BAB I PENDAHULUAN. Usaha untuk memenuhi kebutuhan, mengharuskan manusia. berhubungan dengan manusia lainnya, tentunya yang mempunyai kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya.

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Balai Pustaka, 1990) h Bulan Bintang, 1957) h Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. yang membentuk pandangan hidup manusia. Islam hadir dalam bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: Penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kualitatif yaitu

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian masyarakat berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena ketidak percayaan di antara manusia, khususnya di zaman sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Kerena manusia sebagai makhluk

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB V PENUTUP. Dengan memperhatikan uraian bab pertama sampai bab keempat, maka. 1. Dalam pembiayaan al qardh selain ada perjanjian akad al qardh ada

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهلل واذكروا اهلل كثيرا لعلكم تفلحون

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), UII Press, Ygyakarta, 2000, hlm.11. 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu penelitian, yang merupakan cara-cara dalam melaksanakan

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ARTICLE REVIEW. Penulis buku/artikel : Safrizal. : Jurnal Ilmiah Islam Futura. A. Isi Buku / Artikel

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab

Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil)

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad SAW. Sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung. hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan

BAB II KONSEP DASAR TENTANG GADAI. A. Pengertian Gadai Gadai dalam persepektif hukum islam disebut dengan istilah rahn,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang bersifat universal dan berlaku sepanjang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

PELAKSANAAN GADAI TANAH PERTANIAN DI DESA TANRARA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA

BAB II LANDASAN TEORI

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

STAIN Ponorogo Press, 2010, h Agustina Wulansari, "Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah Pada PT

BAB I PENDAHULUAN. dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibadah dan muamalah. Hukum beribadah maupun muamalah berlaku bagi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h.398

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk memenuhi kebutuhan, mengharuskan manusia berhubungan dengan manusia lainnya, tentunya yang mempunyai kemampuan lebih. Seseorang terkadang berfikir untuk meminta bantuan dari kerabat dekatnya. Namun bukan tidak mungkin kerabatnya sama-sama sedang membutuhkan dana. Hutang-piutang merupakan salah satu bentuk transaksi yang sering dilakukan oleh manusia dan ini berlaku pada seluruh jenis tingkatan masyarakat manusia baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern, maka dapat diperkirakan bahwa transaksi hutang-piutang merupakan transaksi yang telah dikenal sejak manusia di muka bumi ini ketika mereka mulai berinteraksi satu sama lain. Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian hutang-piutang, untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang berhutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap hutangnya itu. Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berhutang) tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Gadai dalam tradisi Islam, pada dasarnya bukan sesuatu hal yang baru, bahkan sudah pernah dilakukan oleh Rasulullah.Dalam pengertian yang lebih sederhana rahn 1

2 (gadai) adalah suatu kontrak hutang-piutang dengan jaminan harta. 1 Dengan demikian gadai yang dikenal dalam fiqih Islam hanyalah merupakan kontrak tambahan atau pelengkap yang oleh sebagian ahli fiqih digolongkan pada akad tabarru', yang pada akhirnya tidak menimbulkan konsekwensi apa-apa. Gadai atau ar-rahn dalam bahasa Arab (arti Lughah) berarti الثبوت dan الحبس dengan الرھن (tetap dan kekal) sebagian ulama lughat memberi arti الدوام (tertahan). 2 Sedangkan unsur-unsur gadai (ar-rahn) adalah orang yang menyerahkan barang gadai disebut Rahin, orang yang menerima (menahan) disebut Murtahin, barang gadai disebut marhun dan sighat akad. 3 Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa gadai mengalami perkembangan yang sangat pesat karena menggadaikan benda (barang) baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak merupakan jalan keluar bagi orang yang membutuhkan bantuan. Dalam masyarakat adat sering terjadi suatu perbuatan untuk menggadaikan tanah (sawah). Di dalam adat gadai tanah biasa dikenal dengan istilah jual gadai.jual gadai merupakan penyerahan tanah dengan pembayaran kontan, dengan ketentuan si penjual tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali. 4 1 Wahbah az-zuhaili, at-figh al-islami wa Adillatuhu (Suria: Dar al-fikr,1989), hlm. 180. 2 Kamus al-munjid Fi al-lugah wa al-a'lam, (Beirut: Du al-masyriq,1986) hlm. 284. 3 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Riba Hutang Piutang, Gadai, cet. ke- 2, (Bandung: al-ma'arif,3), hlm. 4 Imam Sudiyat,Hukum Adat Sketsa Asas, cet. Ke-4, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hlm. 28.

