ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK CAMPURAN DENGAN BANK ASING

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK SYARIAH (X) DAN BANK KONVENSIONAL (Z) TAHUN

ANALISIS PERBANDINGAN KENERJA KEUANGAN BANK DKI KONVENSIONAL DAN BANK DKI SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar. Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN. Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR BANK KLATEN

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGENAI TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL ( Studi Kasus Pada PT. Bank Bukopin Tbk Periode )

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK ARTOS INDONESIA Tbk PERIODE

ANALISIS CAMEL SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR TINGKAT KINERJA BANK (Studi pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Bumi Gora Jaya Periode )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO KEUANGAN DAN PERBANDINGANNYA DALAM SATU INDUSTRI BANK UMUM SYARIAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

Perbandingan Kinerja Bank Negara Indonesia Syariah Dengan Bank Negara Indonesia (Tbk) Konvensional Tahun

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT BANK MANDIRI ( PERSERO

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat yang Beroperasi di Wilayah Kota dan yang Beroperasi di Wilayah Kabupaten Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, BANK SYARIAH MANDIRI, DAN BNI SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary,

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN ANALISIS CAMEL DAN RGEC DALAM MENILAI TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK CENTRAL ASIA, TBK.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

Sri Pujiyanti Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

Oleh: ASRI WIYATI B

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Industri Perbankan di Indonesia sangat penting peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT BANK DANAMON DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PERIODE TAHUN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

SUATU STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE CAMEL DALAM MENILAI TINGKAT KESEHATAN BANK

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

PENGARUH RISIKO KREDIT, RISIKO LIKUIDITAS, DAN PERMODALAN TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

IMPLEMENTASI PERATURAN BANK INDONESIA (PBI) DALAM KINERJA KEUANGAN PADA BANK MUAMALAT INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

STUDI KOMPARATIF KINERJA KEUANGAN METODE CAMEL PADA PT. BANK MANDIRI Tbk. dan PT. BANK CENTRAL ASIA Tbk.

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL Ari Setyaningsih Setyaningsih Sri Utami Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Methods This study uses a case study on PT Bank Syariah Muamalat Tbk and PT Bank BRI Tbk is listed on the Indonesia Stock Exchange. Data sources using secondary data obtained from the financial statements of PT Bank Syariah Muamalat Tbk and PT Bank BRI Tbk, published in the period 2009 2011. Data collection techniques using documentation and literature. Analysis using financial ratio analysis of CAR, NPL, ROA, BOPO and LDR. The results that: CAR ratio at PT Bank BRI Tbk look better than the PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. This is indicated by the higher value of CAR for the period 2009 2011 which is owned by PT Bank BRI Tbk. NPL ratio at PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk better than the PT Bank BRI Tbk. This is indicated by the lower value of NPL during the period 2009 2011. ROA ratio at PT Bank BRI Tbk look better than the PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. This is indicated by the higher value of ROA over the period 2009 2011. BOPO ratio at PT Bank BRI Tbk better than the PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. This is indicated by the lower value of BOPO over the period 2009 2011. Liquidity ratio at PT Bank BRI Tbk better than financial performance compared with PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. This is shown both on the value of LDR. During the period 2009 2011 the value of LDR at PT Bank BRI Tbk lower. Keywords: CAR, NPL, ROA, BOPO and LDR PENDAHULUAN Perbankan di Indonesia merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan penting dalam perekonomian suatu Negara, hal ini dikarenakan perbankan merupakan salah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary yaitu lembaga yang mempunyai peranan untuk mempertemukan antara pemilik dana dengan pengguna dana, maka kegiatan bank harus berjalan secara efisien pada skala makro maupun mikro. Dana hasil mobilitas mas- 100 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 1, April 2013: 100 115

