pendidikan. Beberapa hal perlu diperhatikan juga dalam proses pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk. dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika telah dituangkan untuk mempelajari matematika di tingkat sekolah lanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ( Sudjana,2011 : 1). Upaya pengembangan pendidikan pada tingkat satuan dasar, menengah, atas merupakan sebuah keharusan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di kelas maupun dalam melakukan percobaan di. menunjang kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan khususnya guru sebagai pelaksana pembelajaran. Pembelajaran. norma/standar yang berlaku (Yamin, 2008: 22).

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari diri manusia, masyarakat maupun lingkungannya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. rendah dimana nilai siswa 50 sementara nilai yang diharapkan adalah 60 ke atas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil observasi awal dan diskusi dengan guru-guru SD Negeri 02 Budi Aji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sangat. diperhatikan oleh pemerintah. Hingga saat ini pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan guna menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian diharapkan agar dapat menemukan sesuatu yang baru untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dari teori kognitif (Efi, 2007). Pendidikan Biologi diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dunia pendidikan adalah cermin dari maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU. selalu dituntut untuk memikirkan tentang bagaimana cara merencanakan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. siswa memahami materi yang diajarkannya, sangat sesuai dengan kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kondisi siswa SMA PGRI 2 Marga Tiga, kelas XI IPS, sebelum diadakan

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan sangat menentukan bagaimana ketercapaian tujuan pendidikan. Sebab pembelajaran bersentuhan langsung dengan peserta dan juga berkaitan dengan bagaimana keberlangsungan suatu proses belajar mengajar sehingga peserta didik dapat dengan mudah membentuk struktur pengetahuannya di berbagai bidang. Tidak berlebihan jika proses pembelajaran bersama dengan elemen yang terkait didalamnya menjadi ujung tombak dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkarakter dan berdaya saing. Agar dapat mencapai tujuan tersebut tentu sangatlah tidak mudah karena merupakan sesuatu yang kompleks dan melibatkan banyak unsur didalamnya, baik secara kelembagaan pendidikan maupun kemampuan secara individu (guru dan siswa). Pembelajaran merupakan kegiatan inti dari pendidikan di sekolah sekolah, olehnya itu memiliki peran strategis dalam menunjang ketercapaian pendidikan. Beberapa hal perlu diperhatikan juga dalam proses pembelajaran termasuk bagaimana memilih dan menentukan model pembelajaran. Semakin menarik model yang diterapkan oleh guru, maka akan mendapatkan respon yang baik pula dari peserta didik. Jika ini memang benar terjadi, maka tujuan dari pembelajaran akan sangat mudah dicapai. Semua mata pelajaran yang ada sesuai dengan kurikulum tentunya memiliki tujuan sesuai dengan karekter disiplin ilmu yang berbeda beda, begitu juga dengan mata pelajaran sejarah. Sebagai salah satu mata pelajaran yang menekankan aspek mentalitas, sejarah memiliki peran

strategis dalam menumbuhkan sikap nasionalisme yang menopang pembentukan karakter bangsa. Sehingga itu, proses pembelajaran harus berjalan seefektif mungkin. Pemilihan model pembelajaran yang tepat menjadi indikator terlaksananya capaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dewasa ini proses pembelajaran dituntut menggunakan model yang lebih inovatif dan menekankan keaktifan siswa dari pada guru sebagai tenaga pendidik. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran dan aktif berpikir secara mandiri. Terlebih lagi pada mata pelajaran sejarah yang memang menuntut inovasi pembelajaran agar tidak terkesan menjadi mata pelajaran yang kaku dan membosankan. Image pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang membosankan karena cenderung dengan hafalan menjadi tantangan berat bagi guru untuk merubahnya menjadi pelajaran yang menarik dan dapat merangsang minat belajar siswa. Sangat disadari bahwa untuk dapat melaksanakan model pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran sejarah sangatlah tidak mudah. Selain mempertimbangkan aspek sumber daya manusianya (guru), harus juga mempertimbangkan aspek lainnya seperti kurangnya fasilitas, kebijakan sekolah dan sebagainya. Bukan tidak mungkin di tengah tengah tuntutan perkembangan dunia pendidikan agar lebih inovatif, masih ada juga sekolah sekolah yang justru masih mempertahankan model pembelajaran konvensional yang lebih menekankan keaktifan dari guru. Hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber daya manusianya atau tenaga pengajar yang bisa jadi lebih merasa tepat menggunakan model konvensional dari pada yang inovatif, dan juga faktor lain seperti kurangnya fasilitas yang mendukung dalam

