Membangun Integrasi Keilmuan Syari'ah di PTAI. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

Pendidikan Islam Menghadapi Tantangan Global

Merumuskan Pendidikan Islam Berparadigma Al Qur'an dan As Sunnah Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Akademik dan Akhlak

Membangun Kemitraan Antar Umat Beragama

Menangkap Makna Beberapa Nama Surat Dalam al Quran

Urgensi, Strategi, dan Implikasi Perubahan IAIN Menjadi UIN

Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

Berbagai Orang dalam Memahami Islam

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Memahami Konsep Ummat Dan Islam Masa Depan

Menginternalisasikan Nilai-Nilai Luhur Dalam Pendidikan Sains Untuk Menyongsong Masa Depan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB I AKHLAK TASAWUF

BAB I PENDAHULUAN. ibadah kepada Allah SWT. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

Menjaga Tradisi Keagamaan Dalam Rangka Memperkukuh Kebhinekaan

Bab I Apa Sih Kuncinya?

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB III NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DALAM PENDIDIKAN ISLAM. maju agar menjadi golongan yang unggul. Sementara itu pemenuhan di bidang

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2013/2014

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik di dunia. dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

Membahas Kitab Tafsir

Kisi-kisi Soal Ujian Akhir Diniyah Takmiliyah (UADT)

Keragaman Masyarakat Dalam Beragama

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

Kewajiban Menunaikan Amanah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

KETUA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis penelitian mengenai konsep tujuan pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

MATERI 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

WALI KOTA BLITAR. SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA SHOLAT IDUL ADHA 1433 H TANGGAL 10 DZULHIJAH 1433 HIJRIAH Assalamu alaikum wr. Wb.

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARI AH

Ramadhan dan Iedul Fitri Mengembalikan Manusia Sebagai Makhluk Terbaik. (Khutbah Iedul Fitri 1 Syawwal 1432 H, di Masjid Al Hikam, Malang )

Melahirkan Pendakwah Yang Berwibawa. Muhammad Haniff Hassan

STANDAR ISI PAI SMP AL-QUR`AN & HADITS. No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kelas/Semester

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

Tafsir Surat Al-Kautsar

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau dalam bahasa Ingris adalah Staed Islamic University of Sultan Syarif Kasim

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN PAI

MENGHAYATI PERAN ISTRI

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

Renungan Pergantian Tahun

SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

ISLAM DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Adab dan Keutamaan Hari Jumat

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Di dalamnya termuat ajaran hukum, akidah, etika,

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

MAKALAH ISLAM. Menakar Komitmen Keberagamaan Umat

Transkripsi:

Membangun Integrasi Keilmuan Syari'ah di PTAI Pendahuluan Selama ini ilmu pengetahuan dilihat secara dikotomik, yaitu terdapat ilmu umum dan ilmu agama. Demikian pula instusi penyelenggaraannya, yaitu kementrerian agama bertanggung jawab terhadap pendidikan agama dan pada sisi lain adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penyelenggara pendidikan pada umumnya. Kategorisasi ilmu pengetahuan seperti itu oleh sementara pihak dirasakan sebagai sesuatu yang seharusnya. Ilmu-ilmu agama adalah berbeda dari ilmu-ilmu umum, karena itu keduanya harus dipisahkan. Namun dalam perkembangan selanjutnya, muncul kesadaran baru bahwa seharusnya cara pandang keilmuan secara dikotomik itu harus ditinggalkan. Sebab hal itu justru melahirkan kesan, seolah-olah ajaran Islam hanya menyangkut aspek tertentu. Sementara, Islam selalu dipandang sebagai ajaran yang bersifat universal. Sifat universalitas ajaran Islam terasa kurang tampak jelas jika dikemas dalam sebutan pelajaran atau ilmu-ilmu agama. Sebab ilmu agama Islam yang dipahami selama ini hanya menyangkut pelajaran tauhid, fiqh, akhlak, tarekh dan bahasa arab. Demikian pula kelembagaan pendidikan tinggi yang mewadahi ilmu-ilmu dimaksud hanya meliputi ilmu ushuluddin, ilmu syari ah, ilmu tarbiyah, ilmu adab dan ilmu dakwah. Universalitas Islam juga menjadi terganggu lagi dengan sebutan bahwa ilmu ilmu umum juga dipandang sebagai bersifat universal, padahal sesungguhnya ia tidak universal. Perubahan cara pandang itulah kemudian melahirkan semangat untuk mencari format baru keilmuan yang bersifat integratif atau juga disebut interkonektif antara kajian agama dengan ilmuilmu umum. Sesungguhnya sebutan itu -------integrasi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum, sebenarnya tidak terlalu tepat. Agama tidak perlu diintegrasikan atau diinterkoneksikan dengan ilmu apapun. Sebutan agama memang harus dibedakan dari sebutan Islam. Berbicara agama tidak mencakup ajaran Islam semuanya, tetapi penyebutan Islam akan termasuk di dalamnya adalah tentang agama. Tulisan berikut, --------yang dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran pada kegiatan semiloka Fakultas Syari ah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memberikan pandangan tentang bagaimana melihat ilmu secara utuh atau holistik sehingga tidak terjadi lagi kategorisasi antara ilmu agama dan ilmu umum, khususnya terkait dengan ilmu syari ah yang berkembang di PTAI di Indonesia, baik perguruan tinggi yang berstatus negeri maupun swasta. Pandangan yang diajukan dalam forum ini adalah sebatas hasil pengamatan dan renungan panjang, selama terlibat memimpin salah satu PTAI di Indonesia ini. Islam Seharusnya Dilihat Sebagai Agama dan Sekaligus Peradaban Ketika Islam dilihat semata-mata sebagai agama maka akan jauh berbeda dari tatkala Islam dilihat sebagai agama dan sekaligus peradaban. Tatkala Islam diperbincangkan dari aspek agama maka yang terbayang adalah kegiatan yang terkait dengan kegiatan yang terkait dengan doa, sembahyang, pemujaan dan berbagai ritual. Oleh karena itu maka tatkala berbicara agama, dan bahkan juga di kementerian agama, maka yang terbayang adalah tempat ibadah -------masjid, gereja, pura, klenteng dan sejenisnya. Selain itu, agama juga diartikan sebagai pengorbanan, maka yang terbayang kemudian adalah zakat, infaq, shadaqoh, wakaf dan juga dana pelayanan dan kebaktian. Kegiatan agama juga meliputi doa di seputar kelahiran, pernikahan, khitan, dan kematian.

