DASAR-DASAR JURNALISME

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I KETENTUAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DASAR DASAR JURNALISTIK

Etika Jurnalistik dan UU Pers

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

KODE ETIK JURNALISTIK

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

PERKEMBANGAN HUKUM MEDIA DI INDONESIA. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

Teknik Reportase dan Wawancara

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

PENTINGNYA PENGUASAAN BAHASA INGGRIS DALAM KEGIATAN JURNALISTIKDI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA (LPP-RRI) JEMBER

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RANTAU TV (RAN TV) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

HUKUM PERS ANDRYAN, SH., MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

PERKEMBANGAN JURNALISTIK

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENULISAN BERITA TELEVISI

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

CACAT KODE ETIK JURNALISTIK PADA TV ONE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Doli Nirwansyah, 2014

Pengertian Hukum Dalam Arti Luas : Semua peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis Dalam arti Sempit : Peraturan perundang-undangan yang tertulis


2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

J U R N A L I S T I K. Oleh : NUR YASIN SHIROTOL MUSTAQIM Pegawai Subbag Hukmas & KUB Kanwil Kemenag Prov. Jatim

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SEJARAH KOMUNIKASI MASSA

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

UU NO 40 TAHUN 1999 SEBAGAI ALAT ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN JURNALIS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. agama. Media massa merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

Transkripsi:

DASAR-DASAR JURNALISME Wartawan perlu memahami dasar-dasar dan asal ilmunya Abad modern: Masyarakat tak dapat dilepaskan dari JURNALISTIK dan PERS. Para ahli menyamakan: PERS dengan UDARA Udara sangat dibutuhkan manusia. Manusia modern tak dapat hidup tanpa suguhan INFORMASI PERS

Apakah JURNALISTIK itu? Menurut kamus: Jurnalistik sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan menulis untuk surat kabar, majalah atau berkala lainnya. Disamakanan: Jurnalistik sama dengan Pers, surat kabar atau majalah. Sebab, Media tercetak dianggap paling tua. Menurut asal kata: Jurnalistik berasal dari Journal atau Du jour berarti Hari. Artinya, segala berita atau warta sehari itu termuat dalam lembaran yang tercetak.

Asal surat kabar : Kemajuan teknologi: Ditemukan mesin cetak surat kabar sistem silinder (rotasi) ACTA DIURNA terbit di zaman Romawi. Berita-berita dan pengumuman ditempelkan atau dipasang di pusat kota di kala itu disebut FORUM ROMANUM Dari sini muncul istilah: Pers. Ada yang menyamakan: Jurnalistik dengan Pers Apa pula istilah KOMUNIKASI? Awal abad ke-20 ditemukan Radio. Jenis media massa baru ini dapat lebih cepat menyampaikan pesan. Radio awalnya hanya untuk hiburan dan promosi. Dikembangkan untuk sampaikan beritaberita secara lebih cepat dan mencapai jarak jauh.

Dari sini muncul istilah Jurnalistik radio (radio journalism, broadcasting journalism) Berikutnya ditemukan film. Berita film, tak hanya memuat gambar, juga sekaligus suara. Sekitar tahun 30-an sampai 50-an, berita film (movie news) menjadi terkenal. Kemajuan selanjutnya ditemukan Televisi. Muncul istilah Jurnalistik elektronika (electronics journalism). Istilah untuk media radio dan televisi sering disebut media elektronik (electronic media). Dalam bidang hukum pers, digunakan pula istilah pers dalam arti luas. Artinya, tidak hanya mencakup media tercetak (surat kabar dan majalah), juga radio dan televisi. Berbagai penemuan baru di bidang penyampaian pesan dan berita, dipergunakan istilah komunikasi. Istilah ini mencakup lebih luas, meliputi segala aspek dan proses penyampaian pesan. Medianya pun dikenal istilah media massa yakni saluran untuk menyampaikan pesan yang dapat mencapai jumlah massa yang besar dan heterogen.

Pengertian jurnalistik abad modern: Apa arti istilah Komunikasi massa? Kegiatan untuk menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media tercetak atau media elektronik seperti radio, televisi dan film. Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan saluran media massa. Di abad modern, komunikasi massa menjadi industri raksasa, baik di bidang penerbitan, penyelenggaraan siaran radio dan televisi maupun perusahaan-perusahaan lain yang menunjang kegiatan komunikasi massa. Contoh; - perusahaan iklan, - pusat-pusat produksi siaran - perusahaan-perusahaan yang menjual jasa penelitian.

