KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO)

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK KESELAMATAN RADIASI TEMPAT PENYIMPAN BAHAN BAKAR TERIRRADIASI DI BULKSHIELDING

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir

ANALISIS TERMOHIDROLIK TEMPAT PENYIMPANAN BAHAN BAKAR DI BULK SHIELDING MENGGUNAKAN CFD FLUENT

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGUKURAN TEBAL KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF PADA PERMUKAAN TANAH SECARA IN SITU MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

SIMULASI PENGUJIAN KEKUATAN MEKANIK WADAH BAHAN BAKAR PADA BULK SHIELDING REAKTOR KARTINI MENGGUNAKAN CATIA V5 R20

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

PENGARUH PENGOPERASIAN REAKTOR TRIGA 2000 TERHADAP KONTAMINASI PERMUKAAN RUANG REAKTOR MENGGUNAKAN METODE SMEAR TEST

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Gambar 17. Paparan kolektif selama dekomisioning reaktor riset: (a) reaktor daya; dan (b) reaktor energi terintegrasi

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

PENGUKURAN DAN EVALUASI TINGKAT PAP ARAN RADIASI EKSTERNAL DI REAKTOR KARTINI

PEMODELAN DOSIS NEUTRON DAN GAMMA DI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

ANALISIS DOSIS RADIASI PADA KOLAM AIR IRADIATOR GAMMA 2 MCi MENGGUNAKAN MCNP

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INTERIM STORAGE-1 SELAMA PERIODE

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

PEMETAAN DOSIS RADIASI GAMMA DI FASILITAS KALIBRASI PTNBR UNTUK SUMBER 60 Co 400 GBq DENGAN MCNP5

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

ANALISIS LAJU DOSIS GAMMA DI PERMUKAAN KOLAM REAKTOR TRIGA 2000 SEBAGAI FUNGSI TINGGI AIR PENDINGIN PRIMER

KARAKTERISTIK BERKAS PADA BEAM PORT TEMBUS DAN SINGGUNG REAKTOR KARTINI

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

Dengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk

PENENTUAN FAKTOR KOREKSI DOSIS RADIASI ELEMEN BAKAR BEKAS RSG-GAS Ardani *)

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

ASPEK SAFEGUARD DAN PROTEKSI FISIK FASILITAS PERANGKAT SUBKRITIK SAMOP

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR

Suparno, Anda Sanusi - PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADlOGRAFllr-192 MENGGUNAKAN PERSAMAAN DOSIS RADIASI

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTU DAN PENAMPIL WAKTU INDIVIDU DALAM DAERAH RADIASI

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI INTISARI

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

ANALISIS PERHITUNGAN BERAT KONTAINER SUMBER Ir-192 AKTIVITAS 10 Ci UNTUK BRAKITERAPI HDR

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

PERHITUNGAN KETEBALAN BAHAN PERISAI Pb SEBAGAI KONTAINER ISOTOP Ir-192 UNTUK BRAKITERAPI MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

PRIMA Volume 3, Nomor 6, November 2006 ISSN

ANALISA FLUKS NEUTRON PADA BEAMPORT

PEMANTAUAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA SISI OPERASI DAN INTERVENSI HOTCELL INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

Studi Cacahan Radiasi Sr-90 dan Am-241 untuk Beberapa Filter Rokok Komersial Menggunakan Detektor Geiger-Muller

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS

PENGUKURAN DOSIMETER PERORANGAN PEKERJA RADIASI PUSAT REAKTOR SERBA GUNA TAHUN Yanni Andriani, Elfida Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

ANALISIS KESELAMATAN KRITIKALITAS LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN MCNP5

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PELURUHAN RADIOAKTIF

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

Transkripsi:

KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO) Mahrus Salam, Supriyatni dan Fajar Panuntun, BATAN jl Babarsari Po box 6101 ykbb email: mahrus.salam@batan.go.id ABSTRAK KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI RUANG REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO). Dalam pengoperasian fasilitas nuklir terdapat istilah kondisi batas operasi (KBO) yang merupakan nilai batas maksimal yang ditetapkan secara administratif untuk memastikan instalasi nuklir tetap operasi dengan selamat atau dengan kata lain masih diizinkan. Telah dilakukan perhitungan laju paparan radiasi pada lima titik pengukuran (50 cm diatas permukaan air, bulk shielding, dek reaktor, coloumn thermal dan sub kritik) dan nilai hasil perhitungan tersebut dipergunakan untuk pembanding (benchmarking) Kondisi Batas Operasi (KBO) untuk paparan radiasi reaktor Kartini pada kondisi operasi normal. Nilai laju paparan diperoleh dengan memperhitungkan atenuasi yang dihasilkan dari penahan radiasi yang ada. Dari hasil perhitungan yang diperoleh, nilai laju paparan gamma pada 5 lokasi pengukuran yaitu laju paparan gamma untuk lokasi pengukuran 50 cm diatas permukaan air sebesar 96,91mR/jam (KBO < 100 mr/jam), pada Bulk Shielding sebesar 1,70 mr/jam (KBO< 2,5 mr/jam), pada dek reaktor sebesar 5,72 mr/jam (KBO< 10 mr/jam), pada termal kolom (Column Therma)l sebesar 2,73mR/jam (KBO< 10 mr/jam) dan pada perangkat sub kritik sebesar 1,14 mr/jam (KBO< 2,5 mr/jam). Nilai laju paparan pada 5 lokasi pengukuran laju paparan gamma lebih kecil dari nilai KBO maka penggunaan nilai KBO untuk kondisi operasi normal masih dapat dipergunakan. Kata kunci: KBO, laju paparan, proteksi radiasi. ABSTRACT STUDY OF RADIATION EXPOSURE RATE ON THE MEASUREMENT POINTS IN KARTINI REACTOR HALL AS BASED TO DETERMINE OPERATION SAFETY PARAMETERS (KBO). In the operation of nuclear facility there are safety parameters, which is the value of the conservatively maximum limit to ensure that all of the uncertainty in the analysis of facility operations safety have been considered, such as uncertainty of measurement, response time and uncertainty calculation tool, and is get a long to others value of normal operating condition limits, in other words, there are still allowed or permitted. Calculation of the radiation exposure rate on five measurement points (50 cm above the water surface of reactor pool, above interim storage (bulk shielding), reactor deck, thermal coulomn and sub critical facility) and to be compared to the operation safety parameters (KBO) of Kartini reactor. The exposure rate value is obtained by calculating the source term of radioactivity on the core, attenuation resulting from the radiation shielding and measurement distance. From the calculation obtained that the value of gamma exposure rate of 50 cm above the water surface of reactor pool is 96.91 mr/hr (KBO <100 mr / hr), on the deck of Bulk Shielding amounted to 1.70 mr / h (KBO <2.5 mr / hr), on the reactor deck amounted to 5.73 mr/hr (KBO <10 mr / hr), on the Thermal Coloumn amounted to 2.73 mr/hr (KBO <10 mr / hr) and on the sub critical facility amounted to 1.148 mr/hr (KBO <2.5 mr/hr). The value of gamma exposure rate at 5 locations measurements are still less than the operation safety parameters (KBO), it means that the reactor is safe to be operated. Keywords: safety parameters (KBO), exposure rate, radiation protection PENDAHULUAN D alam pengoperasian fasilitas nuklir terdapat istilah kondisi batas operasi dalam proses (KBO) yang merupakan nilai batas maksimal dimana secara konservatif menjamin bahwa semua ketidakpastian dalam analisis keselamatan operasi fasilitas telah dipertimbangkan, misalnya ketidak pastian pengukuran, waktu respon alat dan ketidakpastian perhitungan, serta tidak bertentangan dengan nilai kondisi batas untuk operasi normal yang lain operasi fasilitas masih diizinkan [1]. Dalam setiap kegiatan, khususnya pada saat reaktor Kartini Mahrus Salam, dkk ISSN 1410 8178 1

