akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian komposisi dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan

SABUT KELAPA SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL BANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

I.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari logam, proses pembentukannya yang relatif lebih sulit, dapat

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun,

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

Efek Perendaman Serat Sabut Kelapa dalam Larutan Alkali Terhadap Daya Serap Serat Sabut Kelapa pada Matriks Poliester

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

BAB 1. penggunaan serat sintesis ke serat alam, di karenakan serat-serat sintetis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sekarang ini yang semakin. berkembang diberbagai bidang terutama dalam bidang otomotif,

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat, baik dalam bidang material logan maupun non logam. Selama ini keberadaan material logam dalam bidang industri sangat

benda uji dengan perlakuan alkali 2,5% dengan suhu 30 0 C dan waktu 1 jam,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. stabil dan mudah dipoles (Nirwana, 2005). Sebagai bahan basis gigi tiruan, resin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

BAB I PENDAHULUAN. industri rumah tangga dalam skala kecil. Misalnya bahan pembuat

REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT RAMI DENGAN CORE LIMBAH SEKAM PADI UNTUK PANEL INTERIOR OTOMOTIF DAN RUMAH HUNIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. DESKRIPSI PROSES

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI KOMPARASI LITERATUR Explorasi Material Serat Sabut Kelapa

I. PENDAHULUAN. otomotif saja, namun sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti

I. PENDAHULUAN. Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. struktural seperti papan pelapis dinding (siding), partisi, plafon (celing) dan lis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

NASKAH PUBLIKASI. SIFAT FISIS DAN MEKANIS AKIBAT PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DI TREATMENT MENGGUNAKAN KMnO 4

JUDUL TUGAS AKHIR STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT POLIESTER SERAT RAMI

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Penggunaan plastik pada umumnya berdampak negatif. sampah plastik, Sebagaimana yang diketahui bahan plastik yang mulai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 KEKUATAN TARIK SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih memahami bahwa serat alam tidak terlalu banyak manfaatnya, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bahan yang tak berguna atau sampah. Akan tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk bidang teknologi material, maka serat alam yang tadinya tidak termanfaatkan dapat diolah menjadi material teknik. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh serat alam diantaranya jumlahnya melimpah, ramah lingkungan, biaya produksi rendah, dan elastis. Disamping kelebihan, serat alam juga memiliki kekurangan diantaranya : kualitasnya tidak seragam, penyerapan air tinggi, kekuatannya rendah, sulit berikatan dengan matriks (bersifat hydrophilic). Serat alam yang banyak digunakan sebagai bahan penguat atau pengisi komposit seperti : sisal, flex, hemp, jute, rami, sabut kelapa. Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut, maka serat alam kembali dilirik oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penguat komposit. Dalam suatu hasil penelitian, diperoleh bahwa komposit berpenguat serat alam memiliki kekuatan 40% lebih kuat dan lebih ringan daripada komposit berpenguat serat gelas. Bila digunakan pada kendaraan, maka lebih ringan berarti mengurangi bobot total kendaraan, sehingga pemakaian bahan bakar bisa lebih hemat. Proses pembuatan komposit berpenguat serat alam relatif lebih murah, dan ramah lingkungan. Secara ekologi, pada saat proses pembuatan menghasilkan kadar karbon yang rendah. Selain itu, komposit berbasis serat alam ini dapat didaur ulang untuk digunakan kembali, meskipun kinerja tidak sama dengan sebelumnya (wagenugraha, 2008). Penggunaan serat alam ini akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green. 1

