BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi.

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, DIVIDEND PAYOUT RATIO, EARNING PER SHARE, RETURN ON INVESTMENT DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

imbal hasil yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan return pada pasar modal. Di dalam pasar modal diperdagangkan berberapa jenis surat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi pada saat ini pertumbuhan perekonomian berkembang pesat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memasuki era globalisasi, perkembangan teknologi informasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Mumtaz (2010), di

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

2015 PENGARUH FAKTOR FUND AMENTAL TERHAD AP HARGA SAHAM PAD A EMITEN SEKTOR PROPERTI D AN REAL ESTATE D I BURSA EFEK IND ONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang. kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tabel 1.1 Daftar Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sektor Jumlah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan investasi di negara ASEAN lainnya. Bagi produsen, permintaan. keuntungan dari penjualan produk antar negara ASEAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, para investor perlu melakukan kegiatan untuk menilai atas saham.

BAB I PENDAHULUAN. modal perusahaan real estate dan property di Indonesia saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bertambahnya perusahaan yang listing di BEI dari 445

BAB I PENDAHULUAN. sektor property juga dapat dilihat dari menjamurnya real estate di kota-kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi pada berbagai sekuritas yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang memberikan return yang paling optimal. Tujuan utama investor

BAB I PENDAHULUAN. ketat antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan jangka panjang dari sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek

ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perekonomian modern dan era globalisasi saat ini pasar modal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Hal ini sesuai dengan sifat perusahaan yaitu Profit Oriented,

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak pilihan bagi seorang investor yang mempunyai kelebihan dana dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di suatu Negara bisa menjadi acuan untuk

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar menawar harga. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli efek dan kegiatan terkait lainnya.(www.idx.co.id). Bursa Efek Indonesia merupakan tempat atau wadah bagi para pelaku saham untuk memperdagangkan atau memperjualbelikan setiap saham/efek yang mereka miliki dan ingin beli. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu alternatif eksternal finance yang semakin lama semakin banyak digunakan oleh perusahaan, data terakhir yang didapatkan sampai dengan perbulan Desember 2014 telah terdaftar 491 perusahaan di BEI. Sekarang ini ada 9 sektor yang ada di BEI yaitu Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Transportasi dan Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa, dan Manufaktur. Dari 9 sektor harga saham tersebut, penelitian ini menggunakan sektoral khususnya sektor property dan real estate sebagai objek penelitian. Perusahaan property dan real estate adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum, perumahan, apartemen, dan sarana prasarana penunjang gedung. Terdapat 45 perusahaan property dan real estate atau sekitar 9.16% dari total emiten yang terdaftar di BEI. (sumber: www.idx.co.id ). Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sektor ini dipilih menjadi objek penelitian karena pada saat ini masyarakat secara luas banyak yang 1

berinvestasi pada sektor properti dengan alasan harga tanah yang cenderung naik dari waktu ke waktu. Kemudian ditambah lagi prospek sektor real estate Indonesia terutama ibukota Jakarta telah mendapat rekomendasi dari Lembaga Analis Dunia seperti Urban Land Institute dan Pricewater House Cooper di tahun 2013 ini menempatkan Jakarta sebagai kota yang paling prospek untuk investasi di wilayah Asia Pasifik. (bisniskeuangan.kompas.com) 1.2 Latar Belakang Berkembangnya perekonomian di Indonesia tidak terlepas akan adanya pasar modal yang mampu mendorong sebuah aktivitas untuk mendukung percepatan pembangunan Indonesia. Dengan adanya pasar modal diaharapkan aktivitas perkonomian meningkat, karena pasar modal merupakan alternative pembiayaan jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian akan disalurkan ke sektor produktif dengan harapan sektor tersebut dapat menghasilkan lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat. Investor menyalurkan dananya untuk berinvestasi pada instrumen pasar modal. Salah satu instrument pasar modal yang paling banyak digunakan para investor adalah saham. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan (return) di masa mendatang (Tandelilin, 2010:2). Untuk melakukan investasi di pasar modal, investor harus rasional dalam menghadapi pasar modal dan harus memiliki ketepatan perkiraan masa depan perusahaan yang sahamnya akan dibeli, dijual, atau dipertahankan. Salah satu informasi yang bisa digunakan investor dalam menilai kinerja suatu perusahaan adalah laporan keuangan. Harga saham sebagai salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pengelolaan perusahaan, dimana kekuatan pasar di bursa saham ditunjukkan dengan adanya transaksi jual beli saham perusahaan tersebut di pasar modal. Pemegang saham yang tidak puas terhadap kinerja manajemen dapat menjual saham yang dimiliki dan menginvestasikan uangnya ke perusahaan lain. Jika hal ini dilakukan, maka akan menurunkan harga saham suatu perusahaan. Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan di mata 2

masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya. Perusahaan yang go publik selalu mempunyai tujuan yang bersifat normatif yaitu memaksimalkan kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi para pemegang saham. Harga saham yang digunakan adalah closing price karena harga saham yang terus mengalami fluktuatif yang menunjukkan bahwa harga tidak menetap selalu berubah, sehingga harga beli saham antara harga penawaran dan harga penjualan dilihat pada saat terakhir penutupan nilai saham. (Nirawati, 2003: 105) Terdapat beberapa alasan mengapa Indonesia dijadikan lokasi untuk investasi properti terbaik di Indonesia. Stabilitas politik dan ekonomi di Indonesia dinilai sangat membantu dalam menciptakan iklim investasi asing di Indonesia yang semakin meningkat. Menurut Panangian Simanungkalit, pengamat properti sekaligus pemilik Panangian School of Property, Investasi properti di negara kita memang semakin menarik, bahkan, beliau menilai investasi properti di Indonesia merupakan satu-satunya yang paling menguntungkan di dunia. (www.investordaily.com) Tabel dibawah ini menunjukkan pergerakan harga saham, rasio DPR dan DY pada beberapa perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Tabel 1.2 dibawah ini menjelaskan rasio DPR dan DY beberapa perusahaan property dan real estate. Tabel 1.1 Pergerakan Harga Saham, Rasio DPR dan DY Tahun 2012-2013 Emiten DPR (%) DY (%) Harga Saham (Rp) 2012 2013 2012 2013 2012 2013 PT. Ciputra Surya Tbk. 30.34 28.76 1.87 4.58 2250 1310 PT. Lippo Karawaci Tbk. 25.79 26.3 1.19 1.53 1000 910 PT. Metropolitan Land Tbk. 19.96 20.44 1 1.71 540 380 Sumber: Laporan Keuangan (data diolah) Menurut Teori Signaling (Sri Ambarwati, 2012:84) menyatakan bahwa jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan kenaikan harga saham. Demikian pula pengurangan dividen akan menyebabkan penurunan harga saham. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen biasanya merupakan suatu 3

