BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah sebagai fokus pendidikan nasional. sampai jenjang pendidikan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi dalam

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. komponen keterampilan yang harus diperhatikan dan dilatih, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

Transkripsi:

BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat, potensi tersebut perlu diberdayakan sehingga pribadi manusia itu dapat berfungsi dan berkembang dengan baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Pemberdayaan potensi sebagai makhluk individu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuannya dalam meningkatkan kualitas pribadinya, sementara pemberdayaan sebagai makhluk sosial dimaksudkan agar pribadinya mampu berperilaku positip di tengah-tengah masyarakat. Pemberdayaan dan pengembangan potensi manusia tersebut dilaksanakan melalui pendidikan. Atas dasar itulah maka tujuan pendidikan sebagaimana dituangkan dalam GBHN RI 1993 adalah untuk mewujudkan manusia yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, tangguh, sehat, cerdas, patriotik, berdisiplin, kreatif, produktif, dan professional. Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk meningkatkan kemampuan pribadi dan kapasitas manusia dalam memahami serta mengikuti tatanilai kemasayarakatan yang berlaku. Dalam hal ini, pendidikan dianggap sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses belajar agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya. Dalam konteks

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam suasana perubahan masyarakat global, pendidikan menjadi sebuah usaha penyiapan peserta didik yang terencana, sistemik dan sistematis untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu berkompetisi dalam menghadapi tantangan kehidupan yang senantiasa berubah dan berkembang. Pengembangan potensi peserta didik ditandai dengan semakin menguatnya apresiasi dan kepemilikan kekuatan spiritual keagamaan, kemampuan mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik itu sendiri. Selain dibutuhkan oleh dirinya sendiri, peningkatan kemampuan peserta didik demikian juga diperlukan oleh masyarakat, bangsa dan negara. Pada sisi lain, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa interaksi dengan orang lain. Perkembangan manusia ditandai dengan semakin berkembangnya kemampuan mereka dalam berinteraksi melalui komunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Gejala-gejala sosial yang mereka temukan dalam dunianya diekspresikan baik secara imajinatif maupun nyata dan salah satu bentuknya yaitu dengan menulis. Perkembangan manusia hingga sampai kepada komunikasi tulis seperti itu didukung kuat oleh adanya upaya belajar bahasa. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi dengan memakai bahasa sebagai medianya. Salah satu cara mempelajari bahasa adalah dengan menulis karena dengan menulis seorang dapat (1) membantu meningkatkan pengetahuannya, menambah perbendaharaan kosakata, idiom, ungkapan-ungkapan dan bahasa yang dipelajarinya, (2) memiliki kesempatan mempraktekan bahasa yang didapatnya, (3)

mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan di dalam otak yang disalurkan melalui penggunaan tangan dan mata ke dalam bahasa tulis dan 4) memasuki dunia yang semakin luas di mana dia bisa berakulturasi dengan dunia dewasa. Kenyataan di lapangan dapat dilihat bahwa banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis atau mengarang. Keadaan ini dapat saja terjadi karena mereka kurang mampu berbahasa dengan baik dan benar. Pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, gagasan yang belum terungkap karena kesulitan memilih kata dan membuat kalimat, bahkan kurang berkembangnya ide secara teratur dan sistematis, di samping adanya kesalahan ejaan pun sering dijumpai yang merupakan kendala bagi mereka dalam menulis. Singkatnya bahwa mahasiswa tidak mampu menulis narasi pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unimed menjadi sebuah fenomena yang harus di jawab. Kemampuan menulis termasuk salah satu dari empat keterampilan berbahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis - yang harus dikuasai oleh peserta didik. Semua keterampilan berbahasa tersebut harus dipelajari secara integratif dengan latihan-latihan yang difokuskan pada penggunaan bahasa dalam konteks nyata. Dalam bidang menulis khususnya, pembelajar mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk mengungkapkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Menulis adalah keterampilan berbahasa yang paling sulit karena tidak semua pesan komunikatif penulis dapat dipahami pembaca meskipun maksud atau arti yang dinyatakan dalam tulisan sangat baik dan jelas. Hughey mengatakan :

