BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

CITRA WANITA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. 1. Kepribadian tokoh perempuan dalam novel. seorang gundik.ibunda Sanikem berkepribadian cantik, pandai merawat diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

MATERI Bahan Ajar Penyiaran Radio Pendidikan BPMR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Studi Terdahulu. Begitu juga dengan analisis terhadap karya Perempuan Berkalung Sorban.

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

NOVEL GENI JORA DAN MATARAISA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN KESETARAAN GENDER DAN NILAI PENDIDIKAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB II LANDASAN TEORI. yang membaca karya sastra berdasarkan sudut pandang perempuan. Fakih (2007: 8)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

SKRIPSI. Oleh: SUKMA SEJATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN KELAYAKANNYA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan bahwa sastra menghidangkan sebuah sintesis antara hal-hal yang saling bertentangan. Salah satu bentuk pertentangan tersebut adalah pertentangan antara laki-laki dan perempuan yang menarik untuk dikaji dalam ilmu sastra. Melalui sastra, pembaca dapat mengetahui mengenai masalah gender, seperti ketidakadilan gender yang masih terjadi terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan terhadap perempuan dapat disebabkan oleh pandangan masyarakat yang terkadang menganggap kaum perempuan sebagai warga kelas dua sehingga secara tidak langsung memberikan dampak buruk terhadap kaum perempuan. Pandangan tersebut dapat berasal dari budaya patriarki, yaitu budaya yang menyatakan bahwa kaum laki-laki dapat mengontrol kaum perempuan. Pada umumnya, masyarakat Indonesia menganut budaya patriarki sehingga terjadilah pertentangan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Saat gerakan feminisme belum berkembang, keberadaan kaum perempuan masih kurang dihargai. Kaum perempuan masih dinomorduakan dari kaum laki-laki. Padahal, kaum perempuan juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Selain itu, perempuan juga seharusnya memiliki hak yang sama dengan hak yang dimiliki oleh kaum laki-laki. Diskriminasi terhadap kaum perempuan bukan hanya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam karya sastra juga banyak digambarkan tentang

kehidupan perempuan yang berperan sebagai penderita. Endrawarsa (2008:114) mengatakan perempuan di mata laki-laki dan juga di mata sastrawan pria sekedar obyek. Konsep ini telah membelenggu sehingga mendorong perempuan ke sudut: keterpurukan nasib. Banyak penulis pria yang menjadikan tokoh perempuan sebagai obyek yang lemah. Kehidupan perempuan selalu saja hanya melingkupi area domestik atau keluarga. Adakalanya perempuan hanya dijadikan obyek erotis bagi laki-laki dalam karya sastra mereka, seperti Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya yang berjudul Yang Sudah Hilang, melukiskan tiga perempuan tetap pada nasib domestik mereka. Tidak ketinggalan WS Rendra yang melukiskan Maria Zaitun dalam puisi Nyanyian Angsa, adalah potret nasib perempuan yang harus menjadi pelacur dan terkena penyakit raja singa. Namun, setelah feminisme lahir dan berkembang, banyak penulis perempuan yang bangkit dan melahirkan karya sastra yang bernuansa gerakan emansipasi terhadap perempuan. Salah satu karya sastra tersebut adalah novel Perempuan Berkalung Sorban (selanjutnya disingkat PBS) karya Abidah El Khalieqy. Novel PBS mengangkat masalah ketidakadilan terhadap kaum perempuan sekaligus memberi solusi terhadap perempuan untuk lepas dari kekuasaan laki-laki. Menurut Fakih (2004:12), ketidakadilan gender merupakan sistem atau struktur baik kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender terjadi karena adanya perbedaan gender. Perbedaan gender adalah perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat. Contohnya: laki-laki berperan sebagai suami dan kepala rumah tangga yang bertugas mencari nafkah, sedangkan perempuan berperan

