BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB V PENUTUP. Adalah kondisi dimana siswa X mengalami suatu mood atau perasaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi maka konselor/peneliti melakukan analisis data. Analisis data

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

1. PENDAHULUAN. Hal-hal yang sering dihadapi oleh para remaja pada umumnya adalah gejolak emosi dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. karena kesulitan belajar yang dialami peserta didik di sekolah akan

Pengaruh Pelatihan Asertif Untuk Meningkatkan Asertivitas Terhadap Penyalahgunaan Narkoba

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Teknik Latihan Asertif (Assertive training) afeksi dan respon positif lainnya. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB IV ANALISIS DATA

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

18 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka akan diuraikan lebih jelas tentang: a) kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

HUBUNGAN PERILAKU ASERTIF DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP NEGERI 6 KOTA TEBING TINGGI Marlise Butar Butar Surel :

BAB I PEMBAHASAN. dapat berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan banyak dijumpai permasalahan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL: STRATEGI MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu (frinaldi dan embi, 2011).

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

PENGGUNAAN TEKHNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA KELAS VII

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB IV ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sesama manusia. Dengan komunikasi, hubungan sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap pasif siswa sering ditunjukan dalam sebuah proses belajar, hal ini terlihat dari perilaku siswa dalam sebuah proses belajar yang cenderung hanya berperan sebagai pendengar saja, ketika guru menerangkan mereka justru cenderung diam tanpa ada yang mengajukan pertanyaan, bahkan ketika guru mengajukan sebuah pertanyaan mereka hanya diam, meskipun sebenarnya siswa tidak paham dengan materi yang disampaikan guru, jika ada siswa yang terlibat aktif dalam proses belajar itupun hanya sebagian kecil atau sekitar dua orang saja. Partisipasi atau keterlibatan belajar dari pihak siswa sangat diperlukan untuk mencapai sebuah proses belajar yang baik. Oleh karena itu siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran di sekolah, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Siswa harus memiliki keaktifan di sekolah, memiliki kreativitas serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. 1 1 Indah Puspita Putri, Hubungan Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru dengan Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2 1

2 Perilaku pasif adalah perilaku yang tidak menyatakan perasaan, gagasan dan kebutuhannya dengan tepat serta mengabaikan hak-haknya sendiri. Perilaku pasif ini biasanya bersifat emosional, tidak jujur dan tidak langsung, terhambat dan menolak diri sendiri. Individu yang pasif akan membiarkan orang lain menentukan apa yang harus dilakukannya dan sering berakhir dengan perasaan cemas, kecewa terhadap diri sendiri, bahkan kemungkinan akan berakhir dengan kemarahan dan perasaan tersinggung. 2 Seseorang dengan keadasan seperti ini sangat sulit untuk bisa menerima kenyataan yang ada pada dirinya, banyak hal yang membuat individu menjadi berperilaku pasif yakni karena ia tidak mendapat kebahagiaan di rumah maupun di sekolah. 3 Hal inilah yang menjadi penghambat seorang indvidu berperilaku non asertif-pasif yang mana hakikatnya adalah bentuk ketidakjujuran emosi, kegagalan diri, keinginan untuk mencari jalan keluar paling mudah, dan bahkan ketidak mampuan untuk memahami diri dan memenuhi kebutuhan untuk bersikap sabar. Perilaku asertif adalah perilaku yang menunjukan rasa percaya diri yang positif, mampu mengontrol perasaan diri sendiri tanpa rasa takut dan marah. Orang yang asertif akan memiliki kebebasan untuk meluapkan perasaan apapun yang dirasakan, berbeda dengan orang non asertif-pasif, ia cenderung sulit untuk mengungkapkan apa yang dirasakan sehingga 2 Ibtisam Salamatun Nuha, Hubungan Perilaku Bullying dengan Perilaku Asertif pada Santriwati. (Surabaya, UINSA, 2014), 14-15 3 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), 114

