BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DONGI Alamat : Jl. Lattabe No 4 Dongi, Kec. Pitu Riawa.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT: Pelbagai Survei FKG UGM. Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG-UGM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

KERANGKA ACUAN KEGIATAN SIKAT GIGI MASSAL

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

BAB I PENDAHULUAN. gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Hasil laporan morbiditas 2001,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anisah (2007) bahwa anak usia sekolah berkisar antara usia 6-12 tahun, masa

PEMBERDAYAAN KADER PKK DAN KADER POSYANDU SEBAGAI KADER KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT WAY DENTE

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah menyusun program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9%. Angka DMF-T Nasional sebesar 4,6 ini berarti rata-rata kerusakan gigi penduduk Indonesia 5 gigi per orang. Prevalensi nasional yang menyikat gigi tiap hari sebesar 94,2% dan yang mengikuti rekomendasi menyikat gigi pada waktu yang tepat yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur malam hanya 2,3%. Kebanyakan masyarakat atau 76,6% menyikat gigi di saat mandi pagi atau sore hari. Kebiasaan menyikat gigi yang salah inilah yang menyebabkan kondisi lebih dari 70% masyarakat Indonesia mengalami gigi berlubang. Indeks DMF-T atau def-t menggambarkan tingkat keparahan kerusakan gigi. Indeks DMF-T ini meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini dapat terlihat dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (2009) menunjukkan prevalensi penyakit gigi dan mulut pada anak usia 12 tahun mencapai 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18 tahun 51,1%, usia 35-44 mencapai 80,1% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7 %. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Nasional Indonesia tahun 2010 menunjukkan dari 10

kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki peringkat pertama yaitu meliputi 60% penduduk. Menurut data dari Ditjen Yanmed Depkes RI tahun 2010, penyakit gigi dan mulut posisinya menduduki peringkat ke-8 dari sepuluh besar penyakit rawat jalan. Target WHO tahun 2020 yaitu untuk menurunkan indeks DMF-T diperlukan program preventif dibidang kesehatan gigi dan mulut yang komprehensif yaitu dengan meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan pada upaya promotif dan mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut dengan diagnosa dini, pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Rendahnya angka keluhan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut bisa disebabkan karena beberapa faktor yaitu karena masyarakat masih mengabaikan kesehatan gigi dan mulutnya yaitu hanya berkunjung ke dokter gigi jika sudah merasakan sakit dan jarang memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya secara rutin, faktor penyebab lainnya yaitu masih rendahnya pengetahuan dan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia tentang penyakit gigi dan mulut (Kumar,2009). Faktor lain yang ikut berpengaruh adalah kurangnya program deteksi dini penyakit kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas). Dokter gigi atau perawat gigi yang ada di Puskesmas selama ini jarang menjemput bola dengan melakukan survei atau skrining data kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerjanya dan cenderung menunggu secara pasif kunjungan masyarakat. Akibatnya banyak keluhan kesehatan masyarakat terhadap

penyakit gigi dan mulut yang tidak tersalurkan dan seolah-seolah seperti gunung es, yaitu yang muncul dipermukaan lebih sedikit dibandingkan kenyataan yang ada dilapangan. Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan segera sebelum terlambat dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Perihal kesehatan gigi dan mulut perlu dibudidayakan di seluruh lingkungan keluarga dan masyarakat (Ilyas, 2001). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal khususnya kesehatan gigi dan mulut bagi setiap orang menurut Undang Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 10 dilakukan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dihasilkan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Istalia, 2007). Serta upaya pelayanan kesehatan yang terencana, berkesinambungan dan ditujukan pada kelompok tertentu. Adapun yang dimaksud dengan kelompok tertentu adalah kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut adalah ibu hamil, anak usia prasekolah dan anak sekolah (Depkes RI, 2007). Kesehatan bagi anak tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada umumnya. Kesehatan itu sendiri merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2003). Untuk mencapai kondisi sehat maka kebersihan diri harus kita perhatikan. Jika kebiasaan bersih sudah ditanamkan sejak dini, ketika dewasa akan bertingkah laku sesuai dengan norma kebersihan, salah satunya adalah melatih anak

dalam menjaga kebersihan gigi. Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lain, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari (Ariningrum, 2000). Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi, sumber dari kedua penyakit tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak. Plak adalah lapisan tipis yang melekat erat di permukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri (Ariningrum, 2000). Menurut Menteri Kesehatan, kesehatan gigi dapat mendukung percepatan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan agar kesehatan gigi dan mulut dapat mendukung percepatan tujuan MDGs adalah dengan diadakannya upaya promotif dan preventif untuk masyarakat melalui Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM). UKGM adalah suatu usaha kesehatan gigi dan mulut yang di bentuk di masyarakat untuk menunjang derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Upaya promotif ini lebih diarahkan pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi dan mulut sedangkan salah satu upaya preventif yaitu pemeriksaan gigi dan mulut pada pasien perorangan, termasuk pencatatan temuan-temuan patologis dan kelainan-kelainan dan rujukan bila diperlukan, memberi petunjuk oral higiene dan aplikasi fluoride secara topikal,

