- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax. (0421) 24330

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Costal Community Development Project-International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA IKAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Lembaga Pelaksana. Dinas Pariwisata Prop/Kota, DKP Prop/Kota, Dusun Seri Desa Urimesseng CCDP-IFAD

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 65 TAHUN 2011

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 38 TAHUN 2014

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

JAKARTA (22/5/2015)

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Transkripsi:

PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat lokal dalam hal pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan laut secara bertanggung jawab serta memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk melakukan pengawasan dan kontrol sosial terhadap pelaksanaan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut, diperlukan adanya peraturan tentang pengelolaan sumberdaya pesisir dan infrastruktur CCDP-IFAD kelurahan pesisir Kota Parepare; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Infrastruktur CCDP-IFAD Kelurahan Pesisir Kota Parepare. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 4.Undang-Undang.

- 2 4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 2004Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4433); 5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota Parepare Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Parepare Nomor 58), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 3 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota Parepare Tahun 2011 Nomor 2). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE. BAB I..

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Parepare. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Walikota adalah Walikota Parepare. 4. Dinas adalah Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan Kota Parepare. 5. CCDP (Coastal Community Development Project) adalah Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir. 6. IFAD (International Fund for Agricultural Development) adalah Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian. 7. Unit Pelaksana Proyek yang selanjutnya disebut Project Implementation Unit (PIU) adalah unit pelaksana Proyek PMP Kota yang dibentuk oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mengkoordinasikan pengelolaan Proyek PMP di wilayahnya. 8. Tenaga Pendamping Desa (TPD) adalah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan atau berpengalaman di bidang kelautan dan perikanan, tinggal di tengah masyarakat sasaran, dan mendampingi kelompok masyarakat secara terus-menerus selama berlangsungnya Proyek PMP. 9. Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di wilayah pesisir. sumberdaya alam terdiri atas sumberdaya hayati dan nir-hayati. sumberdaya hayati, antara lain ikan, rumput laut, padang lamun, hutan mangrove, dan terumbu karang, biota perairan, sedangkan sumberdaya nir-hayati terdiri dari lahan pasir, permukaan air, sumberdaya di airnya, dan di dasar laut seperti minyak dan gas, pasir, timah, dan mineral lainnya. 10. Terumbu karang adalah koloni hewan dan tumbuhan laut berukuran kecil yang disebut polip, hidupnya menempel pada substrat seperti batu atau dasar yang keras dan berkelompok membentuk koloni yang menyekrasikan kalsium karbonat (CaCO3) menjadi terumbu. 11. Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur atau berpasir, seperti pohon api-api (Avicennia spp), bakau (Rhizophora spp). 12.Wilayah..

- 4 12. Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, di mana ke arah laut 4 (empat) mil laut dari garis pantai dan ke arah darat batas administrasi kota. 13. Pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 14. Konservasi pesisir adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati pesisir yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memeliharan dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya, serta merehabilitasi sumberdaya alam yang rusak. 15. Infrastruktur merupakan sistem fisik sarana dan prasarana (jaringan) sebagai suatu sistem yang tidak terpisahkan satu sama lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar di wilayah pesisir. 16. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir. 17. Kelompok Masyarakat Pesisir yang selanjutnya disebut Pokmas Pesisir adalah kumpulan masyarakat terorganisir yang mendiami wilayah pesisir dan melakukan kegiatan usaha penunjang kelautan dan perikanan ataupun usaha lainnya serta terkait dengan pelestarian lingkungan. 18. Pondok Informasi adalah bangunan yang berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan kelompok masyarakat. 19. Kelompok Pengelola Sumber Daya Alam Pesisir yang selanjutnya disingkat PSDA adalah kelompok yang dibentuk melalui pendekatan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan. 20. Kelompok infrastruktur (pembangunan prasarana) adalah kelompok yang bertanggungjawab untuk penyelenggaraan kegiatan pembangunan prasarana yang konsisten dengan pagu anggaran yang tersedia dan komitmen untuk memberikan kontribusi inkind dalam bentuk barang, jasa dan tenaga. 21. Kelompok Usaha Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disebut Pokmas adalah kelompok usaha bersama berupa kelompok nelayan (KUB), kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan), kelompok pengolah/pemasar ikan (Poklasar), kelompok usaha garam rakyat (Kugar) dan kelompok masyarakat pesisir dalam rangka mengembangkan usaha produktif untuk mendukung peningkatan pendapatan dan penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan. 22. Kelompok tabungan adalah kelompok yang terdiri dari rumah tangga miskin desa sasaran yang kekurangan modal dan belum memenuhi persyaratan untuk membentuk Kelompok Usaha. BAB II.