dioperasikan, petugas proteksi radiasi melakukan pengukuran paparan radiasi gamma daerah kerja khususnya pada titik titik lokasi tertentu serta ruangan ruangan yang berpotensi mempunyai tingkat radiasi tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar para pekerja radiasi yang bekerja di daerah tersebut tidak menerima dosis radiasi melebihi nilai batas dosis (NBD) yang telah ditetapkan oleh BAPETEN. Dalam rangka untuk mengetahui laju paparan radiasi di lokasi tertentu, maka unsur hasil fisi dan aktivasi dari bahan bakar bahan bakar di reaktor Kartini pada kondisi tertinggi (burn-up maksimum) dipergunakan sebagai suku sumber utama, kemudian dihitung laju paparan di lima titik pengukuan di reaktor Kartini diantaranya yaitu 50 cm diatas permukaan air, fasilitas penyimpan bahan bakar bekas (bulk shielding), dek reaktor, termal kolom (coloumn thermal) dan sub kritik. Unsur radioaktif yang dihasilkan dari hasil fisi bahan bakar dapat memancarkan partikel radiasi dengan daya tembus yang berbeda-beda meliputi partikel alpha, beta ataupun gamma. Partikel gamma memiliki daya tembus dan jangkauan paling besar jika dibandingkan dengan partikel alpha dan beta, sehingga kedua partikel tersebut energinya akan habis sebelum mencapai permukaan atas kolam reaktor Kartini atau di luar dinding. Sifat serap bahan terhadap macam radiasi yang dihadapi juga berbeda, maka jumlah dan jenis bahan penahan radiasi yang diperlukan bergantung pada jenis sumber yang dihadapi. Laju paparan dari pengukuran lima titik ini sudah diatenuasi dengan beberapa material untuk mengurangi pancaran radiasi yang cukup kuat. Dari bahan bakarnya sendiri, unsur hasil fisi yang merupakan unsur radioaktif diatenuasi oleh grafit, stainless steel dan material selongsong bahan bakar dalam teras reaktor. Selain dari bahan bakar material shielding lainnya yaitu air dan beton. DASAR TEORI Laju paparan radiasi berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi paparan radiasi dengan sumber radiasi berupa titik, garis, area (luasan) dan volume. Untuk sumber radiasi gamma berupa titik, besarnya laju paparan dari jarak r meter dari sumber gamma, dinyatakan dengan persamaan: Dengan (1) adalah laju paparan gamma (R/jam), A adalah aktivitas (Ci) dan disebut faktor gamma (R.m 2 /Ci.jam). Besarnya faktor gamma tergantung pada isotop masing-masing. Persamaan di atas hanya berlaku untuk sumber gamma berupa titik, artinya ukurannya dapat diabaikan jika dibandingkan dengan jarak pengamatannya (Tsoulfanidis, 1983). Sedangkan untuk sumber gamma berupa garis sepanjang l, dengan posisi pengamat sejauh r dari sumber seperti terlihat pada Gambar 1, besarnya laju paparan gamma yaitu: (2) Dimana C l adalah aktivitas jenis yaitu aktivitas per satuan panjang (untuk sumber garis) dan l adalah panjang sumber gamma yang diasumsikan sebagai garis [2]. Gambar1. Paparan gamma sumber garis (James, 2000) Dalam keselamatan dan proteksi radiasi, digunakan shielding (perisai) terhadap sumber radioaktif agar laju paparan yang dihasilkan oleh sumber radioaktif tidak seluruhnya menyebar ke lingkungan. Dengan meletakkan material tertentu dengan ketebalan x di sekitar sumber radioaktif, maka tingkat paparan akan menurun secara eksponensial sesuai persamaan: (3) Dimana setelah dishielding, adalah laju paparan kondisi akhir adalah paparan awal dari sumber radioaktif, µ disebut koefisien atenuasi linier dalam satuan 1/satuan tebal material shielding [2]. Besarnya koefisien atenuasi linier suatu material dapat dinyatakan dengan konsep half value layer (HVL) yaitu suatu nilai ketebalan bahan yang menyebabkan nilai laju paparan setelah melewati bahan tersebut menjadi setengahnya. Nilai HVL bergantung pada energi gamma yang dilepaskan oleh sumber radioaktif. Hubungan antara keduanya dinyatakan sebagai berikut: (4) TATA KERJA Dilakukan pengumpulan data dimensi reaktor Kartini meliputi fasilitas-fasilitas eksperimen yang ada, teras reaktor, dimensi bahan bakar, HVL (half 2 ISSN 1410 8178 Mahrus Salam, dkk

