PENGARUH KEBOCORAN VAKUM TERHADAP EFISIENSI ENERGI DI PABRIK SEMEN

dokumen-dokumen yang mirip
EMISI GAS RUMAH KACA PADA INDUSTRI SEMEN, BAJA, PULP, KERTAS DAN TEKSTIL DI INDONESIA

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PENINGKATAN EFISIENSI PEMBAKARAN PADA BOILER MELALUI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH Kasus : Boiler Fluidized Bed Combustion di Pabrik Tektil

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

PERUBAHAN TIPE BATA TAHAN API PADA KILN SEMEN UNTUK MENAMBAH EFISIENSI PRODUKSI

Efisiensi PLTU batubara

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PADA INDUSTRI INDUSTRI TEPUNG TERIGU

P. T. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIH Standar Industri Hijau

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK)

KAJIAN ANALISA PERHITUNGAN PEMANFAATAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR TAMBAHAN DI CALCINER PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

PERBAIKAN JALUR DISTRIBUSI STEAM UNTUK PENGHEMATAN STEAM PADA INDUSTRI KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

Analisis Tekno-Ekonomi Operasi Co-combustion Boiler Biomassa Kapasitas 10 kg/jam

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI. hari

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

III. METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERAWATAN SISTEM INTERCOOLER UNTUK PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI PUPUK

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS NON PRODUCT OUTPUT DALAM RANGKA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI BERBAGAI INDUSTRI

BAB III PROSES PEMBAKARAN

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

ANALISA PEMAKAIAN AIR HEATER TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI BOILER UNIT 3 PLTU PT. PLN (PERSERO) SEKTOR BELAWAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair,

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI. = 6.313,13 kg/jam

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan

III. METODOLOGI PENELITIAN

Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal , Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa Terhadap Performansinya

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

BAB V ANALISA HASIL PERBANDINGAN KOMPRESOR PISTON DENGAN SCREW

PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

50001, BAB I PENDAHULUAN

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi

Bagian 2 Bagaimana mengefisiensikan energi

ANALISIS PERFORMA BOILER BASUKI BERDASARKAN RASIO ANTARA BAHAN BAKAR DAN STEAM DI PT. INDO ACIDATAMA Tbk.

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

PEMINAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Oleh: Ir. Harman, M.T.

Transkripsi:

J.Tek.Ling Edisi Khusus Hal. 23-27 Jakarta, Juli.. 2006 ISSN 1441 318X PENGARUH KEBOCORAN VAKUM TERHADAP EFISIENSI ENERGI DI PABRIK SEMEN Wiharja dan Widiatmini Sih Winanti Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Equipments for cement production such as kiln, pre-heater and raw mill was operated in vacuum pressure with the range of -2 until -1000 mm WG. It is quite often that inside of those equipments has been cracked and worn out. This situation will allow air ingression to the system which is called false air. False air is also known as vacuum leak. False air in cement kiln can contribute to higher consumption of fuel, as for increasing air infiltration temperature from ambient to the system will need more fuel. Key words: Vacuum leak, false air, cement, fuel saving 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak lama, para praktisi industri di lapangan berupaya untuk mengurangi pemakaian energi pada proses produksi dengan tetap menjaga bahkan meningkatkan kualitas produknya. Demikian juga yang terjadi pada pabrik semen. Kebocoran pada unit proses dapat terjadi pada setiap titik peralatan misalnya sambungan las pipa, flange, sampling point/ man hole, sistem pemipaan, indikator tekanan (pressure indicator), isolating valve, sealing pot dan lain-lain. Kebocoran pada tekanan di atas tekanan atmosfir (positive pressure) sangat mudah dideteksi dengan : a. gelembung larutan sabun (soap solution bubling) b. suara yang dihasilkan oleh media yang keluar dari unit peralatan yang dapat dideteksi dengan sound level meter c. secara visual berdasarkan cairan bertekanan yang keluar dari unit peralatan yang bocor. Kebocoran tekanan vakum terkadang susah terdeteksi, kebocoran vakum pada suatu titik akan menyebabkan udara tersedot masuk ke dalam sistim atau unit proses. Untuk kebocoran yang besar akan dengan mudah dideteksi dari suara bising yang ditimbulkan oleh perbedaan tekanan yang sangat besar antara unit proses, sedangkan yang kecil, sering sangat sulit ditentukan letak kebocorannya. Produksi semen merupakan konversi kimia bahan-bahan baku yang terjadi pada rotary kiln pada suhu tinggi. Untuk memanaskan sampai suhu tinggi yang ditentukan, biasanya digunakan bahan bakar fosil padat (batubara), cair (solar), atau bahan bakar alternatif. Batubara merupakan bahan bakar yang paling umum dipergunakan karena murah. Pengaruh Kebocoran... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. Edisi Khusus: 23-27 23