Pemahaman terhadap lingkup kegiatan agama sebatas itu, maka juga membawa pengertian bahwa institusi keagamaan hanya mengurus hal-hal yang terkait dengan kegiatan di seputar tempat ibadah, peribadatan, seperti shalat, puasa, haji dan hari-hari besar keagamaan. Umpama agama dikaitkan dengan persoalan pendidikan, maka hanya dimaknai pendidikan secara terbatas, yaitu jenis pendidikan untuk melatih ibadah dalam pengertian terbatas pula. Pengertian agama seperti dimaksudkan itu juga bisa dilihat dari jenis-jenis pelayanan di kantor kementerian agama. Bidang agama Islam misalnya, hanya meliputi Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Urusan Haji, dan Direktorat Penerangan Agama. Pemaknaan lebih sempit lagi adalah yang terjadi di tingkat pemerintahan paling rendah, yaitu di tingkat kecamatan dan desa. Petugas agama hanya mengurus pernikahan, waris, talak dan rujuk serta hal-hal yang berhubungan dengan kematian. Fenomena seperti itu membawa pada suatu pengertian bahwa agama memang sempit, yaitu hanya terkait dengan ritual, ibadah, kebaktian dan tidak lebih dari itu. Berbeda dengan agama, Islam adalah agama dan sekaligus peradaban, dan bahkan peradaban yang unggul. Al Qur an dan hadits nabi tidak saja berisi petunjuk tentang pelaksanaan berbagai kegiatan ritual, tetapi mencakup kehidupan secara luas, yaitu seluas kehidupan itu sendiri. Al Qur an memberikan petunjuk tentang siapa sesungguhnya yang disebut sebagai Tuhan, sehingga dari sana lahir konsep tentang tauhid. Selain itu al Qur an berbicara tentang siapa sesungguhnya manusia, yakni makhluk yang memiliki dimensi jasmani, qolb, akal, dan ruh atau jiwa. Al Qur an juga berbicara tentang alam atau jagad raya ini. Kitab suci al Qur an juga memperkenalkan tentang semua makhluk, dari yang berukuran kecil hingga yang berbentuk dan berukuran besar. Diperkenalkan oleh al Qur an tentang bumi, langit, matahari, bulan, bintang, dan planit lainnya, tumbuh-tumbuhan dan binatang. Bahkan al Qur an juga memerintahkan manusia agar berjalan di muka bumi, mempelajari berbagai hal hingga binatang seperti unta hingga semut yang kecil. Al Qur an juga memberikan penjelasan agar manusia dalam menjalani hidupnya meraih keselamatan dan kebahagiaan. Keselamatan dalam konsep al Qur an berdimensi luas dan panjang, yakni selamat di dunia dan di akherat. Untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan, maka diperkenalkan berbagai konsep tentang iman, Islam, ikhsan dan amal shaleh, akhlak mulia. Islam juga menganjurkan agar menggali ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Oleh karena itu, memahami Islam hanya sebatas sebagai agama, maka rasanya telah mereduksi makna yang sebenarnya sangat luas itu. Namun selama ini pada kenyataannya, Islam hanya ditangkap sebatas pengertian sebagai agama. Islam dipersamakan agama lain, ditangkap hanya sebatas pada dimensi kehidupan ritual atau spiritual. Maka akibatnya, Islam menjadi terkesan sempit dan tidak bersifat universal. Namun pada perkembangan akhir-akhir ini, muncul kesadaran baru, yakni adanya harapan, tuntutan, dan bahkan gugatan agar Islam dipandang sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal menarik lainnya, bahwa akhir-akhir ini berhasil diketahui, bahwa ternyata bangsa-bangsa yang berpenduduk muslim di muka bumi ini, selalu tertinggal dari negara lainnya, baik dari aspek ekonomi, sosia politik,pendidikan dan ilmu pengetahuan. Fenomena ketertinggalan ummat Islam itu sebenarnya sangat mudah dijelaskan, yaitu adalah sebagai akibat kegagalan ummat Islam menangkap ajaran Islam yang sebenarnya. Para pemimpin dan tokohnya selalu memaknai Islam dalam pengertian sebatas sebagai agama. Mereka menyebut bahwa Islam telah maju dan sukses manakala mereka sudah berhasil membangun masjid, pesantren, dan madrasah, serta menjalankan ritual yang diikuti oleh sejumlah besar orang, sehingga tampak semarak. Islam hanya dimaknai sebagai agama dan berada di pinggiran. Islam yang sebenarnya mengajarkan tentang budaya luhur dan mulia, yakni mengedepankan ilmu pengetahuan -------sebagaimana sejak awal diperkenalkan perintah ber-iqra lewat al Qur an, konsep imam, amal shaleh dan akhlakul karimah, yakni tentang kejujuran,kebenaran, keadilan,