value layer) dan tebal dari bahan penahan radiasi di Reaktor Kartini. Dilakukan perhitungan jarak antara detektor radiasi yang terpasang pada lima titik pengukuran (50 cm diatas permukaan air, dek fasilitas penyimpan bahan bakar bekas (bulk shielding), dek reaktor, termal kolom (coloumn thermal) dan sub kritik) dengan pusat bahan bakar di teras reaktor. Laju paparan gamma dihitung berdasarkan aktivitas total produk fisi yang diperoleh dari perhitungan ORYGEN. Perhitungan laju paparan gamma total dilakukan dengan menjumlahkan laju paparan akhir unsur hasil fisi dari bahan bakar setelah di atenuasi dengan beberapa material. Kemudian hasil yang diperoleh dari perhitungan ini dibandingkan dengan nilai kondisi batas operasi (KBO) yang diizinkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Laju paparan gamma ini dihitung pada lima titik pengukuran diantaranya yaitu 50 cm diatas permukaan air, di dek fasilitas penyimpan bahan bakar bekas (bulk shielding), dek reaktor, termal kolom (coloumn thermal) dan sub kritik. Laju paparan gamma pada penelitian ini hanya dibatasi pada laju paparan produk fisi bahan bakar saja. Laju paparan gamma yang terukur telah diatenuasi oleh beberapa material yang ada didalam reaktor Kartini diantaranya air, beton, grafit, stainless steel, alumunium. Kajian dalam makalah ini tidak berdasarkan pencacahan gamma dengan detektor, namun kajian dilakukan dengan pendekatan matematis (perhitungan) terhadap laju paparan gamma dari produk fisi bahan bakar pada 5 titik pengukuran di reaktor Kartini, kemudian dikaitkan dengan kondisi batas operasi (KBO) maksimal yang diizinkan, sehingga nantinya faktor kesehatan dan keselamatan kerja tetap terjaga sesuai dengan nilai batas dosis (NBD). Ketebalan material shielding untuk masingmasing titik pengukuran di reaktor Kartini diperoleh dari dimensi reaktor Kartini: Gambar 2. Reaktor Kartini secara vertikal dan horizontal (BATAN, 2013) Ketebalan material shielding grafit, stainless steel dan alumunium pada bahan bakar mengacu pada LAK Reaktor Kartini-BATAN tahun 2010. Bahan bakar reaktor Kartini berbentuk kelongsong dengan panjang kurang lebih 76 cm dengan diameter 37 mm. Teras reaktor Kartini terdiri dari 69 elemen bahan bakar. Dalam hal ini bahan bakar dianggap sebagai sumber titik karena jarak pengamatan jauh lebih besar dari dimensi diameter bahan bakar sehingga perhitungan laju paparan gamma menggunakan persamaan (1). Laju paparan gamma produk fisi ini juga akan diatenuasi oleh beberapa material. Masingmasing material memiliki ketebalan dan koefisien atenuasi (μ) yang berbeda-beda, sehingga untuk mencari laju paparan gamma setelah diatenuasi dengan beberapa material menggunakan persamaan (3). Nilai aktivitas dari masing-masing unsur hasil fisi dari ke-69 bahan bakar diperoleh dari simulasi perhitungan software ORYGEN. Perhitungan laju paparan gamma pada titik pengukuran 50 cm diatas permukaan air dari produk fisi bahan bakar telah di atenuasi dengan material bahan bakarnya sendiri yaitu grafit dan stainless steel. Tebal grafit sebesar 7,8 cm yang diperoleh dari panjang rata-rata grafit dalam bahan bakar. Grafit itu sendiri sebenarnya paduan antara karbon dan kromium, karena presentase karbon lebih besar dari kromium maka digunakan pendekatan karbon sebagai grafit. Tebal stainless steel sebesar 7,38 cm. Untuk stainless steel atau baja tahan karat digunakan pendekatan nilai Mahrus Salam, dkk ISSN 1410 8178 3