signal (tanda) kepada para investor, bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang. Jika dilihat tabel diatas. PT. Ciputra Surya penurunan rasio DPRnya dari 30,34% menjadi 28.76% diikuti dengan penurunan harga sahamnya dari 2250 menjadi 1310 hal ini sesuai dengan teori diatas. Namun hal ini tidak terjadi pada PT. Lippo Karawaci dan PT. Metropolitan Land. PT. Lippo Karawaci pada tahun 2012 ke 2013 rasio DPRnya mengalami kenaikan dari 25,79% menjadi 26,3%, sedangkan harga sahamnya mengalami penurunan dari 1000 menjadi 910. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah pembagian dividen yang dibagikan PT. Lippo Karawaci. Tahun 2012, investor memperoleh dividen sebesar Rp 270 miliar. Karena perolehan laba bersih 2013 tumbuh, 16% dan pembagian dividen turut meningkat menjadi Rp 325 miliar. Lalu PT. Metropolitan Land pada tahun 2012 ke 2013 rasio DPRnya mengalami kenaikan dari 19,96% menjadi 20,44%, sedangkan harga sahamnya mengalami penurunan dari 540 menjadi 380. Hal ini juga terjadi karena adanya peningkatan jumlah pembagian dividen yang dibagikan PT. Metropolitan Land. Tahun 2013, investor memperoleh dividen sebesar Rp 50 miliar sebelumnya tahun 2012 dividen yang dibagikan sebesar 40 miliar. Kemudian Rasio Dividen Yield pada PT. Ciputra Surya mengalami kenaikan dari 1,87% menjadi 4,58%, sedangkan harga sahamnya mengalami penurunan dari 2250 menjadi 1310. Kenaikan rasio ini dikarenakan adanya kenaikan dividend per lembarnya dari Rp 42 menjadi Rp 60 namun harga sahamnya menurun yang membuat presentase rasio ini meningkat. Lalu PT. Lippo Karawaci mengalami kenaikan rasio DYnya dari 1,19% menjadi 1,53%, sedangkan harga sahamnya mengalami penurunan dari 1000 menjadi 910. Kenaikan rasio ini juga dikarenakan kenaikan dividen per lembarnya dari Rp 12 menjadi Rp 14 dan harga sahamnya menurun membuat rasio ini meningkat. Lalu PT. Metropolitan Land Rasio DYnya mengalami kenaikan dari 1% menjadi 1,71% dan harga sahamnya pun mengalami penurunan dari 540 menjadi 380. Kenaikan rasio ini juga dikarenakan kenaikan dividen per lembarnya dari Rp 5 menjadi Rp 6,5 dan harga sahamnya menurun membuat rasio ini meningkat. 4

Mayoritas harga saham-saham unggulan dari sektor properti dalam sebulan terakhir mengalami penurunan signifikan dan menjadi penahan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penurunan harga saham tersebut membuat valuasi harga sahamnya relatif murah di bawah rata-rata valuasi IHSG. Penurunan harga saham sektor property dan real estate Menurut Alfred Nainggolan, Kepala Riset PT Buana Capital Indonesia, mengatakan dalam sebulan terakhir saham-saham sektor properti mengalami tekanan cukup dalam akibat tingginya tingkat suku bunga acuan (BI rate) dan aturan baru dari Bank Indonesia mengenai loan to value (LTV). Pertumbuhan kredit properti dalam beberapa tahun terakhir ini dianggap BI sangat signifikan. Karena itu, BI mengeluarkan kebijakan agar bank menurunkan jumlah penyaluran kreditnya untuk sektor properti melalui aturan LTV. Ternyata, LTV itu menggerus permintaan di sektor properti. Dua faktor itu (suku bunga dan LTV) akan menahan laju pertumbuhan pendapatan perusahaan properti pada tahun depan. Karena itu, harga saham-saham properti sekarang mendiskon faktor tersebut. Pelaku pasar sudah melihat bahwa pertumbuhan pendapatan sektor properti tidak setinggi dua tahun terakhir, bahkan mengalami penurunan. namun penurunan pertumbuhan sektor properti, besaran pertumbuhannya masih lebih baik dibandingkan sektor-sektor lain.( http://ift.co.id ) Selanjutnya pada tabel 1.3 dibawah ini akan menjelaskan besarnya Rasio EPS, ROE dan PAT pada beberapa perusahaan property dan real estate tahun 2012 2013. Tabel 1.2 Pergerakan Harga Saham, EPS, ROE, PAT 2012-2013 Emiten EPS (Rp) ROE (%) PAT (Rp) Harga Saham 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 PT. Ciputra Surya Tbk. 138.4 208.6 12.37 16.54 273.914 412.809 2250 1310 PT. Lippo Karawaci Tbk. 45.94 53.22 11.53 11.23 1.322.847 1.592.491 1000 910 PT. Metropolitan Land Tbk. 26.9 31.8 13.12 13.65 203.895 240.967 540 380 Sumber: Laporan Keuangan (data diolah) Dalam teori Darmadji dan Fakhruddin (2012:154), disebutkan bahwa semakin tinggi nilai laba tentu saja menggembirakan pemegang saham karena 5

