BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

PEMASANGAN PERANGKAP, PEMERIKSAAN (IDENTIFIKASI), DAN PENYISIRAN TIKUS (PENANGKAPAN EKTOPARASIT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TIKUS DAN CECURUT. A. Jenis-Jenis Tikus

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah, sehingga

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

Iklim Perubahan iklim

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

BAB. Daur Hidup Makhluk Hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

Contoh Soal Try Out IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP/MTs. Hindayani.com

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Banyaknya tempat - tempat kotor yang jarang dibersihkan

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SANITASI DAN KEAMANAN

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

Sanitasi Penyedia Makanan

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tikus 1. Jenis Tikus dan Cirinya 5) Beberapa jenis tikus yang ada di lingkungan pemukiman daerah tropis adalah Rattus rattus tenezumi temminh (tikus atap), Rattus norvegicus (tikus got) dan Tanezumi (tikus rumah). a. Rattus-rattus tenezumi temminh (tikus atap) Disebut tikus atap karena senang hidup dengan membuat sarang di bawah atap bangunan. Ciri ciri jenis tikus ini adalah bentuk tubuh ramping, telinga lebar, mencolok dan tidak berbulu (18 19mm), moncong lancip, ekor seluruhnya berwarna gelap, dan panjang kaki belakang mencapai 31 39 mm. b. Rattus norvegicus (tikus got) Disebut tikus got karena senang membuat sarang dengan cara menggali lubang pada saluran saluran air kotor atau di bawah pondasi bangunan. Ciri cirinya sebagai berikut: bentuk tubuh besar dibandingkan jenis lainnya, telinga kecil, moncong tumpul, ekor pendek, badan bagian atas berwarna coklat kegelapan di bagian bawah berwarna keputih putihan, dan panjang kaki belakang 30 45 mm. c. Rattus Tanezumi (tikus rumah) Disebut tikus rumah karena banyak dijumpai di rumah rumah, di gudang gudang pelabuhan dan di kapal. Penyebarannya melalui kapal laut, kapal terbang yang mengadakan pelayaran atau terbang dan pendaratan baik antar daerah atau domestik maupun antar negara atau internasional. Ciri cirinya adalah sebagai berikut: tubuh kecil, telinga dan mata lebar, moncong lancip, ekor seluruhnya berwarna gelap, kaki belakang panjangnya 14 17 mm. 2. Kebiasaan Hidup Tikus 5)

Beberapa kebiasaan dan sifat tikus yang perlu diketahui antara lain adalah sebagai berikut: a. Panca Indra Tikus mempunyai penglihatan yang buruk, tetapi mempunyai panca indra lain yang baik sekali misalnya dalam hal mencium bau, merasakan sesuatu, meraba dan mendengar. Dengan kemampuan panca indra inilah tikus dapat mudah bergerak dengan cepat secara diam diam. b. Kumis dan Rambut Panjang Di waktu keliaran di malam hari gerak gerik tikus dipimpin dan dikendalikan oleh rambut dan kumis yang panjang yang sangat peka terhadap sesuatu yang disentuhnya. Tanpa rambut dan kumis seekor tikus akan menabrak benda benda yang menghadang di jalannya. Biasanya tikus mencari makanan sejak matahari terbenam sampai pagi, yang berarti dalam suasana yang gelap. Tetapi tikus tikus tersebut mampu bergerak ke sana ke mari karena mempunyai rambut dan kumis tersebut. c. Tertarik dengan Bau Harum Tikus tikus menyukai bau harum dari kebanyakan makanan yang dimakan orang orang. d. Bahan Makan dan Waktu Makan Tikus sangat menyukai padi padian, kacang kacangan, jagung, sayur-sayuran dan hampir seluruh makanan yang disimpan di dalam gudang. Kebanyakan tikus tikus itu makan dan berkeliaran di waktu malam hari. Untuk seekor yang dilihat seseorang mungkin ada sebanyak 20 30 ekor tikus yang tidak tampak. Disamping itu tikus suka mengerat barang barang keras untuk mengasah giginya. e. Kepandaian Memanjat, Melompat dan Berenang Tikus pandai memanjat dan melompat, sebagian dapat melompat setinggi 2 3 kaki (60 90 cm). Apabila mereka terpojok merekapun dapat memanjat tembok, pipa, kabel, kawat, batang besi dan permukaan kasar lainnya. Tikus dapat meloncat sejauh 1,2 m dan menjatuhkan diri dari ketinggian 15 m dan