Banyak perlengkapan proses pembuatan semen, seperti alat pendingin, kiln, pemanas awal dan raw mill, bekerja dengan tekanan vakum, berkisar dari 2 mm WG sampai dengan 1.000 mm WG. Vacuum leak menyebabkan udara ambien merembes ke dalam perlengkapan proses, yang disebut juga false air. Gambar 1. Keretakan peralatan menyebabkan infiltrasi udara ke dalam sistim mengurangi efisiensi termal, karena udara ambien dingin yang masuk akan menurunkan panas sistem. Sehingga untuk menjaga suhu tetap pada suhu standar, dibutuhkan lebih banyak konsumsi bahan bakar. Sudah sejak lama dikenal program produksi bersih yaitu suatu strategi berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas produk dan proses dengan tujuan untuk mereduksi jumlah polutan dan limbah pada sumbernya. 3) Program lain yang baru dikembangkan yaitu Program Produksi bersih untuk Efisiensi Energi merupakan program penghematan energi pada industri yang dilakukan melalui kegiatan produksi bersih. Kegiatan ini dilakukan dengan perbaikan proses dan manajemen produksi untuk mengurangi bahan baku, air, udara tekan, steam dan limbah yang secara tidak langsung mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi gas rumah kaca. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penerapan produksi bersih untuk efisiensi energi dengan mengurangi false air yang akan mampu menguragi konsumsi bahan bakar pada industri semen. 2. METODOLOGI 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu pabrik semen di Indonesia. Pengambilan data dilakukan pada tahun 2005. ditekankan pada lokasi sekitar rotary kiln. Gambar 2. Penutup lubang kontrol yang kurang sempurna Jumlah kebocoran udara vakum yang dapat diterima pada proses industri semen berkisar antara 8 10%. Infiltrasi udara ambien kedalam suatu sistim yang mempunyai suhu lebih tinggi akan 2.2. Pengambilan Data Pengambilan data untuk pengkajian kebocoran vakum dilakukan dengan melakukan pengukuran lapangan secara langsung dan dari data Pusat Kontrol/ Central Control Room (CCR). 24 Wiharja dan W.S, Winanti. 2006

Pengukuran false air di lapangan dilakukan pada ujung Separate Line String (SLC), In Line String (ILC) dengan menggunakan probe yang telah terpasang. Probe ini dihubungkan dengan layar monitor di ruang pusat kontrol (Central Control Room/ CCR). Sebenarnya pengambilan data akan lebih baik jika dilakukan secara langsung di lapangan pada setiap titik tertentu sehingga akan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dan mengetahui letak kebocoran. Tetapi hal ini tidak dapat memungkinkan untuk dilakukan karena kondisi suhu lokasi yang sangat tinggi dari setiap area dan keterbatasan peralatan yang dimiliki. Gambar berikut menunjukkan SLC dan ILC: SLC (Separate Line Calciner) ILC (In Line Calciner) KILN Gambar 3. Lokasi kemungkinan kebocoran vakum pada SLC dan ILC Sedangkan data pengukuran pada ruang kontrol terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Data dari ruang kontrol No Item Nilai 1 Kecepatan alir gas pada (SLC) 261,260 Nm 3 /h 2 Kecepatan alir gas pada 264,520 Nm 3 /h 3 Produksi klinker 7,922 ton/hari (330,083 kg/jam) 4 Suhu rata-rata 614 0 C antara udara keluar kiln dengan siklon paling atas 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Perhitungan Untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran vakum dalam kiln dilakukan perhitungan jumlah udara berlebih yang keluar dari cerobong dibandingkan dengan udara berlebih pada kondisi standard. Untuk mengetahui jumlah udara berlebih keadaan standard, dilakukan perhitungan stoichiometri pada basis produksi 1 kg klinker, sebagai berikut: Dibutuhkan batubara 135 gr untuk menghasilkan 1 kg klinker secara teoritis. Pengaruh Kebocoran... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. Edisi Khusus: 23-27 25