koefisien atenuasi baja (steel). Selain material shielding dari bahan bakar terdapat material shielding arah vertikal yaitu air. Ketebalan air sebesar 487,62 cm diukur dari permukaan atas bahan bakar sampai permukaan kolam air reaktor Kartini. Laju paparan gamma akhir produk fisi bahan bakar diperoleh sebesar 96,91 mr/jam. Perhitungan laju paparan gamma di fasilitas penyimpan sementara bahan bakar bekas (bulk shielding) dari produk fisi bahan bakar telah di atenuasi dengan material dari bahan bakarnya sendiri yaitu grafit, stainless steel serta material alumunium yang merupakan lempeng kisi-kisi bahan bakar. Tebal grafit sebesar 7,8 cm, tebal stainless steel sebesar 7,38 cm, tebal alumunium 3,8 cm. Selain material shielding dari bahan bakar terdapat material shielding lain yang terdiri dari air kolam reaktor, beton dan air bulk shielding seperti yang terlihat pada Gambar 2. Ketebalan material shielding ini diperoleh dari pengukuran kemiringan garis yang ditarik dari pusat bahan bakar sampai lokasi pengambilan laju paparan gamma di titik pengukuran yaitu dek penyimpan bahan bakar bekas (bulk shielding/(interim storage). Ketebalan air sebesar 122,07 cm, ketebalan beton sebesar 112,24 cm dan ketebalan air bulk shielding sebesar 305,15 cm. Dari ketiga material ini air bulk shielding yang memiliki ketebalan paling besar dalam penyerap laju paparan gamma tetapi koefisien atenuasi (μ) air lebih kecil dari pada koefisien atenuasi (μ) beton dalam penyerapan laju paparan gamma. Laju paparan gamma akhir produk fisi bahan bakar diperoleh sebesar 1,70 mr/jam. Tabel 1. Data kekuatan suku sumber (source term) dari reaktor Kartini (total aktivitas) Lokasi Kuat sumber (Ci)* Jarak (m) 50 cm dari 5,17 permukaan air Bulk shielding 3,1 x 10 5 6,80 Thermal coloumn 3,49 Sub critic 3,76 Deck reaktor 6,72 *) Hasil penjumlahan dari aktivitas berbagai produk fisi. Tabel 2. Data komposisi material shielding Komposisi Material Shielding (cm) 50 cm dari permukaan air Bulk Shielding Titik Pengukuran Thermal Coloumn Sub Critic Deck Reaktor Air kolam (cm) 487,62 122,07 100 107,7 526,22 Grafit (cm) 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 Stainless steel (cm) 7,38 7,38 7,38 7,38 7,38 Aluminium (cm) - 3,8 3,8 3,8 3,8 Beton (cm) - 112,24 248,92 266,43 46,1 Air bulk shielding (cm) - 305,16 - - - Tabel 3. Perbandingan hasil perhitungan paparan radiasi dengan Batas Kondisi Operasi (BKO) Titik Pengukuran Hasil Perhitungan (mr/jam) Batas Kondisi Operasi (BKO) (mr/jam) 50 meter dari permukaan air 96,91 < 100 Bulk Shelding 1,70 < 2,5 Dek Reaktor 5,72 < 10 Thermal Coulomb 2,73 < 10 Sub Kritik 1,14 < 2,5 Berdasarkan kondisi batas operasi (KBO) laju paparan gamma di reaktor Kartini untuk lima lokasi ini dapat disajikan pada Tabel 1. Hasil perhitungan laju paparan gamma untuk lokasi pengukuran 50 cm diatas permukaan air sebesar 96,91 mr/jam (BKO < 100 mr/jam), pada bulk shielding sebesar 1,70 mr/jam (BKO< 2,5 mr/jam), pada dek reaktor sebesar 5,72 mr/jam (BKO< 10 mr/jam), pada coloumn thermal sebesar 2,73 mr/jam (BKO < 10 mr/jam) dan pada perangkat sub kritik sebesar 1,14 mr/jam (BKO < 2,5 mr/jam). Berdasarkan data perhitungan laju paparan gamma pada 5 lokasi pengukuran dapat disimpulkan bahwa laju paparan gamma hasil perhitungan dari suku sumber masih dibawah nilai kondisi batasan operasi normal reaktor, sehingga dapat dinyatakan bahwa pada kondisi operasi normal di ke 5 lokasi tersebut tidak akan ditemukan laju paparan yang melebihi nilai kondisi batas operasi. 4 ISSN 1410 8178 Mahrus Salam, dkk

