NILAI GAMMA RAY DENGAN BATUAN PIROKLASTIK DI DAERAH CIBIRU DAN SEKITARNYA, KOTA BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

STUDI POTENSI MENGEMBANG DAN KEKUATAN TANAH EKSPANSIF DI DAERAH KEBUMEN DAN MAJENANG, JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pengujian tanah tanpa bahan tambah. limbah cair pabrik susu 35%

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

POTENSI MENGEMBANG TANAH LEMPUNG DI WILAYAH KAMPUNG CIGINTUNG, DESA CIMUNCANG, KECAMATAN MALAUSMA, KABUPATEN MAJALENGKA, PROVINSI JAWA BARAT

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PERBAIKAN TANAH EKSPANSIV MELALUI PENAMBAHAN CaO DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYADUKUNG TANAH UNTUK PONDASI DANGKAL

DAYADUKUNG TANAH UNTUK BERBAGAI TIPE FONDASI TAPAK PADA LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI DI BEBERAPA LOKASI, KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Timbun di Aceh

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

A.S.P Jurnal Volume 1 Nomor 1, Mei 2012

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 :

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN KADAR AIR TERHADAP TEKANAN PENGEMBANGAN TANAH EKSPANSIF ARAH VERTIKAL

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PEMBASAHAN DAN PENGERINGAN TERHADAP KUAT TEKAN BEBAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO)

STUDI LABORATORIUM UNTUK MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN PENGUJIAN FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN RITA MELIANI KUNTADI

GEOLOGI TEKNIK JATINANGOR: STUDI DAYADUKUNG TANAH BERDASARKAN PREDIKSI KADAR AIRTANAH UNTUK MENUNJANG ECO-CAMPUSS DI JATINANGOR

IDENTIFIKASI POTENSI TANAH MENGEMBANG DAERAH CINTARATU DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAMPUS UNIVERSITAS PADJADJARAN PANGANDARAN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

Bab 1. Pendahuluan Pengaruh variasi kepadatan awal terhadap perilaku kembang susut tanah lempung ekspansif di Godong -Purwodadi

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah)

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

REKAYASA GEOTEKNIK DAYADUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL (KONDISI LOCAL SHEAR) MELALUI STABILISASI TANAH DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN 6% ABU SEKAM PADI DAN 4% KAPUR

PENGUJIAN MATERIAL TANAH GUNUNG DESA LASOSO SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN TIMBUNAN PILIHAN PADA PERKERASAN JALAN

Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

Aktivitas Tanah Lempung Pada Formasi Bojongmanik Terhadap Kestabilan Lereng di Daerah Cikopomayak, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG LAPUKAN FORMASI BALIKPAPAN DI SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP NILAI PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU CANGKANG SAWIT DAN KAPUR PADA INFRASTRUKTUR JALAN

Modul (MEKANIKA TANAH I)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

KETERDAPATAN MINERAL LEMPUNG SMEKTIT YANG MEMPUNYAI SIFAT PLASTISITAS TINGGI DI PERAIRAN CIREBON, JAWA BARAT

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL

PENGARUH TANAH GADONG TERHADAP NILAI KONSOLIDASI DAN KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG TANON YANG DI STABILISASI DENGAN SEMEN

ANALISA PENGARUH ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG

PERBAIKAN PENGEMBANGAN TANAH MENGGUNAKAN ZAT ADDITIVE KAPUR DENGAN PEMODELAN ALAT KONSOLIDASI

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Transkripsi:

Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat Farach Abdurachman RONNY 1, Zufialdi ZAKARIA 2, dan Raden Irvan SOPHIAN 3 1 Laboratorium Geologi Teknik dan Geoteknik, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21, 45363, Jawa Barat 2 Email : farachabdurachman@gmail.com Email : zufialdi_z@unpad.ac.id Email : r.irvan.sophian@unpad.ac.id Abstrak Penelitian dilakukan di daerah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan geologi, daerah penelitian termasuk ke dalam satuan Tuff dan satuan Breksi Aliran Piroklastik. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui nilai potensi tanah mengembang berdasarkan karakterisik fisik tanah dari sampel tanah tak terganggu hasil lapukan batuan vulkanik. Kemudian sampel tanah di uji laboratorium untuk mengetahui sifat fisik tanah. Nilai kadar air, batas-batas konsistensi tanah, serta angka aktivitas tanah dikonversi untuk mengidentifikasi nilai potensi tanah mengembang. Berdasarkan perhitungan nilai potensi tanah mengembang, dapat diindikasikan bahwa daerah penelitiaan bersifat ekpansif dengan tingkat potensi tanah mengembang yang tinggi sehingga dapat menimbulkan permasalahan dalam infrastruktur. Berdasarkan data indeks plastisitas tanah, daerah penelitian terbagi menjadi 4 zona potensi tanah mengembang, yaitu zona potensi tanah mengembang rendah dengan indeks plastisitas dibawah 15 %, zona potensi tanah mengembang sedang dengan indeks plastisitas antara 15 25 %, zona potensi tanah mengembang tinggi dengan indeks plastisitas dibawah 25 55 %, dan zona potensi tanah mengembang sangat tinggi dengan indeks plastisitas datas 55 %. Rentang nilai indeks platisitas tanah di derah penelitian untuk identifikasi tanah mengembang ialah antara 7,217 101,51 %. Kata Kunci : Jatinangor, geologi, potensi tanah mengembang, sifat fisik tanah, tanah ekspansif Pendahuluan Kawasan Jatinangor telah berkembang pesat menjadi kawasan pendidikan, kawasan industri, kawasan pemerintahan, dan kawasan perdagangan. Dalam hal ini terlihat sektor pembangunan infrastruktur yang paling meningkat pesat (Gambar 1). Tanah sebagai material utama fondasi yang selalu berhubungan dengan pembangunan infrastruktur sangat diperhatikan dalam perencanaan konstruksi, maka harus dilakukan penyelidikan terhadap karakteristik fisik dan mekanik tanah dalam menahan beban infrastruktur di atasnya pada suatu area. Jenis tanah yang banyak ditemukan dalam permasalahan keteknikan merupakan tanah-tanah yang mengandung

lempung, karena merupakan tanah yang kohesif. Berdasarkan karakteristiknya tanah tersebut memiliki sifat ekspansif dimana tanah mengalami perubahan volume ketika kadar air berubah. Ketika kadar air turun, tanah akan menyusut dan sebaliknya bila kadar air bertambah maka tanah akan mengembang. Pengembangan tanah ini akan memberikan pengaruh besar terhadap pembangunan infrastruktur yang berada diatasnya. Geologi Daerah Penelitian Berdasarkan Peta Geologi Daerah Cibiru dan sekitarnya berskala 1 : 25000 (Frini, 2015), daerah penelitian tersusun atas batuan sebagai berikut (Gambar 2): 1. Satuan Tuff Satuan ini terdiri dari litilogi tuf lapili dan tuf. Tuf lapilli memiliki warna segar abu-abu muda, warna lapuk coklat muda, ukuran butir tuf kasar (lempung sampai lapilli), bentuk butir menyudut tanggung-menyudut, kemas tertutup, struktur masif, pemilahan sedang, kekerasan agak keras, komposisi mineral gelas. Satuan Tuf dapat disebandingkan dengan Hasil Gunungapi Muda Tak Teruraikan (Silitonga, 1973). Satuan ini diendapkan pada awal Kala Holosen. 2. Satuan Breksi Aliran Piroklastik Satuan ini terdiri dari litologi breksi aliran matriks supported. Breksi memiliki warna segar coklat muda, warna lapuk coklat tua, bentuk komponen menyudut- menyudut tanggung, ukuran komponen 0.1cm- 35cm. Komponen berupa batu beku andesit yang terlapukkan memiliki warna segar coklat keabu-abuan, warna lapuk coklat muda, hipokristalin, porfiritik, inequigranular, hipidiomorf, subhedral, mesocratic, struktur masif, terdapat mineral kuarsa, plagioklas. Metodologi Matriks berupa tuf memiliki warna segar abu-abu muda, warna lapuk coklat keabuan, ukuran butir tuf halus (lempung-halus), bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, kemas tertutup, pemilahan sedang, kekerasan agak keras, terdapat mineral gelas. Breksi memiliki komposisi monomik, didominasi oleh matriks, semen berupa silika. Satuan ini dapat disebandingkan dengan Hasil Gunungapi Muda Tak Teruraikan (Silitonga, 1973). Satuan ini diendapkan pada awal Kala Holosen. Metode penelitian ini terdiri atas pekerjaan lapangan, uji laboratorium, serta analisis studio untuk menghasilkan zonasi potensi tanah mengembang. Tahap pekerjaan lapangan terdiri atas pemetaan geologi teknik (Dearman, 1991) untuk menghasilkan peta yang berisikan informasi karakterisitik tanah hasil klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS). Serta mengambi sampel tanah tak tergangu (undisturbed sample) untuk di uji laboratorium. Tahap uji laboratorim dilakukan untuk mengetahui karakteristik sifat fisik tanah berdasarkan standar ASTM (American Standard Testing and Material), diantaranya uji kadar air, bobot isi, berat jenis, batas-batas konsistensi tanah dan analisa besar butir. Tahap pekerjaan studio meliputi analisa data hasil pekerjaan lapangan dan uji laboratorium. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai potensi tanah mengembang (Chen, 1975) untuk mengetahui nilai swelling potential berdasarkan sifat fisik tanah berupa indeks plastisitas tanah. Indeks plastisitas (PI) tanah dirumuskan sebagai selisih anatara batas cair (LL) dengan