3 individu yang berperilaku pasif mengalami kegagalan dalam mengelola emosi, yang akibatnya menurunya semangat belajar dan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini ada salah satu teknik dalam terapi perilaku (behavioral) yakni tenik latihan asertif (assertive training), yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan klein dengan mengubah perilaku maladaptif dengan menggantinya menjadi perilaku adaptif yang sesuai. Latihan asertif adalah latihan yang bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. 4 Latihan asertif (assertive training) atau latihan keterampilan sosial adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan yang ditandai oleh kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. 5 Pada umumnya teknik untuk melakukan latihan asertif, mendasarkan pada prosedur belajar dalam diri seseorang yang perlu diubah, diperbaiki dan diperbarui. Masters, et al (1987) mengemukakan bahwa teknik yang banyak digunakan untuk latihan asertif adalah latihan berperilaku (behavioral re-hearsal) yaitu melakukan atau melatih suatu tindakan yang cocok dan efektif untuk menghadapi kehidupan nyata yang menimbulkan persoalan pada pasien atau klien. Karena itu latihan ini juga dapat dilakukan untuk kelompok. Jadi tujuan dari latihan berperilaku asertif, 4 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung: P.T. Refika Aditama, 2013), 213 5 Singgih gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), 215

4 adalah agar seseorang belajar bagaimana mengganti suatu respon yang tidak sesuai, dengan respon yang baru, yang sesuai. 6 Tujuan utama latihan asertif adalah untuk mengatasi kecemasan yang dihadapi oleh seseorang akibat perlakuan yang dirasakan tidak adil oleh lingkungannya, meningkatkan kemampuan untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta meningkatkan kehidupan pribadi dan sosial agar lebih efektif. Teknik latihan asertif bisa dilakukan dengan bermain peran yang bisa dilakukan oleh konselor dan klien ataupun teman klien yang bisa dijadikan roll model baginya. Hal ini terjadi di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. ketika dilakukan observasi lapangan terdapat satu siswa yang tergolong pasif pada pembelajaran matematika yakni di kelas VII E SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Dia tergolong siswa pasif pada saat pembelajaran matematika. Peneliti mengadakan wawancara dengan wali kelas dan sekaligus guru matematika di kelas tersebut, mengemukakan bahwa siswa tersebut tergolong pasif saat pembelajaran, seusai guru matematika menjelaskan materi sesekali memberikan pertanyaan atau soal pada siswa terkait materi yang sedang di ajarkan, dan guru tersebut memberikan pertanyaan pada siswa X yang ada di kelas tersbut dan siswa tersebut lamban dalam merespon dan menjawab pertanyaan tersebut, dan menurut wali kelasnya yang sekaligus adalah guru matematika di kelas tersebut, juga menyatakan 6 Ibid, 217

5 bahwa selama ini siswa tersebut memang tergolong pasif, hal itu di tandai dengan hasil belajarnya baik nilai ulang hariannya maupun pada saat UTS maupun UAS tergolong rendah atau masih dibawah KKM yang ditentukan. Berdasarkan pemaparan diatas perlu diadakan penelitian mengenai Implementasi Teknik Latihan Asertif Dalam Mengatasi Perilaku pasif (Studi Kasus Siswa X pada pelajaran matematika di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya). B. Batasan Masalah Agar penulisan skripsi ini mudah dipahami, tidak menyimpang dan tidak melebar kemana-mana oleh karena itu penulis membatasi permasalan dengan tujuan agar mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, maka dari itu penulis telah menetapkan batasan berikut: Implementasi teknik latihan asertif dalam mengatasi perilaku pasif siswa X di SMP Kemala Bhayangkati 1 Surabaya. Dalam hal ini permasalahannya berfokus pada pelajaran matematika yang berlangsung di kelas VII. C. Rumsan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, tentang layanan konseling individu dalam mengatasi siswa pasif di kelas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana identifikasi kasus pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya?

6 2. Bagaimana diagnosis pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya? 3. Bagaimana prognosis dan treatment yang diberikan dalam mengatasi perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya? 4. Bagaimana evaluasi dan follow up dalam mengatasi perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya? D. Tujuan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang hendak di capai yaitu: 1. Untuk mendeskripsikan identifikasi kasus pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. 2. Untuk mendeskripsikan diagnosis pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. 3. Untuk mendeskripsikan prognosis atau treatment yang diberikan dalam mengatasi perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. 4. Untuk mendeskripsikan evaluasi dan follow up dalam mengatasi perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya.

