BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dinyatakan tujuan nasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah salah satunya berasal dari Dana Alokasi

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian memiliki pengertian setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Nipil merupakan unsur aparatur negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Maka dari itu dikatakan bahwa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi dan memiliki dedikasi tinggi pada Pancasila dan Undang. Negara. Pegawai Negeri merupakan tulang punggung Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk dalam negara hukum, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUBANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI STAF AHLI BUPATI SITUBONDO

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu negara hukum yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB I PENDAHULUAN. atau badan Negara akan tetapi dengan teknologi informasi yang sesuai akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 4 SERI C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LANDAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sejak tanggal 17 Agustus. pembangunan dalam mencapai tujuan nasional.

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 11 TAHUN 2007

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KUTAI BARAT NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PEMERINTAHAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, Kebijakan otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 41 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan bagian yang paling penting dan sangat erat

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KECAMATAN KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka untuk mencapai tujuan nasional diperlukan pegawai negeri

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2005 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Peran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan zaman telah membawa konsepsi negara hukum, berkembang pesat menjadi negara hukum modern. Hal ini mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Negara Republik Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan

BERITA DAERAH KOTA DUMAI

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN BANDUNG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2005 NOMOR 19 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN JABATAN STAF AHLI BUPATI BULUNGAN BUPATI BULUNGAN,

BUPATI JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dinyatakan tujuan nasional Negara Republik Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Keempat tujuan negara ini hanya dapat bisa dicapai dengan adanya pembangunan nasional yang dilakukan dengan perencanaan yang matang, realistik, terarah dan terpadu, bertahab, bersungguhsungguh, berdaya guna dan berhasil guna. 1 Indonesia sebagai Negara yang demokratis harus mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat, sehingga tercipta kehidupan berbangsa dan bernegara yang tertib, aman dan sejahtera. Dalam rangka memujudkan terciptanya negara yang mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat, negara Indonesia telah melewati proses pembelajaran yang panjang mengenai demokrasi kehidupan politik dan pemerintahan baik di tingkat nasional maupun lokal. Proses pembelajaran tersebut telah mempengaruhi system politik untuk memunculkan gagasan otonomi daerah dimana Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang luas untuk mengurus dan mengatur rumah tangga daerah. 1 Moh. Mahfud MD, SH., 1988, Hukum Kepegawaian Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm.2 1

2 Otonomi daerah di Indonesia memasuki babak baru dengan adanya perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah menganut asas desentralisasi dan dekonsentrasi dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, di daerah terdapat dua macam pemerintahan, yaitu Pemerintah Daerah otonom dan wilayah administratif yaitu Pemerintah Pusat yang ada di Daerah. Pemerintah Daerah Otonom terbentuk sebagai pelaksanaan asas desentralisasi yaitu Pemerintah Daerah yang berhak untuk mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan asas dekonsentrasi terbentuklah instansi-instansi pusat yang ada di daerah. Wujud instansi-instansi pusat yang ada di daerah yaitu di wilayah Propinsi dinamakan Kanwil (Kantor Wilayah), dan di wilayah Kabupaten disebut Kandep (Kantor Departemen). Prinsip otonomi yang nyata dan bertangung jawab, diartikan bahwa Pemerintah Daerah hanya mengurus rumah tangga daerah sesuai dengan kemampuan keuangan daerah yang ada, sisanya akan menjadi urusan Pemerintah Pusat dengan dana dari Pemerintah Pusat. Seiring berlakunya undang-undang No 22 tahun 1999 terdapat perubahan kewenangan antara urusan pusat dan daerah, pemerintah pusat memiliki kewenangan dalam hal urusan pertahanan keamanan, keuangan, agama, peradilan dan hubungan luar negeri, diluar urusan yang menjadi kewenangan pusat tersebut