... Writing requires much more complex mental effort. Writers are forced to concentrate on both the meaning of ideas, that is, ensuring that what they write conveys their intended messages, and to the production of ideas, that is, producing the linear form in which ideas actually take shape on page (Hugey, 1983: 5) Lebih lanjut ditambahkan bahwa faktor psikologi, linguistik dan kognitif tertentu membuat menulis lebih komplek dan sulit bagi banyak orang baik itu dengan menggunakan bahasa ibu maupun dengan bahasa kedua (Hugey, 1983:3). Menulis bukanlah semata menuliskan satu atau sejumlah kalimat tanpa aturan yang jelas. Menulis akan menghasilkan serangkaian kalimat yang tersusun secara beraturan dan saling berkaitan, sehingga terbentuklah rangkaian kalimat yang terstruktur secara bermakna dan logis dalam sebuah teks. Ini semua bukanlah aktivitas yang mudah dan spontan melainkan sebuah keterampilan tersendiri dan harus dipelajari. Pada pihak lain, pekerjaan menulis juga dimungkinkan apabila penulis berada dalam kondisi psikologis atau mood yang baik atau berada pada suatu keharusan untuk mengekspresikan sesuatu. Hal ini membenarkan bahwa menulis membutuhkan beberapa kesadaran mental di mana kita memikirkan kalimat-kalimat dan mempertimbangkan berbagai cara untuk menggabungkan dan menyusun kalimatkalimat tersebut ke dalam struktur yang logis dan harmonis. Kondisi tersebut akan sulit apabila mood tidak dalam kondisi bagus atau kita tidak dapat mengatur emosi dan perasaan kita. Menulis juga dipengaruhi oleh kreativitas seperti kelancaran dalam pengungkapan kata, keluwesan dan keorisinilan mengungkapkan ide dan gagasan

serta kemampuan menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang sangat menarik atau tidak biasa dalam tulisannya. Menjadi seorang penulis adalah suatu proses yang kompleks dan perlu latihan secara terus menerus sehingga pembelajaran menulis menjadi suatu yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena aktivitas menulis tidak hanya menggunakan salah satu keterampilan otak (kiri atau kanan) tetapi juga menyangkut aktivitas seluruh otak baik itu menggunakan otak bagian kiri maupun otak bagian kanan. Dengan kata lain seorang penulis dalam membuat tulisannya dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor emosi yang mencakup imajinasi, gairah, emosi, spontanitas, semangat, dan sebagainya dan faktor logika seperti outline, tata bahasa, perencanaan, tanda baca, penelitian, dan sebagainya ( De Porter and Hernacky, 2000: 179). Dari uraian di atas lebih lanjut dipahami bahwa menulis itu merupakan proses yang kompleks dan perlu latihan secara terus-menerus. Dalam proses demikian, pembelajaran menulis menjadi sesuatu yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena aktivitas menulis tidak hanya menggunakan salah satu keterampilan otak (kiri atau kanan) tetapi juga menyangkut aktivitas seluruh otak baik itu menggunakan otak bagian kiri maupun otak bagian kanan. Dengan kata lain seorang penulis dalam membuat tulisannya dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor emosi yang mencakup imajinasi, gairah, emosi, spontanitas, semangat, dan sebagainya dan faktor logika seperti outline, tata bahasa, perencanaan, tanda baca, penelitian, dan sebagainya ( De Porter and Hernacky, 2000: 179).

Wujud keterampilan menulis itu banyak dan salah satu di antaranya yaitu berbentuk Narasi (naration). Dalam menulis narasi, kemampuan bercerita sangat diperlukan seperti kemampuan menciptakan alur yang dinamis dalam suatu cerita, menciptakan klimaks-klimaks yang membuat pembaca ikut merasakan apa yang terjadi dan menciptakan sebuah penyelesaian akhir yang mungkin tidak biasa. Menulis narasi juga melibatkan pengalaman seseorang. Dalam hal ini, penulis haruslah memiliki ide tentang hidup. Mahasiswa yang telah mempelajari dan dalam proses belajar telah memperoleh beberapa mata kuliah seperti Menulis Sastra termasuk Narasi dan dalam kompetensi target, mereka haruslah mampu membuat karangan narasi. Adapun alasan mengapa mahasiswa harus memiliki kemampuan tersebut, yaitu : pertama, untuk merangsang atau menstimulasi ide-ide dan imajinasi mereka untuk menulis; kedua, untuk memberikan mereka kesempatan berpikir secara kreatif; ketiga, memberikan apresiasi pada mereka terhadap karya prosa; kempat, agar mereka dapat menikmati penulisan narasi; dan kelima. memberikan pengetahuan dan pengalaman untuk pengajaran. Lima hal di atas membuat seorang penulis harus memiliki kreativitas yang tinggi dan mampu menuangkan ide dan gagasan-gagasannya ke dalam bahasa tulis yang baik dan benar, sehingga dapat mempengaruhi emosi pembacanya. Dalam hal inilah disadari bahwa kemampuan bercerita pada seorang penulis erat kaitannya dengan faktor emosional dan faktor kreativitas. Hal lain yang dianggap mendukung dan relevan untuk meningkatkan kemampuan menulis sebagaimana disebutkan di atas, adalah dengan cara