- 5 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR Pasal 2 Pengelolaan Wilayah Pesisir bertujuan untuk: a. menghentikan dan/atau menanggulangi pengrusakan terhadap habitat biota perairan; b. menjamin dan melindungi kondisi lingkungan dan sumberdaya perairan; c. meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam menjaga dan memelihara sumberdaya perairan; d. melestarikan habitat wilayah pesisir. Pasal 3 Pengelolaan Wilayah Pesisir bermanfaat untuk: a. mempertahankan produksi ikan di wilayah pesisir; b. menjaga keanekaragaman sumberdaya hayati di laut; c. tempat satwa laut dan/atau spesies langka bertelur dan mencari makan; d. menjamin ketersediaan ikan karang; e. meningkatkan pendapatan nelayan dan berkelanjutan mata pencaharian; f. menghindari dari kehancuran perikanan; g. melindungi warisan lokal; h. laboratorium alam untuk penelitian; i. sarana pendidikan pelestarian sumberdaya perairan; dan j. tujuan wisata. BAB III WILAYAH PESISIR BINAAN CCDP-IFAD Pasal 4 Wilayah Pesisir berada pada: a. Kecamatan Ujung di Kelurahan Labukkang b. Kecamatan Soreang: 1. Kelurahan Watang Soreang; 2. Kelurahan Lakessi; dan 3. Kelurahan Kampung Pisang. c. Kecamatan Bacukiki Barat: 1. Kelurahan Tiro Sompe; 2. Kelurahan Cappa Galung; 3. Kelurahan Lumpue; 4. Kelurahan Sumpang Minangae; dan 5. Kelurahan Kampung Baru. BAB IV

- 6 BAB IV KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR Pasal 5 (1) Dalam mengelola Wilayah Pesisir dibentuk kelompok masyarakat pesisir. (2) Kelompok sebagaimana di maksud pada ayat (1) terdiri dari: a. kelompok pengelola sumber daya alam; b. kelompok infrastruktur; c. kelompok usaha; dan d. kelompok tabungan. (3) Kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari: a. kelompok perikanan tangkap; b. kelompok perikanan budidaya; c. kelompok pengolah hasil perikanan; d. kelompok pemasar hasil perikanan. (4) Kepengurusan kelompok masyarakat pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. ketua; b. sekretaris; c. bendahara; dan d. anggota. (5) Kepengurusan kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Kelurahan. BAB V TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB Pasal 6 (1) Tugas dan tanggung jawab kelompok pengelola sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, sebagai berikut: a. membuat perencanaan pengelola Wilayah Pesisir dengan persetujuan masyarakat; b. mengelola Wilayah Pesisir sesuai perinsip pengelolaan secara bertanggung jawab, lestari dan berkelanjutan; c. menjaga pelestarian dan pemanfaatan Wilayah Pesisir untuk kepentingan masyarakat; d. memberikan laporan keadaan wilayah pesisir kepada Dinas. (2) Tugas dan tanggung jawab kelompok Infrastruktur sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b, sebagai berikut: a.menyelenggarakan..

- 7 a. menyelenggarakan kegiatan pembangunan prasarana yang konsisten dengan pagu anggaran yang tersedia dan komitmen untuk memberikan kontribusi inkind dalam bentuk barang, jasa, dan tenaga yang diperkirakan sebesar 20% dari perkiraan biaya pembangunan prasarana; b. bekerja sama dengan TPD, konsultan, PIU, dan tenaga ahli teknis yang diperlukan untuk menilai kelayakan teknis proyek dan perkiraan biaya awal; c. bekerja sama dengan TPD, konsultan, dan PIU untuk menyusun rincian biaya, rancangan kegiatan, pengadaan barang, kontribusi barang dan jasa dan modalitas pemeliharaan; d. melakukan koordinasi dengan Village Working Group. (3) Tugas dan tanggung jawab kelompok Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, adalah berpartisipasi dalam kegiatan usaha perikanan tangkap, budidaya, pengolahan dan pemasaran, pembangunan prasarana masyarakat dan penggalangan tabungan. (4) Tugas dan tanggung jawab kelompok Tabungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d, sebagai berikut: a. memfasilitasi kelompok usaha untuk bantuan modal usaha dan kelompok tabungan; b. mengembangkan budaya menabung dan mengumpulkan modal awal yang dapat digunakan sebagai kontribusi yang secara bertahap akan berevolusi membentuk Kelompok Usaha baru. BAB VI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR Bagian Kesatu Pengelolaan Sumber Daya Alam Pasal 7 Pengelolaan Sumber Daya Alam wilayah pesisir di daerah di kelola berdasarkan karakteristik dan potensi setiap kelurahan. Pasal 8 Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilaksanakan kegiatan prioritas sebagai berikut: a. wilayah pesisir di Kelurahan Labukkang: 1. pembuatan rumah ikan; 2. pencegahan dan penanganan pengeboman, pembiusan atau pengrusakan terumbu karang yang dapat menimbulkan pengrusakan biota laut yang berdampak pada berkurangnya/hilangnya penghasilan masyarakat pesisir; 3. Memperjelas alur pelayaran tradisional oleh nelayan penangkap menuju tambat labuh harus berada di jalur yang aman dan tidak mengganggu aktifitas alur pelayaran nasional kapal besar serta tidak pada daerah yang dangkal. b.wilayah

- 8 b. wilayah pesisir di Kelurahan Watang Soreang: 1. sosialisasi/penyuluhan tentang kebersihan pantai untuk mengurangi pencemaran; 2. pelatihan teknis pengelolaan mangrove; 3. pembuatan Rumah Ikan; 4. penanaman mangrove. c. wilayah pesisir di Kelurahan Lakessi: 1. pembuatan rumah ikan; 2. penanaman mangrove; 3. kawasan konservasi pelestarian dan perlindungan wilayah ekosistem pesisir untuk menghindari terjadinya tindakan yang dapat merusak biota dan habitat l. d. wilayah pesisir di Kelurahan Kampung Pisang: 1. sosialisasi/penyuluhan tentang kebersihan pantai untuk mengurangi pencemaran; 2. pembuatan rumah ikan; 3. gerakan bersih pantai dan laut; 4. pembersihan bangkai kapal. e. wilayah pesisir di Kelurahan Tiro Sompe: 1. sosialisasi/penyuluhan tentang kebersihan pantai untuk mengurangi pencemaran; 2. pembuatan rumah ikan; 3. penanaman mangrove. f. wilayah pesisir di Kelurahan Cappa Galung: 1. penanaman mangrove; 2. transplantasi terumbu karang; 3. melakukan budidaya rumput laut tanpa mengganggu jalur pelayaran dan kapal ke Pelabuhan Nusantara Parepare. g. wilayah pesisir di Kelurahan Lumpue: 1. upaya inisiasi Daerah Perlindungan Laut (DPL); 2. rehabilitasi mangrove, terumbu karang dan padang lamun. h. wilayah pesisir di Kelurahan Sumpang Minangae: 1. sosialisasi/penyuluhan tentang kebersihan pantai untuk mengurangi pencemaran; 2. penanaman mangrove. i. wilayah pesisir di Kelurahan Kampung Baru: 1. pembuatan papan himbauan dalam menjaga kebersihan wilayah pesisir; 2. pembuatan rumah ikan. Pasal 9.

- 9 Pasal 9 Penambahan kegiatan Prioritas Pengelolaan Sumber Daya Alam wilayah pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, di tetapkan dalam Keputusan Walikota. Bagian Kedua Pengelolaan Infrastruktur Pasal 10 Pengelolaan Infrastruktur wilayah pesisir di laksanakan kegiatan prioritas sebagai berikut: a. wilayah pesisir di Kelurahan Labukkang: 2. pembangunan tambatan perahu; 3. lokasi penjemuran ikan; 4. pembangunan sarana air bersih; 5. perbaikan tempat penjualan ikan. b. wilayah pesisir di Kelurahan Watang Soreang: 2. pembuatan tangga dipinggir laut; 3. pembangunan sarana air bersih; 4. pembangunan MCK umum. c. wilayah pesisir di Kelurahan Lakessi: 2. pembangunan kedai pesisir; 3. pembangunan tambatan perahu; 4. pembuatan tempat pengeringan ikan. d. wilayah pesisir di Kelurahan Kampung Pisang: 2. pembangunan kedai pesisir; 3. pembuatan tangga dipinggir laut. e. wilayah pesisir di Kelurahan Tiro Sompe: 1. pondok informasi; 2. pembangunan kedai pesisir; 3. pembangunan sarana air bersih. f. wilayah pesisir di Kelurahan Cappa Galung: 2. pembangunan kedai pesisir; 3. pembangunan sarana air bersih; 4. pembangunan tambatan perahu. g.wilayah..