Ciri-ciri pada komunikasi massa: Umumnya komunikasi massa bersifat komunikasi searah. Menyajikan rangkaian dan aneka pilihan yang luas, baik ditinjau dari khalayak yang akan dicapai maupun dari segi pilihan isi oleh khalayak media massa. Sifat media massa menjangkau sejumlah besar khalayak yang tersebar, karenanya jumlah media lebih sedikit daripada khalayaknya. Karena sifatnya untuk menarik perhatian khalayak luas dan besar, maka ia harus dapat mencapai tingkat intelek rata-rata (umum). Organisasi yang menyelenggarakan komunikasi massa merupakan lembaga masyarakat, yang harus peka terhadap lingkungannya. Apakah fungsi Pers? Para ahli: tiga fungsi utama pers 1. Memberikan informasi 2. Memberikan hiburan 3. Melaksanakan kontrol sosial

Abad modern, perlu ditambah dua fungsi: 4. Memberikan pendidikan 5. Alat kepentingan pelaku usaha untuk beriklan dan promosi. Media massa cetak, sudah tamat, muncul Cybermedia? Kemajuan teknologi komunikasi mendorong percepatan media massa, terutama media elektronika. Kedudukan wartawan (di Indonesia) dulu didominasi media cetak, kini sudah tamat. Prof. Brian Brooks (ceramah, Jakarta, Februari 2000): Kini tak ada lagi wartawan media cetak, wartawan media elektronik, wartawan internet. Yang ada adalah wartawan menghasilkan produk yang relevan terhadap perubahan pasarnya, yakni minat pembaca dan pengiklan.

Sebutan wartawan menjadi sangat meluas, meski medianya tak melalui proses percetakan. Jurnalisme masa kini, lebih diramaikan oleh wartawan media internet atau cyber-media. Muncul persaingan antarpers. Tak cukup berita lempang (straight news), juga isi lainnya: Interpretative reporting (berita diberi interpretasi atau diuraikan/dirinci). Indepth news (berita pendalaman) Investigative news (berita investigasi) Artikel atau Jurnalistik Sastra (gabungan keterampilan membuat berita interpretatif dengan penulisan karya fiksi. Sekilas pers Indonesia: Zaman Belanda sampai pascakemerdekaan ( 45-49) disebut Pers Perjuangan. Dasarnya: Nasionalisme yang kuat Wartawan sebagai politikus, dan sebaliknya. Solidaritas antarwartawan sangat erat.

Kedudukan wartawan menjadi primadona: Pemilik/penerbit pers juga menjadi pemimpin umum dan terbanyak sekaligus menjadi pemimpin redaksi. Muncul para wartawan terkenal, baik karena prestasi maupun kepemimpinan dalam penerbitannya. Pematuhan terhadap etika profesi tinggi. Pers pascareformasi (1998-sekarang) Pers tanpa ijin terbit dan dijamin tak ada lagi pembredelan. Pers sebagai industri harus bersaing secara ketat. Idealisme menjadi kabur, motivasi penerbitan pers yakni aspek bisnis. Kedudukan wartawan bukan lagi primadona, digantikan oleh aspek bisnis. Struktur dan pola manajemen banyak berubah, menempatkan Redaksi di bawah Departemen Pemasaran dan Produksi.

Jurnalisme Modern? Dampak negatif bagi etos kerja wartawan Pengertian modern tak hanya dari perangkat kerasnya, juga lebih penting dalam kinerja dan etos kerja insan pers. Terutama wartawannya. Era globalisasi menjadikan setiap wartawan berkemampuan mengoperasikan komputer. Lebih canggih perangkat-keras komputer tersebut, wartawan harus bisa mengikutinya. Informasi dari jaringan internet (web-net), menjadikan wartawan banyak tergantung dari informasi melalui internet. Manjadilah jaringan itu merupakan media massa tersendiri, yakni Cyber Net atau Koran jaringan komputer. a. Ketergantungan pada cyber-media/cyber-net. b. Informasi yang dibawa cyber-media itu - belum tentu akurat, apalagi jujur dan seimbang. c. Wartawan sudah memasuki alam insan global dan rasa kebangsaan, budaya dan norma bangsa sendiri bertambah luntur karena telah menjadi manusia internasional. d. Teknologi komunikasi canggih merupakan produk untuk komersialisasi produsennya, sekaligus bawa pesan-pesan sosial, politik dan budaya Negara-negara produsennya.

Apa arti wartawan Profesional? Mengindahkan prinsip-prinsip: Etika atau etis Memiliki komitmen terhadap kepentingan umum Tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk tujuan pribadi. Jurnalisme Alkohol? Jurnalisme yang tidak berdasarkan kebenaran tetapi hanya isapan jempol. Jurnalisme Kuning? Surat kabar atau majalah yang dengan sengaja mengexploitasi sesuatu untuk merebut perhatian dan minat pembaca dengan muslihat yang membangkitkan emosi tanpa disertai fakta.

Jurnalisme partisan melahirkan pers opini Jurnalisme Partisan? Penyokong suatu partai atau pengikut setia atau pejuang gerilya. Banyak terdapat di Negara Eropa dan terutama Negara komunis. Disebut juga jurnalisme ideologis. Tujuannya: Menghimpun satu khalayak yang mendukung sudut pandangannya. Menafsirkan soal-soal umum dari sudut pandangan itu. Mengumpulkan informasi untuk menerangkan dan mengkhususkan penafsiran itu.