3 menjadi urusan rumah tangga daerah sendiri (otonomi). Akibat dari otonomi mengakibatkan banyaknya penghapusan instansi pusat yang ada di daerah misalnya, kantor-kantor wilayah (kanwil) di propinsi dan kantor-kantor departemen (kandep) dikabupaten dihapus. Adanya penghapusan tersebut mengakibatkan pegawai negeri sipil pusat yang ada di daerah ( seperti kanwil dan kandep) diserahkan kepada pemerintah daerah, dan setatusnya berubah menjadi pegawai daerah. Undang-undang No 22 Tahun 1999 yang menerapkan otonomi daerah yang seluas-luasnya mengakibatkan beban keuangan daerah sangat berat, hal ini disebabkan semua urusan yang ada di daerah menjadi tanggungjawab daerah sendiri dan dalam pembiayaan urusan daerah serta dana gaji PNS menjadi tanggung jawab keuangan daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ini pun telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, apa yang menjadi urusan pusat tidak berubah seperti yang ada pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Perubahan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 menjadi undang-undang nomor 32 tahun 2004 ini dilakukan karena Undang- Undang Nomor 22 tahun 1999 tidak sesuai dengan bangunan negara kesatuan Indonesia, dan dalam pelaksanaannya menimbulkan nuansa yang federalistik.undang-undang nomor 32 tahun 2004 lebih mendekatkan system pemerintahan daerah kepada prinsip bangunan negara kesatuan.salah satu latar belakang pencabutan undang-undang No 22 tahun 1999 dapat dilihat dalam

4 konsideran huruf c undang-undang No 32 tahun2004, yang menyatakan bahwa undang-undang No 22 tahun 1999 dianggab sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan dan otonomi. Ketidak sesuaian di atas dikarenakan di Indonesia menganut bangunan Negara kesatuan, sementara itu undang-undang No 22 tahun 1999 dalam pelaksanannya menimbulkan nuansa federalistik. Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah menegaskan bahwa pengelolaan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. Setiap Pegawai Negeri menpunyai hak-hak yang diberikan dalam rangka menjamin kesejahteraan pegawai negari, salah satunya adalah hak untuk memperoleh gaji. Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang Kepegawaian menyatakan setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. Seperti diketahui, bahwa ada perbedaan antara sumber gaji Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawawi Negeri Sipil Daerah; yakni gaji Pegawai Negeri pusat dibebankan pada APBN sedangkan Pegawai Negeri Daerah dibebankan pada APBD. 2 Kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan dituangan dalam APBD yang secara langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, 2 Ibid, hlm.49

5 pembangunan, pelayanan sosial masyarakat dan termasuk didalamnya anggaran gaji PNS daerah. Adanya penyerahan PNS pusat menjadi PNS daerah tadi mengakibatkan adanya pembengkakan APBD, pemerintah pusat mengetahui hal ini dan bertanggung jawab dengan memberikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Otonomi daerah mengakibatkan segala urusan daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, adanya hal tersebut membuat anggaran daerah membengkak, sehingga pemerintah pusat memberikan dana perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) untuk mengatasi pembengkakan anggaran dan segala masalah keuangan pada setiap pemerintah daerah khususnya di Kabupaten Bantul dari adanya otonomi daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi 3, berdasarkan prosentase tertentu dari penerimaan neto dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN, Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh pemerintah. Dana Alokasi Umum tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah keuangan daerah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan didalam latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan mengenai hal-hal yang berkaitan 3 W. Riawan Tjandra, 2006, Hukum Keuangan Negara, Penerbit Grasindo, Jakarta, hlm 105

6 dengan Hubungan Dana Alokasi Umum dengan Gaji PNS di Kabupaten Bantul yaitu sebagai berikut : Bagaimanakah hubungan Dana Alokasi Umum dengan Gaji PNS dalam APBD di Kabupaten Bantul C. Batasan Masalah Seberapa besar anggaran gaji Pegawai Negeri Sipil dalam APBD Kabupaten Bantul, serta apakah gaji yang diberikan kepada PNS tersebut dibiayai oleh Dana Alokasi Umum? Yang dimaksud dengan seberapa besar adalah prosentase nominal uang yang digunakan untuk pembayaran gaji pegawai negeri sipil dalam APBD Kabupaten Bantul, serta apakah gaji yang diberikan kepada PNS tersebut dibiayai oleh Dana Alokasi Umum. D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan Dana Alokasi Umum dengan Gaji PNS di Kabupaten Bantul E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum administrasi negara pada khususnya.

7 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah dan Pegawai Negeri Sipil dalam hal yang berkaitan dengan hubungan DAU dengan gaji Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Bantul. F. Batasan Konsep 1. Hubungan Hubungan adalah keadaan berhubungan, ikatan atau pertalian. 4 2. Dana Alokasi Umum Dana adalah uang yang dialokasikan untuk suatu kegiatan. 5 Alokasi adalah penentuan jumlah barang yang disediakan untuk sesuatu tempat. 6 Umum adalah secara menyeluruh, tidak menyangkut masalah khusus, tidak terbatas, mengenai seluruhnya atau semuannya. 7 Berdasarkan pasal 1 ayat (20) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah, Dana Alokasi Umum selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan 4 Tim Prima Pena, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gita Media Press, hlm.409 5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid.