7 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat teoritis yang memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang implementasi teknik latihan asertif dalam mengatasi perilaku siswa X di sekolah. 2. Manfaat praktis 1. Bagi penulis Menambah wawasan penulis mengenai bagaimana implementasi teknik latihan asertif dalam mengatasi perilaku siswa X di sekolah. 2. Bagi guru bimbingan dan konseling Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan acuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan perilaku pasif siswa di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya agar dapat berani mengemukakan pendapat dan idenya sesuai dengan apa yang ada di pikirannya. 3. Bagi klien Penelitian ini dapat membantu siswa dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga dapat membuat siswa berani dan percaya diri.

8 F. Definisi Konseptual Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul, serta memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan penegasan dalam judul tersebut. Adapun rincian definisinya adalah: 1. Teknik latihan asertif Latihan asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri dalam tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon positif lainnya. 7 Latihan asertif merupakan latihan keterampilan-sosial yang diberikan pada individu yang mengalami kecemasan, tidak mampu mepertahankan hak-haknya, terlalu lemah, membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung. 8 Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknik latihan asertif merupakan teknik yang dapat melatih individu untuk berani mengemukakan apa yang dialami atau dirasakan. Latihan asertif ini termasuk dalam konseling behavioral dimana konseling behavioral adalah konseling yang bertujuan untuk merubah perilaku. 7 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2005), 118 8 Singgih gunarsa, Konseling dan Psikoterapi,... 217

9 2. Perilaku pasif (pada pelajaran matimatika) adalah perilaku yang tidak menyatakan perasaan, gagasan dan kebutuhannya dengan tepat serta mengabaikan hak-haknya sendiri. Perilaku pasif ini biasanya bersifat emosional, tidak jujur dan tidak langsung, terhambat dan menolak diri sendiri. Dalam hal ini perilaku pasif dalam proses pembelajaran matematika yang terjadi pada siswa kelas VII E di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, siswa ini cenderung pasif saat pembelajaran matematika berlangsung dan lamban dalam menerima pelajaran. Beberapa kali diberi sebuah pertanyaan seusai penjelasan materi siswa tersebut sulit untuk menjawab, hal itu terjadi mungkin karena siswa tidak paham atau memang tidak memerhatikan penjelasan guru mata pelajaran. Jadi, yang di maksud disini adalah bagaimana teknik latihan asertif dapat membantu mengatasi perilaku pasif siswa pada pelajaran matematika dengan beberapa prosedur teknik latihan asertif, sehingga dapat membantu siswa mengatasi perilaku pasifnya. Jika pada saat proses konseling dilakukan diharapkan berhasil sehingga siswa mampu mengikuti pembelajaran matematika dengan baik lebih aktif lagi saat pembelajaran berlangsung sehingga nilai-nilainya menjadi lebih baik.

10 G. Sistematika Pembahasan Agar skripsi ini menjadi satu kesatuan yang sistematis, maka pembahasanya akan disusun sebagai berikut : Bab Pertama: Dalam bab ini penulis memaparkan pendahuluan yang berisi gambaran secara keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan. Bab Kedua: Kajian Teori, meliputi: pengertian latihan asertif, tujuan teknik latihan asertif, prosedur-prosedur teknik latihan asertif, manfaat teknik latihan asertif, kelebihan dan kekurangan teknik latihan asertif. Perilaku pasif siswa meliputi: pengertian perilaku pasif, ciri-ciri perilaku pasif, faktor-faktor penyebab perilaku pasif, akibat dari perilaku pasif, cara mengatasi perilaku pasif siswa. Bab ketiga: Metode Penelitian, dalam bab ini terdiri dari metode penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Bab Keempat: Laporan hasil penelitian, pada bab ini berisi tentang hasil penelitian penyajian dan analisis data yang meliputi, gambaran umum sekolah, deskripsi tentang identifikasi pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, diagnosis pada perilaku pasif siswa

11 X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayankari 1 Surabaya, prognosis dan treatment pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangakari 1 Surabaya, evaluasi dan follow up dalam mengatasi perilaku pasif siswa X di SMP Kemala Bhayangkari 1 Suarabaya. Berikutnya tentang analisis mengenai, identifikasi pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya, analisis tentang diagnosis pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayankari 1 Surabaya, analisis tentang prognosis dan treatment pada perilaku pasif siswa X dengan teknik latihan asertif di SMP Kemala Bhayangakari 1 Surabaya, dan analisis tentang evaluasi dan follow up dalam mengatasi perilaku pasif siswa X di SMP Kemala Bhayangkari 1 Suarabaya. Bab kelima: Penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran.