BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah yang memiliki beraneka ragam budaya, adat istiadat, norma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. sejarah umat manusia, agama dan kebudayaan memiliki peran sentral yang tak

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad

BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

3. Karakteristik tari

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kompleks, abstrak, dan luas (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

1. Bagaimana radio Gema Surya FM berupaya melestarikan kesenian Jawa. 2. Apa tujuan dari program acara kesenian jawa di RGS?

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI MASJID AGUNG KOTA BLITAR TAHUN 2012 / 1433 H

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB IV ANALISIS STRATEGI DAN METODE DAKWAH KH MUSLIHUDDIN ASNAWI DALAM PEMBINAAN AKHLAK DI DESA SIDOREJO KEC.SEDAN KAB. REMBANG.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Dawung adalah suatu masyarakat yang hidup dan bertempat tinggal di daerah yang memiliki beraneka ragam budaya, adat istiadat, norma serta aturan. Dari keaneka ragaman tersebut didukung oleh potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia (Budiono 2011.1 ). Masyarakat yang hidup di tengah-tengah keaneka ragaman dan heterogen wajib mengembangkan dan melestarikan serta perlu meningkatkan wawasan kearah kebaikan sesuai dengan aturan aturan dan norma-norma yang berlaku, lebih-lebih sebagai umat Islam wajib mengembangkan sesuai dengan risalah syari`at Islam, namun keaneka ragaman yang ada di suatu daerah kalau tidak dilestarikan dan di tata sesuai dengan norma yang berlaku akan memicu kearah anarkis dan kemaksiatan tak elaknya keaneka ragaman desa Dawung. Semenjak kedatangan KH Muhammad Kenur di tengah-tengah masyarakat Dawung tahun 1985 ulama ponorogo mulai merasakan keganjalan-keganjalan sosial masyarakat terutama penyimpangan dari nilainilai agama, melalui keterangan-keterangan penduduk setempat juga tokohtokoh masyarakat tentang keadaan yang sebenarnya di desa Dawung. Keterangan yang diperoleh KH Muhammad Kenur bahwa Dawung merupakan daerah gali, perampok, pencuri dari jaman Somo Gasrong hingga kisut, tahun 1990 an terkenal dengan daerah pemabuk, selain itu kenakalan remaja meraja lela ( KH Muh. Kenur 2011 ). 1

2 Mengetahui hal itu timbul dalam hati kecil dan bercita-cita serta berkeinginan menyadarkan dengan menginternalisasikan nilai-nilai Islam pada masyarakat Dawung. Untuk mewujutkan cita-cita dan keinginan tersebut tentu diperlukan bantuan dan pengaruh serta dukungan pemerintah setempat secara serius serta partisipasi masyarakat pada umumnya. Untuk itu tidak asing lagi dalam hal kebaikan di masyarakat antara ulama dan umaro` diharap dapat menjalin keharmonisan dalam mengembangkan tugas dan kewajiban sebagai penerus kholifah di muka bumi (Zuhdi 1988 : 4 ) Para Kyai atau ulama mempunyai status dan fungsi di masyarakat yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan para pejabat pemerintah bahwa para ulama mampu membuat terobosan di masyarakat sehingga program pemerintah berbagai bidang yang semula di tentang atau diterima dengan pasif tanpa ikut campur tangan ulama, maka berkat partisiasinya program umaro` dapat diterima dengan baik, berjalan dengan lancar. Dengan demikian dapatlah diartikan bahwa peran serta pemerintah untuk pembangunan karakter masyarakat nilai-nilai agama, tidak hanya tugas ulama dalam arti khusus ulama terikat entang pencapaian kebahagiaan akhirat saja menyangkut kebahagiaan dunia juga tugas ulama dan umaro`. Hal ini sesuai dengan konsepsi Islam yang sering dipakai sebagai diktum universal permohonan setian muslim ( QS. Al Baqarah : 201 ) Upaya KH Muh. Kenur untuk menginternalisasikan nilai-nilai Islam di desa Dawung semakin mantap atas dukungan pemerintah dan tokoh tokoh masyarakat di samping itu akan lebih sempurna, syiar agama tidak hanya disampaikan atau ajakan secara lesan saja akan tetapi digunakan media yang