3 berikut : Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) : 283 sebagai Artinya: jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Semua barang (benda) yang boleh dijual boleh juga dijaminkan (digadaikan). Barang gadaian itu merupakan amanat di tangan orang yangmemberi hutang (pemegang hipotik). Jika barang gadaian itu rusak, hutangtidak menjadi gugur sama sekali. 5 Menurut hukum adat pemegang gadai tidak dapat menuntut pemilik tanah untuk menebus tanah gadainya. Oleh karenanya jika pemegang gadai membutuhkan uang dia dapat menempuh dua jalan yaitu denagan mengalihkan gadai atau dengan menganakkan gadai yaitu menggadaikan 5 Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Yusuf, Kunci Fiqih Syafi'i, alih bahasa ; hafiz Abdullah M.A, (Semarang : CV As-Syifa,1992),1 lm. 146.

4 tanah gadai itu lagi kepada orang lain atas persetujuan pemilik tanah. 6 Hak gadai menurut hukum adat merupakan perjanjian pokok yang berdiri sendiri yang dapat disamakan dengan jual lepas. 7 Akad penggadaian adalah akad yang dimaksudkan untuk mnedapatkan kepastian dan menjamin utang. Tujuannya bukan untuk menumbuhkan harta, karena demikian tidak halal mengambil manfaat dari barang yang digadaikan, meskipun pegadai mengizinkannya. Apabila dia mengambil manfaat dari barang tersebut maka ini adalah piutang yang mendatangkan manfaat, karena setiap piutang yang mendatangkan manfaat adalah riba. 8 Secara fiqih, orang yang menghutangi uang tidak boleh meminta manfaat apapun dari yang dihutanginya, bahwa hutang piutang wajib dikembalikan sesuai dengan jumlah penerimaan sewaktu mengadakan akad tanpa menambah atau menguranginya. 9 Karena tambahan atau memberikan biaya tertentu yang dibebankan kepada debitur dapat memancing pernyataan adanya riba. 10 Sering terjadi hutang pokok telah berlipat ganda, yang pada akhirnya menimbulkan kesulitan bagi yang berhutang. 11 Dalam masalah jaminan, Islam telah mengaturnya seperti yang telah diungkapkan oleh ulama fiqih, baik mengenai rukun, syarat, dasar hukum 6 Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat, cet 1, ( Mandar Maju, 1992), hal. 226. 7 Urip Santoso, S.H, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, cet 1, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 136 8 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (PT. Pena Pundi Aksara, 2011), hal. 127-128 9 Abd ar-rahman Al jam Kitab al-figih 'Ala Maziahibal-Arba'ah, (Darr al-fikr al- `Arabi ; Maktabah at-tijari, 1990 ), II: 339. 10 Rafiq Yunus al-misri, a1jami' Fi Usular- Riba, (Damsyiq: Dar al-qalam,1412 H/ 1991 M), hlm. 9. 11 Sahrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam ( Jakarta : Sinar Grafika, 2004 ), hlm. 28

5 maupun pemanfaatan barang jaminan oleh penerima gadai, yang semua itu dapat dijumpai dalam kitab-kitab fiqih. Dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan adanya penyimpangan dari peraturan yang ada. Di sini yang dimaksud dengan kreditur adalah pemagang sawah, maka untuk selajutnya istilah kreditur akan ditulis dengan kata pemagang agar pembaca tidak bingung dalam memahaminya. Persoalannya apabila hutang piutang uang disertakan barang jaminan berupa sawah dalam akadnya, dengan jaminan berupa sawah tersebut dipegang oleh orang yang menghutangi ( pemagang), dengan ketentuan orang yang memagang diperbolehkan untuk mengolahnya dan memanfaatkan hasilnya. Apakah hal ini diperbolehkan dalam Islam? Praktek hutang piutang seperti ini terjadi di Kecamatan Canduang Kabupaten Agam. Dalam penelitian ini penyusun menfokuskan pada hutang piutang yang disertai jaminan berupa sawah di desa tersebut. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Kecamatan Canduang berhutang uang dengan menyerahkan barang jaminan sawah kepada orang yang memagang. Dan biasanya masyarakat setempat berhutang pada keluarga terdekat, tetangga dan orang kaya setempat karena pada umumnya mereka telah saling mengenal satu sama lain, dan prosesnya tidak berjalan terlalu sulit karena tidak membutuhkan syarat-syarat administratif yang begitu rumit seperti berhutang pada bank- bank konvensional dan lain-lain. Dalam transaksi hutang-piutang di Kecamatan Canduang, pihak pemagang memberikan sejumlah uang kepada penggadai, uang tersebut dipatok dengan harga emas pada saat dilakukan transaksi. Kemudian