Jurnalisme Liberal? Jurnalisme Liberal melahirkan pers informasi (news-paper). Berarti pers yang bebas, tidak picik. Orang berpaham bebas dan menyokong kemajuan serta pembaruan, tetapi menentang hak istimewa. Terdapat di Negara-negara berbahasa Inggris seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia dll. Ciri-ciri Pers Liberal: Preokupasi atau keasyikan dengan fakta-fakta dan peristiwa. Sikap masabodoh terhadap sudut pandang ideologis. Mengimbau serta khalayak universal atas dasar nonpolitik. Pers Liberal bertujuan: Melakukan pengawasan terhadap tindak-tanduk pemerintah. Sebebas-bebasnya Pers Liberal,ia tidak leluasa untuk memfitnah, menyiarkan tulisan cabul atau menghasut.

Berkembang abad 17 dan 18, akibat revolusi industri dan perubahan besar di dalam pemikiran-pemikiran masyarakat di Barat. Pers harus punya kebebasan seluas-luasnya untuk membantu manusia dalam usaha mencari kebenaran. Kebebasan pers menjadi ukuran atas kebebasan yang dimiliki setiap manusia. Pers Otoriter? Tugasnya: Mendukung dan membantu politik pemerintah yang berkuasa. Mengabdi kepada Negara. Kritik terhadap alat-alat Negara dan penguasa dilarang. Sistem tertua di antara 4 sistem pers di dunia. Lahir abad 15-16, di masa pemerintahan otoriter (kerajaan absulut). Media massa berfungsi menunjang Negara (kerajaan) dan pemerintahan dengan kekuasaan untuk memajukan rakyat. Sistem ini sepenuhnya berada di bawah pengawasan pemerintah.

Pers Totaliter Komunis? Dimiliki oleh Negara bertujuan: Kritik terhadap partai dan tujuan-tujuannya dilarang. Menyukseskan dan melestarikan sistem sosialis Soviet dan terutama kediktatoran partai. Berkembang awal abad 20, akibat dari sistem komunis di Uni Soviet. Mendasarkan pada teori Karl Marx tentang perubahan sosial yang diawali oleh teori dialektika Hegel. Menurut teori komunis, media massa merupakan alat pemerintah (partai) dan bagian integral dari Negara. Media massa harus tunduk pada pemerintah dan control dari pemerintah atau partai.

Pers Indonesia era Reformasi? Gong kemerdekaan pers di era reformasi ditandai pencabutan dua Permenpen dan empat SK Menpen pada 5 Juni 1998 oleh Menpen M. Yus Yosfiah. Kedua Permenpen dan keempat SK Menpen itu dinilai sebagai membelenggu kebebsan pers. Lahir banyak surat kabar, majalah dan tabloid. Wilayah penyebaran SIUPP meluas. Konsentrasinya tak hanya di kotakota besar, juga bertebaran sampai ke kota kabupaten dan beberapa kota kecamatan. Lahir pers lokal (community newspaper) Era wadah tunggal juga berakhir. Terbuka peluang bagi masyarakat untuk mendirikan organisasi pers di luar PWI, SPS dan SGP. Sampai 2002, oraganisasi wartawan meningkat mencapai hampir 40 organisasi. Kini organisasi wartawan yang masih aktif tinggal 29 oraganisasi.

Pers kebablasan? Seperti kuda lepas dari kandangnya. Pers Indonesia meloncat-loncat, berlari tanpa arah dan mendengus-dengus ke mana saja. Melahirkan jenis-jenis pers yang aneh. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (UU Pers) prinsip dasar : Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan siaran (pasal 4 ayat 2). Pers mempunyai hak mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi (pasal 4 ayat 3). Pers wajib menghomati norma agama, kesusilaan masyarakat dan asas praduga tak bersalah (pasal 5 ayat 1). Pers dilarang mengiklankan narkoba, peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok (pasal 13 ayat a dan b).

Peranan pers nasional (pasal 6): Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan hak asasi manusia serta menghormati kebhinekaan. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap halhal yang berkaitan dengan kepentingan umum. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Perlindungan hukum (pasal 8) Dalam menjalankan tugasnya wartawan mendapat perlindungan hukum. Perlindungan menjalankan UU (pasal 50 KUHP): Barang siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan perundangundangan, tidak boleh dihukum. `

Hukuman bagi pelanggar UU: 1. Bagi pers yang melanggar prinsip dasar (pasal 5 ayat 1 dan pasal 13 ayat a dan b) didenda paling banyak Rp500 juta. 2. Bagi pihak di luar pers yang melanggar prinsip dasar (pasal 4 ayat 2 dan 3) dihukum penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp500 juta. Jakarta, 19 Januari 2007 E. SOEBEKTI Pelatih Nasional PWI Pusat