yarakat dialokasikan keberbagai macam sektor ekonomi dan keseluruhan area yang membutuhkan secara cepat dan tepat. Peningkatkan mobilisasi dana masyarakat selama ini belum terlayani oleh sistem perbankan konvensional dan untuk mengakomodasi kebutuhan terhadap layanan jasa perbankan sesuai prinsip syariah, maka pada tahun 1992 bank syariah resmi dikenalkan kepada masyarakat. Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah (Muhammad, 2005: 11). Hal kegiatan operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Pola bagi hasil ini memungkinkan nasabah untuk mengawasi langsung kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi hasil yang diperoleh. Jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin besar pula bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi indikator bahwa pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini yang transparan dan mudah bagi nasabah. Berbeda dari perbankan konvensional, nasabah tidak dapat menilai kinerja hanya dari indikator bunga yang diperoleh. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus didukung dengan manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bertahan hidup adalah kinerja kondisi keuangan bank. Penelitian ini menggunakan Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk yang mana dalam kinerja perusahaannya lebih lama dalam industri perbankan di Indonesia dan merupakan bank umum syariah pertama yang kegiatan usahanya menjalankan prinsip syariah. Sedangkan Bank Umum Konvensional yang dipilih untuk dibandingkan dengan bank umum syariah adalah salah satu bank konvensional milik pemerintah yang terbesar di Indonesia dan juga sebagai Bank Pemerintah pertama di Indonesia yaitu PT Bank BRI Tbk. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengalisis kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR. 2. Menganalisis kinerja keuangan PT Bank BRI Tbk dilihat dari rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR. 3. Menganalisis perbandingan kiner- Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... (Ari S. & Setyaningsih SU) 101

ja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap PT Bank Syariah Muamalat Tbk dan PT Bank BRI Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Teknik Analisis Data 1. Rasio permodalan Rasio yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Capital Adequeency Ratio (CAR), yaitu merupakan perbandingan jumlah modal dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Rasio (ATMR) yang diformulasikan dengan: Modal Bank CAR = X 100% Total ATMR (Kasmir, 2003: 265) 2. Rasio kualitas aktiva produktif Perhitungan kualitas aktiva produktif (KAP) diukur menggunakan Non Performing Loan (NPL), yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva produktif. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva produktif, dihitung dengan rumus sebagai berikut: Total kredit bermasalah NPL = Total seluruh kredit x 100% (Kasmir, 2003: 266) Tabel 1 Kriteria Penilaian Capital Adequeency Ratio Nilai Kredit Predikat > 8% Sehat 6,5% 7,99% Cukup Sehat 5,0% 6,49% Kurang Sehat 4,99% Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 Tabel 2 Kriteria Penilaian Rasio Aktiva Produktif Nilai Kredit Predikat 0,00% - 10,35% Sehat 10,36% - 12,60% Cukup Sehat 12,61% - 14,85% Kurang Sehat > 14,85% Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran BI No. 13/24 DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 102 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 1, April 2013: 100 115

3. Rasio Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA). Laba Sebelum Pajak ROA = X 100% Total Aktiva (Kasmir, 2003: 268) 4. BOPO ( Biaya Operasional Pendapatan Operasional) Biaya Operasional BOPO = X 100% Pendapatan Operasional (Kasmir, 2003: 268) 5. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas yang diwakili oleh Laon to Debt Ratio (LDR) Kredit yang diberikan LDR = X 100% Dana Pihak ketiga (Kasmir, 2003:270) Tabel 3 Kriteria Penilaian Return On Asset Nilai Kredit Predikat > 1,21% Sehat > 0,98% - 1,21% Cukup Sehat > 0,76% - 0.98% Kurang Sehat 0,76% Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 Tabel 4 Kriteria Penilaian Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional Nilai Kredit Predikat 93,52% Sehat 93,53% 94,73% Cukup Sehat 94,74% 95,92% Kurang Sehat 95,93% Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran BI No. 13/24 DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 Tabel 5 Kriteria Penilaian Loan to Deposito Ratio LDR) Nilai Kredit Predikat 94,755% Sehat 94,756% 98,75% Cukup Sehat 98,76% 102,25% Kurang Sehat 102,6% Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran BI No. 13/24 DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... (Ari S. & Setyaningsih SU) 103

