(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009), hlm Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh manusia semakin kompleks dan bervariasi. Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak nilai dan pelajaran bagi hidup seseorang. 1 Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran, yaitu: Al-Qur an-hadis, Akidah-Akhlak, Al Qur an

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilaksanakan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup suatu bangsa agar tidak sampai menjadi. bangsa yang terbelakang dan tertinggal dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Dasar-dasar Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, November 2011, hlm 98

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang mengandung aturan-aturan tentang jalan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Meningkatkan kemajuan di negara Indonesia, maka ada berbagai langkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran :

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Nuryani Y Rustama, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (tt.p: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULAN !"#$% &'(! -.(/"#0 7!"18 9 $18 :;<;=

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas sebagai manusia yang hidup di tengah manusia yang lain dan. untuk menjadikan hidupnya lebih bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian yang bersifat umum dan

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif, (Yogyakarta: TERAS, 2008), hal. 5.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau dalam bahasa Ingris adalah Staed Islamic University of Sultan Syarif Kasim

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN AGAMA R E P U B L I K I N D O N E S I A I J A Z A H MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun di madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan rohani kearah terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang berkualitas). 1 Tujuan pendidikan merupakan komponen penting yang berperan untuk menentukan arah proses kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan disusun secara berjenjang, yaitu mulai secara berturut-turut tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler, dan intruksional. Tujuan-tujuan yang tersebut lebih kemudian, secara struktural dibawahi dan dijabarkan langsung dari tujuan yang berada diatasnya. Tujuan pendidikan nasional, dikhususkan menjadi tujuan institusional, yaitu tujuan atau rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah ia menyelesaikan pendidikannya di lembaga tersebut, seperti tujuan Madrasah Ibtidaiyah, tujuan Madrasah Aliyah (MAN), tujuan Madrasah Tsanawiyah dan lain sebagainya. Tujuan institusional ini juga harus dijabarkan menjadi tujuan kurikuler yakni tujuan yang harus dicapai oleh setiap mata pelajaran (bidang studi) tertentu, misalnya tujuan mata pelajaran Agama, tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlaq, tujuan mata pelajaran PPKN dan lainlain. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur an Hadis, Aqidah Akhlaq, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi, dan melengkapi. Aqidah atau keimanan merupakan akar atau pokok Agama dan akhlaq bertitik tolak dari aqidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Akhlaq merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti 11 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 009), hlm. 5. Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 00), hlm. 13-133. 1

bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian manusia dalam menjalankan sistem kehidupan yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Pembelajaran Akidah Akhlaq bukan hanya berupa pengetahuan, namun yang terpenting adalah pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga guru harus jeli betul dalam memperhatikan perkembangan pemahaman peserta didiknya. Hal itu dapat dipantau dari setiap individunya. Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan utamanya sekolah dan madrasah, diperlukan beberapa komponen pokok, diantaranya kepemimpinan sekolah yang tangguh, demokratis sekaligus ulet, program kurikulum yang baik, penyelenggaraan manajemen pendidikan yang memadai dan menunjang terlaksananya pengelolaan proses belajar mengajar yang optimal, penyelenggaraan program bimbingan dan konseling yang terarah, serta tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap. 3 Hal ini sesuai dengan isi dan praktik pendidikan di Indonesia yang diturunkan dari aspirasi dan cita-cita bangsa Indonesia yang tersimpulkan didalam pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar 45, serta didasarkan pada berbagai aturan pokok dan aturan pelaksanaan sebagaimana termuat didalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 45, Undang-Undang Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan pedoman teknis penyelenggaraannya. Kegiatan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari upaya pendidikan, mengacu kepada aspirasi dan cita-cita bangsa serta berbagai aturan dan pedoman tersebut. Bimbingan dan konseling ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan kepada peserta didik bagi pengembangan pribadi dan potensi mereka seoptimal mungkin. 4 3 Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan dan Konseling Religius (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 010), hlm. 1. 4 Prayiitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 001), hlm. 1.