tidak mati. Tikus adalah perenang yang cekatan. Da-pat menempuh jarak sejauh 0,5 mil (± 800 m). Tikus sukar untuk dibenamkan ke dalam air. f. Tempat Kediaman Tikus tidak meninggalkan sarang terlalu jauh. Tikus rumah berkeliaran di sekitar rumah kurang lebih 20 40 m untuk mencari makanan dan bahan pembuat sarang. Apabila makanan sulit diperoleh karena kebakaran, banjir atau berakhirnya musim cocok tanam maka tikus itu akan berkeliaran lebih jauh lagi. Biasanya tikus tidak senang di tempat tempat yang ramai, melainkan senang hidup di tempat tempat dimana terdapat makanan atau sampah sisa makanan manusia dan lingkungan yang kotor. g. Panjang Umur Hidup dan Masa Pembiakan Umur hidup seekor tikus rata rata mencapai satu tahun. Tikus rumah atau yang hidup di daerah penyimpanan pangan biasanya dapat hidup lebih lama, karena lebih banyak mendapat perlindungan. Di daerah dimana banyak terdapat makanan, dan iklimnya tidak banyak berubah sepanjang tahun, maka tikus dapat beranak dan berbiak setiap tahun. 3. Siklus Hidup 5) Tikus muda akan mencapai kematangan seksual setelah empat bulan. Kegiatan seksual dan potensi reproduksi akan berlanjut sampai ajalnya tiba. Untuk semua jenis tikus rumah rata rata seekor tikus betina dapat beranak tiga sampai enam kali atau lebih dalam satu tahun. Rata rata satu kali beranak dirampungkan selama 60 hari. Jumlah anak yang dilahirkan setiap kali berkisar antara 3-12 ekor atau lebih. Kegiatan tikus akan meningkat mulai berumur 2-9 bulan. Rata- rata tikus tidak mampu hidup lebih dari 12 bulan, bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa lama hidupnya sekitar 6 bulan. 4. Tanda Tanda Keberadaan Tikus 5) a. Dropping (Kotoran) Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat atau ruangan yang diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas. Tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak). Makin lama tinja makin keras.

b. Run Ways (Alur Jalan) Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu di suatu tempat disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama. c. Gnawing (Bekas Gigitan) Gnawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan. Tikus dalam aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan, misalnya membuat lubang pada dinding. d. Barrow (Lubang Terowongan) Barrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus, seperti dinding, lantai, perabotan dan lain lain. 5. Hubungan Tikus dengan Kehidupan Manusia 1) Tikus dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia sehari hari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun gangguan dan kerugian yang diakibatkan oleh tikus antara lain: a. Menimbulkan Kerugian Ekonomi Tikus memakan bahan makanan manusia padahal bahan makanan tersebut siap untuk dikonsumsi manusia, untuk memenuhi kebutuhan sehari hari manusia memproduksi bahan makanan lagi. Sedangkan untuk memproduksi bahan makanan kita membutuhkan waktu dan dana. Dana yang tadinya untuk memenuhi kebutuhan yang lain dialokasikan untuk memproduksi bahan makanan lagi. b. Menimbulkan Kerusakan pada Perabot Rumah Tangga Tikus merupakan binatang pengerat, biasa mengasah giginya dengan menggigit benda benda yang keras seperti almari, jendela, pintu dan sebagainya. Selain itu juga sering merusak barang barang lainnya seperti buku, pakaian, dan perabot lainnya. c. Menimbulkan Masalah Kesehatan Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai Rodent Borne Disease. Penyakit penyakit yang tergolong Rodent Borne Disease antara lain penyakit pes, leptospirosis, scrup typhus, murine typhus, ratbite fever.