6 pemagang dan penggadai sama-sama sepakat terhadap hutang tersebut untuk sawah sebagai barang jaminan. Dengan barang jaminan diserahkan oleh penggadai kepada pemagang, hal ini dilakukan untuk menambah kepercayaan terhadap penggadai. Pada umumnya di Kecamatan Canduangdalam transaksi hutang piutang uang dengan disertai barang jaminan sawah jarang sekali membuat perjanjian secara tertulis, baik jumlah yang besar maupun kecil, oleh karena kedua belah pihak sudah saling percaya. Sehingga apabila terjadi perselisihan terhadap hutang piutang tersebut, maka tidak ada bukti tertulis (otentik) yang mengikat perjanjian tersebut, tetapi ada juga mereka yang menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan. 12 Dalam penelitian ini penyusun mengungkapkan pada kasus hutang piutang yang terjadi di Kecamatan Canduang dimana pemagang memberi pinjaman uang kepada penggadai, karena sistem tersebut sudah menjadi kebiasaan ( 'urf) masyarakat setempat, maka perjanjian hutang uang tersebut dengan penyertaan jaminan sawah dan batas waktu pengembalian tidak ditentukan. Kemudian setelah mengadakan perjanjian hutang piutang penggadai menyerahkan sebidang sawah kepada pemagang sebagai barang jaminan guna penyerta atau pengikat hutang untuk menambah kepercayaan pemagang. Setelah perjanjian dilakukan, pemagang dapat memanfaatkan penuh tanah tersebut selama hutang tersebut belum dikembalikan.ketika penggadai mengembalikanhutangnya ( ditaua) kembali, maka tanah yang dijaminkan dapat dikembalikan lagi kepada penggadai. 12 Hasil wawancara dengan Ibuk Samsidar (pemagang) di V Kampuang pada tanggal 24 Novemver 2012.

7 Praktek hutang piutang seperti ini tentu saja ada salah satu pihak yang akan dirugikan, di mana penggadai selain dapat mengembalikan hutangnya di lain pihak dia merasa dirugikan karena sawah yang dijaminkan sebagai pengikathutang dimanfaatkan hasilnya oleh pemagang, sehingga pemagang meraih keuntungan dua kali lipat dari perjanjian hutang piutang tersebut. Dengan penjelasan bahwa selain pemagang menerima uang kembalian hutang, dia jugadapat hasil dari pengolahan tanah selama hutang belum dikembalikan (ditaua) oleh penggadai. Persoalan ini perlu penyelesaian agar kedua belah pihak yaitu antara pemagang danpenggadaitidak ada yang dirugikan dan dirasa adil bagi kedua belahpihak. Karena itulah penyusun merasa perlu untuk meneliti bagaimana pemecahan persoalan tersebut sesuai dengan syari at Islam. Maka penyusun merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kasus tersebut dan menuangkannya dalamsebuah skripsi yang berjudul: PEMANFAATAN GADAI SAWAH OLEH KREDITUR MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus di Kecamatan Canduang Kabupaten Agam). B. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan, maka penulis membatasi permasalahan penelitian pada pemanfaatan gadai sawah di daerah Kecamatan Canduang Kabupaten Agam.

8 C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas, maka dapat di tarik pokok permasalahan dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses pemanfaatan gadai sawah oleh kreditur di Kecamatan Canduang? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat di Kecamatan Canduang Kabupaten Agam melaksanakan praktek gadai sawah? 3. Bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap pemanfaatan gadai sawah di Kecamatan Canduang? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian. a. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab masyarakat di Kecamatan Canduang Kabupaten Agam melaksanakan praktek gadai sawah. b. Menjelaskan factor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan praktek gadai sawah. c. Mendeskripsikan pertimbangan-pertimbangan ekonomi Islam yang dipergunakan untuk menyelesaikan kasus pemanfaatan gadai sawah. 2. Kegunaan Penelitian a. Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang ekonomi islam, terutama dalam bidang gadai (rahn).

9 b. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat Canduang umumnya berkaitan dengan faktor-faktor penyebab gadai sawah dan pemanfaatannya oleh kreditur. c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna penyelesaian studi starata 1 (S1) pada fakultas Syari ah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. E. Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang komprehensif, sistematis dan terarah, maka penyusun menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penyusun gunakan adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian dengan mencoba mencari dan mengumpulkan data secara langsung ke daerah yang menjadi obyek penelitian yaitu warga Kecamatan Canduang Kabupaten Agam. 2. Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Canduang Kabupaten Agam, dengan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. Dari data yang penyusun temukan bahwa semakin meningkatnya pemanfaatan dalam kasus gadai sawah dikecamatan Canduang. b. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Canduang Kabupaten Agam karena atas pertimbangan tempat, waktu dan dana yang tersedia untuk

10 melakukan penelitian. Kecamatan Canduang juga merupakan daerah asal peneliti sehingga memudahkan melakukan penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data a. Populasi dan Penentuan Sampel 1) Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Dengan demikian, dalam penelitian ini yang akan dijadikan populasi adalah penggadai dan penerima gadai yang berjumlah 64 orang. Dari populasai tersebut penulis mengambil sampel sebanyak 32 orang. Metode penentuan sample yang digunakan adalah sample random sampling, yaitu cara pengambilan sample dilakukan dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi yang dijadikan obyek penelitian. 13 b. Teknik Pengumpulan Data 1) Observasi Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomenafenomena tentang pemanfaatan gadai sawah yang telah diamati. Hal ini penyusun gunakan untuk memperoleh data yang baik langsung maupun tidak langsung. Observasi dilakukan selama penelitian ini dilakukan di Kecamatan Canduang Kabupaten Agam. 2) Wawancara 13 Nasution, Metodologi research, cet. ke-2, (Jakarta : Bumi Aksara,1996), hlm. 80

11 Wawancara ini dilakukan dengan mengambil responden dari pihak penggadai dan penerima gadai, dan sebagai informannya adalah tokoh masyarakat setempat dan pihak pemerintah agar wawancara ini lebih kuat. 3) Dokumentasi Pengumpulan data dengan cara mengambil dari dokumen yang merupakan suatu pencataatan formal dengan bukti tertulis (otentik). 4) Studi pustaka yaitu penulis mengambil data-data yang bersumber dari buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 4. Analisis Data Metode analisa data yang digunakan untuk menganalisa data adalah metode analisis data kualitatif, yaitu cara menganalisis data yang berupa data kualitatif kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan pola pikir induktif yaitu cara berpikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkrit dari riset, kemudian ditarik generalisasigeneralisasi yang mempunyai sifat umum. 14 Proses pemikiran ini digunakan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di Kecamatan Canduangyaitu pelaksanaan transaksi hutang piutang yang disertai dengan barang jaminan berupa sawah yang dimanfaatkan oleh pemagang. 14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakulras Psikologi UGM,1984), hlm. 42

12 F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulismenyusun sistematika penulisan, penulis membuatnya dalam beberapa bab dan sub bab yang terdiri dari: BAB I : PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian yang diterapkan serta sistematika penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM KECAMATAN CANDUANG KABUPATEN AGAM Akan menguraikan gambaran umum geografis daerah, sosial, keagamaan, sehingga penelitian ini lebih valid dan juga sebagai pertimbangan dalam menganalisa pelaksanaan akad hutang piutang dengan penyerta barang jaminan berupa sawah pada masyarakat Kecamatan Canduang Kabupaten Agam, dan juga menjelaskan tentang pengertian gadai, proses terjadinya gadai, hak dan kewajiban penggadai dan penerima gadai, dan pemanfaatan barang gadai. BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI DALAM ISLAM Bab ini penyusun kemukakan agar mengetahui pengertian rukun dan syarat-syarat gadai, dasar hukum gadai, kedudukan barang gadai, resiko rusaknya barang gadai. BAB IV : HASIL PENELITIAN Hasil penelitian berdasarkan bagaimana proses pemanfaatan gadai

13 sawah dan factor-faktor apa saja yang menyebabkan masyrakat Kecamatan Canduang Kabupaten Agam melaksanakan praktek gadai sawah. Dalam bab ini juga menjelaskan tentang pemanfaatan sawah ditinjau menurut ekonomi islam. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saransaran penyusunan dari pembahasan yang telah disampaikan.