Setelah dilakukan analisis kinerja keuangan pada PT Bank Syariah Muamalat Tbk dan PT Bank BRI Tbk dilihat dari rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR, maka selanjutnya melakukan analisis dengan cara membandingkan rasio keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dengan PT Bank BRI pa-da periode yang sama. Rasio keuang-an pada masing-masing bank diguna-kan sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja keuangan kedua bank tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Rasio Keuangan 1. Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk Hasil perhitungan rasio-rasio keuangan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk meliputi CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR selama periode 2009 2011 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut: a. Capital Adequeency Ratio (CAR) CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Capital Adequeency Ratio dihitung dengan membandingkan jumlah modal dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Rasio. Untuk menghitung Capital Adequeency Ratio maka terlebih dahulu harus diketahui data modal bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Rasio. Untuk menghitung nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko aktiva. Berdasarkan Ketetapan Bank Indonesia No. 65/12/DPNP tahun 2008 Nilai Bobot ATMR adalah 70%. Berdasarkan data mengenai modal dan nilai ATMR, maka besarnya CAR sebagai berikut: CAR Tahun 2009 = 8,004% CAR Tahun 2010 = 11,676% CAR Tahun 2011 = 9,093% Dari hasil perhitungan CAR pada tahun 2009 menunjukkan angka sebesar 8,004% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset dijamin oleh modal sebesar Rp 0,08004, sedangkan CAR pada tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 11,676% termasuk kategori sehat, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1 dari aset dijamin oleh modal sebesar Rp 0,11676, pada tahun 2011 CAR mengalami penurunan menjadi 9,093% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset dijamin oleh modal sebesar Rp 0,09093. 104 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 1, April 2013: 100 115

b. Non Performing Loan (NPL) NPL atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Untuk menghitung NPL maka terlebih dahulu harus diketahui total kredit bermasalah dengan total seluruh kredit yang dimiliki. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: NPL Tahun 2009 = 1,976% NPL Tahun 2010 = 2,283% NPL Tahun 2011 = 2,478% Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa NPL pada tahun 2009 menunjukkan angka sebesar 1,976% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan menimbulkan kredit bermasalah sebesar Rp 0,01976. Pada tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 2,283% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan menimbulkan kredit bermasalah sebesar Rp 0,02283. Pada tahun 2011 menunjukkan angka sebesar 2,478% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan menimbulkan kredit bermasalah sebesar Rp 0,02478. c. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas dalam penelitian ini diformulasikan dengan Return On Assets (ROA). Return on assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Untuk menghitung ROA maka terlebih dahulu harus diketahui laba sebelum pajak dan total aktiva yang dimiliki. Berdasarkan hasil perhitungan didapat ROA sebagai berikut: ROA tahun 2009 = 0,404% ROA tahun 2010 = 1,080% ROA tahun 2011 = 1,144% ROA pada tahun 2009 menunjukkan angka 0,404% termasuk kategori tidak sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset menghasilkan laba sebesar Rp 0,00404. Sedangkan ROA pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 1,080% termasuk dalam kategori penilaian cukup sehat, yang berarti bahwa setiap Rp 1 dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,01080. Pada tahun 2011 ROA meningkat menjadi 1,144% termasuk kategori penilaian cukup sehat, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1 dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,01144. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... (Ari S. & Setyaningsih SU) 105