pengembangan model pembelajaran yang baru dan lebih menekankan keaktifan siswa. Situasi seperti ini yang tergambar di salah satu Sekolah Menengah Atas di wilayah Provinsi Gorontalo tepatnya di Kabupaten Bone Bolango Kecamatan Tapa yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tapa. Model pembelajaran yang sering digunakan pada mata pelajaran sejarah adalah model pembelajaran konvensional dimana guru lebih terlihat aktif sedangkan siswanya hanya mendengar dan bergantung pada kemampuan guru dalam menjelaskan agar mereka bisa menguasai seluruh materi. Sesuatu yang tentu sangat tidak terlalu efektif untuk dapat memahami pelajaran sejarah secara utuh. Pembelajaran konvensional jika dijabarkan lebih lanjut, identik dengan metode ceramah. Selama pembelajaran sejarah berlangsung di SMA Negeri 1 Tapa, model pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah dimana guru lebih aktif memberikan materi. Memang sering juga terlihat pembelajaran dengan metode diskusi sering dilakukan tapi tidak lebih sering dari ceramah yang hanya berpusat pada guru. Peserta didik yang bergantung pada kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, mereka tidak terlalu banyak mendapatkan kesempatan untuk mencari, berpikir, dan mengeksplorasi kompetensi diri dalam mempelajari sejarah. Model pembelajaran konvensional seperti ini seharusnya tidak terlalu sering digunakan karena tuntutan pendidikan sekarang yang lebih fokus pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran konvensional yang identik dengan metode ceramah jika dapat berjalan lebih efektif dan memang menyentuh tujuan pembelajaran yang hendak dicapai tentunya tidak akan menjadi masalah. Jika terlalu keseringan pula bukan

tidak mungkin peserta didik akan sampai pada puncak kejenuhan dalam mempelajari sejarah. Hal ini disebabkan karena peserta didik kurang menerima metode baru yang bisa menjadi stimulus dalam mempelajari sejarah. Dengan demikian, maka pembelajaran sejarah dengan pendekatan konvensional di SMA Negeri 1 Tapa harus memiliki strategi strategi khusus agar peserta didik dapat dengan mudah dan senang dapat menerima materi. Dibutuhkan keahlian khusus dalam pengelolaan kelas oleh guru dan juga tentu kemampuan guru dalam menguasai dan menyampaikan materi sejarah agar peserta didik dapat memahami dengan baik agar dapat dikatakan pembelajaran yang efektif. Sejauh pembelajaran konvensional memberikan dampak terhadap proses pembelajaran, maka dapat dikatakan efektif. Melihat fenomena dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tapa tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian bagaimana efektivitas penggunaan model pembelajaran konvensional yang selama ini dilakukan pada mata pelajaran sejarah. Jika penggunaan model pembelajaran konvensional ini dapat diterima dan dengan mudah memberikan pemahaman kepada siswa, maka model pembelajaran ini dapat dikatakan efektif digunakan pada sekolah tersebut. Penelitian skripsi ini berjudul Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Konvensional Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Tapa. Penelitian ini sudah tentu akan melihat ketercapaian penggunaan model konvensional pada mata pelajaran sejarah.

1.2. Identifikasi Masalah Penelitian ini melihat bagaimana ketercapaian penggunaan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tapa. Model pembelajaran konvensional pada penelitian ini terfokus pada metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas, sesuai dengan apa yang menjadi realita pada proses belajar menagajar sejarah di sekolah tersebut. Tingkat efektifitas penggunaan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tapa bergantung pada faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam penggunaannya. Sehingga faktor faktor tersebut akan menjadi bagian dalam masalah penelitian ini. 1.3. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keunggulan penggunaan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tapa? 2. Bagaimana kesesuaian penggunaan model pembelajaran konvensional dengan tujuan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tapa? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah ingin mengetahui : 1. Keunggulan penggunaan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tapa.

2. Kesesuaian penggunaan model pembelajaran konvensional dengan tujuan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Tapa. 1.5. Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagi siapapun, begitu pula halnya dengan penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Manfaat praktis : 1. Bagi pemerintah : dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengambilan kebijakan terkait pendidikan khususnya di SMA Negeri 1 Tapa. 2. Bagi sekolah : diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam melihat proses pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran sejarah. Manfaat Teoritis yaitu : bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam meneliti efektifitas penggunaan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sejarah.