KESIMPULAN Dari hasil perhitungan yang diperoleh, nilai laju paparan gamma pada 5 lokasi pengukuran yaitu laju paparan gamma untuk lokasi pengukuran 50 cm diatas permukaan air sebesar 96,91 mr/jam (KBO < 100 mr/jam), pada bulk shielding sebesar 1,70 mr/jam (KBO < 2,5 mr/jam), pada dek reaktor sebesar 5,72 mr/jam (KBO < 10 mr/jam), pada coloumb thermal sebesar 2,73 mr/jam (KBO < 10 mr/jam) dan pada perangkat sub kritik sebesar 1,14 mr/jam (KBO < 2,5 mr/jam). Nilai laju paparan pada 5 lokasi pengukuran laju paparan gamma lebih kecil dari nilai KBO maka reaktor bahwa pada kondisi operasi normal di ke 5 lokasi tersebut tidak akan ditemukan laju paparan yang melebihi nilai kondisi batas operasi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada PSTA yang telah memberikan kesempatan dan pendanaan dari DIPA tahun anggaran 2015, dan saudari Susanti mahasiswi UNS yang telah membantu dalam penyusunan data pendukung dalam pembuatan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Salam M., S. Kajian Laju Paparan Gamma Dari Radionuklida Hasil Aktivasi Sampel Dengan Neutron Termal (AAN) Di Reaktor Kartini, Yogyakarta: BATAN, 2014. 2. James,T. Radiation Monitoring Notebook, Los Alamos, 2000. 3. BAPETEN, Batasan Dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya, PERKA BAPETEN no. 9, 2013. 4. David S., and Michael G. Stabin,. Exposure Rate Constants And Lead Shielding ValuesFor Over 1,100 Radionuclides: Health Phys. 102(3):271 291, 2012. 5. Wardhana, W.A. Teknologi Nuklir, Proteksi Radiasi dan Aplikasinya. Yogyakarta: Andi, 2012. 6. BATAN, Laporan Analisis Keselamatan Revisi 7, Bab V Reaktor Kartini, Yogyakarta: PTAPB BATAN, 2012. TANYA JAWAB Syarip - Apakah kondisi operasi reaktor pada mode operasi seperti kalibrasi daya tidak dikaji? Karena kemungkinan laju paparan radiasinya khususnya dipermukaan air tangki reaktor bisa melebihi 100 mr/h - Saran: Istilah column thermal agar dibetulkan menjadi thermal column - untuk saat ini hanya dilakukan pada kondisi operasi normal dan berdasarkan perhitungan, tidak berdasarkan pengukuran, kalau untuk metode operasi yang lain hanya dapat dilakukan dalam pengukuran Nazaroh - Saran: penulisan hasil pengukuran laju paparan seharusnya disesuaikan dengan kemampuan alat berapa angka penting dibelakang koma. - Saran diterima, digit dibelakang koma akan disesuaikan dengan batas yang ada dalam alat ukur. Darsono - Kenapa dilakukan pengukuran pada 50 m? - Karena jarak terdekat pekerja dapat melakukan kegiatan di atas teras/pendingin reaktor. Mahrus Salam, dkk ISSN 1410 8178 5