Penilaian ROA dari tahun 2009 2011 yang termasuk ketegori tidak sehat dan cukup sehat menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya cukup baik. Meskipun pada tahun 2009 ROA termasuk kategori tidak sehat, akan tetapi nilai ROA pada bank ini setiap tahunnya mengalami peningkatan. d. Rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) Untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini membandingkan antara jumlah biaya operasional dan pendapatan operasional bank. Biaya operasional meliputi biaya bunga dan biaya operasional lainnya. Sedangkan pendapatan operasional meliputi pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. Mengingat kegiatan utama bank yang prinsipnya bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Untuk menghitung BOPO maka terlebih dahulu harus diketahui biaya operasional dan pendapatan operasional. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya BOPO sebagai berikut: BOPO Tahun 2009 = 79,756% BOPO Tahun 2010 = 70,212% BOPO Tahun 2011 = 66,323% BOPO pada tahun 2009 menunjukkan angka 79,756% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari pendapatan operasional memerlukan biaya operasional sebesar Rp 0,79756. Sedangkan BOPO pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 70,212% termasuk dalam kategori penilaian sehat, yang berarti bahwa setiap Rp 1 pendapatan operasional memerlukan biaya operasional sebesar Rp 0,70212. Pada tahun 2011 BOPO menurun menjadi 66,323% termasuk kategori penilaian sehat, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1 dari pendapatan operasional memerlukan biaya operasional sebesar Rp 0,66323. e. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Loan to Dept Ratio (LDR). Loan to Dept Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Untuk menghitung LDR maka terlebih dahulu harus diketahui kredit yang diberikan dan dana 106 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 1, April 2013: 100 115

pihak ketiga. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: LDR tahun 2009 = 344,718% LDR tahun 2010 = 238,009% LDR tahun 2011 = 226,402% LDR pada tahun 2009 menunjukkan angka 344,718% termasuk kategori tidak sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan memerlukan dana pihak ketiga sebesar Rp 3,44718. Sedangkan LDR pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 238,009% termasuk dalam kategori penilaian tidak sehat, yang berarti bahwa setiap Rp 1 kredit yang diberikan memerlukan dana pihak ketiga sebesar Rp 2,38009. Pada tahun 2011 LDR menurun menjadi 226,402% termasuk kategori penilaian tidak sehat, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan memerlukan dana pihak ketiga sebesar Rp 2,26402. 2. Kinerja Keuangan PT Bank BRI Tbk Hasil perhitungan rasio-rasio keuangan PT Bank BRI Tbk meliputi CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR selama periode 2009-2011 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut: a. Capital Adequeency Ratio CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Capital Adequeency Ratio dihitung dengan membandingkan jumlah modal dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Rasio. Untuk menghitung Capital Adequeency Ratio maka terlebih dahulu harus diketahui data modal bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Rasio yang dimiliki. Berdasarkan hasil perhitungan, maka besarnya CAR sebagai berikut: CAR Tahun 2009 = 12,286% CAR Tahun 2010 = 12,959% CAR Tahun 2011 = 15,146% Berdasarkan hasil perhitungan ditunjukkan bahwa CAR pada tahun 2009 sebesar 12,286% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset dijamin oleh modal sebesar Rp 0,012286. Sedangkan CAR pada tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 12,959% termasuk kategori sehat, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1 dari aset dijamin oleh modal sebesar Rp 0,12959. Pada tahun 2011 CAR mengalami penurunan menjadi 15,146% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... (Ari S. & Setyaningsih SU) 107

dari aset dijamin oleh modal sebesar Rp 0,015146. b. Non Performing Loan NPL atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Untuk menghitung NPL maka terlebih dahulu harus diketahui total kredit bermasalah dengan total seluruh kredit yang dimiliki. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: NPL Tahun 2009 = 5,488% NPL Tahun 2010 = 2,324% NPL Tahun 2011 = 3,329% Berdasarkan hasil perhitungan ditunjukkan bahwa NPL pada tahun 2009 menunjukkan angka sebesar 5,488% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan menimbulkan kredit bermasalah sebesar Rp 0,05488. Pada tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 2,324% termasuk kategori se-hat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan menimbulkan kredit bermasalah sebesar Rp 0,02324. Pada tahun 2011 menunjukkan angka sebesar 3,329% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan menimbulkan kredit bermasalah sebesar Rp 0,03329. c. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas dalam penelitian ini diformulasikan dengan Return On Assets. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: ROA Tahun 2009 = 3,121% ROA Tahun 2010 = 3,688% ROA Tahun 2011 = 3,991% ROA pada tahun 2009 menunjukkan angka 3,121% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari aset menghasilkan laba sebesar Rp 0,03121. Sedangkan ROA pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 3,688% termasuk dalam kategori penilaian sehat, yang berarti bahwa setiap Rp 1 dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,03688. Pada tahun 2011 ROA meningkat menjadi 3,991% termasuk kategori penilaian cukup sehat, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1 dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,03991. Penilaian ROA dari tahun 2009 2011 termasuk ketegori sehat, menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya cukup baik. 108 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 1, April 2013: 100 115

d. Rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) Untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini membandingkan antara jumlah biaya operasional dan pendapatan operasional bank. Biaya operasional meliputi biaya bunga dan biaya operasional lainnya. Sedangkan pendapatan operasional meliputi pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. Mengingat kegiatan utama bank yang prinsipnya bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: BOPO Tahun 2009 = 30,980% BOPO Tahun 2010 = 29,873% BOPO Tahun 2011 = 34,062% BOPO pada tahun 2009 menunjukkan angka 30,980% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari pendapatan operasional memerlukan biaya operasional sebesar Rp 0,30980. Sedangkan BOPO pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 29,873% termasuk dalam kategori penilaian sehat, yang berarti bahwa setiap Rp 1 pendapatan operasional memerlukan biaya operasional sebesar Rp 0,29873. Pada tahun 2011 BOPO menurun menjadi 34,062% termasuk kategori penilaian sehat, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1 dari pendapatan operasional memerlukan biaya operasional sebesar Rp 0,34062. e. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Loan to Dept Ratio. Loan to Dept Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: LDR Tahun 2009 = 67,052% LDR Tahun 2010 = 63,375% LDR Tahun 2011 = 64,144% LDR pada tahun 2009 menunjukkan angka 67,052% termasuk kategori sehat, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan memerlukan dana pihak ketiga sebesar Rp 0,67052. Sedangkan LDR pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 63,375% termasuk dalam kategori penilaian sehat, yang berarti bahwa setiap Rp 1 kredit yang diberikan memerlukan dana pihak ketiga sebesar Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... (Ari S. & Setyaningsih SU) 109

Rp 0,63375. Pada tahun 2011 LDR sebesar 64,144% termasuk kategori penilaian sehat, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp 1 dari kredit yang diberikan memerlukan dana pihak ketiga sebesar Rp 0,64144. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Analisis perbandingan kinerja keuangan ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk secara eksternal. Analisis perbandingan kinerja keuangan ini bertujuan untuk mengetahui bank mana yang memiliki kinerja keuangan lebih baik antara PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk. Perbandingan kinerja keuangan pada kedua bank tersebut ditinjau dari rasio-rasio keuangannya yang mencakup CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR. Analisis perbandingan kinerja pada kedua bank tersebut tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Capital Adequeency Ratio (CAR) Perbandingan rasio CAR pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011 dapat ditunjukkan pada tabel 6 berikut: Berdasarkan pada tabel 6, maka dapat diketahui bahwa rasio CAR pada PT Bank BRI Tbk terlihat lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya nilai CAR selama periode 2009 2011 yang dimiliki oleh PT Bank BRI Tbk dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan PT Bank BRI Tbk dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya lebih baik bila dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk sehingga tergolong bank yang cukup solvabel. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio CAR lebih baik jika dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011, tidak terbukti kebenarannya. Tabel 6 Perbandingan Rasio CAR pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk Tahun 2009-2011 No. Nama Bank 2009 Periode 2010 2011 1. PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk 8,004% 11,676% 9,093% 2. PT Bank BRI Tbk 12,286% 12,959% 15,146% Sumber: Data Diolah, 2013 110 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 1, April 2013: 100 115