batas plastis (PL) tanah yang didapat dari uji berdasarkan ASTM sebagai berikut: PI = LL PL Untuk mengetahui sifat ekspansif tanah selain berdasarkan indeks plastisitas, juga dapat melalui perhitungan angka aktivitas lempung. Angka aktivitas (Skempton, 1958) dirumuskan sebagai perbandingan indeks plastisitas dengan persetase butiran lempung (0,002 mm) seperti berikut: Diskusi A= PI clay percent 0,002 mm Berdasarkan hasil pemetaan geologi teknik dengan klasifikasi tanah USCS serta hasil uji laboratorium bahwa daerah penelitian dibagi menjadi 3 sebaran jenis tanah (Gambar 3) antara lain: 1. Lanau Plastisitas Rendah (ML) 2. Lanau Plastisitas Tinggi (MH) 3. Lempung Plastisitas Tinggi (CH) Nilai kadar air sampel tanah 20,76 64,85 %. Kadar air mempengaruhi perubahan volume tanah sehingga berpotensi ekspansif mengalami pengembangan. Dari nilai batasbatas konsistensi tanah diperkirakan tanah mengandung mineral bersifat Monmorilonitik, Ilitik, dan Kaolinitik. Selain melalui batas-batas konsistensi tanah, kandungan mineral lempung dapat diidentifikasi oleh nilai angka aktivitas. Nilai angka aktivitas berkisar antara 0,16 hingga 5,26. Tanah yang mengandung mineral lempung bersifat Monmorilonitik umumnya sangat ekspansif sehigga memiliki potensi mengembang yang tinggi. Nilai indeks plastisitas tanah 7,22 101,51 %. Semakin plastis suatu sampel tanah maka akan makin tinggi potensi tanah tersebut untuk mengembang (Tabel 1). Zonasi potensi tanah mengembang dibuat berdasarkan nilai potensi tanah mengembang dilihat dari nilai indeks plastisitas tanah. Rentang nilai indeks plastisitas tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok (Gambar 5), yaitu: a. Zona potensi tanah mengembang berdasarkan indeks plastisitas (IP) < 15 %. Zona potensi tanah mengembang ini tersebar di bagian Barat, Tengah, Timur Laut dan Selatan daerah penelitian. b. Zona potensi tanah mengembang berdasarkan indeks plastisitas (IP) 15 25 %. Zona potensi tanah mengembang ini tersebar di bagian Barat, Tengah, Selatan dan Timur Laut daerah penelitan. c. Zona potensi tanah mengembang berdasarkan indeks plastisitas (IP) 25 55 %. Zona potensi tanah mengembang ini tersebar hampir diseluruh bagian daerah penelitian. d. Zona potensi tanah mengembang berdasarkan indeks plastisitas (IP) > 55 %. Zona potensi tanah mengembang ini tersebar di bagian Barat Laut dan Barat Daya daerah penelitian. Kesimpulan Kesimpulan Secara geologi daerah penelitian didominasi oleh material vulkanik yaitu, breksi dan tuff. Litologi tersebut terlapukan sehingga membentuk tanah dengan butiran halus. Dengan kandungan butiran halus yang tinggi, tanah memiliki sifat kohesif yang memiliki nilai plastisitas tanah. Nilai plastisitas tanah didapat dari sifat lempung yang plastis. Batuan hasil gunungapi yang mengandung mineral silika (kuarsa, feldspar, mika) mempengaruhi perbedaan jenis tanah yang dibentuknya. Setelah mengalami pelapukan kimia dari proses hidrolisis akan menghasilkan mineral lempung (kaolinit, ilit, monmorilonit). Dari