amanah, tabligh, fathonah, yang itu semua adalah merupakan pintu-pintu masuk menuju keunggulan peradaban, ternyata masih gagal dipahami oleh ummat yang menamakan dirinya sebagai muslim. Oleh karena itu jika kaum muslimin menghendaki tampil gagah dan berhasil memimpin dunia, maka tidak ada jalan lain kecuali harus ada keberanian menangkap isi ajaran kitab suci al Qur an dan sejarah kehidupan rasulullah secara sempurna atau komprehensif. Pemahaman seperti itu, adalah tidak terkecuali dalam kajian syari ah yang selama ini dikembangkan. Lima Misi Besar Islam Sebagai penyangga Beradaban Unggul Dari sekian lama mempelajari Islam, saya mendapatkan kesimpulan bahwa sebenarnya Islam membawa lima misi besar, yaitu : Pertama, Islam menjadikan ummatnya kaya ilmu pengetahuan. Hal itu bisa ditangkap dari petunjuk al Qur an bahwa ayat yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca. Membaca sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Orang yang pintar membaca, ternyata adalah orang-orang yang selalu beruntung, baik di dunia maupun di akherat. Selain itu misi Rasulullah yang disebutkan pertama kali adalah bertilawah, yang lagi8-lagi artinya adalah membaca. Bahkan asmaul husna yang pertama kali disebut adalah al kholiq, yang artinya adalah Yang Maha Pencipta. Semua ini menggambarkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan harus dimiliki oleh ummat Islam. Siapapun yang kaya ilmu maka akan meraih kemajuan dan begitu pula sebaliknya. Misi besar Islam kedua adalah menjadikan ummat Islam meraih keunggulan. Dengan Islam manusia diharapkan menjadi makhluk terbaik. Sebagai ciri makhluk yang unggul adalah : (1) mengetahui dirinya sendiri sebagai bekal untuk mengetahui Tuhannya atau bertauhid, (2) seseorang yang bisa dipercaya. Betapa pentingnya kepercayaan itu, sehingga Muhammad saw., sebelum diangkat sebagai rasul diberi julukan al amien yang artinya adalah seorang yang dapat dipercaya; (3) berkesanggupan untuk melakukan tazkiyatun nafs atau mensucikan diri. Islam mengajari agar manusioa selalu menjaga kesucian pikirannya, jiwanya dan juga raga atau jasatnya; dan (4) selalu berusaha agar hidupnya selalu memberi manfaat bagi orang lain. Manakala keempat ciri tersebut dimiliki oleh seseorang maka akan masuk kategori sebagai manusia unggul. Ketiga, Islam hadir di muka bumi adalah untuk membangun tatanan sosial yang adil. Keadilan dalam Islam diposisikan sebagai sangat strategis. Al-adaalah adalah segala-galanya. Berbagai ayat al Qur an memerintahkan agar ummat Islam menjaga keadilan, baik adil terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Sedemikian penting keadilan itu, sehingga jika terdapat dua alternatif calon pemimpin, yang satu seorang muslim tetapi diketahui tidak bisa adil sedangkan pilihan berikutnya non musl.im tetapi mampu berbuat adil, maka dianjurkan agar memilih pemimpin yang adil itu. Misi ke empat adalah Islam memberi tuntunan tentang tata cara melakukan kegiatan ritual, yaitu seperti berdzikir, berdoa, shalat, zakat, puasa, haji dan sejenisnya. Kegiatan ritual inilah rupanya yang selama ini ditangkap sebagai agama. Hal itu sebenarnya tidak salah, memang itulah yang disebut sebagai agama. Agama apapun memberi tuntunan dalam melakukan kegiatan ritual. Tuntunan ritual tersebut semestinya dijalankan begitu saja. Namun pada kenyataannya lebih banyak diperdebatkan hingga melahirkan banyak perpecahan, konflik dan bahkan permusuhan. Disebutkan bahwa perbedaan itu adalah rakhmat, akan tetapi pada kenyataannya justru menjadi musibah tatkala perbedaan itu berada pada wilayah ritual. Mungkin perbedaan yang sebenarnya membawa rakhmat letaknya pada aspek lainnya, misalnya dalam kegiatan ilmu. Perbedaan dalam kegiatan ritual di mana-mana melahirkan musibah berupa pertikaian yang sulit dihentikan. Misi kelima adalah mengimplementasikan konsep amal shaleh. Saya memaknai amal adalah kerja atau berbuat. Seangkan shaleh adalah benar, lurus, tepat, cocok atau persis., Sehingga beramal shaleh artinya adalah bekerja secara benar, tepat, sesuai atau dalam bahasa yang sederhana adalah

bekerja secara profesional, atau bekerja sesuai dengan keahliannya. Islam membawa misi agar semua pekerjaan dilaksanakan oleh para ahlinya. Diingatkan oleh hadits nabi bahwa sesuatu perkara yang diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka akan menghasilkan kehancuran. Manakala kelima misi besar tersebut bisa diwujudkan, maka ummat Islam akan mengami kemajuan. Mereka akan berhasil membangun kehidupan sebagaimana doa yang selalu dibaca, yaitu hasanah di dunia dan hasanah di akherat. Tegasnya, bilamana ummat Islam menjadi (1) kaya ilmu, (2) berhasil meraih dan menjaga kualitas hidup, yakni bertauhid, bisa dipercaya, bersedia melakukan tazkiyatun nafs dan selalu berharap memberi manfaat bagi orang lain, (3) berada pada tatanan sosial yang adil, (4) selalu menjalankan ritual untuk membangun kehidupan spiritual dan (5) selalu menunaikan pekerjaan secara profesional atau amal shaleh, maka kaum muslimin akan meraih keselamatan, kebahagiaan dan keunggulan. Itulah sebabnya, Islam adalah ajaran yang membawa ummatnya meraih peradaban yang unggul itu. Namun gambaran ideal itu belum berhasil diraih, oleh karena ummat Islam baru mengambil bagian dari lima misi besar Islam itu, yakni aspek ritualnya. Perhatian terhadap aspek ritual pun tidak terlalu sempurna oleh karena masih sibuk berdebat, melainkan diperdebatkan hingga berlebihan. Padahal secara empirik perdebatan pada tataran ritual akan melahirkan perpecahan, silang pendapat dan bahkan konflik hingga mengakibatkan ummat bercerai berai dan sangat sulit dipersatukan kembali. Berbagai aliran, kelompok, golongan dan organisasi sosial keagamaan muncul dari adanya perbedaan dalam kegiatan ritual tersebut. Dua Pilihan Antara Syari ah Agama atau Syari ah Islam Menelusuri makna agama dan juga uraian tentang lima misi besar Islam sebagaimana dikemukakan di muka, maka sebenarnya bisa dibaca posisi kajian syari ah dan bahkan juga apa yang dilakukan oleh peradilan agama sehari-hari selama ini. Manakala fakultas syari ah hanya mengkaji persoalan ibadah dalam pengertian kegiatan ritual, yakni terkait di seputar fiqh, maka sebenarnya selama ini ilmu syari ah baru berada pada wilayah kajian agama, sehingga cenderung lebih tepat disebut sebagai syari ah agama. Pilihan itu sebenarnya adalah syah-syah saja, kalau memang itu yang dikehendaki. Akan tetapi resikonya adalah, bahwa Islam yang sedemikian luas akan disalahpahami menjadi hanya sebatas sebagai agama. Sebagai contoh kongkrit tentang betapa keterbatasan pemaknaan syari ah dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan mudahnya. Saya pernah mewawancarai seorang yang telah lama bekerja sebagai pegawai peradilan agama hingga hampir pensiun. Menurut penjelasan yang saya terima, hal-hal yang dianggap sebagai tugasnya dan dikerjakan sehari-hari olehnya adalah sebatas yang terkait dengan perceraian, wakaf, dan waris. Hanya akhir-akhir ini, sehubungan dengan mulai muncul ekonomi syari ah, maka peradilan agama sekali-kali menangani perselisihan yang terkait dengan ekonomi syari ah itu. Sebagai seorang awam di bidang ilmu tersebut, saya membayangkan bahwa syari ah adalah kajian yang sedemikian luas. Bagi saya, ilmu syari ah adalah kajian yang sedemikian menarik oleh karena membawa misi keadilan yang merupakan kebutuhan azazi bagi setiap orang. Syari ah dibangun untuk menjaga lima hal pokok dari kebutuhan manusia, yaitu (1) menjaga keyakinan dan atau bertauhid, (2) menjaga akal, (3) menjaga jiwa, (4) menjaga keturunan dan (5) menjaga harta kekayaan. Peran seperti itu kiranya tidak cukup syari ah hanya dimaknai sebatas agama atau kegiatan ritual. Syari ah di zaman modern seperti ini harus dimaknai secara sempurna. Lima misi besar Islam harus ditangkap dan mewarnai kajian syari ah ke depan secara keseluruhan. Oleh karena itu sebagai implementasinya, maka sebutan syari ah harus dimaknai sebagai syari ah Islam, dalam pengertian mengemban ke lima misi besar Islam tersebut. Dan bukan hanya sebatas syari ah agama. Jika demikian itu halnya, maka syari ah harus disamakan dengan ilmu hukum.