2. Rasio kualitas aktiva produktif/ Non Performing Loan (NPL) Perbandingan rasio NPL pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011 dapat ditunjukkan pada tabel 7 berikut: Berdasarkan pada tabel 7, maka dapat diketahui bahwa rasio NPL pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk terlihat lebih baik dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk. Hal ini ditunjukkan dengan lebih rendahnya nilai NPL selama periode 2009 2011 yang dimiliki oleh PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk. Hal tersebut menandakan bahwa kredit yang bermasalah yang dimiliki PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk lebih baik dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio NPL lebih baik jika dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011, tidak terbukti kebenarannya. 3. Return on Asset (ROA) Perbandingan rasio ROA pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011 dapat ditunjukkan pada tabel 8 berikut: Tabel 7 Perbandingan Rasio NPL pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk Tahun 2009-2011 No. Nama Bank Periode 2009 2010 2011 1. PT Bank Syariah 1,976% 2,283% 2,478% Muamalat Indonesia Tbk 2. PT Bank BRI Tbk 5,488% 2,324% 3,329% Sumber: Data Diolah, 2013 Tabel 8 Perbandingan Rasio ROA pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk Tahun 2009-2011 No. Nama Bank Periode 2009 2010 2011 1. PT Bank Syariah 0,404% 1,080% 1,144% Muamalat Indonesia Tbk 2. PT Bank BRI Tbk 3,121% 3,688% 3,991% Sumber: Data Diolah, 2013 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... (Ari S. & Setyaningsih SU) 111

Berdasarkan pada tabel 8 di atas maka dapat diketahui bahwa rasio ROA pada PT Bank BRI Tbk terlihat lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya nilai ROA selama periode 2009 2011 yang dimiliki oleh PT Bank BRI Tbk dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan PT Bank BRI Tbk dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan lebih baik dibadingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio ROA lebih baik jika dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011, tidak terbukti kebenarannya. 4. Rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) Perbandingan rasio BOPO pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011 dapat ditunjukkan pada tabel 9. Berdasarkan pada tabel 9 maka dapat diketahui bahwa rasio Rasio BOPO pada PT Bank BRI Tbk terlihat lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Hal ini ditunjukkan dengan lebih rendahnya nilai BOPO selama periode 2009 2011 yang dimiliki oleh PT Bank BRI Tbk dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan PT Bank BRI Tbk dalam melakukan tingkat efisiensi dan kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya guna mendapatkan pendapatan operasional lebih baik di bandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio BOPO lebih baik jika dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011, tidak terbukti kebenarannya. Tabel 9 Perbandingan Rasio BOPO pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk Tahun 2009-2011 No. Nama Bank Periode 2009 2010 2011 1. PT Bank Syariah 79,756% 70,212% 66,323% Muamalat Indonesia Tbk 2. PT Bank BRI Tbk 30,980% 29,873% 34,062% Sumber: Data Diolah, 2013 112 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 1, April 2013: 100 115

Tabel 10 Perbandingan Rasio LDR pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk Tahun 2009 2011 No. Nama Bank Periode 2009 2010 2011 1. PT Bank Syariah 344,718% 238,009% 226,402% Muamalat Indonesia Tbk 2. PT Bank BRI Tbk 67,052% 63,375% 64,144% Sumber: Data Diolah, 2013 5. Loan to Debt Ratio (LDR) Perbandingan rasio LDR pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011 dapat ditunjukkan pada tabel 10 berikut: Berdasarkan data pada tabel 10 di atas maka dapat diketahui bahwa rasio likuiditas pada PT Bank BRI Tbk menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Hal ini ditunjukkan baik pada nilai LDR. Selama periode 2009 2011 nilai LDR pada PT Bank BRI Tbk lebih rendah dibandingkan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Hal ini mencerminkan bahwa bank tersebut mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. LDR yang semakin rendah menandakan bahwa bank ini mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan menggunakan dana pihak ketiga atau deposito. Sementara itu nilai LDR yang semakin rendah menunjukkan bahwa kemampuan bank ini untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan usaha dari nasabah tinggi. Oleh sebab itu Bank BRI tergolong lebih liquid sehingga lebih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dibandingkan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio LDR lebih baik jika dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk selama periode 2009 2011, tidak terbukti kebenarannya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank BRI Tbk Periode 2009 2011 diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk a. Kinerja keuangan PT Bank Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... (Ari S. & Setyaningsih SU) 113

Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio CAR termasuk kategori sehat. b. Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio NPL termasuk kategori sehat. c. Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio ROA pada tahun 2009 termasuk kategori tidak sehat, namun tahun 2010 2011 termasuk kategori cukup sehat. d. Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio BOPO termasuk kategori penilaian sehat. e. Kinerja keuangan PT Bank Syariah Muamalat Tbk dilihat dari rasio LDR termasuk kategori penilaian tidak sehat. 2. Kinerja keuangan PT Bank BRI Tbk a. Kinerja keuangan PT Bank BRI Tbk dilihat dari rasio CAR termasuk kategori sehat. b. Kinerja keuangan PT Bank BRI Tbk dilihat dari rasio NPL termasuk kategori sehat. c. Kinerja keuangan PT Bank BRI Tbk dilihat dari rasio ROA pada tahun 2009 2010 termasuk dalam kategori penilaian sehat, tetapi tahun 2011 termasuk kategori penilaian cukup sehat. d. Kinerja keuangan PT Bank BRI Tbk dilihat dari rasio BOPO termasuk kategori penilaian sehat. e. Kinerja keuangan Kinerja keuangan PT Bank BRI Tbk dilihat dari rasio LDR termasuk kategori penilaian sehat. 3. Hasil perbandingkan kinerja keuangan a. Rasio CAR pada PT Bank BRI Tbk terlihat lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. b. Rasio NPL pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk lebih baik dibandingkan dengan PT Bank BRI Tbk. c. Rasio ROA pada PT Bank BRI Tbk terlihat lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. d. Rasio BOPO pada PT Bank BRI Tbk lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. e. Rasio LDR pada PT Bank BRI Tbk menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk. DAFTAR PUSTAKA Abustan, 2009, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syari ah Dengan Bank Konvensional. Skripsi, Universitas Gunadarma, Jakarta (Tidak dipublikasikan). Abdul Halim dan Mamduh M. Hanafi, 2000, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMD YKPN, 114 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 1, April 2013: 100 115

Yogyakarta. Anonim, 2000 JSX Fact book, Bursa Efek Indonesia, Jakarta Bank Indonesia, Surat Edaran, No. 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 Perihal Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank, www.bi.go.id. Diakses tanggal 16 Oktober 2012. Budi Raharjo, 2002, Memahami Teknologi Informasi, Elex Media Komputindo, Jakarta. Ema Rindawati. 2007. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syari ah dengan Bank Konvensional.Skripsi. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (Tidak dipublikasikan). Harahap, 2007, Teori Akuntansi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2004, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah, Cetakan ke-1, IAI, Jakarta. Info Bank, 2005, Majalah Info Bank No.344, Volume XXIX. Jakarta, Edisi Senin, 23 Mei 2005, Jumingan, 2006, Laporan Keuangan, Bumi Aksara. Jakarta Kasmir, 2003, Manajemen Perbankan. Raja Grafindo Persada. Jakarta., 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Marisa Ardiana, 2009, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional Sebelum, Selama, dan Sesudah Krisis Global, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak dipublikasikan). Mamduh, M. Hanafi, 2003, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Mayer, 2007, Financial Statement Analysis, Boston, McGraw Hill. Mulya E. Siregar, 2005, Pembiayaan Bank Syariah, Jurnal Ekonomi, Vol. 1 No. 1. Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Rubitoh, 2003, Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat dengan Bank Konvesional (Enam Bank Konvensional), Skripsi, Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta, (Tidak dipublikasikan). Rosita Dewi, 2008, Analisis Rasio Assets Quality, Management Risk, Earning Dan Liquidity Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Malang), Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah, Malang (Tidak dipublikasikan) Wulandari, 2008, Ekonomi Syariah, http://wulangunadarma.blogspo t.com/2012/04/ perekonomianindonesia.html, Diakses Tanggal 20 Oktober 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... (Ari S. & Setyaningsih SU) 115