sebagai istri yang bertugas mengurus rumah tangga. Fungsi dan peran berdasarkan gender tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor sosial dan kebudayaan masyarakat. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki maupun terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan gender dimanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni: marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan streotipe atau pelabelan negatif, kekerasan fisik atau psikis, dan beban kerja yang panjang dan banyak. Tokoh-tokoh dan masalah-masalah yang dimunculkan di dalam novel PBS menunjukkan adanya ketidakadilan gender terhadap perempuan. Pada dasarnya novel PBS menceritakan perjalanan hidup Annisa Nuhaiyyah sebagai tokoh utama yang selalu mengalami perlakuan tidak adil oleh keluarga dan suaminya, Samsudin. Sejak kecil, Annisa telah dibebankan untuk melakukan pekerjaan domestik yang panjang dan banyak. Kehidupan Annisa lebih banyak dihabiskan di rumah dan di dapur padahal Annisa ingin beraktivitas di luar rumah seperti kedua abangnya. Selain itu, Annisa juga mengalami marginalisasi yang disebabkan pendidikannya yang hanya lulus SD sehingga Annisa tidak dapat bekerja. Oleh karena itu, setelah menikah dengan Samsudin, kesejahteraan Annisa dalam ekonomi harus bergantung kepada suaminya. Ketergantungan tersebut juga menimbulkan kekerasan fisik dan psikologis terhadap Annisa. Dalam novel PBS terdapat subordinasi dan streotipe terhadap perempuan. Subordinasi yang menganggap perempuan tidak penting untuk mengeyam jenjang pendidikan telah mengakibatkan Annisa hanya disekolahkan sampai SD. Streotipe-

streotipe perempuan, seperti: perempuan itu suka menggoda dan sarang fitnah juga secara tidak langsung mengganggu perkembangan psikis Annisa. Ketidakadilan terhadap Annisa dapat terjadi karena dua faktor, yaitu penafsiran ajaran agama Islam yang keliru dan tradisi kebudayaan Jawa. Di dalam novel PBS dicantumkan ayat-ayat Alquran dan hadis yang mengatur mengenai soal perempuan, menstruasi, dan hubungan suami istri. Namun, ayat-ayat Alquran dan hadis yang dalam novel PBS seakan-akan memojokan kaum perempuan karena hanya ditafsirkan secara tekstual saja tanpa ditafsirkan secara kontekstual. Akibatnya, tafsiran tersebut mengisyaratkan pada ketidakadilan terhadap perempuan. Tekstual adalah berkenaan dengan teks, yaitu naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang. Kontekstual adalah berkenaan dengan konteks, yaitu bagian suatu kalimat yang dapat menambah kejelasan makna atau situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Selain penafsiran ajaran agama Islam yang keliru, faktor lain yang menyebabkan ketidakadilan gender dalam novel PBS adalah kebudayaan Jawa. Hal tersebut karena kebudayaan Jawa didominasi oleh budaya patriarki yang membentuk pola pikir, tradisi, dan peraturan bagi perempuan yang merugikan kaum perempuan. Salah satunya adalah tradisi kawin paksa atau kawin di bawah umur. Kawin paksa tidak hanya terjadi pada masyarakat Jawa saja. Masyarakat Minangkabau, Batak, Melayu, dan suku-suku lainnya di Indonesia juga memiliki tradisi tersebut. Hal itu karena pada umumnya suku-suku di Indonesia menganut sistem patrilineal, yaitu sistem hubungan keturunan melalui garis kerabat pria atau bapak saja. Sistem patrilineal membentuk kekuasaan kaum laki-laki untuk mengontrol kaum perempuan.