Dari hasil perhitungan dapat dihitung jumlah gas hasil pembakaran secara teoritis adalah sebagai berikut: Gas CO 2 = 149.18 liter Gas H 2 O = 68.80 liter Gas SO 2 = 0.74 liter Uap air = 5.21 liter Gas O 2 dlm batubara = 18.99 liter Gas N 2 dalam batubara = 1.05 liter Gas O 2 dari udara = 165.32 liter Gas N 2 dari udara = 0.74 liter Total Gas buang dari pembakaran batubara = 886.27 liter Total Gas buang = 1196.30 liter O 2 berlebih dalam gas buang 4% = 49.84 liter Udara berlebih (pembakaran) = 249.19 liter Total gas buang = 1445.29 liter = 1.45 Nm 3 /kg Klinker Dari data ruang kontrol dapat dihitung jumlah gas buang aktual yang keluar dari kiln semen, dengan menghirung gas aktual keluar dari SLC dan ILC sebagai berikut: (SLC + ILC) Total Gas Buang =...(1) Klinker Dimana: SLC : Kecepatan aliran gas pada SLC ILC : Kecepatan aliran gas pada ILC Total Gas Buang = (261,260 + 264,520) 330,083 = 1,59 Nm 3 / kg Klinker Jumlah gas buang aktual yang keluar kiln lebih besar dari stabdar perhitungan teoritis, hal ini menunjukkan adanya kebocoran udara vakum atau fase air. Jumlah false air dapat dihitung sebagai berikut: Jumlah False air = Total Gas Buang actual stoikiometris =(1.59 1.45) Nm 3 /kg klinker = 0.14 Nm 3/ kg klinker = 46.211,62 Nm 3 /jam Adanya false air mengakibatkan peningkatan konsumsi batubara, yang dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: Q = m air Cp udara dt...(2) Q = m coal Hv...(3) Dari dua persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi : m air Cp uara dt = m coal Hv.(4) Asumsi: Suhu Ambient : 35 O C Nilai kalor batubara : 6,000 kkal/kg Cp udara pada 614 O C : 0.38 kkal/nm3/ O C Maka jumlah kelebihan batubara yang dibutuhkan karena adanya false air adalah: m air Cp uara dt = m coal Hv 46.211,62 x 0.38 x (614-35) = m coal 6,000 m coal = 12.210 ton/tahun Jumlah tambahan konsumsi batubara yang diperlukan akibat adanya false air adalah 12.210 ton/ tahun. Jika harga batubara adalah Rp. 300.000,- per ton, maka total tambahan harga batubara karena adanya false air adalah sebesar Rp. 3.663.000.000,-. 26 Wiharja dan W.S, Winanti. 2006

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Kebocoran vakum atau false air yang terjadi pada peralatan-peralatan proses pembuatan semen biasanya dikarenakan keretakan, maupun kelalaian dalam mentup man hole. 2. Kebocoran vakum akan meningkatkan konsumsi batubara yang dipergunakan untuk memanaskan udara yang menerobos masuk rotary kiln pada suhu ambient untuk dinaikkan pada suhu proses. 3. Kebocoran udara vakum pada suatu pabrik kimia sebanyak 46.211,62 Nm3/jam telah menyebabkan penambahan konsumsi batubara sebanyak 12.210 ton dengan nilai Rp.3.663.000.000,-/ tahun. 4.2. Saran 1. Terkadang perusahaan atau industri kurang memperhatikan hal-hal yang sepele, seperti misalnya kurang rapatnya tutup man hole, adanya kebocoran-kebocoran pada peralatan, dan lain-lain yang menyebabkan banyak udara yang masuk ke dalam sistim. 2. Diperlukan perawatan yang baik dan kontinyu pada peralatan proses industri semen untuk mengefisienkan konsumsi batubara yang pada akhirnya dapat menurunkan biaya produksi. DAFTAR PUSTAKA 1. Agra S.W. 1988, Perpindahan Panas, Fakultas Teknik UGM 2. Brown G G, 1978, Unit Operation, Modern Asia Edition, New York 3. United Nation Environmental Program (UNEP), website http://www.uneptie.org/ 4. United Nation Environmental Program (UNEP), Energy Efficiency Guide for Industry in Asia, www.energy efficiencyasia.org Pengaruh Kebocoran... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. Edisi Khusus: 23-27 27