3 sudah ada dan sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat, maka beliau mengeinternalisasikan nilai nilai Islam lewat kesenian wayang kulit. Wayang kulit merupakan media Internalisasi nilai nilai Islam yang menguntungkan, proses penyebaran agama Islam di Jawa umumnya, khususnya di Desa Dawung berjalan dengan damai dan lancar karena ada beberapa faktor : Pertama, Islam itu membawa unsur baru dalam segi hubungan sosial dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara: unsurunsur tersebut antara lain persamaan derajat dan persaudaraan yang ditekankan oleh ajaran Islam merupakan salah satu unsur yang paling disukai oleh kebanyakan kalangan masyarakat bawah. Sebenarnya, konsep sosial dalam kehidupan masyarakat Jawa masih sangat kuat terpengaruh oleh ajaran agama lain yaitu Hindu yang sudah bertahun-tahun lamanya. Namun konsep sosial Islam yang lebih mengarah ketingkatan sosial masyarakat yang tidak mengenal kasta atau tingkatan-lah yang menyebabkan Islam lebih mudah berkembang dan diterima oleh masyarakat. Meski dalam beberapa hal, masyarakat Jawa khususnya, warga Desa Dawung masih banyak yang menjalankan kebiasaan dan adat istiadat agama Hindu, terutama pada kalangan tua yang masih saja melestarikan apa yang mereka sebut warisan nenek moyang, meski tidak mengetahui kejelasan asal-usul dan kebenarannya. Kedua, agama Islam menjanjikan suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pemeluknya yaitu terciptanya suatu tatanan masyarakat sejahtera yang bersendi ajaran-ajaran Islam, keinginan masyarakat untuk selalu berbuat baik

4 karena situasi kehidupan sekarang ini, kian hari kian memburuknya situasi pemerintahan pada konsepnya akan memperjuangkan nasib rakyat, membuat perubahan, pembaharuan, kenyataannya yang membantu nasib rakyat para penguasa pemerintahan yang selalu mengumbar nafsu memperkaya diri, lupa dengan janji-janji yang pernah diutarakan sebelumnya. Hal ini membuat hati masyarakat semakin tidak punya pegangan untuk berpijak, situasi yang demikian hanya bisa meratapi nasib, baru ingat pada kekuasaan yang hakiki (Allah SWT). Ketiga, sesuai dengan pandangan masyarakat Dawung tentang kedatangan KH Muhammad Kenur selaku juru dakwah Islam, membawa kesejukan dan ketentraman baik lewat pengajaran secara langsung maupun sisipan-sisipan sewaktu beliau mengadakan pagelaran wayang secara umum pada masyarakat sekitar, maupun dikala pertunjukan tasyakuran di rumah beliau dengan tujuan mengundang masyarakat sekitar untuk menyampaikan dakwahnya lewat pertunjuan wayang kulit, agama Islam sebagai juru selamat, agama Islam dianggap sebagai penyelamat yang dapat melepaskan mereka dari kekacauan, kerisauan serta ketegangan yang mereka alami. Dengan demikian masyarakat Dawung merasa terobati serta merasa bebas dari feodalisme yang menguasai mereka. Keempat, proses KH Muhammad Kenur dalam menyampaikan pengajaran agama Islam atau meng-islam-kan masyarakat Dawung tidak memakai atau melakukan rangkaian ritual yang memberatkan pemeluknya tapi cukup mengucapkan dua kalimat sahadat juga dengan media pengajaran yang disampaikan, sehingga banyak masyarakat yang antosias serta tertarik