genesa tersebut, secara geologi teknik daerah penelitian dibagi menjadi tiga satuan jenis sebaran tanah yaitu Lanau Plastisitas Rendah (ML), Lanau Plastisitas Tinggi (MH), dan Lempung Plastisitas Tinggi (CH). Perbedaan jenis/tipe tanah mempengaruhi kandungan lempung yang ada didalamnya, serta kandungan kadar air yang meningkat akan mempengaruhi bobot isi tanah. Selain itu kandungan lempung Montorillonitik yang menunjukan tingkat keaktifan tanah yang sangat ekspansif. Dari hal-hal tersebut, tanah berpotensi untuk mengembang dengan tingkat pengembangan yang tinggi. Berdasarkan data hasil uji sifat fisik tanah, daerah penelitian dibagi menjadi empat zonasi, yaitu zona potensi tanah mengembang rendah, zona potensi tanah mengembang sedang, zona potensi tanah mengembang tinggi, dan zona potensi tanah mengembang sangat tinggi. Semakin besar nilai angka aktivitas dan indeks plastisitas tanaha maka akan menimbulkan pengembangan tanah yang semakin tinggi. Tanah yang memiliki tingkat potensi mengembang tinggi akan menimbulkan masalah dalam pembangunan. Hardiyatmo H. Christiady. 1992. Mekanika Tanah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Sutarman, Encu. 2009. Konsep dan Aplikasi Mekanika Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta. Zakaria, Zufialdi. 2010. Praktikum Geologi Teknik. Jatinangor : Laboratorium Geologi Teknik, Fakultas Teknik Geologi UNPAD, 32 halaman, diakses dari //http: blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/201 0/05/praktikum-geologi-teknik-2010.pdf Pustaka Bowles, Joseph E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta. Chen, F H 1975. Foundations On Expansive Soils. New York : Elsevier Science Publishing Company Inc. 52, Vanderbit Avenue Das, Braja M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Frini, G. G. 2015. Geologi Daerah Cibiru, Kecamatan Cibiru, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Jatinangor : Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran.

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian (gambar diambil menggunakan aplikasi google earth) Gambar 2. Peta Geologi daerah Cibiru dan sekitarnya (Frini, 2015)

Gambar 3. Peta Sebaran Jenis Tanah

Kode Sampel Kadar Air Indeks Plastisitas Tabel 1. Perhitungan Nilai Potensi Tanah Mengambang Persen Lempung Potensi Swelling Angka Aktivitas Kandungan Mineral Sifat Tanah Ekspansif TA - 1 48.97 49.82 56.8 Tinggi 0.88 Ilitik Sedang TA - 2 20.98 14.45 13.19 Rendah 1.10 Ilitik Sedang TA - 3 43.71 101.51 57.99 Sangat Tinggi 1.75 Monmorilonitik Aktif TA - 4 26.11 34.91 39.8 Tinggi 0.88 Ilitik Sedang TA - 5 32.89 40.96 36.04 Tinggi 1.14 Ilitik Sedang TA - 6 40.54 69.88 37.99 Sangat Tinggi 1.84 Monmorilonitik Aktif TA - 7 48.54 55.02 20.91 Sangat Tinggi 2.63 Monmorilonitik Aktif TA - 8 44.14 26.66 60.08 Tinggi 0.44 Kaolinitik Kurang Aktif TA - 9 42.92 34.28 8.38 Tinggi 4.09 Monmorilonitik Aktif TA - 10 36.29 29.81 22.87 Tinggi 1.30 Monmorilonitik Aktif TA - 11 50.98 82.77 28.07 Sangat Tinggi 2.95 Monmorilonitik Aktif TA - 12 28.91 48.65 43.51 Tinggi 1.12 Ilitik Sedang TA - 13 35.46 49.16 34.73 Tinggi 1.42 Monmorilonitik Aktif TA - 14 48.53 36.93 54.11 Tinggi 0.68 Ilitik Kurang Aktif TA - 15 43.13 12.13 49.36 Rendah 0.25 Kaolinitik Kurang Aktif TA - 16 56.04 37.51 11.76 Tinggi 3.19 Monmorilonitik Aktif TA - 17 54.07 28.64 14.53 Tinggi 1.97 Monmorilonitik Aktif TA - 18 39.47 53.23 10.12 Tinggi 5.26 Monmorilonitik Aktif TA - 19 44.75 29.78 49.53 Tinggi 0.60 Ilitik Kurang Aktif TA - 20 41.74 46.87 5.83 Tinggi 8.04 Monmorilonitik Aktif TA - 21 32.57 35.25 36.73 Tinggi 0.96 Ilitik Sedang TA - 22 19.99 41.53 20.19 Tinggi 2.06 Monmorilonitik Aktif UDS-1 21.29 28.04 22.64 Tinggi 1.24 Ilitik Sedang UDS-2 34.38 7.22 14.48 Rendah 0.50 Kaolinitik Kurang Aktif UDS-3 26.91 24.53 33.05 Sedang 0.74 Ilitik Kurang Aktif UDS-4 38.79 43.93 19.8 Tinggi 2.22 Monmorilonitik Aktif UDS-6 33.66 7.64 24.84 Rendah 0.31 Kaolinitik Kurang Aktif UDS-7 20.77 13.02 27.16 Rendah 0.48 Kaolinitik Kurang Aktif UDS-8 30.56 8.00 49.81 Rendah 0.16 Kaolinitik Kurang Aktif UDS-9 24.53 17.52 28.12 Sedang 0.62 Ilitik Kurang Aktif UDS-10 29.81 16.02 46.7 Sedang 0.34 Kaolinitik Kurang Aktif UDS-11 39.32 8.03 30.41 Rendah 0.26 Kaolinitik Kurang Aktif UDS-12 26.75 29.31 39.08 Tinggi 0.75 Ilitik Sedang UDS-13 33.24 13.33 28.32 Rendah 0.47 Kaolinitik Kurang Aktif UDS-14 38.53 42.18 15.11 Tinggi 2.79 Monmorilonitik Aktif UDS-15 25.64 17.45 33.19 Sedang 0.53 Ilitik Kurang Aktif UDS-16 28.71 14.25 32.36 Rendah 0.44 Kaolinitik Kurang Aktif

UDS-17 22.11 15.20 33.73 Sedang 0.45 Kaolinitik Kurang Aktif UDS-18 28.40 16.96 11.77 Sedang 1.44 Monmorilonitik Aktif UDS-19 36.35 13.48 11.86 Rendah 1.14 Ilitik Sedang UDS-20 27.90 19.27 16.33 Sedang 1.18 Ilitik Sedang UDS-22 22.44 9.39 8.65 Rendah 1.09 Ilitik Sedang Z1aBT1 45.35 33.30 58.39 Tinggi 0.57 Ilitik Kurang Aktif Z1aBT2 48.95 50.16 46.72 Tinggi 1.07 Ilitik Sedang Z1bBT1 64.85 62.51 55.52 Sangat Tinggi 1.13 Ilitik Sedang Z1bBT2 64.80 55.71 57.54 Sangat Tinggi 0.97 Ilitik Sedang Z2aBT1 48.95 58.60 48.58 Sangat Tinggi 1.21 Ilitik Sedang Z2aBT2 44.59 65.52 53.62 Sangat Tinggi 1.22 Ilitik Sedang Z2aBT3 48.65 69.67 50.67 Sangat Tinggi 1.37 Monmorilonitik Aktif Z2bBT1 46.45 60.41 56.08 Sangat Tinggi 1.08 Ilitik Sedang Z2bBT2 50.15 57.64 55.4 Sangat Tinggi 1.04 Ilitik Sedang Z3BT1 45.16 37.37 56.52 Tinggi 0.66 Ilitik Kurang Aktif Z3BT2 56.18 24.63 55.77 Sedang 0.44 Kaolinitik Kurang Aktif Z3BT3 52.75 45.65 55.9 Tinggi 0.82 Ilitik Sedang Z3BT4 42.24 49.54 54.7 Tinggi 0.91 Ilitik Sedang Z4BT1 46.81 56.10 53.7 Sangat Tinggi 1.04 Ilitik Sedang Z4BT2 50.61 51.56 53.06 Tinggi 0.97 Ilitik Sedang Z5BT1 40.45 53.57 55.71 Tinggi 0.96 Ilitik Sedang Z5BT2 40.95 56.04 56.06 Sangat Tinggi 1.00 Ilitik Sedang Z5BT3 46.53 37.15 53.09 Tinggi 0.70 Ilitik Kurang Aktif

Gambar 4. Peta Zonasi Tanah Mengembang