6. Upaya Pengendalian Tikus 1) Adapun upaya upaya pengendalian tikus sebagai berikut : a. Secara Mekanik atau Fisik Misalnya dengan memasang perangkap tikus, di daerah daerah yang dicurigai adanya tikus, misalnya pada tempat tikus lewat, di depan sarang tikus, dan lain lain. Umumnya di dalam perangkap tikus dipasang umpan, yakni sesuatu yang merangsang tikus untuk datang menghampiri. b. Secara Kimia Zat kimia yang dipergunakan untuk pengendalian tikus, umumnya bersifat racun, seperti arsenic, trioxid, barium carbonat, zinc phosphat serta red squil, atau ada pula yang bersifat antigulan seperti warfarin,dan pival, tikus yang memakannya dalam waktu antara 4 7 hari akan mati. Pemberian zat kimia dapat pula dilakukan dalam bentuk asap dan ini disebut fumigasi. Zat kimia yang biasa dipakai untuk fumigasi adalah Methyl bromida, carbon tetra chlorida dan HCN. Pengendalian tikus dengan cara fumigasi dipandang amat berhasil, apabila tikus tidak dapat menghindarkan diri, misalnya dengan jalan menyemprotkannya ke dalam sarang tikus. c. Secara Biologi Yaitu dengan memelihara musuh musuh tikus, seperti kucing, dan anjing. Cara ini tentu saja tidak efisien, terutama jika berhadapan dengan jumlah tikus yang banyak. d. Secara Kultural Yaitu berusaha mengubah kebiasaan hidup yang menguntungkan tikus. Misalnya selalu menjaga kebersihan, tidak membiarkan sisa sisa makanan berserakan, membuat rumah yang rapat, sehingga tidak mungkin tikus masuk (rat proof), atau menghilangkan tempat tempat yang terlindung dan yang gelap, karena tempat seperti ini disenangi tikus untuk tempat tinggal atau bersembunyi. B Tinjauan Umum Pinjal 1. Morfologi Pinjal 6)

Pinjal mempunyai panjang 1,5 4,0 mm, yang jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Kedua jenis kelamin yang dewasa menghisap darah. Pinjal mempunyai kitin yang tebal. Kepalanya lekuk tempat antena yang bersegmen disimpan. Tiga segmen thoraks dikenal sebagai pronotum, mesonotum dan metanotum (metathoraks). Segmen yang terakhir tersebut berkembang, baik untuk menunjang kaki belakang yang mendorong pinjal tersebut saat meloncat. Di belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat sebaris duri yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal. Sedangkan tepat di atas alat mulut pada beberapa jenis terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir lainnya, yaitu ktenedium genal. Duri duri tersebut sangat berguna untuk membedakan jenis pinjal. Pinjal betina mempunyai sebuah spermateka seperti kantung dekat ujung posterior abdomen sebagai tempat untuk menyimpan sperma, dan yang jantan mempunyai alat seperti per melengkung, yaitu aedeagus atau penis berkitin di lokasi yang sama. Kedua jenis kelamin memiliki struktur seperti jarum kasur yang terletak di sebelah dorsal, yaitu pigidium pada tergit yang kesembilan. Fungsinya tidak diketahui, tetapi barang kali sebagai alat sensorik. 2. Ekologi Pinjal 7) Kehidupan pinjal dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: a. Suhu dan Kelembaban Perubahan periodik kondisi cuaca atau iklim biasanya diikuti fluktuasi suhu dan kelembapan udara. Perkembangan setiap jenis pinjal mempunyai variasi musiman yang berbeda beda. Udara yang kering mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup pinjal. Suhu dalam sarang tikus lebih tinggi selama musim dingin dan lebih rendah selama musim panas daripada suhu luar. Suhu di dalam dan di luar sarang memperlihatkan bahwa suhu di dalam sarang cenderung berbalik dengan suhu luar. b. Cahaya Beberapa jenis pinjal menghindari cahaya (fototaksis negatif). Pinjal jenis ini biasanya tidak mempunyai mata, sebaiknya pinjal yang bersifat fototaksis positif memiliki mata. Pada sarang tikus yang kedalamannya dangkal populasi tidak akan ditemukan karena sinar matahari mampu