Tradisi kawin paksa juga dialami oleh Annisa dalam novel PBS. Annisa yang merupakan seorang perempuan Jawa dituntut untuk memiliki sifat yang penurut terhadap orang tuanya. Selain itu, kebudayaan Jawa juga memiliki streotipe-streotipe perempuan, seperti kanca wingking yang artinya perempuan bertugas atau berkewajiban memasak dan mengurus anak. Streotipe tersebut mengakibatkan Annisa dibebankan melakukan pekerjaan domestik yang panjang dan banyak. Menyimak cerita kehidupan Annisa yang tidak pantang menyerah untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan, novel PBS sangat menarik untuk diteliti. Selain itu, novel PBS bercerita mengenai kehidupan santriwati yang menjadikan novel ini berbeda dari novel sastra lainnya. Tokoh Annisa diciptakan sebagai seorang santri yang berkepribadian kuat, berani, dan cerdas. Berbeda dengan santriwati pada umumnya yang selalu dicitrakan masyarakat sebagai muslimah yang pasif, kehidupannya monoton, dan takut melawan segala peraturan kuno pesantren. Karakter Annisa dianggap mampu mewakili perjuangan seorang muslimah dalam menegakkan emansipasi pemikiran dan keberaniannya untuk melawan dominasi dan diskriminasi tokoh-tokoh antagonis yang bersifat patriarkis. Selain itu, novel PBS berbeda dari novel-novel sastra lainnya karena mencantumkan tafsiran ayat-ayat Alquran dan hadis mengenai perempuan. Tafsiran tersebut dikritik oleh pengarang melalui tokoh Annisa dan Khudori karena dianggap misoginis atau membenci perempuan. Pengarang novel PBS mencoba menawarkan pemikiran yang baru mengenai tafsiran ayat-ayat Alquran dan hadis yang lebih adil terhadap perempuan. Kelebihan novel PBS lainnya adalah novel PBS ditulis oleh seorang perempuan sehingga ceritanya juga dibangun berdasarkan pola pikir dan pengalaman seorang perempuan. Apalagi Abidah sebagai pengarang novel PBS merupakan mantan

santriwati sehingga mengenal dan merasakan secara langsung bagaimana kehidupan di pondok pesantren. Melalui novel PBS, Abidah memberikan semangat feminisme kepada kaum perempuan untuk bangkit dan memperjuangkan hak-hak mereka yang dirampas oleh orang-orang yang patriarkis. Novel PBS yang mengangkat masalah perempuan dan masalah keagamaan Islam telah memberi sumbangan dalam dunia sastra dan menambah khazanah keanekaragaman novel di negeri ini. Novel PBS secara tidak langsung juga menimbulkan semangat masyarakat dan pemerintah untuk mencari solusi dan merancang langkah-langkah memperbaiki nasib perempuan Indonesia agar menjadi lebih baik. Novel PBS dapat menjadi perintis bagi perempuan agar terus berjuang untuk keadilan kaum perempuan dalam masyarakat. Perempuan yang membaca novel PBS akan lebih bijak dan tidak menyerah dalam mencari solusi terhadap praktik-praktik dominasi tokoh antagonis yang bersifat patriarkis. Penelitian ini menguraikan bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terjadi pada tokoh utama dan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakadilan gender dalam novel PBS. Masalah-masalah tersebut dianalisis berdasarkan kritik sastra feminisme. 1.2 Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah, perlu adanya perumusan masalah. Perumusan masalah dalam penelitian adalah: 1) Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terjadi pada tokoh utama dalam novel PBS. 2) Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakadilan gender dalam novel PBS.

1.3 Batasan Masalah Penelitian ini menguraikan bentuk-bentuk ketidakadilan gender dibatasi pada tokoh utama saja. Selain itu, penelitian ini juga menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakadilan gender dalam dua ruang lingkup, yaitu: penafsiran ajaran agama Islam yang keliru dan kebudayaan Jawa. Masalah-masalah tersebut dianalisis berdasarkan kritik sastra feminisme. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk menguraikan bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terjadi pada tokoh utama dalam novel PBS. 2) Untuk menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakadilan gender dalam novel PBS. 1.4.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam. 1. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai masalah-masalah perempuan, yaitu mengenai bentuk-bentuk ketidakadilan gender dan faktorfaktor yang menyebabkan ketidakadilan gender dalam novel PBS. 2. Membangkitkan kepedulian pembaca mengenai masalah perempuan dan memberikan pemahaman tentang sikap feminisme dalam novel PBS.