makin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. Tetapi pada kenyataannya jika dilihat dari tabel 1.3 diatas PT Ciputra Surya Tbk pada tahun 2012 ke 2013 laba perusahaan tersebut mengalami kenaikan dari Rp 273.914 menjadi Rp 412.809. Lalu Rasio EPS yang merupakan rasio utung menghitung laba dalam perlembar sahamnya mengalami kenaikan dari Rp 138,4 menjadi Rp 208,6. Lalu rasio ROE yang merupakan rasio untuk mengukur presentase laba dibandingkan total ekuitasnya mengalami kenaikan dari 12,37% menjadi 16,54%, sedangkan harga sahamnya mengalami penurunan dari 2250 menjadi 1310. Kenaikan laba ini karena PT Ciputra Surya berhasil membukukan pendapatan tahun 2013 sebesar Rp 1,26 T, meningkat 20% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 1,05 T. Hal ini terutama berasal dari kenaikan penjualan residensial. Seiring dengan kenaikan pendapatan, laba bersih CTRS naik 46%, dari Rp 274 M menjadi Rp 412 M. (www.propertynbank.com). Lalu PT Lippo Karawaci pada tahun 2012 ke 2013 laba perusahaan tersebut mengalami kenaikan dari Rp 1.322.847 menjadi Rp 1.592.491. Lalu rasio EPS PT Lippo Karawaci mengalami kenaikan dari Rp 45,94 menjadi Rp 53,22. Lalu rasio ROE PT Lippo Karawaci mengalami penurunan dari Rp 11,53 menjadi 11,23 dan harga sahamnya mengalami penurunan dari 1000 menjadi 910. Penurunan Rasio ROE dikarenakan adanya perubahan total ekuitas namun penurunannya pun tidak signifikan karena laba pun meningkat. Kenaikan laba ini karena PT Lippo Karawaci mencatat kenaikan laba bersih sebesar 16% pada 2013, dari Rp 1,3 triliun pada 2012 menjadi Rp 1,6 triliun. Sementara, pendapatan sepanjang tahun lalu tercatat sebesar Rp 6,6 triliun, meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 6,1 triliun. Kenaikan pendapatan dari beberapa divisi seperti pendapatan Divisi Large Scale Integrated tercatat naik 7% selama 2913, dari Rp 1 triliun pada 2012 menjadi Rp 1,1 triliun. Dan penjualan proyek-proyek seperti Kemang Village dan St Moritz tetap tinggi sepanjang tahun lalu. (www.kabarbisnis.com) Lalu PT. Metropolitan Land pada tahun 2012 ke 2013 laba perusahaan tersebut mengalami kenaikan dari Rp 203.895 menjadi Rp 240.967. Lalu rasio 6

EPS PT. Metropolitan Land mengalami kenaikan dari Rp 26,9 menjadi Rp 31,8. Lalu rasio ROE PT. Metropolitan Land mengalami penurunan dari Rp 13,12 menjadi 13,65 dan harga sahamnya mengalami penurunan dari 1000 menjadi 910. Kenaikan laba terjadi seiring dengan pertumbuhan penjualan dan perolehan keuntungan lain-lain. Total pendapatan MLTA pada sepanjang 2013 sebesar Rp 854,97 miliar, meningkat 25,97% dibanding tahun 2012. Pendapatan ini sebagian besar berasal dari penjualan properti baik residensial, apartemen dan office strata title M Gold Tower sebesar Rp 602,35 miliar atau 70,45% sedangkan sisanya berasal dari penyewaan properti komersial mal, hotel dan lainnya sebesar Rp 252,62 miliar atau 29,55%. Laba kotor Metland tahun 2013 mencapai Rp 467,64 miliar atau 26,47% lebih tinggi dibandingkan laba kotor tahun 2012 sebesar Rp 369,82 miliar dan beban pokok pendapatan naik 25,35% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Rp 308,91 miliar tahun 2012 menjadi Rp 387,23 miliar pada tahun ini. Pertumbuhan laba ini sesuai dengan target perusahaan pada perencanaan awal tahun walaupun ada proyek residensial Metland terkena dampak kebijakan LTV (Loan To Value) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada Oktober 2013. (www.propertidata.com) Fenomena tersebut membuat harga saham property dan real estate menjadi perhatian khusus investor setelah adanya krisis global yang menimpa semua aspek bisnis termasuk pada real estate dan property di Indonesia. Fenomena penurunan, kenaikan harga saham di pasar modal real estate dan property pada tahun-tahun tersebut itu dengan segala peningkatan dan peluang yang besar yang ada di Indonesia, membuat investor cenderung melakukan analisis harga saham untuk memilih saham yang bisa menghasilkan return yang terbaik dan risiko terkecil dalam berinvestasi yang tercermin pada harga sahamnya. Laporan keuangan merupakan dasar dari penghitungan rasio-rasio keuangan untuk menilai keadaan perusahaan di masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Sehingga resiko keuangan merupakan salah satu sarana analisis fundamental yang dilihat dari sisi internal yang digunakan untuk melihat kondisi dan prestasi emiten atau perusahaan yang menjual sahamnya, hal ini merupakan salah satu cara perusahaan untuk menarik jumlah investor guna meningkatkan harga saham perusahaan. 7

Dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua (2) analisis atau pendekatan yang sering digunakan, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal merupakan analisis instan karena hanya berdasarkan pergerakan grafik saham. Analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsic (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis fundamental merupakan salah satu analisis yang bisa dilakukan oleh calon investor sebelum melakukan keputusan investasi. Subramanyam dan Wild (2010:11) menyatakan bahwa tujuan utama analisis fundamental adalah menentukan nilai intrinsik yang disebut juga nilai fundamental (fundamental value). Dengan adanya nilai intrinsik ini para calon investor dapat membandingkannya dengan nilai pasar, apakah overvalued (book value < harga saham) atau undervalued (book value > harga saham). Menurut Fahmi (2012:65-82), analisis fundamental bisa dilihat dari rasiorasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Rasio-rasio tersebut antara lain liquidity ratio, asset management ratio, leverage ratio, profitability ratio, dan juga market value ratio. Rasio nilai pasar yaitu rasio yang memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan. Rasio ini terbagi menjadi Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per Share (BVS), Price Book Value (PBV), Dividend Yield, Dividen Payout Ratio. (Brigham & Houston, 2010:150) Rasio nilai pasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Dividen Payout Ratio (DPR). Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Martono dan Agus (2010:253), mengemukakan bahwa Pembagian dividen kepada para pemegang saham merupakan keberhasilan para pemegang otoritas keuangan perusahaan didalam mencapai tujuan perusahaan untuk memaksimalisasikan kekayaan para pemegang saham. Lalu Dividend yield digunakan untuk mengukur prosentase dividen yang diperoleh per lembar saham terhadap harga saham. Menurut (Tandelilin, 2010:102) Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita 8

berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi yang dibayarkan. Demikian pula halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Harga saham juga dapat dipengaruhi oleh usaha perusahaan dalam meningkatkan laba per lembar saham perusahaan. Earning per share menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar dalam setiap lembar saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2012:154). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividend dan kenaikan nilai saham di masa datang. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang dapat membantu investor untuk melihat sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, untuk itu telah ada beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham. Rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat), yaitu Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE). (Kasmir 2010:115) ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri (saham). ROE adalah rasio yang memberikan informasi pada para investor tentang seberapa tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang di harapkan investor juga besar. Hal ini menjadikan investor berasumsi bahwa perusahaan yang memiliki sebagian struktur modal oleh utang yang tinggi, merupakan perusahaan yang akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi juga. PAT atau laba bersih setelah pajak merupakan selisih positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Pengertian laba yang dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih positif antara pendapatan dan biaya. Menurut hasil penelitian Azeem et al (2011) menunjukkan bahwa PAT memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga 9