Hukum sama artinya dengan syari ah dan atau tegasnya syari ah harus merupakan terjemahan dari kata hukum. Adapun jika ingin dicari bedanya dengan ilmu hukum yang dikembangkan oleh perguruan tinggi lain di luar PTAI, adalah terletak pada sumber kajiannya. Fakultas syari ah atau Hukum di PTAI dalam kajian keilmuannya selalu mendasarkan pada ayat-ayat qawliyah dan sekaligus ayat-ayat kawniyah. Oleh karena itu yang membedakan antara fakultas atau jurusan hukum dan syari ah bukan terletak pada wilayah kajiannya melainkan terletak pada sumber ilmu yang dijadikan dasar untuk mencari jawaban atas persoalan akademik yang dihadapi. Fakultas hukum atau syari ah di PTAI dalam menjawab pertanyaan akademik selalu mendasarkan pada al Qur an dan hadits dan disempurnakan dengan ayat-ayat kawniyah sebagai hasil dari observasi dan penalaran logis. Atas dasar pandangan seperti itu, maka fakultas hukum dan atau syari ah di PTAI menjadi tidak lagi hanya sebatas mengkaji persoalan-persoalan keluarga, seperti nikah, talak, rujuk, wakaf dan waris, melainkan juga melakukan kajian terhadap persoalan-persoalan ekonomi, perdagangan, perbankan, politik, sosial, hubungan internasional, perusahaan, pertambangan dan lain-lain yang lebih luas yang terkait dengan hukum atau syari ah itu. Dengan demikian, Islam melalui syari ah, akan tampak sebagai bidang studi yang amat penting dan memiliki wilayah kajian yang luas, yaitu seluas ajaran Islam itu sendiri. Dari pandangan seperti itu pula, maka akan tampak kajian syari ah yang bersifat komprehensif, integratif, utuh, interekonektif, dan holistik, untuk menyongsong keban gkitan Islam di masa depan. Selanin itu, dengan cara pandang tersebut, syari ah tidak memberi kesan lagi menakutkan dan juga sebaliknya sederhana, yaitu hanya memperbincangkan hukuman cambuk, potong tangan, pancung, perceraian, waris, wakaf dan sejenisnya. Melalui syari ah akan melahirkan harapan baru, yaitu kehidupan yang damai, menyelamatkan, kasih sayang, dan tatanan sosial yang adil dan membahagiakan. Dengan demikian konsep syari ah akan menjadi pilihan dan ditunggu-tunggu oleh oleh siapapaun yang mencintai kedamaian dan keadilan. Wallahu a lam.