2 Oleh karena pemahaman dan pengetahun masyarakat masih kurang tentang sabut kelapa, maka tidak sedikit masyarakat menggunakan sabut kelapa hanya sebagai bahan bakar pada saat memasak, atau membakar ikan. Pada industri kecil atau rumah tangga biasanya serat sabut kelapa diolah menjadi keset kaki, tali, atau sapu. Padahal sabut kelapa dapat difungsikan sebagai bahan industri untuk pembuatan genteng, kasur, pengisi sandaran kursi, dinding, atau plafon. Sabut kelapa banyak dimanfaatkan karena memiliki beberapa kelebihan seperti : tidak mudah patah, tahan terhadap air, tidak mudah membusuk, memiliki kelenturan yang tinggi, jumlahnya banyak dan mudah diperoleh karena dapat tumbuh dimana-mana. Selain kelebihan, sabut kelapa juga memiliki kekurangan seperti memiliki ukuran yang tidak seragam, butuh waktu yang banyak untuk memisahkan serat sabut kelapa dari sabutnya (Nurmaulita, 2010). Pemanfaatan sabut kelapa dapat digunakan sebagai peredam suara, seperti penelitian yang dilakukan Khuriati (2006), komposisi serat sabut kelapa memiliki nilai koefisien penyerapan bunyi di atas 0,15, sehingga sabut kelapa memenuhi persyaratan sebagai peredam suara sesuai ISO 11654. Penelitian lain dilakukan Fajriyanto (2007) bahwa limbah pabrik kertas ( sludge), sabut kelapa, dan sampah plastik dapat dibuat komposit dinding bangunan yang kuat dan ramah lingkungan. Hasilnya pengujian menunjukkan bahwa variasi beban pengempaan pada saat pencetakan panel bangunan dan komposisi sabut kelapa berpengaruh secara signifikan terhadap karakteristik mekaniknya. Kuat lentur optimal yang diperoleh, yakni 77,81 kg/cm 2 pada beban pengempaan 2000 bars dengan komposisi sabut kelapa sebesar 2% (berat/berat). Karakteristik mekanik (kuat lentur, tekan, geser, dan tarik) komposit dinding bangunan limbah pabrik kertas ( sludge), sabut kelapa dan sampah plastik dipengaruhi oleh variasi

3 komposisi bahan baku, variasi pembebanan saat pencetakan, dan variasi berat sabut kelapa. Sebagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi otomotif juga tidak ketinggalan. Meskipun perkembangan material bodi kendaraan sudah maju dengan menggunakan fiberglass atau plastik, namun masih didominasi oleh material plat besi dengan ketebalan 0,6 sampai 0,9 mm. Perkembangan bodi melalui teknologi komponen bodi dengan bahan plastik dan serat belum bisa mengalahkan penggunaan plat, namun demikian beberapa komponen bodi yang memiliki bahan utama plat, kadang juga memiliki komponen plastik, serat bahkan serat karbon (Gunadi, 2008). Salah satu perusahaan mobil asal Amerika Serikat melakukan penelitian penggunaan serat sabut kelapa untuk beberapa bagian mobil. Bahan tersebut akan digunakan untuk pembungkus head rest, pembungkus kabel, serta beberapa bagian interior mobil seperti doortrim, plafon, pembungkus kursi hingga untuk bahan baku dashboard (Mahaputra, 2011). Pada pertumbuhannya, tanaman membutuhkan senyawa kimia berupa makro molekul primer dan sekunder seperti C, H, O, N, P dan K. Selain makro molekul tanaman juga membutuhkan unsur mikro seperti besi, magnesium, dan lain lain. Kayu mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbeda. Senyawa tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu ; selulosa, hemiselulosa, lignin, dan ekstraktif. Selulosa adalah senyawa seperti serabut, liat, tidak larut dalam air, dan ditemukan di dalam dinding sel pelindung tumbuhan terutama pada tangkai batang, dahan, dan semua bahagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama hemiselulosa, pektin dan protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman. Hemiselulosa bersifat nonkristalin dan tidak bersifat serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh terhadap

4 terbentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan asam. Lignin yaitu bagian yang terdapat dalam lamela tengah dan dinding sel yang berfungsi sebagai perekat antar sel, merupakan senyawa aromatik berbentuk amorf. Komposit akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin, karena lignin bersifat kaku dan rapuh (Daulay, 2009). Agar komposit berpenguat serat alam memiliki kekuatan atau keuletan maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu (1) perikatan antara permukaan serat dengan matriks, (2) cara menyusun serat, (3) modulus elastisitas serat yang digunakan lebih tinggi dari pada matriksnya (Djafri, 1995). Permukaan serat sabut kelapa ( S2K) yang mengandung banyak kotoran akan mempengaruhi proses perikatannya dengan matriks. Salah satu cara yang dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada permukaan serat ialah proses perlakuan kimia. Perlakuan kimia terhadap serat dapat dipertimbangkan dalam memodifikasi sifat-sifat serat alam seperti permukaan serat, menghilangkan kotoran, kekuatan serat, dan meningkatkan interaksi antara serat-matriks (Ahad, 2009). Oleh karena itu, modifikasi perlakuan permukaan serat perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kekuatan komposit berpenguat serat (Lai, 2005). Abdullah (2012) menyimpulkan bahwa perlakuan alkali terhadap permukaan serat tidak cukup untuk meningkatkan kekuatan serat. Hal ini didasarkan pada hasil penelitiannya bahwa serat sabut kelapa yang diberi perlakuan silane sesudah perlakuan alkali diporoleh kekuatan tarik yang lebih besar dibandingan dengan serat yang hanya diberi perlakuan alkali, atau silane saja. Pada penelitian yang lain, Lai (2005) melaporkan bahwa k omposit berpenguat serat sabut kelapa yang diberi perlakuan KMnO 4 memiliki nilai

kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi perlakuan NaOH. Disamping itu, Hussain (2011) juga melakukan penelitian terhadap serat 5 sabut kelapa dengan perlakuan NaOH, dan H 2 O 2 dengan tingkat konsentrasi yang bervariasi dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air, meningkatkan kekuatan tarik serat sabut kelapa. Senyawa kimia yang umum digunakan dalam proses perlakuan permukaan serat seperti Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Permanganat (KMnO 4 ), Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ), silane, kalium klorit (CaCl 3 ). Perlakuan yang dilakukan yaitu serat direndam ke dalam satu jenis larutan kimia dengan konsentrasi, dan lama perendaman yang bervariasi. Abdullah (2012) telah melakukan perlakuan dengan dua jenis larutan kimia yang berbeda yaitu perendaman dalam larutan alkali kemudian larutan silane, dan memberi nilai yang meningkat terhadap kekuatan tarik serat dibandingkan dengan hanya perendaman pada satu jenis larutan kimia. Namun penelitian untuk perendaman serat dalam lebih dari dua larutan kimia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, dalam penlitian ini akan diteliti hasil perendaman dalam larutan kimia dengan tiga jenis larutan kimia yaitu larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4 kemudian larutan H 2 O 2, dengan konsentrasi yang berbeda, kemudian hasilnya dibandingkan dengan perendaman dalam satu larutan masing-masing larutan NaOH, larutan KMnO 4, larutan H 2 O 2, dan dua larutan masing larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4. 1.2 Rumusan Masalah Sebagaimana uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan ialah : 1. Bagaimana pengaruh perlakuan perendaman serat sabut kelapa dalam : a. Larutan NaOH (sebagai perlakuan pertama), b. Larutan NaOH kemudian dalam larutan KMnO 4 (sebagai perlakuan kedua),

6 c. Larutan NaOH kemudian dalam larutan KMnO 4 kemudian dalam larutan H 2 O 2 (sebagai perlakuan ketiga) terhadap bentuk morpologi permukaan S2K? 2. Bagaimana pengaruh perlakuan perendaman serat sabut kelapa dalam : a. Larutan NaOH (sebagai perlakuan pertama), b. Larutan NaOH kemudian dalam larutan KMnO 4 (sebagai perlakuan kedua), c. Larutan NaOH kemudian dalam larutan KMnO 4 kemudian dalam larutan H 2 O 2 (sebagai perlakuan ketiga) terhadap kekuatan tarik, dan kemampuan perikatan antara S2K dengan matriks poliester? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang dan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah untuk : 1. Menentukan pengaruh perlakuan perendaman serat sabut kelapa dalam larutan NaOH, dalam larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4, serta dalam larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4 kemudian larutan H 2 O 2 terhadap bentuk morpologi permukaan S2K 2. Menentukan pengaruh perlakuan perendaman serat sabut kelapa dalam larutan NaOH, dalam larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4, serta dalam larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4 kemudian larutan H 2 O 2 terhadap tegangan tarik, dan kemampuan perikatan antara serat dengan matriks poliester 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini ialah : 1. Sabut Kelapa dapat diberdayakan dengan baik 2. Mengurangi limbah sabut kelapa

7 3. Tersedianya material komposit yang ramah lingkungan 4. Timbulnya wirausaha baru 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari meluasnya bidang penelitian dan pembahasan, maka perlu dikemukakan ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian ini hanya difokuskan pada : 1. Analisa morpologi permukaan serat sebagai akibat perlakuan perendaman serat sabut kelapa dalam larutan NaOH, dalam larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4, serta dalam larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4 kemudian larutan H 2 O 2. 2. Analisa kekuatan tarik, dan kemampuan perikatan antara serat sabut kelapa dengan matriks poliester sebagai akibat perlakuan perendaman serat sabut kelapa dalam larutan NaOH, dalam larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4, serta dalam larutan NaOH kemudian larutan KMnO 4 kemudian larutan H 2 O 2.

8