fissure sealent dan pembuangan karang gigi serta deteksi dini (Herijulianti dkk, 2002). Kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Gigi bagi seorang anak penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanakkanak yaitu sebagai alat pengunyah, membantu dalam berbicara, keseimbangan wajah, penunjang estetika wajah anak dan khususnya gigi sulung berguna sebagai panduan pertumbuhan gigi permanen. Gigi berlubang (karies gigi) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang terdapat pada gigi. Karies gigi pada anak umumnya terjadi pada saat mereka masih memiliki gigi susu yang mengganggu fungsi kunyah kemudian fungsi pencernaan dan penyerapan makanan juga terganggu dan pada akhirnya dapat mengganggu kondisi gizi anak sehingga terjadi keadaan kurang gizi pada anak. Hal tersebut terjadi karena adanya plak yang menumpuk dari sisa makanan pada gigi (Megananda dkk, 2009). Penelitian Sumanti (2013) menunjukkan bahwa tingkat partisipasi orangtua dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut anak masih kurang (41%). Dari penelitian ini menyatakan bahwa partisipasi orangtua dalam perawatan gigi dan mulut anak yang memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut masih rendah. Tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Menurut penelitian Inisiatif Kesehatan Gigi dan Mulut (IKGM) tahun 2005, sekitar 60% kaum ibu-ibu baru mengetahui adanya masalah dengan gigi anak-anak mereka bila anak-anak memberitahukan keluhan yang terjadi pada giginya. Pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan interaksi antara anak, orangtua dan dokter gigi. Pada anak balita pengaruh orangtua sangat berperan dalam membentuk perilaku anak. Sikap dan perilaku orangtua terutama ibu yang biasanya orang terdekat dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting diberdayakan mulai dari usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan memelihara kesehatan gigi secara kontiniu agar menjadi suatu kebiasaan (Meinarly, 2009). Ujung tombak bagi pelaksanaan program pemerintah adalah puskesmas. Puskesmas menjadi pelaku utama dalam mencerdaskan dan mentrampilkan para ibu balita dalam memahami pentingnya kesehatan gigi dan mulut bagi anak balita. Namun, meskipun puskesmas telah terdapat disemua kecamatan dan ditunjang oleh puskesmas pembantu, upaya kesehatan masyarakat dan perorangan belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari tenaga kesehatan gigi dalam pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat, maka keterlibatan orang tua khususnya ibu dalam deteksi dini karies gigi pada anak balita perlu ditingkatkan. Deteksi dini meliputi pemeriksaan lubang gigi atau karies gigi oleh ibu setelah anak sikat gigi, membawa anak ke pelayanan kesehatan gigi ketika menemui

lubang gigi. Dengan penemuan karies dini pada anak balita, maka diharapkan kerusakan gigi tidak menjadi lebih parah lagi (Depkes RI, 2011). Keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Salah satu peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat strata pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan Upaya Kesehatan yang Berbasis Masyarakat (UKBM). Upaya Kesehatan yang Berbasis Masyarakat ini telah dikembangkan, salah satunya adalah posyandu (Depkes RI, 2011). Di Kecamatan Serapit kabupaten Langkat yang terbentuk pada tanggal 19 Februari 2008 berdasarkan Perda Nomor 27 Tahun 2007 terdiri dari 10 desa dan Puskesmas Serapit sebagai puskesmas induk yang di wilayah kerjanya mempunyai 32 posyandu. Berdasarkan survei pendahuluan di Desa Aman Damai Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat jarang dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada ibuibu balita di posyandu dan setiap ibu balita yang ditanya beranggapan bahwa gigi susu akan berganti lagi sehingga ibu balita kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anaknya bila anak mereka tidak mengeluh sakit gigi. Berdasarkan data kunjungan pasien balita di poli gigi puskesmas Serapit kabupaten Langkat pada tahun 2014 tidak ada anak balita yang melakukan upaya preventif ke puskesmas dan jumlah kunjungan anak balita ke puskesmas hanya 2 orang dalam setahun dengan keadaan sakit gigi, lubang gigi yang sangat besar bahkan gigi anak sudah ada yang ompong dan gusi bengkak. Perawatan gigi diperlukan oleh semua individu baik anak maupun

orang dewasa. Hal ini disebabkan karena gigi selalu kontak dengan makanan dan perlu untuk mengunyah serta berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak balita. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan usaha promotif berupa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang berkesinambungan. Untuk itu, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang "Efektivitas Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Perilaku Ibu dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balitanya di Wilayah Kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015". Dengan melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut metode ceramah dan diskusi diharapkan peneliti mengetahui metode penyuluhan yang lebih efektif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita, sehingga ibu balita nantinya memiliki pengetahuan mengenai pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya, serta mau membantu menyikat gigi anaknya yang dapat menyebabkan menurunnya skor plak gigi anak sehingga akan mengurangi terjadinya kerusakan gigi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Serapit untuk mencegah kerusakan gigi yang lebih parah, khususnya untuk anak balita. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas metode ceramah dan diskusi terhadap perilaku ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya di wilayah kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis efektivitas metode ceramah dan diskusi terhadap perilaku ibu berupa perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya di wilayah kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui efektivitas metode ceramah dan diskusi terhadap penurunan skor plak anak balita. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita sebelum dan sesudah intervensi dengan metode ceramah dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. 2. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita sebelum dan sesudah intervensi dengan metode diskusi dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. 3. Ada perbedaan keefektifan metode ceramah dan diskusi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. 4. Ada perbedaan skor plak anak balita sebelum dilakukan intervensi metode ceramah dan sesudah intervensi.

5. Ada perbedaan skor plak anak balita sebelum dilakukan intervensi metode diskusi dan sesudah intervensi. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan : 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat sebagai masukan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan metode promosi kesehatan yang efektif dalam program Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM). 2. Bagi puskesmas sebagai masukan begitu pentingnya penyuluhan yang berkesinambungan di Posyandu untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. Puskesmas sebagai pelaku utama dalam mencerdaskan dan menterampilkan para ibu balita dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita. 3. Berguna sebagai informasi dan masukan bagi penelitian selanjutnya yaitu perihal efektivitas metode ceramah dan diskusi terhadap perilaku ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.