BAB I PENDAHULUAN. lahir dan batin. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SELEDRI (Apium graviolens) SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENURUNKAN BERAT BADAN (OBESITAS) TIKUS PUTIH (Rattus novegicus) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG TERBEBANI KOLESTEROL SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang

hidup teratur dan dengan penggunaan obat baik obat sintetik maupun obat tradisional yang telah digunakan sejak dahulu (Ganong, 2003; Yayasan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa yang lalu, obesitas (kegemukan) diartikan dengan sehat, makmur,

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

repository.unimus.ac.id

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap orang yang tinggal di negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Manusia menjalani

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

UKDW BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena dengan seseorang merasa sehat maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. gliserol dengan tiga asam lemak. Orang dewasa mengonsumsi rata-rata sekitar 60

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. timbul dapat berupa peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar dari jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak. Dampak negatif yang terjadi ialah perubahan gaya hidup, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. saluran pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah terganggu dan jika

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat

amphetamin, fenfluramin, deksfenfluramine, dan sibutramin, menghambat penyerapan lemak seperti orlistat, meningkatkan pengeluaran energi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

baik berkhasiat sebagai pengobatan maupun pemeliharaan kecantikan. Keuntungan dari penggunaan tanaman obat tradisional ini adalah murah dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat dan sejahtera lahir dan batin. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan. Hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh yang prima manusia dapat melaksanakan proses kehidupan untuk tumbuh dan berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya. Maka tidak terlalu berlebihan, jika ada selogan Kesehatan memang bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan anda tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan segala-galanya itu mungkin akan sirna. Menurut Wirakusumah (2001), obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Seseorang mengalami obesitas jika terjadi kelebihan berat badan sebesar 20% dari berat badan ideal. Kegemukan dapat diukur dari timbunan lemak tubuh. Kategori kegemukan pada wanita dan pria dewasa berbeda. Pada wanita dewasa, dikategorikan gemuk bila lemak tubuhnya sudah melebihi 30% dari berat badan ideal, sedangkan pada pria dewasa dikatakan kegemukan bila lemak tubuh sudah melebihi 27% dari berat badan ideal. Adapun berat ideal menurut WHO (2004) dengan menghitung BMI (body mass index) yaitu membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m 2 ) (www.andaka.com/normalkah-body-mass-indekx-bmi-anda.php).

2 Hasil penelitian sebelumnya terbukti bahwa kegemukan dapat menimbulkan banyak masalah. Menderita obesitas berarti memperbesar risiko timbulnya penyakit. Kenyataan menunjukkan bahwa orang yang gemuk mudah terserang penyakit dan angka kematian yang tinggi dibandingkan dengan orang tidak gemuk. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh obesitas di antaranya penyakit jantung koroner, hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia, diabetes millitus, hipertensi (tekanan darah tinggi), arthitis dan gout, batu empedu, dan panyakit kanker (Wirakusumah, 2001). Jumlah penderita obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ketahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun 2004 terdapat angka prevalensi obesitas 9,16% pada pria dan 11,02% pada wanita. Penelitian yang dilakukan di 14 kota besar Indonesia oleh Dr. Damayanti K. Syarif dari Fakultas Kedokteran UI menyatakan angka terjadinya obesitas pada anak tergolong relatif tinggi, yaitu 10-20% dengan angka yang terus meningkat. Bahkan, di negara maju angka ini lebih tinggi. Menurut International Journal of Pediatric Obesity (2006), proyeksi penderita overweight di Amerika Serikat pada tahun 2010 adalah sebanyak 46,4% populasi dan obesitas sebanyak 15,2%. Proyeksi prevalensi tahun 2010 di Eropa sebesar 38,2% overweight dan 10% obesitas (http://wartakonsumen.blogspot.com). Obesitas perlu dicegah dengan cara menurunkan berat badan, karena obesitas menimbulkan banyak penyakit diantaranya jantung koroner, Diabetes millitus, hipertensi, kolestrol, kanker dan batu empedu. Banyak cara yang