saham. Perusahaan dengan keuntungan yang tinggi maka harga sahamnya pun tinggi. Disamping itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Hunjra et al (2012) mendapatkan hasil bahwa Dividend Payout Ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan penilitian yang dilakukan Deitiana (2011) menunjukan hasil bahwa Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Adiguna (2012) mendapatkan hasil bahwa Dividend Yield mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hunjra et al (2012) mendapatkan hasil bahwa Dividend Yield berpengaruh negatif terhadap harga saham. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Placido (2012) mendapatkan hasil bahwa Earning Per Share mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nurdiansyah (2011) mendapatkan hasil bahwa Earning Per Share tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Hutami (2012) mendapatkan hasil bahwa Return On Equity mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maskun (2012) mendapatkan hasil bahwa Return On Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Putu (2012) mendapatkan hasil bahwa Profit After Tax mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. hal ini menunjukan PAT selalu berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Kebijakan Dividen, Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Profit After Tax (PAT) terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013 10

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana Perkembangan Kebijakan Dividen (DPR dan DY), Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Profit after Tax (PAT) dan Harga Saham sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 2013? 2) Apakah Kebijakan Dividen (DPR dan DY), Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Profit after Tax (PAT) memiliki pengaruh secara simultan terhadap harga saham sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 2013? 3) Apakah Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sector properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode periode tahun 2011 2013? 4) Apakah Dividend Yield (DY) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sector properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode periode tahun 2011 2013? 5) Apakah Earning per Share (EPS) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sector properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode periode tahun 2011 2013? 6) Apakah Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sector properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode periode tahun 2011 2013? 7) Apakah Profit after Tax (PAT) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sector properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode periode tahun 2011 2013? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diidentifikasikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui Perkembangan Kebijakan Dividen (DPR dan DY), Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Profit after Tax 11

(PAT) dan Harga Saham sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 2013. 2) Mengetahui pengaruh Kebijkan Dividen (DPR dan DY), Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Profit after Tax (PAT) secara simultan terhadap harga saham subsektor properti dan real estate di BEI periode tahun 2011 2013. 3) Mengetahui pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) terhadap harga saham subsektor properti dan real estate di BEI periode tahun 2011 2013. 4) Mengetahui pengaruh Dividen Yield (DY) terhadap harga saham subsektor properti dan real estate di BEI periode tahun 2011 2013. 5) Mengetahui pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap harga saham subsektor properti dan real estate di BEI periode tahun 2011 2013. 6) Mengetahui pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap harga saham subsektor properti dan real estate di BEI periode tahun 2011 2013. 7) Mengetahui pengaruh Profit after Tax (PAT) terhadap harga saham subsektor properti dan real estate di BEI periode tahun 2011 2013. 1.5 Kegunaan Penelitian Dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, yaitu: 1. Bagi Penulis Penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan, wawasan dan pengetahuan yang lebih banyak dengan membandingkan teori yang sudah di peroleh dalam mata kuliah dengan keadaan sesungguhnya serta bagaimana teori tersebut diaplikasikan. 2. Bagi Perusahaan Dari hasil penelitian ini, diharapkan menjadi informasi yang bermanfaat bagi pihak manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan perusahaan guna meningkatkan harga saham perusahaan. 12

3. Bagi Investor Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan untuk melihat prospek bisnis perusahaan dibidang properti serta membantu pengambilan keputusan investasi sehingga dapat mengurangi risiko investasi. 4. Bagi Pihak Perguruan Tinggi Hasil ini penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, serta sebagai sumber referensi yang dapat memberikan tamabahan informasi secara teoritis dan empiris pada pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sejenis. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab dan terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika Penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas, dan padat mengenai landasan teori tentang harga sahamdan variabel penelitian yaitukinerja keuangan, dan bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk 13

pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen,definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan keadaan responden yang diteliti, deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen (kinerja keuangan) dan terhadap variabel dependen (harga saham). BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara kongkrit yang diberikan terhadap pengaruh kinerja keuanganterhadap harga saham dalam aspek praktis dan tujuan pengembangan ilmu. 14