Perlunya usaha pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, dintaranya adalah faktor perkembangan pendidikan itu sendiri, faktor sosio-kultural, dan faktor psikologis. Faktor perkembangan pendidikan ditemukan pada kenyataan-kenyataan yang menunjukkan perlunya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan. 5 Setiap peserta didik, khususnya di MI/SD memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, disamping terdapat persamaan. Perbedaan menyangkut: kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga, dan lain-lain. Perbedaan ini cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap peserta didik, baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang dicapai peserta didik itu sendiri. 6 MI Miftahuas Sibyan Tugurejo Semarang adalah sekolah yang menjadi objek penelitian ini, penelitian akan dilakukan pada kelas V, dimana dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq di kelas V guru kelas juga sebagai guru BK. Selain mengajar di kelas guru juga memberikan pelayanan BK kepada setiap peserta didik, karena di MI Miftahus Sibyan seorang guru kelas juga merangkap sebagai guru BK dan proses pelayanan BK juga dibantu oleh kepala madrasah yang mana hal tersebut berfungsi untuk mempermudah dan memperlancar proses pelayanan BK di MI Miftahus Sibyan Tugurejo Semarang. Dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq terdapat keterkaitan antara mata pelajaran tersebut dengan Bimbingan dan Konseling, dimana keduanya saling mendukung dalam menunjang proses pembelajaran untuk mencetak peserta didik yang berprestasi dan berakhlaq mulia. Karena koneksitas pembelajaran Aqidah Akhlaq dan Bimbingan Konseling adalah sebuah rancangan pembelajaran yang menempatkan guru kelas atau guru mata pelajaran Aqidah Akhlaq dan guru BK kelas V MI Miftahus Sibyan sebagai relasi untuk merumuskan sebuah tujuan, materi, metode, dan evaluasi pembelajaran yang 5 Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, hlm. 37. 6 Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam DEPAG RI, 009),hlm. 104. 3

lebih mengena kepada peserta didik dan berdasarkan kenyataan bahwasanya permasalahan peserta didik tersebut tidak cukup terselesaikan hanya di dalam kelas. Berdasarkan hasil observasi peneliti di MI Miftahus Sibyan Tugurejo Semarang, peneliti mengamati proses pembelajaran Aqidah Akhlaq di kelas V, oleh karena itu pembelajaran Aqidah Akhlaq akan dikoneksikan dengan Bimbingan Konseling dengan tujuan untuk memberikan nilai tambah pada peserta didik dan supaya peserta didik lebih mengerti serta mendapatkan pembelajaran yang lebih mengena sehingga akan memberikan kesan yang mendalam dan menumbuhkan semangat bagi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlaq di Kelas V MI Miftahus Sibyan Tugurejo Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 01-013?. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Kelas V MI Miftahus Sibyan Tugurejo Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 01-013? 3. Bagaimana Bentuk Koneksitas Pembelajaran Aqidah Akhlaq dengan Bimbingan Konseling di MI Miftahus Sibyan Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mencapai beberapa tujuan sebagai berikut: a. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlaq pada peserta didik kelas V di MI Miftahus Sibyan Tugurejo Semarang tahun pelajaran 01-013. b. Mengetahui pelaksanaan Bimbingan Konseling pada peserta didik kelas V di MI Miftahus Sibyan Tugurejo Semarang tahun pelajaran 01-013. 4

c. Mengetahui koneksitas pembelajaran Akidah Akhlaq dengan bimbingan konseling pada peserta didik kelas V di MI Miftahus Sibyan Tugurejo Semarang tahun pelajaran 01-013.. Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: a. Bagi penulis adalah penelitian ilmiah merupakan dasar untuk meningkatkan pengetahuan, jadi penulisan skripsi ini diadakan agar dapat meningkatkan pencapaian usaha. Karena tanpa adanya penelitian pengetahuan tidak akan bertambah maju, padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Dengan penelitian ini maka wawasan dan pengetahuan penulis bertambah. b. Bagi pendidik, khususnya guru kelas V bidang studi Aqidah Akhlaq dan guru BK dapat memberikan informasi tentang pembelajaran Aqidah Akhlak dan Bimbingan Konseling sehingga ditemukan adanya bentuk koneksitas yakni adanya keterkaitan antara mata pelajaran Aqidah Akhlaq dengan Bimbingan Konseling. c. Bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk menambah kepustakaan yang dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan karya ilmiah lebih lanjut. 5