- 10 g. wilayah pesisir di Kelurahan Lumpue: 2. pembangunan kedai pesisir; 3. pembangunan pos jaga; 4. pembuatan jembatan pondok informasi; 5. pembangunan tambatan perahu. h. wilayah pesisir di Kelurahan Sumpang Minangae: 2. pembangunan tambatan perahu. i. wilayah pesisir di Kelurahan Kampung Baru: 2. pembuatan tangga dipinggir laut; 3. pembangunan tambatan perahu. Pasal 11 Penambahan kegiatan Prioritas Pengelolaan Infrastruktur wilayah pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, di tetapkan dalam Keputusan Walikota. BAB VII PONDOK INFORMASI Pasal 12 Pondok informasi di setiap kelurahan pesisir dimanfaatkan untuk pertemuan kelompok masyarakat pesisir yang tergabung dalam kegiatan CCDP-IFAD. Pasal 13 Selain berfungsi untuk pertemuan kelompok binaan CCDP-IFAD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Pondok Informasi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, berdasarkan persetujuan Kepala Satuan Kerja Dinas. Pasal 14 (1) Pengelolaan pondok informasi di setiap kelurahan pesisir dilakukan oleh Tim Pengelola Pondok Informasi. (2) Tim Pengelola Pondok Informasi terdiri dari: a. Lurah; b. BABINSA; c. Ketua Kelompok Infrastruktur; d. Ketua Kelompok PSDA; e. Ketua Kelompok Pengolah; f. Ketua Kelompok Pemasar; g. Petugas Penyuluh Lapangan; h. Tenaga Pendamping Kelurahan; i.project..

i. Project Implementation Unit; j. Ketua RW/RT; k. Pemilik Lahan. - 11 Pasal 15 Tugas dan fungsi Tim Pengelola Pondok Informasi adalah memelihara dan menjaga eksistensi pondok informasi serta mengelola keuangan dan penggunaan sarana dan prasarana pondok informasi. BAB VIII PARTISIPASI MASYARAKAT Pasal 16 (1) Setiap masyarakat wajib berpartisipasi dan bertanggung jawab untuk menjaga, mengawasi dan memelihara kelestarian wilayah pesisir. (2) Setiap orang dan/atau kelompok yang akan melakukan kegiatan dan/atau aktivitas dalam wilayah pesisir, berupa usaha perikanan, penelitian, pendidikan dan wisata terlebih dahulu harus melapor kepada kelompok pengelola wilayah pesisir atau Pemerintah Daerah melalui Dinas. Pasal 17 Setiap orang dan/atau Badan, wajib melaporkan kepada dinas terkait jika mengetahui adanya kegiatan yang dapat mengganggu/merusak lingkungan, antara lain: a. pembuangan sampah dan limbah industri; b. pengeboman, pembiusan atau pengrusakan terumbu karang yang dapat menimbulkan pengrusakan biota laut yang berdampak pada berkurangnya/hilangnya penghasilan masyarakat pesisir; c. merusak rambu-rambu yang dipakai sebagai tanda batas masingmasing kawasan perlindungan dan papan informasi sebagai sarana penunjang upaya perlindungan; BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2014 dan apabila terdapat kekeliruan didalamnya, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Parepare.

Ditetapkan di Parepare pada tanggal 24 Desember 2014 WALIKOTA PAREPARE, TAUFAN PAWE Diundangkan di Parepare pada tanggal 24 Desember 2014 SEKRETARIS DAERAH KOTA PAREPARE, MUSTAFA MAPPANGARA BERITA DAERAH KOTA PAREPARE TAHUN 2014 NOMOR 52