5 pada Islam, dengan ketertarikan masyarakat yang melihat pertunjukan dengan hati yang ikhlas tanpa paksaan banyak orang datang ke rumah, kesempatan semacam ini tidak datang dua kali dengan sabar serta telaten beliau mengajak membacakan dua kalimat syahadat. (Salam. 1960 : 24-59 ). Meskipun agama Islam sudah cukup lama dikenal penduduk desa Dawung, Kec Sambirejo Kabupaten Sragen, namun kebanyakan mereka adalah para pemeluk agama yang pasif. Barulah setelah KH Muhammad Kenur berinsiatif menginternalisasikan nilai nilai Islam lewat kesenian wayang kulit yang kebetulan beliau berbackground seorang seniman (dalang wayang kulit) berdomisili di daerah tersebut, semangat penduduk desa dalam beragama mulai terlihat aktif. Dengan media yang beliau kuasai yaitu kesenian wayang kulit KH Muhammad Kenur menginternalisasikan nilai nilai Islam pada setiap pagelaran wayang kulit. Sedikit demi sedikit ajaran agama Islam mulai dikenalkan kepada orang-orang disekitarnya. Lewat petuah para pandhita serta banyolan-banyolan Punakawan dengan Onto Wacona (kata-kata halus yang manis, pas dan lugas) sehingga terasa menyenangkan bagi warga desa yang mendengar dan melihatnya. Dengan ketelatenan dan kesabaran yang tinggi serta semangat pantang untuk berputus asa KH Muhammad Kenur berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam di daerah tersebut. Penduduk desa yang semula belum tahu apa itu Islam, kini beransur ansur tahu, mereka nampak bergairah dalam kehidupan beragama. Bahkan, pada dewasa ini Islam telah menjadi agama utama di daerah tersebut. Keberhasilan itu, tidak lepas dari penggunaan media

6 dakwah yang tepat sasaran sehingga pengajaran Islam dapat diterima masyarakat luas. Metode KH Muhammad Kenur dalam proses penyampaian serta pengajaran agama Islam di daerah dimana beliau berdomisili selalu menempuh jalan kompromi dengan budaya Hindu/ Budha yang mana agama ini sudah sangat kental di hati masyarakat. Walaupun pada prinsipnya orangorang tidak berkeyakinan pada Hindu/Budha namun budaya serta adat istiadatnya masih menggunakan budaya asli animisme dan dinamisme yang masih mengakar kuat di hati masyarakat Dawung. sikap kompromi yang ditempuh oleh KH Muhammad Kenur dalam memasukkan pengajaran Islam di masyarakat Dawung menunjukkan bahwa beliau mempunyai prinsip toleransi yang tinggi terhadap kebiasaan-kebiasaan yang lama, yang sudah bertahun-tahun lamanya masyarakat dawung melakukan walaupun dasar yang dipegang tidak ada, sikap yang demikian ini oleh KH Muhammad Kenur mengambil dari sikap toleransi yang telah diterapkan oleh Wali Songo yang semuanya itu bersumber dari ajaran Islam. Berangkat dari uraian diatas maka keberhasilan KH Muhammad Kenur dalam penyebaran agama Islam selain ditentukan oleh sikap bijaksana, toleransi serta ketelatenan dan kesabarannya, juga didukung oleh penggunaan media penyebaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan budaya masyarakat setempat. Sementara alasan dipilihnya wayang kulit sebagai media pengajaran agama Islam di desa Dawung, Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen karena secara historis wayang kulit merupakan warisan budaya bangsa yang