mencerdaskan emosi peserta didik. Hal ini penting sebab emosi mengandung kekuatan luar biasa yang sangat berarti bagi manusia. Dengan emosi manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi. Dengan emosi pula manusia bisa menjadi baik atau buruk tergantung kecerdasan manusia tersebut mengelolanya. Sebagaimana yang telah dilontarkan oleh Goleman dalam bukunya yang sangat populer bahwa kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain serta kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri kita sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain (Goleman, 1999:47). Dalam hal ini kecerdasan emosional mempunyai kedudukan yang sama dengan kecerdasan intelektual. Menulis narasi membutuhkan kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan mengenali emosi untuk membuat keputusan yang baik dalam mengakhiri suatu konplik. Mampu mengatur emosi dan perasaan sehingga dalam proses penulisan tercipta kestabilan berpikir dan kemampuan mengungkap perasaan untuk tujuan spesifik. Di samping itu, juga mampu mengempati perasaan orang lain (pembaca) sebagai dasar untuk berinisialisasi dan membangun hubungan yang menyenangkan dengan pembaca. Kemampuan-kemampuan demikian merupakan kecerdasan emosi yang patut dimiliki seorang penulis. Di samping kecerdasan emosional perwujudan keterampilan menulis juga menghendaki sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi. Artinya, suatu cara berpikir yang dapat memecahkan suatu masalah dengan berbagai kemungkinan jawaban pemecahannya atau suatu cara berpikir yang dapat

menghasilkan sesuatu yang baru. Kemampuan berpikir kreatif itu sendiri adalah kesanggupan mengelaborasi suatu gagasan secara divergen berdasarkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas. Dengan pengertian lebih sederhana dapat juga dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah suatu rangkaian kesanggupan dalam diri seseorang yang meliputi kesanggupan membedakan, menghasilkan banyak gagasan, dan kesanggupan menambah detail suatu gagasan hingga menghasilkan sesuatu yang baru. Dengan pemahaman seperti itu, maka kemampuan berpikir kreatif menjadi variabel kritis yang mempengaruhi aktualisasi diri seseorang dalam tulisannya. Sayangnya, penerapan di sekolah atau praktek di lapangan, upaya-upaya yang dilakukan belum sesuai dengan apa yang menjadi harapan tujuan pendidikan nasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan ujian akhir yang diselenggarakan di sekolah-sekolah di mana aspek kreativitas atau yang menurut para ahli sebagai suatu cara berpikir divergen yang membutuhkan banyak jawaban dalam suatu masalah telah diabaikan. Ujian-ujian akhir seperti Ujian Akhir Semester (UAS), serta Tes Masuk ke Perguruan Tinggi yang dilaksanakan lebih menekankan pada berpikir secara konvergen yang mebutuhkan satu jawaban yang tepat di mana tes-tes tersebut masih berupa tes pilihan ganda yang mengabaikan peserta didiknya untuk berpikir kreatif (divergen). Dalam hal menulis, faktor emosional dan kreativitas juga mampu mendorong peserta didiknya menuangkan ide-idenya, emosinya, dan semangatnya yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Kreativitas dan emosional kadang bisa kita lihat melalui tulisan-tulisannya karena kegiatan menulis merupakan aktivitas

yang menggunakan seluruh belahan otak baik itu otak bagian kanan (emosional) maupun otak bagian kiri (logika). Kecerdasan emosional (EQ) dan kemampuan berpikir kreatif keduanya sangat penting dalam proses pendidikan sama kedudukannya dengan kecerdasan intelektual (IQ). Akan tetapi, baik kecerdasan emosi maupun kemampuan berpikir kreatif tidak memiliki tempat atau porsi yang sama dengan kecerdasan intelektual dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pendidikan formal, kreativitas dan kecerdasan emosi seharusnya merupakan bagian terpenting sebagai perkiraan keberhasilan pendidikan dan mampu menggali kreativitas peserta didiknya. Demikian pula proses belajar bahasa khususnya belajar menulis, sistem penilaian yang dikembangkan menekankan pada porsi tata bahasa, ejaan, tanda baca, atau outline yang semuanya cenderung mengarah pada berpikir konvergen yaitu mengandalkan otak bagian kiri. De Porter ( 2000: 179) mengatakan bahwa tulisan yang baik memanfaatkan kedua belahan otak baik bagian kiri maupun bagian kanan. Dari pengalaman selama mengajar bahasa khususnya menulis baik ditingkat SMA maupun Perguruan Tinggi, diperoleh gambaran bahwa rata-rata pembelajar mengalami kesulitan atau bahkan tidak mampu mengungkapkan ide dan imajinasi mereka ke dalam bentuk tulisan narasi yang baik. Kelemahan ini menjadi fenomena keseharian yang menyebabkan kemampuan menulis narasi mereka masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis narasi sebagaimana disebutkan di atas sebenarnya dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik itu yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor seperti kecerdasan emosional dan kemampuan