8 tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. 3. Gaji Gaji merupakan balas jasa atas hasil kerja seseorang, pasal 7 Undang- Undang Kepegawaian menyebutkan bahwa setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Berkaitan dengan sistem penggajian tersebut terdapat tiga sistem penggajian yaitu: a. Sistem skala tunggal yaitu sistem penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada Pegawai Negeri yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaannya yang dilakukan dan beratnya tangguna jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. b. Sistem skala ganda yaitu sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji yang bukan saja didasarkan pada pangkat tetapi juga didasarkan pada siftat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai serta beratnya tangguna jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. c. Sistem skala gabungan yaitu gabungan antara sistem skala tunggal dan sistem skala ganda. Dalam sistem ini ditentukan adanya gaji pokok yang sama bagi Pegawai Negeri yang ruang pangkatnya sama kemudian diberikan tunjangan-tunjangan yang

9 berbeda kepada Pegawai Negeri yang mempunyai tanggung jawab yang berbeda pula, mencapai prestasi yang tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga yang terus menerus. 4. Pegawai Negeri Sipil Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pegawai Negeri sipil yang dimaksud adalah Pegawai Negeri yang dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 huruf a Undang- Undang Kepegawaian yaitu sebagai pelaksana unsur eksekutif, diangkat melalui pengangkatan, dan tidak mengenal periodesasi dalam melaksanakan tugas jabatan publik. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti peraturan perundang-undangan yang berhubungan

10 dengan objek penelitian 8 seperti Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian serta Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sifat penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang, prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. 2. Sumber Data Dalam melakukan penelitian hukum normatif, data primer berupa bahan hukum primer sebagai data utama dan data sekunder yang berupa hasil penelitian dipakai sebagai pendukung : a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer yaitu berupa bahan hukum primer yang meliputi bahan-bahan hukum yang mengikat seperti : 1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Hukum Kepegawaian 2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 8 Pedoman Penulisan Hukum/Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, hlm.2-3

11 b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan dari bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku dan pendapat Sarjana Hukum yang berkaitan dengan gaji pegawai negeri sipil tersebut. 3. Metode Pengumpulan Data a). Studi pustaka yaitu suatu cara mengumpulkan data dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah dan berita maupun dari internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. b). Wawancara dengan nara sumber yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan nara sumber. 4. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. 5. Nara Sumber Penelitian Nara sumber adalah subyek yang memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti yang berupa pendapat hukum berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti. 9 Nara sumber dalam penelitian ini adalah : 9 Pedoman Penulisan Hukum/Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, hlm.7

12 1. Sekretaris Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul. 2. Sekretaris Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. 3. Staf bagian mutasi Badan Kepagawaian Daerah Kabupaten Bantul. 6. Metode Analisis Seluruh data yang diperoleh akan dikumpulkan secara lengkap, selanjutnya disistematisasi untuk dilakukan analisis Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah deskriptif kualitatif. a). Deskriptif, yaitu menganalisis data dengan cara memaparkan secara rinci dan tepat tentang suatu fenomena tertentu yang terkait dengan permasalahan penelitian. b). Kualitatif, yaitu menganalisis pemaparan hasil penelitian yang sudah tersistematis tersebut dengan yang didapat dari teori-teori hukum dan hukum positif untuk dapat menjelaskan permasalahan penelitian hukum tersebut dalam bentuk kalimat yang bisa dipahami secara ilmiah. Pola-pola tadi dianalisis lagi dengan menggunakan teori yang obyektif. 10 Proses penalaran di dalam menarik kesimpulan 10 Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Hlm.21

13 menggunakan metode berfikir secara deduktif yaitu suatu penarikan kesimpulan dari umum menjadi bersifat khusus. H. Sistematika Penulisan Data yang telah dikumpulkan kemudian akan dianalisis dan disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian. BAB II PEMBAHASAN Bab Pembahasan ini menguraikan tentang gambaran mengenai Kabupaten Bantul, tinjauan umum tentang Pegawai Negeri Sipil, dan tinjauan umum tentang Hubungan Dana Alokasi Umum dengan Gaji Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Bantul. BAB III PENUTUP Bab penutup ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.