3 dilakukan untuk menurunkan obesitas, diantaranya dengan obat-obatan kimia dan obat-obatan secara tradisional. Obat- obatan kimia mempunyai efek negatif apabila dikonsumsi secara terus menurus, sehingga pengobatan secara tradisional yang paling baik digunakan. Banyak tanaman yang bisa digunakan sebagai obat obesitas, diantaranya yaitu tanaman cermai yang sudah diteliti oleh Retno (2009) tentang pengaruh pemberian ekstrak daun cermai untuk menurunkan obesitas dengan dosis 0 ml/183grbb, 0,5 ml/183grbb, 1 ml/183gbb, 1,5 ml/183gr BB, 2 ml/183grbb. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pada konsentrasi 1,5 ml/183gr BB sudah dapat menurunkan berat badan tikus putih dengan rata-rata penurunannya 29.8 gr. Selain cermai, tanaman seledri juga bisa digunakan sebagai obat obesitas karena terdapat kandungan polifenol yang dapat menurunkan berat badan. Terdapat sejumlah alasan mengapa pemakaian bahan obat dari alam terus berlangsung untuk pemenuhan kebutuhan obat obatan dan kosmetik. Pertama, secara umum bahan alam memiliki efek samping yang lebih kecil, karena bahan alam bekerja melalui beberapa mekanisme yang diaktivasi oleh sejumlah senyawa kimia yang berbeda, sehingga hasil totalnya secara signifikan memiliki efek samping renadah. Alasan kedua adalah karena mekanisme kerjanya yang lebih kecil resiko residu obat dalam tubuh, maka penggunaan obat dari tumbuhan dapat menjadi pilihan tersendiri atau prioritas utama (self - selected). Keunggulan yang ketiga adalah sifat kemanfaatannya yang spesifik dan belum terdapat pada obat sintetik.

4 Tanaman seledri tumbuh dengan ketinggian 1 sampai 2 kaki. Batangnya agak keras dan bergalur, memiliki daun majemuk (segmented) dengan tepi bergerigi. Selama bulan Juni dan Juli, mengeluarkan bunga kecil yang berwarna putih yang nantinya berkembang menjadi buah dengan biji yang halus. Tanah yang basah dengan sifat asam merupakan lingkungan pertubuhan yang sesuai untuk seledri. Biji seledri memiliki bau yang khas dengan rasa agak pahit. Kandungan kimia tanaman ini antara lain 1,5-3% minyak terbang (yang berisi 60-70% limonene, pthalides, dan β-selinene), flavor-glukoside (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagin, vitamin A, vitamin B, vitamin C, furano coumarin (bergapten), polyfenol dan flavonoid. Tanaman seledri juga banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya. Juheini, dkk (2002), memanfaatkan herba seledri untuk menurunkan kolestrol dan lipid dalam darah tikus putih yang diberi diit tinggi kolestrol dan lemak dengan menggunakan tiga dosis yang berbeda yaitu dosis berturut-turut 0,14 g/200 g BB/hari, 0,72 g/200 g BB/hari dan 3,6 g/200 g BB/hari Setelah enam minggu perlakuan, tikus dibedah, darahnya diambil melalui jantung, lalu diukur kadar kolesterol total dan lemak totalnya. Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa ketiga dosis sari air herba seledri yang digunakan menunjukkan adanya efek menurunkan kolesterol dan lipid, namun secara statistik penurunan kadar kolesterol total dan lemak total belum bermakna. Puji Tulus Suciati (2007), meneliti uji efek penurunan kadar glukosa darah influsa seledri terhadap kelinci putih jantan galur New Zealand yang dibebani glukosa. Setelah dilakukan pengukuran dengan dua tes yaitu tes kadar glukosa plasma dan uji

5 toleransi glukosa oral, didapatkan hasil bahwa kadar glukosa pada penderita DM ditandai dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respon terhadap pemberian glukosa. Sumiwi (2005), meneliti tentang efek ekstrak etanol herba seledri terhadap kadar kolestrol total, Trigliserida, LDL kolestrol dan HDL kolestrol pada tikus putih jantan. Dalam penelitian ini, ekstrak etanol herba seledri yang disuspensikan dalam PGA 2% diberikan tiap hari secara oral pada dosis 25 mg/200gbb tikus dan 50 mg/200gbb tikus, selama 10 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua dosis ekstrak etanol herba seledri, pada hari ke-10 menurunkan kadar kolesterol total, trigiliserida, dan LDL-kolesterol secara bermakna (_ = 0,05 dan _ = 0,01), sedangkan kenaikkan kadar HDL-kolesterol hanya ditunjukkan oleh dosis 50 mg/200gbb tikus dengan taraf nyata _ = 0,05 dan _ = 0,01. Pada penelitian Juheini (2002) tentang pemanfaatkan herba seledri untuk menurunkan kolestrol dan lipid dalam darah tikus putih yang diberi diit tinggi kolestrol dan lemak menggunakan tiga dosis yang berbeda yaitu dosis berturut-turut 0,14 g/200 g BB/hari, 0,72 g/200 g BB/hari dan 3,6 g/200 g BB/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga dosis tersebut dapat menurunkan kolestrol dan lipid. Diantara ketiga dosis tersebut yang paling efektif untuk menurunkan kolestrol dan lipid yaitu dosis 3,6 g BB/hari, tetapi secara statistik penurunan kadar kolestrol total dan lemak total belum bermakna. Para peneliti kebanyakan menggunakan tikus untuk uji coba sebagai pengganti manusia, karena dalam hal genetika tikus putih adalah mamalia

6 yang mempunyai ciri paling lengkap, selain itu kromosom tikus hampir sama atau mendekati kromosom manusia. Tikus putih kadang-kadang disimpan sebagai hewan peliharaan dan mewah. Namun, sebagian besar tikus diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Bahkan, tujuh puluh persen dari semua hewan yang digunakan dalam kegiatan biomedis yaitu tikus. Lebihi dari 1000 saham dan strain tikus telah dikembangkan, serta ratusan mutan saham yang digunakan sebagai model penyakit manusia. (kusumawati, 2004) Berdasarkan beberapa penelitian diatas, penelitian tentang seledri untuk menurunkan berat badan (obesitas) belum pernah dilakukan atau diteliti, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian tentang Pengaruh Seledri (Apium graviolens) sebagai Alternatif untuk Menurunkan Berat Badan (obesitas) Tikus Putih (Rattus novegicus). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1.2.1 Adakah pengaruh pemberian berbagai dosis seledri (Apium graviolens) terhadap penurunkan berat badan (obesitas) tikus putih (Rattus novegicus)? 1.2.2 Berapakah dosis seledri (Apium graviolens) yang efektif menurunkan berat badan tikus putih (Rattus norvegicus)?

7 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk : 1.3.1 Mengetahui pengaruh pemberian berbagai dosis seledri (Apium graviolens) terhadap penurunkan berat badan (obesitas) tikus putih (Rattus novegicus). 1.3.2 Mengetahui dosis seledri (Apium graviolens) yang efektif menurunkan berat badan tikus putih (Rattus norvegicus). 1.4 Manfaat Penelitian Pada penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Menyumbangkan pengetahuan tentang cara pemanfaatan seledri sebagai alternatif untuk obat menurunkan berat badan (obesitas). 2. Menyumbangkan pengetahuan tentang pengelolaan seledri sebagi alternatif untuk obat menurunkan berat badan (obesitas). 1.4.2 Manfaat Teoritis Menambah khasanah keilmuan bagi penulis pada pengetahuan tentang penggunaan seledri sebagai bahan obat penurun berat badan (obesitas) dan sekaligus dapat memperluas terapan keilmuan peneliti pada mata kuliah biokimia, metode penelitian, seminar usulan penelitian serta mata kuliah lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

8 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini yaitu : 1.5.1 Penelitian ini hanya meneliti efek dari pemanfaatan seledri sebagai alternatif untuk obat menurunkan berat badan (obesitas). 1.5.2 Dosis yang digunakan dalam penelitian ini 0,72 g/200 g BB/hari; 3,6 g/200 g BB/hari dan 6,48 g/200 g BB/hari. Penentuan dosis tersebut didasarkan pada jurnal penelitian tentang kolestrol dan lemak, karena seseorang yang menderita kolestrol berat badannya mengalami kegemukan. 1.5.3 Objek penelitian untuk menguji pengaruh berbagai dosis seledri terhadap penurunan berat badan yang diuji cobakan pada tikus putih (Rattus norvegicus). 1.5.4 Tikus putih (Rattus norvegicus) yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina berumur 2 bulan dengan berat badan rata-rata 150 gram. 1.6 Difinisi Istilah Difinisi istilah pada penelitian ini yaitu : 1.6.1 Pengaruh adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan efek suatu hal terhadap hal yang lainnya (Daryanto, 2002) 1.6.2 Tanaman seledri tumbuh dengan ketinggian 1sampai 2 kaki. Batangnya agak keras dan bergalur, memiliki daun majemuk (segmented) dengan tepi bergerigi. Selama bulan Juni dan Juli, mengeluarkan bunga kecil

9 yang berwarna putih yang nantinya berkembang menjadi buah dengan biji yang halus (Winarto, 2003) 1.6.3 Dosis yaitu jumlah obat yang diberikan pada penderita dalam satuan berat g, mg atau satuan isi ml, dan lt. 1.6.4 Kandang adalah suatu tempat yang digunakan untuk memelihara tikus. Kandang yang digunakan adalah bak plastik yang ditutup dengan kawat. 1.6.5 Makanan adalah sesuatu yang bisa dimakan sebagai sumber energi yang dibutuhkan oleh tikus. Makanan yang digunakan adalah BR1 yang diberikan setiap hari. 1.6.6 Minuman adalah cairan yang dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme. Minuman yang digunakan adalah air kran.