7 bernilai tinggi dengan mencakup berbagai unsur estetika. Diantara unsurnya adalah seni tari, drama, sastra, suara, musik dan lukisan. Masing-masing unsur seni tersebut berpadu menjadi satu sehingga mengejawantah dalam bentuk keindahan yang mengagumkan. Begitu indahnya, sehingga orang Jawa menyebutnya dengan istilah seni adi luhung atau Edi pene ( Purwadi. 2007:1) Selain diutarakan oleh Purwadi wayang kulit merupakan salah satu kesenian tradisional yang sudah mengakar dalam kehidupan rakyat jelata. Wayang kulit juga salah satu sarana dalam ritual penghormatan budaya luhur, juga tertarik dengan peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Peristiwa ini antara lain upacara khitanan, pernikahan, bersih desa, ruwatan dan nadzar. Pada situasi dan kondisi seperti itulah wayang kulit tidak hanya berfungsi sebagai tontonan, tetapi juga merupakan sarana pendidikan dan media komunikasi,juga sebagai dasar dan makna klasik yang terbelut dalam cerita walaupun pertunjukan wayang mengalami perubahan bentuk tapi bagaimanapun perubahan dan perubahan bentuk yang terjadi hanyalah pada bentuk luarnya saja, sehingga masih jadi dasar pertunjukan klasik tradisional (Mulyono 1989 : 2 ) Sekarang banyak orang mengatakan wayang kulit adalah kesenian yang sangat tinggi bahkan memberi predikat bahwa wayang kulit adalah kesenian klasik adiluhung. Berdasarkan uraian diatas penulis ingin meneliti strategi KH Muhammad Kenur dalam menginternalisasikan nilai nilai Islam di desa Dawung Kec. Sambirejo Kabupaten Sragen.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi dan upaya KH. Muhammad Kenur menginternalisasikan nilai nilai Islam di desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen? 2. Bagaimana manfaat wayang kulit sebagai media utama dalam menginternalisasikan nilai nilai Islam di desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah dan batasan yang dirumuskan di atas maka tujuan penelitian ini penulis ingin mendiskripsikan tentang: 1. Strategi dan upaya KH Muhammad Kenur dalam menginternalisasikan nilai nilai Islam di Desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen 2. Manfaat wayang kulit sebagai media utama menginternalisasikan nilai nilai Islam di desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini tidak saja manfaat untuk tataran tioritis, akan tetapi lebih dari itu masuk kedalam tataran praktis dan kebijaksanaan. 1. Secara Teoritis : a. Secara teoritis penelitiaan ini ingin mengembangkan konsep internalisasi

9 nilai Islam melalui kesenian wayang kulit. b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya bagi yang tertarik dan berminat, serta merta bagi kelangsungan pada daerah lain. 2. Secara Empiris a. Wayang kulit merupakan sarana praktis, ekonomis sebagai sarana komunikasi antara ulama, umarok dan masyarakat. b. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan menginternalisasi nilai - nilai Islam di Desa Dawung supaya lebih maju oleh genersasi muda mendatang c. Sebagai karya ilmiah, mendasar teori - teori penulis terdahulu, untuk memenuhi tugas akhir dalam mencapai gelar Sarjana Megister pascasarjanai di Universitas Muhammadiyah Malang. E. Batasan Masalah Penelitian tentang strategi KH Muhammad Kenur dalam menginternalisasikan nilai nilai Islam di desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen hanya dibatasi pada masalah masalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya berorientasi pada strategi dan upaya KH Muhammad Kenur dalam menginternalisasikan nilai nilai Islam di desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. 2. Strategi dan upaya menginternalisasikan nilai nilai Islam yang dititik beratkan pada adegan goro goro yang terdapat dalam wayang kulit. 3. Lokasi penelitian hanya dilakukan di desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen

10 F. Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari 5 Bab dengan sistematika sebagai berikut : Bab 1 yaitu Pendahuluan bab ini berisi serangkaian pembahasan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian serta Sistematis penulisan. Bab 2 landasan teoristik mengacupada penelitian terdahulu yang juga memperoleh dari hasil telaah beberapa pustaka dan buku-buku yang terkait dengan asal usul wayang kulit serta berbagai manfaatnya, bahkan wayang kulit tak sekedar jadi hiburan dan tontonan namun dapat memberikan konsep dan pembaruan serta pencerahan pada masyarakat Dawung. Bab 3 berisi tentang metode penelitian, obyek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, tahap tahap penelitian, analisis data. Bab 4 berisi hasil penelitian dan analisis data memuat gambaran umum penelitian : keadaan geofrafis, keadaan penduduk, perekonomian serta seni dan budaya. Strategi KH. Muhammad Kenur dalam menginternalisasikan nilai nilai Islam di desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen dengan beberapa strategi pendekatan dengan pemerintah setempat, pendekatan pada tokoh tokoh masyarakat, menginspirasikan terbentuknya organisasi Islam di desa Dawung Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, strategi dalam bidang pendidikan dan strategi menggunakan media. Manfaat Wayang Kulit sebagai media utama menginternalisasikan nilai nilai Islam dengan berbagai manfaat, adegan goro goro. Bab 5 memuat kesimpulan dan saran, kesimpulan ini serangkaian bahasan pada bab 4 sekaligus jawaban dari rumusan masalah yang ada.

11 G. Penelitian Terdahulu Agar dapat melakukan penelitian tentang wayang kulit sebagai Media Internalisasi Nilai-nilai keislaman pada masyarakat diperlukan bantuan dari berbagai peneliti terdahulu yang berhubungan dengan permasalahanpermasalahan tersebut. Sejauh ini masih sangat sulit didapatkan tulisan yang berhubungan dengan judul penelitian diatas. Jika ada tulisan atau hasil peneliti terdahulu maka esensinya dan obyek peneliti berlainan. Nurdin (2000) dalam karyanya: peran kesenian wayang dalam pengembangan agama Islam di pulau Jawa: Ini memuat hasil penelitian tentang pengembangan agama Islam dipulau Jawa dilakukan oleh para muballigh yang terkenal dengan sebutan wali songo melalui media kesenian wayang kulit yang sudah disesuaikan dengan adat istiadat masyarakat pada saat itu sehingga dengan mudah masyarakat menerima ajaran Islam. Selain itu, kesenian wayang mengandung sifat multi dimensional yang meliputi nilai-nilai ajaran yang bersifat hiburan, seni, pendidikan, penerangan, ilmu pengetahuan rohani dan simbolik semuanya mengarah kepengembangan agama Islam. Suerno (1992) dalam karyanya peranan kesenian wayang dalam penyebaran agama Islam di wilayah Jawa. Wayang merupakan budaya adiluhung, juga budaya asli orang-orang Jawa. Sehingga dengan media yang ada (tradisional) bisa mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Tujuan Dakwah. Seperti keislaman cendikiawan, ilmu pengetahuan, sosial masyarakat serta dilandasi sifat amanah dan ikhlas dalam menyampaikan tujuan dakwah. Nilai religius yang ada dalam pertunjukan wayang kulit. Pada

12 dasarnya bersumber dari ajaran pra Islam, meskipun demikian nilai religius tersebut ada relevansinya dengan ajaran agama Islam. Motivasi dipilihnya wayang kulit sebagai media penyebaran agama Islam: Wayang sarana dakwah yang praktis dalam penyebaran agama Islam. Purwadi (2007: 345) seni pedalangan wayang kulit: wayang kulit merupakan warisan budaya bangsa yang bernilai tinggi dan mencakup berbagai unsur estetika diantaranya adalah unsur seni tari, drama, sastra, suara, musik dan lukis. Masing-masing unsur seni tersebut berpadu menjadi satu, sehingga mengejawantah dalam bentuk keindahan yang mengagumkan, begitu indahnya maka orang-orang Jawa menyebutnya dengan istilah Seni Adiluhung atau Edi Peni, konsep estetika yang terkandung memberikan referensi dan refleksi kehidupan masyarakat Jawa. Pada, prinsipnya wayang kulit memuat aspek, tontonan, tuntunan, tatanan, hiburan dan renungan, analisis filosofis tentang seni wayang kulit memberikan penjelasan yang menyentuh perasan manusia lewat gambaran dan simbolis yang bermakna.