berpikir kreatif merupakan dua variabel yang patut diperhitungkan. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah ada hubungan yang berarti antara kecerdasan emosional dan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi? Hal ini merupakan masalah urgen yang membutuhkan penelitian yang luas dan mendalam. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : a. Mengapa para mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis narasi? b. Apakah fenomena kesulitan menulis narasi sebagaimana disebutkan di atas merupakan akibat dari metode pembelajaran yang kurang efektif? c. Apakah fenomena tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal peserta didik seperti kurangnya kecerdasan emosional dan kreativitas berpikir? d. Faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan mengungkapkan idenya melalui tulisan narasi? e. Metode apa yang seharusnya diterapkan agar kemampuan menulis narasi mereka menjadi lebih baik? f. Faktor-faktor seperti kecerdasan emosional dan kreativitas berpikir ikut serta dalam mewujudkan ekspresi dan aktualisasi diri seseorang, seberapa besar pengaruh kedua variabel itu dalam mendukung kemampuan menulis narasi? C. Pembatasan Masalah Identifikasi masalah sebagaimana dikemukakan di atas menunjukkan bahwa permasalahan pembelajaran menulis narasi ternyata merupakan permasalahan yang

luas dan mendalam. Agar penelitian lebih terarah, masalah yang akan dikaji dibatasi hanya pada kaitan kecerdasan emosional dan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia FBS Unimed. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kemampuan menulis narasi adalah kecakapan atau kesanggupan untuk melakukan suatu bentuk komunikasi dan aktivitas mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk cerita melalui bahasa tulis yang baik dan benar serta sesuai dengan aturan-aturan penulisan yang berlaku (ejaan, titik, tanda koma, huruf besar, dan sebagainya). Selanjutnya, yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam menyadari atau mengenal, mengatur atau mengendalikan dan memotivasi emosi diri serta kemampuan seseorang dalam mengenal dan membaca emosi orang lain (empati) dan mengembangkan serta menjaga hubungan dengan orang lain (bersosialisasi) guna mencapai kesuksesan hidup. Yang dimaksud dengan berpikir kreatif adalah suatu proses dalam diri seseorang yang mencakup proses membedakan, proses memperoleh sesuatu yang tidak biasa (unik) dalam berpikir, proses menghasilkan banyak ide, dan kemampuan untuk menambah detail suatu ide sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. Berdasarkan pemahaman sebagaimana disebutkan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dibatasi sebagai berikut : pertama, hubungan keterikatan kecerdasan emosional dengan berpikir kreatif, kedua, hubungan keterikatan kecerdasan emosional dengan kemampuan menulis narasi, ketiga, hubungan

keterikatan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi dan keempat, hubungan peubah residu terhadap kemampuan menulis narasi. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FBS Universitas Negeri Medan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dengan kemampuan menulis narasi? b. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi? c. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan kemampuan menulis narasi? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk hal-hal berikut. a. Untuk mendeskripsikan hubungan kecerdasan emosional dengan kemampuan menulis narasi. b. Untuk mendeskripsikan hubungan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi. c. Untuk mendeskripsikan hubungan kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan kemampuan menulis narasi. F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan

praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan bermanfat : (1) untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pembelajaran bahasa pada umumnya dan pembelajaran menulis narasi pada khususnya, dan (2) untuk menstimulasi buah pikiran yang berguna sebagai rujukan maupun bandingan bagi penelitian lanjutan yang mengkaji variabel-variabel kritis yang berkaitan langsung dengan pembelajaran manulis narasi. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat : (1) sebagai bahan masukan bagi dosen mata kuliah menulis termasuk guru-guru bahasa Indonesia pada tingkat SLTP dan SLTA, yang berguna sebagai bahan pertimbangan dalam merancang program pembelajaran khususnya dalam memilih strategi pembelajaran menulis narasi, (2) sebagai bahan bandingan bagi dosen Bahasa dan Sastra Indonesia maupun guru Bahasa Indonesia terutama dalam upayanya mengembangkan faktorfaktor lain dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa maupun pembelajaran dalam menulis narasi., dan (3) sebagai bahan masukan bagi mahasiswa, terutama dalam mengembangkan keterampilan diri sendiri menulis narasi baik pada saat belajar maupun pada waktu latihan menulis narasi secara mandiri.