menembus sampai dasar liang. Sedangkan pada sarang tikus yang kedalamannya lebih dalam dan mempunyai jalan yang berkelok, sinar matahari tidak dapat menembus sampai ke dasar liang. Sehingga pada sarang tikus ini banyak ditemukan pinjal. c. Parasit Bakteri Yersinia pestis di dalam tubuh pinjal merupakan parasit pinjal yang mempengaruhi umur pinjal. Pinjal yang mengandung bakteri pes pada suhu 10 15 0 C hanya bertahan hidup selama 50 hari, sedangkan pada suhu 27 0 C bertahan hidup selama 23 hari. Pada kondisi normal bakteri pes akan berkembang cepat, kemudian akan menyumbat alat mulut pinjal, sehingga pinjal tidak bisa menghisap darah dan akhirnya mati. d. Predator Predator pinjal alami merupakan faktor penting dalam menekan populasi pinjal di sarang tikus. Beberapa predator seperti semut dan kumbang kecil telah diketahui memakan pinjal pradewasa dan pinjal dewasa. 3. Biologi Pinjal a. Daur Hidup Pinjal 4) Pinjal termasuk serangga Holometabolaus/ metamorfosis sempurna karena daur hidupnya melalui 4 stadium yaitu: telur larva-pupa dewasa. Pinjal betina bertelur diantara rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 3 18 butir. Pinjal betina dapat bertelur 2 6 kali sebanyak 300 400 butir selama hidupnya. Telur pinjal berukuran 0,4 0,5 mm, bentuk oval, berwarna putih, saat akan menetas berwarna kuning kecoklatan. Karena telur tersebut kering, maka mudah jatuh dari inang saat melakukan aktifitasnya seperti sarang, lantai, karpet dan lain lain. Telur pinjal akan menetas menjadi larva pada suhu antara 18 0 C 27 0 C dan kelembaban 75 80 % setelah 2 12 hari. Larva berubah menjadi kepompong 9 12 hari dan mengalami ganti kulit 2 kali. Larva akan membungkus dirinya dengan bahan organik yang ada di sekitarnya untuk membentuk kokon.

Daur hidup pinjal secara normal berkisar antar 2 3 minggu, pada kondisi yang kurang sesuai seperti suhu tinggi dan kelembaban rendah. Daur hidup pinjal akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan seluruh tahap atau stadium perkembangannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih. b. Makanan Pinjal 7) Pinjal pra dewasa mempunyai struktur mulut, organ anatomi dan fisiologi yang sangat berbeda dengan pinjal dewasa. Sehingga jenis makanan yang dikonsumsi juga berbeda. Makanan larva pinjal terdiri dari bahan bahan organik yang ada di sekitarnya, seperti darah yang dikeluarkan melalui organ ekskresi pinjal (anus), bahan organik yang kaya akan protein dan vitamin B. Bila bahan bahan makanan tersebut terpenuhi, maka larva pinjal akan tumbuh secara maksimum. Pinjal, baik jantan maupun betina merupakan serangga penghisap darah. Bagi pinjal betina darah diperlukan untuk perkembangan telur. Pinjal akan sering menghisap darah di musim panas daripada di musim penghujan atau dingin, karena di musim panas pinjal cepat kehilangan air dari tubuhnya. 4. Jenis Pinjal 6) Insekta ini termasuk ordo Siphonapthera. Nama tersebut berarti bahwa mereka makan dengan menyifon (yaitu menghisap) darah. Pinjal dibagi dalam 6 genus yaitu: a. Genus Ctenocephalides Ctenocephalides adalah pinjal yang umum pada anjing dan kucing. Pinjal ini juga menggigit hewan lain termasuk sapi dan manusia dan sebagai induk semang antara cacing pita anjing (Dipylidium caninum) dan cacing filaria anjing (Dipetalonema reconditum). b. Genus Echidnophaga Echinophaga adalah pinjal lekat unggas,. Pinjal ini dapat juga menyerang anjing, kucing, mamalia lain dan bahkan manusia. Pinjal ini berbeda dari kebanyakan pinjal lain oleh karena pinjal tersebut meloncat bila diganggu. c. Genus Pulex

Pulex irritans adalah pinjal manusia. Pinjal ini umum terdapat di California dan kadang kadang terdapat di kandang kandang ayam. Pinjal tersebut dapat menyerang banyak hewan lain, termasuk babi, anjing, kucing, dan tikus. Pinjal ini membawa tifus endemik. d. Genus Nosopsyllus Nosopsyllus fasciatus adalah pinjal tikus umum di daerah beriklim sedang. Pinjal tersebut menyerang banyak hewan lain tetapi tidak selalu menggigit orang. e. Genus Xenopsylla Xenopsylla cheopis adalah pinjal tikus tropis. Pada tikus pinjal ini lebih umum daripada Nosopsyllus fasciatus di negara tropis dan banyak menyerang orang. Pinjal ini sangat penting karena menularkan pes (disebabkan kuman Pasteurella pestis) dari tikus kepada manusia. Bakteri tersebut berkembang biak di dalam proventikulus pinjal sampai dapat memenuhinya. Kemudian bila pinjal terinfeksi menggigit korban lain, pinjal tersebut tidak dapat menghisap darah tetapi memuntahkan bakteri ke dalam luka. Pinjal ini juga menularkan thyphus endemik (disebabkan oleh Rickettsia typhi) dari tikus kepada manusia. X. cheopis merupakan pinjal kosmopolitan atau synanthropic murine rodent yang mempunyai ciri ciri pedikel panjang, bulu antepidigidal panjang dan kaku, receptakel seminalis besar dan berkitin dengan sudut ekor meruncing. f. Genus Tungau Tungau penetrans adalah pinjal pasir. Pinjal ini merupakan pinjal yang terdapat di negara negara tropik dan sub tropik, pinjal ini sering ditemukan pada orang orang yang bekerja sebagai penjelajah di negara-negara tropis terutama di dataran Asia. 5. Interaksi Tikus dan Pinjal 8) Tikus dan pinjal berinteraksi secara ektoparasit obligate sementara. Dalam interaksi ini pinjal dewasa selalu hidup menempel pada permukaan tubuh inang,

sedangkan stadium pra dewasa tumbuh terlepas dari inangnya. Interaksi ini lebih bersifat leluasa, tidak seperti kutu (Anoplura) yang menetap selama hidupnya di tubuh tikus. Evolusi interaksi pinjal dan inang, tampaknya berhubungan dengan faktorfaktor lingkungan inang, faktor inang sebagai habitat pinjal (rambut, bulu, dan macam bulu atau rambut), adaptasi fisiologi dan kemampuan untuk menyebar, isolasi serta spesifikasi. Beberapa jenis pinjal cenderung mempunyai kesamaan struktur dengan inangnya. Pinjal yang mempunyai mata dan thoraks mereduksi dengan kaki yang lebih cocok untuk merangkak daripada melompat, banyak ditemukan pada kelelawar, sedang pinjal yang matanya berkembang baik pada umumnya ditemukan pada binatang diurnal seperti bajing tanah dan burung. Beberapa jenis pinjal lainnya menempel kuat dan lama pada kulit inang sampai kenyang darah seperti cara makan caplak. Jenis pinjal tertentu menembus kulit inang sampai lapisan epidemis, sehingga menyebabkan kulit dapat bengkak, karena berisi pinjal yang kenyang darah. Istilah inang sejati (true host) sering digunakan untuk menandai suatu inang tunggal atau inang pilihan yang dianggap paling utama jika seandainya sutu jenis pinjal menempati beberapa jenis inang. Inang utama yaitu inang yang cocok atau sesuai untuk kelanjutan reproduksi pinjal dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Istilah ini dipakai untuk mengungkapkan hubungan asal nenek moyang. Pada umumnya pinjal menyukai mamalia yang hidup di dalam sarang, lubang dan gua yang terinfeksi pinjal. Mamalia yang membuat sarangnya terbuka atau tidak terlindung dan terkena sinar matahari tidak disukai oleh pinjal, namun beberapa jenis pinjal ditemukan hidup parasit pada penguin dan burung laut yang sarangnya berada di pantai atau di pulau-pulau terpencil tanpa pepohonan. Pinjal pada umumnya ditemukan pada mamalia ordo Monotremata, Marsupialia, Insektivora, Chiroptera, Edentata, Pholidota, Lagomarpha, Rodentia, Carnivora, Hyracoidea dan Astiodaetyla, tetapi jarang ditemukan pada mamalia ordo Dermoptera, Primatia, Tubii dentata, Proboscidia, atau Perissodactyla. 6. Indeks Umum Pinjal 8,9)

Kepadatan pinjal pada tubuh tikus biasa disebut dengan Indeks Umum Pinjal, yaitu untuk mengetahui kepadatan investasi rata rata dari pinjal yang ditemukan dibagi jumlah total tikus yang tertangkap. Untuk standart keamanan indeks, lebih dari 1 merupakan potensi semakin rendah untuk penyakit pes. Indeks umum pinjal dihitung dengan rumus sebagai berikut: JP IUP = ------- JT Keterangan : IUP : Indeks Umum Pinjal JP : Jumlah total semua jenis pinjal yang diperoleh dari tikus JT : Jumlah total tikus yang tertangkap C Pasar 1. Definisi Pasar 10) Pasar adalah suatu lahan pada lokasi yang ditentukan oleh Kepala Daerah tanpa atau dengan bangunan-bangunan dalam batas-batas tertentu dan dipergunakan para penjual dan pembeli untuk tempat berjual beli dan atau melakukan pekerjaan jasa secara langsung dan atau tidak langsung dalam suatu sistem pengelolaan baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh Pihak Ketiga dan atau kerjasama antara keduanya. 2. Sanitasi Pasar a. Lokasi Pasar 10) Lokasi pasar merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sebuah pasar. Adapun syarat syarat lokasi pasar sebagai berikut: 1). Jauh dari tempat tempat pembuangan sampah umum dan air kotor. 2). Tidak di tempat yang rendah atau rawan banjir 3). Tidak langsung pinggir jalan besar yang sangat ramai dan berdebu. 4). Tidak terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, tetapi cukup strategis. 5). Tidak di pinggir kuburan.

b. Pembagian Tata Ruang Untuk menjamin sanitasi Pasar, faktor yang penting adalah pembagian tata ruang yang sesuai dengan peruntukannya. Hal ini sangat perlu, sebab tempat berjualan ikan atau daging tidak berdekatan dengan rumah makan atau warung-warung ataupun kios pakaian. Yang paling menonjol dalam hal pembagian tata ruang Pasar adalah faktor estetika. c. Persediaan Air Air merupakan kebutuhan Pasar yang sangat penting dan umumnya air digunakan untuk mencuci bahan makanan, mencuci lantai, membersihkan WC, dan keperluan keperluan di Warung atau Restoran. Sumber air untuk masak dapat diperoleh dari air ledeng maupun air sumur dan tidak diperbolehkan dari air sungai. d. Pembuangan Sampah dan Air Kotor Sampah dan air kotor merupakan masalah yang penting bagi pasar dan kadang kadang tidak dapat diatasi. Seringkali sampah menumpuk di pasar menunggu untuk diangkut. Selain itu, juga tidak jarang pasar becek karena pembuangan air kotor yang tidak memperhatikan dan tidak diatur dengan semestinya. Pembuangan air dari bangunan bangunan khusus dan WC harus dialirkan ke dalam septic tank, sedangkan untuk pembuangan air dan bangunan bangunan lainnya dapat dialirkan ke septic tank atau langsung ke saluran air umum (selokan). e. Tempat Parkir Kendaraan Bermotor Tempat parkir berhubungan dengan kesehatan karena asap mobil yang keluar dari knalpot. Apabila tempat parkir terlalu dekat dengan para pedagang, maka akan terpapar terus dengan asap yang mengandung bahan bahan kimia yang keluar dari knalpot. Misalnya CO, HC, Pb. Bahan kimia tersebut akan bisa terkumpul di tubuh manusia dan akan menyebabkan gangguan fungsi dari tubuh manusia. 3. Hubungan Pasar dengan Kesehatan Masyarakat

Pasar mempunyai peranan penting yang berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu: a. Pasar dapat menjadi sumber perkembangan vektor vektor penyakit, terutama pada pasar yang kebersihannya kurang diperhatikan (pembuangan sampah, air kotor dan lain- lain). b. Pasar merupakan tempat yang paling baik untuk penularan penyakit dari orang ke orang. c. Pasar yang tidak memperhatikan letaknya, misalnya di daerah rawa, daerah banjir akan mengakibatkan permukaan tanah senantiasa berair dan becek. Hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan bagi para penjual dan pengunjung maupun barang dagangan yang dijual terutama bahan makanan. D Kerangka Teori Faktor Lingkungan - Sanitasi - Sampah sisa makanan Faktor Fisk -Suhu dan kelembaban -Cahaya Faktor Biologi - Parasit - Predator Populasi tikus - Kepadatan pinjal - Jumlah pinjal

Indeks Pinjal Sumber: Adang Iskandar (1985), Ristiyanto (1999) Mukono. (2000) E Kerangka konsep Variabel Bebas Lokasi penangkapan tikus (Pasar Peterongan dan Pasar Wonodri) Variabel Terikat - Indeks pinjal pada tikus